Anda di halaman 1dari 21

SUARA DAN TELINGA

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Biofisika Kelas A

Oleh :
Rieska Vita Diyanti (100210102021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendengaran adalah salah satu dari sistem indera yang dimiliki oleh
manusia. Sistem pendengaran manusia memiliki fungsi yang vital bagi kehidupan
manusia sendiri. Inisiasi belajar bicara dimulai dari kemampuan manusia untuk
mendengar. Selain itu sistem pendengaran memiliki fungsi vital seperti menerima
semua rangsangan dari luar tubuhyang bersifat audible, yang kemudian akan di
transformasikan ke otak dalam bentuk informasi tertentu.
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di
lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi
berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai
perubahan tekanan di membran timpani persatuan waktu adalah satuan gelombang,
dan gerakan semacam itu dalam lingkungan secara umum disebut gelombang suara.
Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombang suara dan nada
berkaitan dengan frekuensi (jumlah gelombang persatuan waktu). Semakin besar
suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada.
Namun nada juga ditentukan oleh factor - faktor lain yang belum sepenuhnya
dipahami selain frekuensi dan frekuensi mempengaruhi kekerasan, karena ambang
pendengaran lebih rendah pada frekuensi dibandingkan dengan frekuensi lain.
Gelombang suara memiliki pola berulang, walaupun masing - masing
gelombang bersifat kompleks, didengar sebagai suara musik, getaran apriodik yang
tidak berulang menyebabakan sensasi bising. Sebagian dari suara musik bersala dari
gelombang dan frekuensi primer yang menentukan suara ditambah sejumla getaran
harmonik yang menyebabkan suaramemiliki timbre yang khas. Variasi timbre
mempengaruhi mengetahhi suara berbagai alatmusik walaupun alat tersebut
memberikan nada yang sama.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana fenomena gelombanf suara ?


2. Apakah fungsi dari telinga ?
3. Bagaimana fenomena suara dan mekanisme biofis mendengar ?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui fenomena gelombang suara


2. Untuk mengetahui fungsi telinga
3. Untuk mengetahui fenomena suara dan mekanisme biofis mendengar
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Fenomena Gelombang Suara


Gelombang bunyi terdiri dari molekul-molekul udara yang bergetar merambat
ke segala arah. Tiap saat, molekul-molekul itu berdesakan di beberapa tempat,
sehingga menghasilkan wilayah tekanan tinggi, tapi di tempat lain merenggang,
sehingga menghasilkan wilayah tekanan rendah. Gelombang bertekanan tinggi dan
rendah secara bergantian bergerak di udara, menyebar dari sumber bunyi. Gelombang
bunyi ini menghantarkan bunyi ke telinga manusia. Gelombang bunyi adalah
gelombang longitudinal.
Syarat terdengarnya bunyi ada 3 macam:
a. Ada medium

 Bunyi dapat merambat melalui benda gas seperti udara. Bunyi Guntur dapat
kita dengar karena ada udara. Cepat rambat bunyi di udara pada suhu 200C
adalah 343 m per detik.

 Bunyi dapat pula merambat melalui benda cair seperti untuk mencari harta
karun atau kapal yang tenggelam di dasar laut. Cepat rambat bunyi di air kira-
kira 1.500 m per detik.

 Selain itu, bunyi dapat merambat melalui benda padat seperti jika kita
mengetuk meja dengan pensil. Cepat rambat bunyi di baja kira-kira 6.000 m
per detik.

b. Ada sumber bunyi

Semua getaran benda yang dapat menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi.
Contohnya : bunyi gong yang dipukul dan bunyi seruling yang ditiup dan
sebagainya.

c. Ada pendengar

Pendengar bunyi yaitu manusia dan hewan-hewan.

Sifat-sifat bunyi meliputi :


a) Gelombang bunyi memerlukan medium dalam perambatannya
Karena gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik, maka dalam
perambatannya bunyi memerlukan medium. Medium atau zat perantara ini dapat
berupa zat cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di
dalam air, batu bara, atau udara.
b) Gelombang bunyi mengalami pemantulan (refleksi)
Salah satu sifat gelombang adalah dapat dipantulkan sehingga gelombang bunyi
juga dapat mengalami hal ini. Hukum pemantulan gelombang: sudut datang =
sudut pantul juga berlaku pada gelombang bunyi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
pemantulan bunyi dalam ruang tertutup dapat menimbulkan gaung.
c) Gelombang bunyi mengalami pembiasan (refraksi).
Salah satu sifat gelombang adalah mengalami pembiasan. Peristiwa pembiasan
dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada malam hari bunyi petir terdengar lebih
keras dari pada siang hari. Hal ini disebabkan karena pada pada siang hari udara
lapisan atas lebih dingin daripada dilapisan bawah. Karena cepat rambat bunyi
pada suhu dingin lebih kecil daripada suhu panas maka kecepatan bunyi dilapisan
udara atas lebih kecil daripada dilapisan bawah, yang berakibat medium lapisan
atas lebih rapat dari medium lapisan bawah. Hal yang sebaliknya terjadi pada
malam hari. Jadi pada siang hari bunyi petir merambat dari lapisan udara atas
kelapisan udara bawah. Untuk lebih jelasnya hal ini dapat kalian lihat pada
gambar dibawah.
d) Gelombang bunyi mengalami pelenturan (difraksi)
Gelombang bunyi sangat mudah mengalami difraksi karena gelombang bunyi
diudara memiliki panjang gelombang dalam rentang sentimeter sampai beberapa
meter. Seperti yang kita ketahui, bahwa gelombang yang lebih panjang akan lebih
mudah didifraksikan. Peristiwa difraksi terjadi misalnya saat kita dapat mendengar
suara mesin mobil ditikungan jalan walaupun kita belum melihat mobil tersebut
karena terhalang oleh bangunan tinggi dipinggir tikungan.
e) Gelombang bunyi mengalami perpaduan (interferensi).
Gelombang bunyi mengalami gejala perpaduan gelombang atau interferensi, yang
dibedakan menjadi dua yaitu interferensi konstruktif (penguatan bunyi) dan
interferensi destruktif (pelemahan bunyi). Misalnya waktu kita berada diantara
dua buah loud-speaker dengan frekuensi dan amplitudo yang sama atau hampir
sama maka kita akan mendengar bunyi yang keras dan lemah secara bergantian
merambat membutuhkan medium.

Desibel (Lambang Internasional = dB) adalah satuan untuk mengukur


intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB
ditulis dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu
Bell. Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu
rasio. Rasio tersebut dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure),
tegangan atau voltasi (voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang.
dB juga dapat dihubungkan dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan dengan
kekerasan suara). Untuk mengukur rasio dengan menggunakan dB dapat digunakan
logaritma.

Intensitas bunyi terlemah yang masih dapat kita dengar disebut ambang pendengaran.
Besarnya ambang pendengaran kita adalah 10-12 watt/m2. Sedangkan intensitas
tertinggi yang dapat kita dengar tanpa rasa sakit disebut ambang perasaan dan
besarnya 102 watt/m2.
Taraf intensitas bunyi adalah perbandingan logaritmik antara intensitas bunyi dengan
intensitas ambang pendengaran. Taraf intensitas bunyi dinyatakan dalam desibel (dB),
didefinisikan sebagai berikut.

Keterangan:
I : intensitas bunyi
L0 : intensitas ambang pendengaran (10–12 w/m2)
B : taraf intensitas (dB)
Tingkat intensitas bunyi ambang pendengaran adalah 0 dB. Sedangkan ambang rasa
sakit karena bunyi adalah 120 dB. Hal ini bersesuaian dengan intensitas bunyi antara
10–12 watt/m2 sampai 1 watt/m2.

Konversi bilangan dari watt ke dBw:


Rumus yang kita pergunakan adalah:
p(dBm)=10 log P(w)/10-3
10^-3 kita peroleh dari mili (10-3) sesuai dengan nilai yang diinginkan yaitu dalam
dBm (desiBell mili)
Persamaan decibel tegangan & arus untuk impedansi berbeda
dimana:

NdB = Perbandingan dua daya dalam satuan decibel


V2 = Tegangan Keluaran
V1 = Tegangan Masukan
Z2 = Impedansi Keluaran
Z1 = Impedansi Masukan

Intensitas didefenisikan sebagai energy yang diangkut oleh gelombang per satuan
waktu melewati satu satuan luas. Intensitas gelombang sebanding dengan kuadrat
amplitudonya. Karena energy per satuan waktu adalah daya, satuan intensitas adalah
W/m2.
Manusia tidak mendengar semua suara. Sebagai contoh, kita tidak bisa mendengar
suara peluit anjing , tapi anjing bisa mendengar suara itu. Hewan laut dapat
mendengar suara yang tidak bisa di dengar manusia. Hewan laut mendengar suara
yang mereka gunakan setiap hari. Suara yang terdengar itu seperti percakapan
manusia. Manusia atau hewan laut, dapat mendengar suara tergantung pada frekuensi
suara dan intensitas suara. Manusia dapat mendengar suara pada frekuensi dari sekitar
20Hz sampai 20.000 Hz (Lihat Frekuensi ). Gangguan pendengaran dapat mengurangi
rentang frekuensi seseorang bisa mendengar. Telinga manusia tidak menganggap
semua frekuensi yang sama. Manusia mendengar suara pada frekuensi sekitar 3.000
hingga 4.000 Hz, di mana suara manusia berpusat. Para ilmuwan mengukur Intensitas
bunyi tidak sama dengan kenyaringan. Loudness menggambarkan bagaimana orang
merasakan suara. Orang dapat mendengar suara terlembut pada frekuensi 1000 Hertz
yang memiliki intensitas suara diukur dari 0 desibel relatif terhadap intensitas
gelombang suara dengan tekanan 20 microPascals (dB re 20 μP) . Kenyaringan yaitu
di mana manusia hampir tidak mendengar suara yang dikenal sebagai Ambang
Pendengaran. Ambang Pendengaran bervariasi dengan frekuensi. Dan telinga kita
mempunyai ambang batas pendengaran di angka 120dB, diangka 120dB telinga kita
akan mulai merasakan sakit, angka 120dB ini juga disebut dengan threshold of pain.

1. Suara pada Manusia


Proses pembentukan suara dapat dibagi menjadi tiga subproses, yaitu:
pembangkitan sumber, artikulasi dan radiasi . Organ tubuh yang terlibat dalam
proses produksi suara meliputi paru-paru, tenggorokan (trachea), laring (larinx),
faring (pharynx), rongga hidung (nasal cavity), dan rongga mulut (oral cavity).
Terdapat suatu lintasan vokal (vocal tract) yang terdiri dari faring (koneksi antara
kerongkongan dan mulut) dan mulut. Bentuk lintasan vokal dapat berubah sesuai
dengan pergerakan rahang, lidah, bibir dan organ internal lainnya. Paru-paru
mengembang dan mengempis untuk menyedot dan mengeluarkan udara. Udara
yang dihembuskan oleh paru-paru keluar melewati suatu daerah yang dinamakan
daerah glotal. Pita suara (vocal cord) pada keadaan ini bervibrasi menghasilkan
berbagai jenis gelombang suara. Udara kemudian melewati lorong yang
dinamakan faring. Dari faring, udara melewati dua lintasan, yaitu melalui hidung
dan melalui rongga mulut. Lidah, gigi, bibir dan hidung bertindak sebagai sebagai
modulator untuk menghasilkan berbagai bunyi yang berbeda.

2. Efek Doppler
Fenomena efek doppler merupakan peristiwa terjadinya perbedaan
frekuensi yang di dengar atau ditangkap pengamat dengan frekuensi yang
dipancarkan oleh sumber bunyi yang bergerak. Untuk tambahan pengetahuan
sobat, Efek doppler pertama kali diamati oleh fisikawan bernama Christian
Doppler. Doppler adalah seorang fisikawan asal Australia yang sempat mengalami
kelemahan fisik di masa mudanya. Ia mengamati ketika sumber bunyi bergerak
akan terjadi perubahan frekuensi relatif bunyi yang di dengar oleh pengamat.
Misalnya, sebuah mobil pemadam kebakaran dengan sirine berbunyi mendekati
sobat (pengamat), maka frekuensi bunyi sirine yang sobat dengar akan lebih tinggi
dari frekuensi yang dipancarkan oleh sirine pemadam kebakaran. Selama
mendekati pengamat maka frekuensi yang didengar pengamat akan lebih tinggi
dan sebaliknya, ketika sumber bunyi menjauhi pengamat maka frekuensi yang di
dengar pengamat akan lebih rendah dari frekuensi aslinya. Itulah gambaran inti
dari bunyi efek doppler.
Pada efek doppler, ketika sumber bunyi mendekat, berarti masing-masing
puncak gelombang yang dipancarkan akan menempuh jarak yang semakin dekat
dengan pengamat. Misal gelombang 1 menempuh 100 m, maka gelombang 2 akan
menempuh jarak kurang dari 100 m untuk sampai ke pengamat. Oleh karena itu
selang waktu kedatangan gelombang satu dengan gelombang berikutnya akan
semakin pendek dan panjang gelombanpun (λ) akan semaki kecil. Inilah yang
menyebabkan peningkatan frekuensi yang didengar menjadi lebih tinggi. Berlaku
juga sebaliknya, ketika sumber bunyi bergerak setiap gelombang secara berurutan
akan menempuh jarak yang lebih jauh, selang waktu kedatangan gelombang akan
semakin besar, panjang gelombang semakin besar (λ) sehingga frekuensi menjadi
lebih rendah.

Amati peristiwa efek doppler berikut :

Mengenai rumus frekuensi


yaitu

v = λ.f
f = v/λ

dengan v (kecepatan
bunyi) yang tetap, maka
semakin kecil panjang
gelombang (λ) maka akan semakin besar frekuensi dan sebaliknya frekuensi akan
semakin kecil jika λ semakin besar.

Rumus Efek Doppler


Pelayangan Bunyi

Satu lagi yang perlu dibahas terkait efek doppler adalah pelayangan bunyi. Ia
merupakan fenomena yang terjadi ketika ada dua sumber bunyi dengan dua
frekuensi yang berbeda berada pada suatu tempat. Maka pelayangan buyi
didefinisikan sebagai selisih mutlak antara dua frekuensi bunyi tersebut
dirumuskan.

3. Petir
Petir terjadi akibat perbedaan potensial antara awan dengan bumi atau
dengan awan lainnya. Di dalam awan, terjadi proses evaporasi dan kondensasi
yang menyebabkan butir-butir air, tetes-tetes air hujan yang membeku dan kristal-
kristal es saling bertabrakan sehingga terjadi pemisahan muatan. Muatan listrik
negatif cenderung berada di bagian awan yang lebih rendah, sedangkan muatan
positif berada bagian atasnya. Pemisahan muatan ini menyebabkan awan memiliki
medan listrik yang cukup kuat untuk mengioniasi udara di sekitarnya, sehingga
udara yang semula isolator, kini menjadi konduktor. Fenomena ini disebut
kerusakan dielektrik (dielectric breakdown). Selain itu, pemisahan muatan ini
membuat daerah bumi yang berada di bawah awan tersebut bermuatan positif.
Karena udara telah menjadi konduktor, maka terjadilah loncaran listrik dari awan
ke bumi. Loncatan listrik ini memanaskan udara disekitarnya sampai beberapa
puluh ribu derajat sehingga kita bisa melihatnya sebagai kilatan cahaya. Udara
yang terpanaskan disepanjang lintasan petir tersebut memuai pada kecepatan
sangat tinggi, namun sesaat kemudian langsung menjadi dingin dan menyusut
setelah kembali ke temperatur dan tekanan normal. Peristiwa ini menyebabkan
tekanan yang bervariasi ini dari yang semula rendah kemudian tiba-tiba tinggi lalu
kembali rendah lagi. Tekanan ini merambat melalui udara sebagai gelombang
bunyi guruh atau halilintar yang dahsyat. Karena laju cahaya jauh lebih cepat
dibanding kecepatan bunyi, maka tidak heran bila kita melihat petir terlebih
dahulu sebelum mendengar suara guruh.
Ketika petir menyambar di sekitar rumah, maka yang terdengar paling kuat
adalah bunyi Guntur sangat keras dan berfrekuensi tinggi. Akan tetapi jika petir
menyambar di tempat yang lebih jauh maka kita hanya mendengar gemuruh
berfrekuensi rendah. Kesimpulannya yaitu, frekuensi rendah merambat lebih jauh
dibanding frekuensi tinggi, yang cenderung diserap lebih cepat selama
perjalanannya. Penyebabnya adalah karena bunyi berfrekuensi tinggi membuat
udara dan semua benda disekitarnya ikut bergetar lebih sering sehingga energinya
lebih cepat terkuras. Untuk menentukan posisi sambaran petir dari pengamat dapat
digunakan rumus:

Dimana:
s adalah jarak sambaran petir dari pengamat (m)
v adalah kecepatan bunyi di udara (sekitar 331 m/s)
t adalah perbedaan waktu antara sambaran petir dan bunyi guruh (s)
Sebenarnya perhitungan ini kurang teliti karena kita tidak
memperhitungkan perbedaan waktu ketika petir menyambar sampai kita melihat
sambaran tersebut. Namun karena kelajuan cahaya sangat besar, perbedaan waktu
ini menjadi sangat kecil, sehingga kita bisa mengabaikannya.
2.2 Fungsi Telinga
1. Mendengar

Tiga bagian utama dari telinga manusia adalah telinga luar, telinga tengah, dan
telinga bagian dalam. Kerja dari telinga manusia adalah sedemikian rupa sehingga
gelombang suara melakukan perjalanan dari telinga luar ke telinga tengah, yang
kemudian diteruskan ke telinga bagian dalam bentuk gelombang kompresi. Di
telinga bagian dalam, gelombang kompresional diubah menjadi impuls listrik
yang dirasakan oleh otak. Dengan cara ini, kita dapat mendengar dan
membedakan berbagai jenis suara. Mari kita bahas secara singkat tentang bagian-
bagian yang berbeda dari telinga manusia dan peran mereka dalam mendengar.

1) Telinga bagian luar (auris


externa)
Terdiri atas:
a) Daun telinga, berfungsi untuk
menampung getaran.
b) Saluran telinga luar atau
lubang telinga, berfungsi
menyalurkan getaran.
c) Kelenjar minyak, berfungsi
menyaring udara yang masuk
sebagai pembawa gelombang suara.
d) Membran timpani atau selaput gendang, berfungsi menerima dan
memperbesar getaran suara.
2) Telinga bagian tengah ( auris media )
Telinga bagian tengah terletak di sebelah dalam membran timpani. Fungsi dari
telinga bagian tengah adalah untuk meneruskan getaran dari suara telinga
bagian luar ke telinga bagian dalam. Pada telinga tengah terdapat saluran
Eustachius dan tiga tulang pendengaran.
a) Saluran Eustachius, berfungsi untuk mengurangi tekanan udara di telinga
tengah sehingga tekanan udara di luar dan di dalam akan sama.
Keseimbangan tekanan ini akan menjaga gendang telinga supaya tidak
rusak. Saluran ini akan tertutup
dalam keadaan biasa, dan akan
terbuka jika kita menelan sesuatu.
b) Tulang pendengaran, berfungsi
untuk mengantarkan dan
memperbesar getaran ke telinga
bagian dalam. Tulang
pendengaran ada tiga, yaitu tulang
martil, tulang landasan, dan
tulang sanggurdi. Tulang-tulang ini menghubungkan gendang telinga dan
tingkap jorong.
3) Telinga bagian dalam (auris interna)
Telinga bagian dalam berfungsi mengantarkan getaran suara ke pusat pendengaran
oleh urat saraf. Penyusun telinga bagian dalam adalah sebagai berikut.
a) Tingkap jorong, berfungsi menerima dan
menyampaikan getaran.
b) Rumah siput (koklea), berfungsi menerima,
memperbesar, dan menyampaikan getaran suara
ke saraf pendengaran. Di dalam saluran rumah
siput terdapat cairan limfe dan terdapat ujung-
ujung saraf pendengaran.
c) Tiga saluran setengah lingkaran, berfungsi
sebagai alat untuk mengetahui posisi tubuh dan menjaga keseimbangan.
2. Keseimbangan Tubuh

Selain sebagai pendeteksi suara, telinga juga mempunyai fungsi lain sebagai
alat diteksi posisi tubuh yang berhubungan dengan gravitasi dan gerak tubu.
Kedua fungsi tersebut cukup berbeda dengan fungsi diteksi bunyi. Di atas kokela
ada dua kantong yang berisi cairan limfa, yaitu 3 saluran setengah lingkaran
( saluran semisirkuler) dan vestibulum. Saluran semisirkuler mempunyai
dasaryang menggelembung , disebut ampula yang mengandung sel bersila dan
berfungsi sebagai reseptor yang di sebut krista. Krista terbenam dalam masa
seperti gelatin yang disebut kapula. Jika kepala menggeleng , materi gelatin ikut
bergoyang , dan silia melengkung yang menimbulkan implus saraf dan kemudian
di sampaikan ke otak. Vestibulum terdiri dari dua bagian , yaitu sakulus dan utrikulus
yang berupa kantong dan dilapisi oleh sel-sel rambut dan silia. Utrikulus dan sukulus
berisi enolimfa, masing-masing memilikin sel resptor di dalam dinding yang disebut
makula dan mengandung otolit yang dipengaruhi oleh gravitasi. Jika kepala menggeleng ,
maka otolit ikut bergoyang dan silia melengkung yang menyebabkan terjadinya implus
saraf di serabut saraf. Implus di reseptor akan diinterprestasikan di otak dan hasilnya
adalah informasi tentang posisi kepala.

3. Menyalurkan Energi

Menurut para ahli, telinga juga berfungsi untuk menyalurkan energi berupa
gelombang suara ke otak. Proses ini sudah dimulai ketika janin masih berada di
dalam kandungan. Energi ini memberikan pengaruh yang sangat nyata pada
perkembangan fetal otak hingga manusia tumbuh menjadi dewasa.

2.3 Fenomena Suara dan Mekanisme Biofis Mendengar


Mendengar adalah sebuah proses biophysical, dimana dunia fisik dari suara
berinteraksi dengan dunia biologis dari sel-sel, saraf-saraf, serta komunikasi kimiawi.
Tabel berikut ini menunjukkan beberapa konsep-konsep fisik berkaitan dengan suara
dan pendengaran seperti halnya beberapa konsep biologis umum yang diterapkan.
Konsep-konsep fisika dan biologi yang berkaitan dengan pendengaran

Fisika Biologi/Biokimiawi

Gelombang Sel-sel (sel-sel rambut, saraf)

Frekuensi Komunikasi kimiawi

Amplitudo Fisiologi (liang telinga, gendang


telinga, tulang martil/landasan)
Tekanan

Elektrik/listrik

Energi

Gaya

Gendang telinga disebut sebuah gendang karena gendang telinga dan gendang musik
hampir sama perilakunya. Pada gendang musik, energi ditimbulkan melalui gaya pada
gendang oleh pukulan stik ke kepala gendang. Sebagian energi disalurkan ke udara
dan membawa gelombang melalui gerakan molekul-molekul udara. Gelombang
tersebut kemudian masuk liang telinga dan menyebabkan tekanan pada gendang
telinga, yang mengirimkan gelombang-gelombang sebagai getaran melalui tulang
martil, inkus, dan stapes. Getaran-getaran dibawa masuk ke dalam cairan di dalam
rumah siput yang membangkitkan gelombang dalam cairan.

Suara mencapai gendang telinga melalui tulang martil menuju ke cairan didalam
koklea (rumah siput). Awalnya drum dipukul sehingga ada tekanan yang
menimbulkan gelombang suara, akibatnya menggetarkan tiga tulang (martil,inkus,
stapes). Getaran-getaran dibawa masuk ke dalam cairan di dalam rumah siput yang
membangkitkan gelombang dalam cairan.

Tekanan adalah tahap awal Fisika disamping mendengar, dirumuskan dengan:

P=F/A

Jadi jumlah tekanan sangat penting dalam proses pendengaran karena terlalu bila
banyak bisa mengarah pada kerusakan pendengaran. Kebanyakan suara adalah
merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat
dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan
amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel.

Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium
lain, sampai ke gendang telinga manusia. Gelombang bunyi terdiri dari molekul-
molekul udara yang bergetar maju-mundur. Tiap saat, molekul-molekul itu
berdesakan di beberapa tempat, sehingga menghasilkan wilayah tekanan tinggi, tapi di
tempat lain merenggang, sehingga menghasilkan wilayah tekanan rendah. Gelombang
bertekanan tinggi dan rendah secara bergantian bergerak di udara, menyebar dari
sumber bunyi.Gelombang bunyi ini menghantarkan bunyi ke telinga
manusia,Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Proses mendengar adalah
proses biologis yang dijembatani oleh dunia fisik dan kimiawi.Berikut diagram proses
fisik, kimiawi, maupun dua-duanya:

Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi terdiri dari molekul-molekul udara yang bergetar maju-mundur.
Tiap saat, molekul-molekul itu berdesakan di beberapa tempat, sehingga
menghasilkan wilayah tekanan tinggi, tapi di tempat lain merenggang, sehingga
menghasilkan wilayah tekanan rendah. Gelombang bertekanan tinggi dan rendah
secara bergantian bergerak di udara, menyebar dari sumber bunyi. Gelombang bunyi
ini menghantarkan bunyi ke telinga manusia,Gelombang bunyi adalah gelombang
longitudinal.

Kecepatan Bunyi
Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224 km/jam. Bunyi merambat lebih
lambat jika suhu dan tekanan udara lebih rendah. Di udara tipis dan dingin pada
ketinggian lebih dari 11 km, kecepatan bunyi 1.000 km/jam. Di air, kecepatannya
5.400 km/jam, jauh lebih cepat daripada di udara Rumus mencari cepat rambat bunyi
adalah v=s:t Dengan s panjang Gelombang bunyi dan t waktu.

Resonansi
Suatu benda, misalnya gelas, mengeluarkan nada musik jika diketuk sebab ia
memiliki frekuensi getaran alami sendiri. Jika kita menyanyikan nada musik
berfrekuensi sama dengan suatu benda, benda itu akan bergetar. Peristiwa ini
dinamakan resonansi. Bunyi yang sangat keras dapat mengakibatkan gelas
beresonansi begitu kuatnya sehingga pecah.
Langkah Fisik, kimiawi, atau kedua-duanya

1. Getaran atau tekanan gelombang Fisik


ditransmisikan melalui koklea ke
sel-sel rambut

2. Stereocilia pada sel-sel rambut Fisik


bergerak dan bergoyang oleh
adanya getaran

3. Stereocilia yang agak panjang Fisik


mendorong pegas/klep untuk
membuka tutup atau saluran
dalam sel

4. Ion-ion yang telah diisi Na= dan Dua-duanya (kimiawi membangkitkan


Cl- bergerak melalui sel-sel fisik muatan listrik)
saluran neuron berubah potensial
listriknya sehingga menghasilkan
sebuah muatan listrik yang
bergerak melalui sel-selsaraf
auditori ke otak

5. Muatan-muatan listrik mencapai Dua-duanya (fisik muatan listrik


titik akhir dari neuron, ditandai memicu kimiawi)
oleh pelepasan zat-zat kimiawi
spesifik dari neurotransmitters
seperti dopamine, ephinephrine,
dll

6. Neurotransmitters berinteraksi Kimiawi


dengan sel-sel pada area di otak
untuk mendengar dan
menginterpretasikan pesan
BAB III. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :


1. Fenomena gelombang suara terjadinya karena adanya molekul-molekul udara
yang bergetar merambat ke segala arah. Tiap saat, molekul-molekul itu
berdesakan di beberapa tempat, sehingga menghasilkan wilayah tekanan
tinggi, tapi di tempat lain merenggang, sehingga menghasilkan wilayah
tekanan rendah. Gelombang bertekanan tinggi dan rendah secara bergantian
bergerak di udara, menyebar dari sumber bunyi. Gelombang bunyi ini
menghantarkan bunyi ke telinga manusia.
2. Fungsi telinga yaitu untuk mendengar, sebagai alat keseimbangan tubuh, dan
penyalur energi pada janin.
3. Mekanisme mendengar berdasarkan biofisika meliputi beberapa konsep dari
fisika antara lain ; gelombang, frekuensi, amplitudo, tekanan, elektrik, energy,
dan gaya, sedangkan konsep dari biologi antara lain ; sel-sel rambut, saraf,
komunikasi kimiawi, dan fisiologi (liang telinga, gendang telinga, tulang
martil/landasan).
DAFTAR PUSTAKA

Ambar, Dewi. 2013. Makalah Fisika Bunyi dan Pemanfaatannya. (di dalam http://dewi-
ambar.blogspot.com/2013/03/makalah-fisika-bunyi-dan-pemanfaatannya.html)
Avita. 2012. Intensitas Suara yang Bisa Didengar. (di dalam
http://avithafransiscaidp.blogspot.com/2012/11/intensitas-suara-yang-bisa-didengar.html )
Friska. 2014. Fenomena Suara dan Mekanisme Biofisika. (di dalam
http://friskadee.blogspot.com/2014/01/fenomena-suara-dan-mekanisme-biofisika_7320.html)
Prabawa, Iman. 2012. Batas Pendengaran Telinga Manusia. (di dalam
http://imanprabawa.wordpress.com/2012/12/13/batas-pendengaran-telinga-manusia/ )
Sridianti. 2014. Bagian dari Telinga Manusia dan Fungsinya. (di dalam
http://www.sridianti.com/bagian-dari-telinga-manusia-dan-fungsinya.html)
Wiryawan. 2013. Fenomena Gelombang. (di dalam
http://wiryawangpblog.blogspot.com/2013/09/fenomena-gelombang-petir-prakiraan.html)

Anda mungkin juga menyukai