Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG OPTIK

LKM 04
KARAKTERISTIK RUANG KEDAP BUNYI

Oleh:
1. Nuriska Ela Safitri

(12030654057)

2. Muflihatul Abadiyah

(12030654224)

3. Moch. Martha Ayuhans (12030654226)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI PENDIDIKAN IPA

2015

KARAKTERISTIK RUANG KEDAP BUNYI


Nuriska Ela Safitri, Muflihatul Abadiyah, Mochamat Martha Ayuhans
Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Kami telah melakukan percobaan dengan judul Karakteristik Ruang Kedap
Bunyi pada hari Rabu tanggal 14 Mei 2015 di Laboratorium prodi Pendidikan IPA
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unesa. Percobaan ini bertujuan
untuk mendiskripsikan hubungan jarak sumber bunyi terhadap kuat lemahnya
pantulan bunyi yang dihasilkan serta mendiskripsikan pengaruh tempat sumber bunyi
terhadap pantulan bunyi yang dihasilkan.variabel yang digunakan pada percobaan
ini adalah, variabel manipulasi berupa jarak sumber terhadap dinding, variabel
control yaitu jarak pengamat terhadap dinding dan frekuensi serta nada sumber
bunyi, sera variaabel respon yaitu peristiwa bunyi yang dihasilan (gaung atau gema).
Adapun prosedur untuk melakukan percobaan ini ialah dengan mengukur sumber
bunyi terhadap dinding ruangan yang digunakan percobaan, serta mengukur jarak
sumber terhadap pengamat. Setelah itu, sumber bunyi mengeluarkan suatu bunyi dan
pengamat mengamati pantulan bunyi yang dihasilkan, hasil tersebut dicatat pada
tabel hasil percobaan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa pada peristiwa gaung pada ruang musik gedung C12 dan
peristiwa gema pada aula SD Lab School Unesa dipengaruhi oleh jarak sumber
terhadap dinding.. Semakin jauh jarak tembok dengan sumber suara dan semakin
dekat jarak antara sumber dengan pengamat suara yang terdengar akan semakin
keras hal tersebut terjadi pada peristiwa gaung. Sedangkan pada peristiwa gema.
Semakin jauh jarak tembok dengan sumber suara dan semakin dekat jarak antara
sumber dengan pengamat, suara yang terdengar akan semakin lemah. Kedua
peristiwa tersebut dipengaruhi oleh bahan penyusun dinding suatu ruangan tersebut.

Kata kunci : Bunyi, Gaung, Gema

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari ilmu fisika, salah satunya adalah
peistiwa pemantulan bunyi, sebagai contoh saat kita mendengarkan pidato saat ada dalam
sebuah gedung, atau contoh lain yaitu, pada saat kita sedang berteriak di suatu lembah
dan terdengar suara kita secara berulang- ulang. Hal tersebut sebenarnya terjadi karena
adanya pemantulan bunyi.
Pemantulan bunyi terjadi karena gelombang bunyi menabrak bidang pantul
kemudian gelombang bunyi tersebut dipantulkan oleh bidang pantul tesebut. Ketika kita
mendengar suara petir, mungkin kita juga akan mendengar suara susulan yang
merupakan gema suara aslinya. Suara susulan ini terjadi akibat adanya bunyi yang
menumbuk dinding penumbuk, kemudian dipantulkan oleh dinding itu. Tidak semua
bunyi yang mengenai dinding pemantul akan dipantulkan. Ada sebagian bunyi tersebut
yang diserap dinding pemantul. Terjadinya penyerapan bunyi tersebut bergantung pada
dinding suatu ruangan. Oleh karenanya, untuk mengetahui karakteristik ruang kedap
bunyi tersebut dilakukan percobaan kerakteristik ruang kedap bunyi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara jarak sumber bunyi terhadap kuat lemahnya pantulan
bunyi yang dihasilkan ?
2. Bagaimana hubungan antara tempat sumber bunyi terhadap pantulan bunyi yang
dihasilkan ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari percobaan yang dilakuakn
adalah:
1. Mengetahui hubungan jarak sumber bunyi terhadap kuat lemahnya pantulan bunyi
yang dihasilkan.
2. Mengetahui pengaruh tempat sumber bunyi terhadap pantulan bunyi yang dihasilkan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Bunyi
Bunyi adalah energi gelombang yang berasal dari sumber bunyi, yaitu benda yang
bergetar. Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik yang dapat merambat
melalui medium, dan medium perambatannya itu seperti : zat cair, zat padat, dan udara
sehingga dapat didengar. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal.
Bunyi adalah bahan terpenting dalam musik. Bunyi berasal dari sumber bunyi yang
digetarkan oleh tenaga atau energi. Kemudian getaran tersebut diantarkan atau
dipancarkan keluar. Dan bila getaran ini sampai di telinga kita, barulah kita dapat
mendengarkannya.
B. Syarat Terdengarnya Bunyi
Bunyi disebabkan oleh adanya benda yang bergetar. Misalkan : jika kita berteriak
sambil memegang tenggorokan, maka kita rasakan tenggorokan kita bergetar. Dan pada
contoh lain yaitu senar gitar, senar gitar yang tidak kita petik tidak akan menghasilkan
getaran sehingga kita tidak dapat mendengar bunyi. Dan ketika senar gitar kita petik,
senarnya akan bergetar dan kita akan mendengar bunyi.
Syarat-syarat agar bunyi tersebut bisa didengar yaitu dengan adanya hal-hal berikut
dibawah yaitu :
1. Ada sumber bunyi yang bergetar,
2. Ada zat perantara (medium) yang merambatkan gelombang bunyi dari sumber ke
telinga,
3. Getaran mempunyai frekuensi tertentu (20 Hz 20.000 Hz),
4. Adanya pendengar (Indra pendengarnya dalam keadaan baik)
C. Sifat-Sifat Gelombang Bunyi
Sifat-sifat bunyi pada dasarnya sama dengan sifat-sifat gelombang longitudinal,
yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), dipadukan (interferensi),
dilenturkan (difraksi) dan dapat diresonansikan.
Adapun sifat-sifat dari gelombang bunyi yaitu :
1.

Gelombang bunyi memerlukan medium.

Karena gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik, maka dalam


perambatannya bunyi memerlukan medium. Hal ini dapat dibuktikan saat dua
orang astronout berada jauh dari bumi dan keadaan dalam pesawat dibuat hampa
udara, astronout tersebut tidak dapat bercakap-cakap langsung tetapi menggunakan
alat komunikasi seperti telepon. Meskipun dua orang astronout tersebut berada
dalam satu pesawat.
2.

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal


Karena daerah yang tekanan udaranya bertambah disebut suatu rapatan dan
rapatan ini bergerak menjauh dari pengeras suara pada kecepatan bunyi. Rapatan
ini mirip dengan rapatan-rapatan dengan kumparan dalam gelombang ligitudinal
pada slinki. Setelah menghasilkan rapatan diafragma membalik arah gerakannya
menjadi radial ke dalam. Gerakan diafragma radial ke dalam menghasilkan suatu
daerah yang dikenal sebagai renggangan. Renggangan ini menyebabkan tekanan
udara sedikit lebih kecil daripada tekanan normal. Renggangan ini mirip dengan
daerah pada kumparan-kumparan dalam gelombang longitudinal pada slinki.
Kemudian mengikuti rapatan, renggangan juga merambat menjauh dari pengeras
suara ada kecepatan bunyi. Pusat rapatan menghasilkan tekanan udara paling besar
dan pusat renggangan menghasilkan tekanan udara paling kecil.

3.

Gelombang bunyi mengalami pemantulan.


Salah satu sifat gelombang adalah dapat dipantulkan sehingga gelombang
bunyi juga dapat mengalami hal ini. Hukum pemantulan gelombang: sudut datang
= sudut pantul juga berlaku pada gelombang bunyi. Hal ini dapat dibuktikan
bahwa pemantulan bunyi dalam ruang tertutup dapat menimbulkan gaung. Yaitu
sebagian bunyi pantul bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli terdengar
tidak jelas. Untuk menghindari terjadinya gaung maka dalam bioskop, studio radio
dan televisi, dan gedung konser musik dindingnya dilapisi zat peredam suara yang
biasanya terbuat dari kain wol, kapas, gelas, karet, atau besi.

4.

Gelombang bunyi mengalami pembiasan


Salah satu sifat gelombang adalah mengalami pembiasan. Peristiwa
pembiasan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada malam hari bunyi petir
terdengar lebih keras daripada siang hari. Hal ini disebabkan karena pada pada

siang hari udara lapisan atas lebih dingin daripada dilapisan bawah. Karena cepat
rambat bunyi pada suhu dingin lebih kecil daripada suhu panas makakecepatan
bunyi dilapisan udara atas lebih kecil daripada dilapisan bawah, yang berakibat
medium lapisan atas lebih rapat dari medium lapisan bawah. Hal yang sebaliknya
terjadi pada malam hari. Jadi pada siang hari bunyi petir merambat dari lapisan
udara atas kelapisan udara bawah.
5.

Gelombang bunyi mengalami pelenturan.


Gelombang bunyi sangat mudah mengalami difraksi karena gelombang bunyi
diudara memiliki panjang gelombang dalam rentang sentimeter sampai beberapa
meter. Seperti yang kita ketahui, bahwa gelombang yang lebih panjang akan lebih
mudah didifraksikan.
Peristiwa difraksi terjadi misalnya saat kita dapat mendengar suara mesin
mobil ditikungan jalan walaupun kita belum melihat mobil tersebut karena
terhalang oleh bangunan tinggi dipinggir tikungan.

6.

Gelombang bunyi mengalami perpaduan.


Gelombang bunyi mengalami gejala perpaduan gelombang atau interferensi,
yang dibedakan menjadi dua yaitu interferensi konstruktif atau penguatan bunyi
dan interferensi destruktif atau pelemahan bunyi. Misalnya waktu kita berada
diantara dua buah loud-speaker dengan frekuensi dan amplitudo yang sama atau
hampir sama maka kita akan mendengar bunyi yang keras dan lemah secara
bergantian.

D. Karekteristik bunyi
Adapun karakteristik dari gelombang bunyi itu sendiri, adalah :
1. Nada adalah bunyi yang frekuensinya teratur. Contoh : bunyi alat music
2. Desah adalah bunyi yang frekuensinya tidak teratur. Contoh : bunyi desiran angin
3. Warna bunyi adalah bunyi yang frekuensi-nya sama tetapi terdengar berbeda.
4. Dentum adalah bunyi yang amplitudonya sangat besar dan terdengar mendadak.
Contoh : ledakan bom.

E. Syarat terjadinya pemantulan bunyi.

Gambar 1.1 Pemantulan Bunyi


Sumber : http://mulyawulansari.blogspot.com
Bunyi akan dipantulkan jika mengenai permukaan benda yang keras, seperti
permukaan dinding batu atau semen, besi, kaca, dan seng. Sebaliknya, sebagian besar
bunyi akan diserap jika mengenai permukaan benda yang lunak, misalnya kain, karet,
busa, gabus, karpet, dan wol (benda-benda peredam bunyi).
Jika kita mengucapkan beberapa kata maka beberapa suku kata atau kata antara
bunyi datang dengan bunyi pantul saling merusak, sehingga yang terdengar oleh kita
hanya ssatu suku kata terakhir dari bunyi pantul. Peristiwa ini disebut gaung atau
kerdam. Dalam ruang tertutup seperti bioskop, gedung konser music, untuk mengurangi
gaung, dinding dan langit-langitnya dipasang peredam suara.
F. Hukum Pemantulan Bunyi
Pemantulan bunyi mengikuti suatu aturan hukum pemantulan bunyi sebagai
berikut. Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak dalam satu bidang datar.
Sudut datang sama besar dengan sudut pantul.

Gambar 1.2 Hukum Pemantulan Bunyi


Sumber
: Fisikazone.com
Sudut datang adalah sudut antara
bunyi
datang dengan garis normal. Sudut pantul
adalah sudut antara bunyi pantul dengan garis normal. Garis normal adalah garis tegak
lurus bidang pantul melalui titik jatuh bunyi datang.
Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika jarak dinding pantul tidak jauh dari
sumber bunyi. Misalnya, bunyi kereta api ketika masuk terowongan akan terdengar
semakin kuat. Dari uraian itu dapat disimpulkan bahwa kuat bunyi yang didengar
tergantung pada :
1.

amplitudo sumber bunyi;

2.

jarak antara sumber bunyi dengan pendengar;

3.

resonansi yang terjadi;

4.

serta adanya dinding pemantul yang sesuai.


G. Macam-Macam Pemantulan Bunyi
1. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli
. Suara gurumu di dalam kelas akan lebih keras dibandingkan dengan suara guru
olah ragamu di lapangan. Itu dikarenakan suara di dalam ruangan akan dipantulkan
oleh dinding-dinding ruangan
2. Gaung atau kerdam
Bunyi pantul yang datangnya hanya sebagian yang bersamaan dengan bunyi
asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas disebut gaung atau kerdam.
Gaung atau kerdam dapat terjadi di gedung bioskop, gedung pertunjukan,
gedung pertemuan, studio radio, dan lain-lain. Untuk menghindari terjadinya gaung,
pada dinding gedung-gedung tersebut biasanya dilapisi bahan yang dapat meredam
bunyi disebut bahan akustik. Misalnya, kain wol, kapas, karton, papan karton, gabus,
dan karet busa.
3. Gema
Bunyi pantul dapat terdengar dengan jelas seperti bunyi aslinya karena
antara bunyi pantuldengan bunyi asli tidak saling mengganggu. Hal ini
dimungkinkan jika jarak antara dinding pemantul dengan sumber bunyi jauh. Karena
jarak yang jauh, bunyi akan berjalan menempuh jarak yang jauh. Waktu yang

digunakan untuk memantul juga lama. Ketika bunyi asli sudah selesai
diucapkan, bunyi pantul mungkin masih di perjalanan. Akibatnya, bunyi
pantul terdengar jelas setelah bunyi asli. Bunyi pantul yang terdengar jelas setelah
bunyi asli disebut gema. Gema dapat terjadi di lereng-lereng gunung atau di lembahlembah.
H. Manfaat Bunyi Pantul
1. Pengukuran jarak dengan gema
Dalam satu sekon biasanya dapat diucapkan lima suku kata. Berapa waktu
yang diperlukan untuk mengucapkan satu suku kata? Untuk mendapatkan gema dari
satu suku kata, bunyi pantul harus datang secepat-cepatnya setelah 1/5 sekon, yaitu
setelah suku kata tersebut selesai diucapkan. Dengan demikian, selama 1/5 sekon
bunyi telah menempuh jarak dua kali jarak antara sumber bunyi dan dinding
pemantul. Jadi, untuk 1 suku kata, jarak dinding pemantul adalah :

Untuk n suku kata, jarak dinding pemantul adalah

Waktu terdengar gema, artinya bunyi telah menempuh jarak tersebut pergipulang. Jika jarak d dan waktu yang dibutuhkan t maka kecepatan bunyinya adalah :

2. Pengukuran kedalaman laut dengan pemantulan bunyi


Bagaimana mengukur kedalaman laut? Sebuah sumber getar yang disebut
osilator dipasang pada dinding kapal bagian bawah. Di dekat osilator dipasang
hidrofon, yaitu alat yang dapat menangkap getaran.
Untuk mengukur kedalaman laut, osilator digetarkan. Getaran ultrasonik yang
dihasilkannya diarahkan ke dasar laut. Oleh dasar laut, getaran ini dipantulkan dan
diterima hidrofon. Sebuah alat pencatat akan mencatat selang waktu antara getaran
dikirim dan getaran pantul yang diterima. Jika cepat rambat bunyi di air laut diketahui
maka kedalaman laut dapat dihitung.
Bunyi dapat dipantulkan. Bunyi pantul yang terdengar setelah terdengarnya
bunyi asli disebut gema. Bunyi pantul yang sebagian terdengar bersamaaan dengan
bunyi asli disebut gaung atau kerdam dari bunyi pantul tersebut.

BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan
No
Nama
.
1. Ruang aula SD Lab Unesa
2. Ruang Musik C12-02-04

Jumlah
1
1

B. Rancangan Percobaan

C. Variabel percobaan

Gambar 1. Rancangan Percobaan

1. Variabel manipulasi

: Jarak

2. Variabel kontrol

: Sumber bunyi (suara, dll)

3. Variabel respon

: Gema atau gaung

Definisi operasional variabel


1. Variabel manipulasi
a) Jarak yang dimaksud pada percobaan ini adalah jarak yang diukur dari sumber
suara (praktikan) ke tembok.
2. Variabel kontrol
a) Variabel kontrol dari percobaan ini adalah sumber bunyi (suara), dalam hal ini
frekuensi dan nada harus sama.
3. Variabel respon
a) Variabel respon percobaan ini adalah gaung dan gema. Gaung adalah bunyi yang
keluar sebelum bunyi asli, sedangkan gema adalah bunyi yang keluar setelah
bunyi asli.
D. Langkah percobaan
1. Menyiapkan alat yang dibutuhkan, misalnya meteran dan alat tulis.
2. Memposisikan sumber suara pada jarak tertentu dari tembok.

3. Membunyikan suatu nada.


4. Mengulangi percobaan hingga tiga kali dengan jarak yang berbeda.
5. Menuliskan hasil percobaan pada lembar kertas

BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Tabel 3.1. Data hasil percobaan karakteristik ruang kedap suara
Jarak (s1) m
Tembok
Sumber
N
Gaung/
Tempat
dan
dan
o
Gema
Sumber
Pengamat
1
3
Gaung
Ruang musik
1
2
2
Gaung
C12
3
1
Gaung
1
3
Gema
Aula SD Lab
2
2
2
Gema
School Unesa
3
1
Gema

Spesifikasi
+
++
+++
+++
++
+

B. Analisis
Pada percobaan gelombang dan optik yang berjudul karakteristik ruang kedap
suara didapatkan data percobaan pada ruang musik C12 semua suara yang terdengar
merupakan gaung. Pada jarak 1 meter antara tembok dengan sumber dan jarak 3 meter
antara sumber dengan pengamat, suara terdengar lemah. Pada jarak 2 meter antara
tembok dengan sumber dan jarak 2 meter antara sumber dengan pengamat, suara
terdengar sedikit keras. Pada jarak 3 meter antara tembok dengan sumber dan jarak 1
meter antara sumber dengan pengamat, suara terdengar sangat keras.
Pada aula SD Lab School Unesa semua suara yang terdengar merupakan gema.
Pada jarak 1 meter antara tembok dengan sumber dan jarak 3 meter antara sumber
dengan pengamat, suara terdengar keras. Pada jarak 2 meter antara tembok dengan
sumber dan jarak 2 meter antara sumber dengan pengamat, suara terdengar sedikit keras.
Pada jarak 3 meter antara tembok dengan sumber dan jarak 1 meter antara sumber
dengan pengamat, suara terdengar lemah.

C. Diskusi
Pada percobaan karakteristik ruang kedap suara yang dilakukan di ruang musik
C12, suara yang terdengar merupakan gaung. Gaung adalah suara pantul yang hanya
sebagian bersamaan dengan suara asli sehingga menyebabkan suara asli terdengar tidak

jelas. Pada ruang musik C12, tembok ruangan dilapisi bahan peredam suara sehingga
suara terdengar jelas. Semakin jauh jarak tembok dengan sumber suara dan semakin
dekat jarak antara sumber dengan pengamat, suara yang terdengar akan semakin keras
dan sebaliknya semakin dekat jarak tembok dengan sumber suara maka suara yang
terdengar akan semakin lemah.
Sedangkan pada percobaan karakteristik ruang kedap suara yang dilakukan di
aula SD Lab School Unesa, suara yang terdengar merupakan gema. Gema adalah suara
pantul yang terdengar beberapa saat setelah suara asli. dan akan terjadi jika dinding
pemantul saling berjauhan dan suara pantul ini memerlukan waktu untuk bolak-balik.
Semakin jauh jarak tembok dengan sumber suara dan semakin dekat jarak antara sumber
dengan pengamat, suara yang terdengar akan semakin lemah. Dinding aula merupakan
medium padat yang dapat menjadi pemantul buyi. Ketika jarak dinding aula jauh dari
sumber suara maka suara yang dipantulkan akan datang terlambat sampai ke telinga kita.
Akibatnya, suara pantul tersebut akan terdengar jelas setelah suara asli selesai diucapkan.
D. Pertanyaan Lanjutan
1. Buatlah gambar Rancangan Perbaikan pada Aula SD Lab Unesa, sehingga
menghasilkan akustik ruang seperti yang Anda inginkan.

Tembok aula
Ruangan Aula
SD Lab Unesa

Peredam suara
seperti kapas, wool,
dan gabus.

2. Apakah pemantulan bunyi pada ruang harus selalu ditiadakan atau direduksi sekecilkecilnya? Telusuri sumber pustaka dan/atau internet untuk menjawabnya.
Tergantung besar kecilnya ruangan.
Jika pada ruangan besar terdapat jarak antara sumber bunyi dan dinding pemantul
yang berjauhan, hanya sebagian bunyi pantul yang terdengar bersamaan dengan

bunyi asli. Peristiwa ini terjadi karena bunyi pantul harus menempuh jarak yang
lebih jauh sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Adanya selisih waktu antara
bunyi pantul dan bunyi aslinya menimbulkan gaung. Akibatnya, suara asli menjadi
tidak jelas. Bunyi pantulan ini bersifat merugikan karena dapat menggangu kejelasan
bunyi asli. Untuk menghindari peristiwa ini, gedung-gedung yang mempunyai
ruangan besar seperti aula telah dirancang supaya gaung tersebut tidak terjadi. Upaya
ini dapat dilakukan dengan melapisi dinding dengan bahan yang bersifat tidak
memantulkan bunyi atau dilapisi oleh zat kedap (peredam) suara. Contoh bahan
peredam bunyi adalah gabus, kapas, dan wool. Ruangan yang tidak menghasilkan
gaung sering disebut ruangan yang mempunyai akustik bagus. Selain melapisi
dinding dengan zat kedap suara, struktur bangunannya pun dibuat khusus.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada
peristiwa gaung pada ruang musik gedung C12 dan peristiwa gema pada aula SD Lab
School Unesa dipengaruhi oleh jarak sumber terhadap dinding.. Semakin jauh jarak
tembok dengan sumber suara dan semakin dekat jarak antara sumber dengan
pengamat suara yang terdengar akan semakin keras hal tersebut terjadi pada peristiwa
gaung. Sedangkan pada peristiwa gema. Semakin jauh jarak tembok dengan sumber
suara dan semakin dekat jarak antara sumber dengan pengamat, suara yang terdengar
akan semakin lemah. Kedua peristiwa tersebut dipengaruhi oleh bahan penyusun
dinding suatu ruangan tersebut.
Agar suatu ruangan tidak terjadi suatu pantulan bunyi yang tidak diinginkan,
maka dinding ruangan tersebut dilapisi oleh zat kedap (peredam) suara. Contoh bahan
peredam bunyi adalah gabus, kapas, dan wool. Ruangan yang tidak menghasilkan
gaung sering disebut ruangan yang mempunyai akustik bagus. Selain melapisi dinding
dengan zat kedap suara, struktur bangunannya pun dibuat khusus.
B. Saran
Pada percobaan ini, dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk mengamati atau
mendengarkan hasil pantulan bunyi dari sumber. Selain itu, praktikan yang digunakan
sebagai sumber pada percobaan, sebaiknya praktikan yang memiliki suara lantang
agar pantulan bunyi dapat didengarkan dengan jelas.

Daftar Pustaka
Giancoli, D.C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Alih bahasa: Yuhilza Hanum. Jakarta:
Erlangga.
Wulansari,

Mulya.

2013.

Bunyi

(Online),

(http://mulyawulansari.blogspot.com/2013/06/bunyi.html , diakses 18 Mei 2015).


Anonim. 2015. Bunyi (Online), (http://fisikazone.com/pemantulan-bunyi-bunyi-pantul/
diakses 18 Mei 2015).
TIM. 2014. Modul Praktikum Gelombang dan Optik. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai