Anda di halaman 1dari 32

BIOAKUSTIK

Pengertian
 Bioakustik berasal dari kata
 bio artinya hidup atau hayat
 akustika berarti kajian getaran dan bunyi.
 Bioakustik yaitu ilmu yang mempelajari tentang proses penerimaan pendengaran
yang timbul oleh mahluk hidup.
 Bunyi merupakan getaran yang menimbulkan gelombang longitudinal yang
merambat melalui medium perambatannya (zat cair, zat padat, dan udara)
sehingga dapat didengar.
 suara adalah gabungan berbagai sinyal getar terdiri dari gelombang harmonis.
gelombang bunyi

 Gelombang bunyi yaitu gelombang yang dihasilkan akibat adanya vibrasi


atau getaran dari suatu bunyi.
 Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanika pada medium
(gas, cair, gas) yang merambat kedepan dengan kecepatan tertentu.
 Gelombang bunyi  merupakan vibrasi/ getaran molekul – molekul zat yang
saling beradu satu sama lain, zat – zat tersebut terkoordinasi menghasilkan
gelombang serta mentransmisikannya energinya bahkan tidak perna terjadi
perpindahan partikel.
 Gelombang bunyi menjalar secara tranversal atau secara longitudinal.
Gelombang Transversal: Gelombang Longitudinal:
• Gelombang yang arah getarnya • Gelombang yang arah getarnya
tegak lurus dengan rambatnya. searah dengan arah rambatnya.
• Contohnya antara lain: gelombang • Contohnya adalah gelombang suara.
tali, gelombang elektromagnetik
cahaya.
Sifat sifat gelombang bunyi

1. Gelombang memerlukan medium dalam perambatannya


2. Mengalami pemantulan (refleksi)
3. Mengalami pembiasan (refraksi)
4. Mengalami pelenturan (difraksi)
5. Mengalami perpaduan (interferensi)
6. Mengalami penguraian (dispersi)
7. Dapat diserap arah getarnya (polarisasi)
Klasifikasi gelombang bunyi
1. Infrasonik
 Gelombang bunyi yang memiliki frekuensi kurang dari 20 Hz.
 Bunyi pada frekuensi ini tidak dapat didengar manusia.
 Pada frekuensi ini gelombang bunyi hanya dapat didengar oleh binatang tertentu
seperti jangkrik.
2. Audiosonik
 Frekuesi gelombang bunyi audiosonik berkisar antara 20 Hz – 20.000 Hz.
 Bunyi pada rentang frekuensi inilah yang dapat didengar manusia.
 Rentang frekuensi ini dinamakan jangkauan pendengaran.
3. Ultrasonik
 Gelombang bunyi ultrasonik memiliki frekuensi diatas 20.000 Hz.
 Bunyi pada frekuensi ini tidak dapat didengar manusia.
 Binatang yang dapat mendengar ultrasonik antara lain anjing dapat mendengar
frekuensi 50.000 Hz, kelelawar dapat mendeteksi frekuensi sampai 100.000 hz.
Klasifikasi gelombang bunyi
1. Infrasonik
 Gelombang bunyi yang memiliki frekuensi kurang dari 20 Hz.
 Bunyi pada frekuensi ini tidak dapat didengar manusia.
 Pada frekuensi ini gelombang bunyi hanya dapat didengar oleh binatang tertentu
seperti jangkrik.
2. Audiosonik
 Frekuesi gelombang bunyi audiosonik berkisar antara 20 Hz – 20.000 Hz.
 Bunyi pada rentang frekuensi inilah yang dapat didengar manusia.
 Rentang frekuensi ini dinamakan jangkauan pendengaran.
3. Ultrasonik
 Gelombang bunyi ultrasonik memiliki frekuensi diatas 20.000 Hz.
 Bunyi pada frekuensi ini tidak dapat didengar manusia.
 Binatang yang dapat mendengar ultrasonik antara lain anjing dapat mendengar
frekuensi 50.000 Hz, kelelawar dapat mendeteksi frekuensi sampai 100.000 hz.
Daerah Infrasonik
 Mempunyai frekuensi 0 – 16 Hz, (20 Hz)
 Sumber : getaran tanah, bangunan, truk mobil dan gempa bumi.
 Efek
 Menyebabkan discomford (kurang nyaman)
 Kelesuan (fatique)
 Kadang – kadang menimbulkan perubahan pada penglihatan
 Jika mengenai tubuh menyebabkan resonansi & terasa getarannya pada beberapa
bagian tubuh.
Daerah Sonik
 Dapat didengar oleh telinga manusia  Audiosonik
 Mempunyai frekuensi 20 – 20.000 Hz
 Nilai ambang rata – rata terletak pada 1.000 Hz (secara internasional)
 nilai ambang yaitu frekuensi yang berkaitan dengan nineau bunyi (dB) yang dapat
didengar
 Semakin naik usia seseorang maka nilai ambang pendengaran semakin naik.
 Presbikus  Gejala naiknya nilai ambang karena usia (kurang pendengaran oleh karena
umur semakin tua ).
Daerah Ultrasonik
 Mempunyai frekuensi >20.000 Hz
 Kegunaan (bidang kedokteran):
 Diagnosis
 Destruktif
 pengobatan
 Banyak digunakan karena frekuensinya tinggi sehingga mempunyai
daya tembus jaringan cukup besar.
Mendeteksi Bunyi

 Dilakukan dengan mengkonversi gelombang bunyi ke dalam bentuk vibrasi sehingga dapat
dianalisa frekuensi dan intensitasnya.
 Sumber bunyi:
 Pembakaran minyak dalam suatu mesin
 Instrumen musik
 Ruang mulut & ruang hidung manusia  merupakan struktur resonansi untuk
menghasilkan vibrasi melalui pita suara.
 Alat yang diperlukan mikrofon & telinga manusia
 Mikrofon  sbg tranduser yang memberikan respon terhadap tekanan bunyi &
menghasilkan isyarat/ signal listrik.
 Mikrofon yang banyak digunakan mikrofon kondensor berguna untuk mendeteksi
kebisingan lingkungan perusahaan.
TELINGA

 Telinga dan proses pendengaran


 Organ yang berperan menerima getaran suara
 Getaran tergolong sebagai energi mekanik
 Energi mekanik ini diterima dan diolah di dalam telinga, lalu diubah
menjadi energi listrik setelah diterima oleh reseptor saraf sensorik di organ
korti telinga dalam
Proses pengolahan suara oleh telinga:

1. Pada telinga luar


Aurikel (daun telinga) mengumpulkan gelombang suara untuk diteruskan ke liang
telinga. Bandingkan bentuk corong daun telinga dengan stetoskop serta bandingkan
pula fungsinya.

Meatus akustikus eksternus (liang telinga luar) yang areanya lebih sempit akan
meningkatkan intensitas suara dan diteruskan menuju telinga tengah. Bandingkan pula
bentuk dan struktur liang telinga dengan stetoskop tadi.

Membrana timpani (gendang telinga) sebagai pembatas telinga luar dan telinga tengah
digetarkan dan menguatkan suara. Luas membran timpani kira-kira 51 mm2.
2. Pada telinga tengah

Tulang-tulang pendengaran (malleus, inkus dan stapes) menguatkan suara dengan


mekanisme gaya ungkit dan melanjutkannya menuju pembatas telinga dalam yaitu
foramen ovale.

Efek dari gaya ungkit tulang pendengaran terhadap getaran suara adalah 1,3 kali.
Cermati bahwa tulang-tulang pendengaran berawal dari membrana timpani seluas 51
mm2 dan berakhir pada foramen ovale dengan luas kira-kira 3 mm2. Dengan demikian
getaran suara yang masuk ke dalam telinga mengalami amplifikasi sebesar:

51/3 x 1,3 = 22 kali


3. Pada telinga dalam
Telinga dalam: kokhlea (rumah siput) dan duktus semisirkularis (saluran setengah
lingkaran).

Di dalam kokhlea terdapat 3 saluran: skala vestibuli dan skala timpani yang berisi
cairan perilimfe, yang akan bergetar meneruskan getaran dari foramen ovale.
Selanjutnya getaran ini akan menggetarkan cairan endolimfe dan organ korti di skala
ketiga (skala media).

Organ korti merupakan sel-sel rambut sebagai reseptor pendengaran. Dengan kata
lain energi mekanik berupa getaran tadi merangsang reseptor saraf sensorik
pendengaran (Nervus VIII) dan diteruskan sebagai energi listrik menuju otak untuk
ditafsirkan.
Respon frekuensi telinga
Pada usia muda batas atas masih 20.000 Hz, di usia pertengahan berkurang menjadi 15.000 Hz dan pada usia
lanjut menjadi 10.000 Hz.
Telinga manusia memiliki sensitifitas tertinggi pada frekuensi 3.000 Hz yang menimbulkan rasa tidak nyaman,
misalnya suara jeritan atau alarm. Penyebab dari kondisi tersebut adalah kokhlea adalah tabung dengan
panjang 2,5 cm yang tertutup di salah satu ujung.
Respon Frekuensi Telinga
 Pada usia muda batas atas masih 20.000 Hz, di usia pertengahan berkurang
menjadi 15.000 Hz dan pada usia lanjut menjadi 10.000 Hz.
 Telinga manusia memiliki sensitifitas tertinggi pada frekuensi 3.000 Hz yang
menimbulkan rasa tidak nyaman, misalnya suara jeritan atau alarm. Penyebab dari
kondisi tersebut adalah kokhlea (tabung dengan panjang 2,5 cm) yang tertutup di
salah satu ujung.
 Respon frekuensi telinga dikategorikan sebagai berikut:
 Pada frekuensi rendah telinga sangat tidak sensitif. Frekuensi 20 Hz membutuhkan
intensitas suara kira-kira 1 W/m2.
 Pada frekuensi ambang atas pendengaran, frekuensi 100 Hz membutuhkan
intensitas suara kira-kira 10-10 W/m2.
 Pada frekuensi ambang bawah pendengaran, frekuensi 3000 Hz sangat menusuk
kebisingan
 Bising ialah bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam
(bicara, pidato) maupun buatan (bunyi mesin) dan dapat menggangu kesehatan,
kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian yang bersifat relatif. Alat ukur
kebisingan adalah sound level meter.
Pembagian Kebisingan
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan, tingkat bunyi dan tenaga bunyi, maka bising
dibagi dalam 3 katagori :
1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi
antara 31, 5 – 8.000 Hz
2. Occupational noise ( bising yang berhubungan dengan pekerjaan) , bising ini
disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin ketik.
3. Impuls noise (impact noise = bising impulsif) , bising yang terjadi akibat adanya
bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan meriam, tembakan  dan lain
– lain
Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising
dibagi dalam beberapa jenis :

1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya karena mesin, kipas


angin
2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji,
penutup gas
3. Bising terputus – putus, misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di
udara
4. Bising sehari penuh (full noise time)
5. Bising setengah hari (part time noise)
6. Bising terus – menerus (steady noise)
7. Bising impulsive (impuls noise) ataupun bising sesaat
(letupan)                      
Pengaruh Bising pada Kesehatan

1. Hilangya pendengran sementara


2. Kebal atau imun terhadap bising
3. Telinga berdengung
4. Kehilangan pendengaran menetap, biasanya dimulai dari
frekuensi 4000 Hz
5. Menimbulkan gangguan psikologis berupa stress, insomnia, dan
depresi
Pencegahan Ketulian dari Proses Bising

Prinsip pencegahan ketulian dari proses bising adalah menjauhi dari sumber bising.
Untuk tujuan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Memberikan pelumas dan peredam pada mesin yang menghasilkan bising
2. Menggunakan tembok pemisah antara sumber bising dengan tempat kerja.
3. Menggunakan pelindung telinga
4. Apabila menyalakan TV, Radio dan Handphone dengan volume suara yang
sewajarnya, usahakan tidak terlalu keras.
5. Meminimalkan penggunaan peralatan yang menimbulkan suara bising.
Skala kebisingan
Kebisingan diukur dengan skala desibel (dB). Berikut ini merupakan daftar nilai
kebisingan dalam berbagai situasi dan dampak yang dapat timbul.
 
Level (dBA) Noise Effect

0 Ambang pendengaran  
20 Denyut nadi  
30 Detak jam  
40 Percakapan tenang  
50 Jalanan sepi  
70 Hoover in a room  
Peparan lama menimbulkan
90 Jalanan 7 m
kerusakan pendengaran
100 Kebisingan pabrik  
120  Suara diskotik Batas ketidaknyamanan
140 Pesawat udara 25 m Batas nyeri
160 Rifle close to ear Merobek membrana timpani
Kehilangan pendengaran

Kehilangan pendengaran dapat teradi akibat:


 Kerusakan mekanis akibat cedera kepala
 Penyakit (penyakit yang menghambat gerakan tulang-tulang pendengaran
dapat diatasi dengan operasi atau menggunakan alat bantu pendengaran.
Penyakit yang merusak saraf menuju kokhlea sulit diatasi)
 Terpapar pada kegaduhan secara berlebihan (Tinitus dapat terjadi setelah
terpapar kegaduhan konser rock, atau saat stress ketika tak bisa tidur).
 Proses penuaan (proses penuaan menimbulkan penurunan sensitifitas
terhadap suara)
Stetoskop

 Penggunaan perkusi pada tubuh untuk diagnosis pertama kali tercatat pada abad
ke – 18.
 Stetoskop  alat bantu pendengaran; membantu user mendengar suara – suara
yang berasal dari dalam tubuh, terutama jantung, paru, selain persendian serta
arteri yang tersumbat secrar parsial.
 Bagian – bagian stetoskop : sangkup (terbuka/tertutup oleh membran tipis) dan
earpieces
 Sungkup terbuka (open bell) fungsi: menyesuaikan/ menyamakan impedansi antara kulit dan udara.
 Kulit pasien yang bersentuhan dengan sungkup terbuka berfungsi sebagai diafragma.
 Kulit pasien memiliki frekuensi resonansi alami yang efektif untuk menghantarkan bunyi di
jantung.
 Frekuensi resonan ditentukan oleh diameter sungkup dan tekanan sungkup pada kulit. Semakin
kencang kulit tertarik, semakin tinggi frekuensi resonan.
 Semakin besar diameter sungkup, semakin rendah frekuensi resonan kulit
 Rentang suara yang diinginkan dapat diperluas dengan mengubah ukuran sungkup dan
mengubah – ubah tekanan sungkup terbuka terhadap kulit sehingga tegangan pada kulit juga
berbeda.
 Sungkup tertutup
 Sebuah sungkup yang memiliki diafragma dengan frekuensi resonan
tertentu, biasanya tinggi, dan menghambat suara – suara berfrekuensi
rendah.
 Frekuensi resonannya dikendalikan oleh faktor – faktor yang sama
dengan faktor yang mengatur frekuensi sungkup terbuka yang
ditekankan ke kulit.
 Stetoskop sungkup tertutup terutama digunakan untuk mendengarkan
bunyi paru yang frekuensinya lebih tinggi daripada bunyi jantung dan
paruh yang lazim.
Kriteria Sungkup Yang Baik/ Bagus Untuk Digunakan:

 Karena menghadapi suatu sistem yang tertutup disalah satu ujung jauhnya oleh diafragma peka tekanan –
gendang telinga – maka sebaiknya menggunakan sungkup :
 Volume sekecil mungkin  semakin kecil volume gas yang ada di dalam sungkup maka semakin
besar perubahan tekanan yang ditimbulkan oleh gerakan diafragma di ujung lonceng yang lain.
 Volume selang juga harus kecil- suara yang hilang akibat gesekan dengan dinding selang sedikit.
Retriksi oleh volume yang kecil menunjukkan selang pendek berdiameter kecil, sedangkan retriksi
oleh gesekan yang kecil menunjukkan selang berdiameter besar.
 Apabila diameter selang terlalu kecil banyak suara yang hilang akibat gesekan, jika diameter selang
terlalu besar maka volume udara yang dipindahkan terlalu banyak. = efisiensi berkurang.
 Frekuensi < 100 Hz panjang selang tidak terlalu mempengaruhi efisiensi, tetapi jika >100 Hz efisiensi
berkurang seiring dengan semakin panjangnya selang. Disepakati panjang 25 cm dan diameter 0,3 cm
 Earpice
 Harus terpasang pas ditelinga, karena kebocoran udara
mengurangi suara yang terdengar.
 Di desain mengikuti arah saluran telinga yang sedikit condong
ke depan.

Anda mungkin juga menyukai