Dosen Pembimbing:
Dr. Nurjazuli, SKM, M.Kes
Disusun Oleh:
Vira Tika Yuniar (25000222420022)
Dimana:
a = subjek dengan factor resiko yang mengalami efek
b = subjek dengan factor resiko yang tidak mengalami efek
c = subjek tanpa factor resiko yang mengalami efek
d = subjek tanpa factor resiko yang tidak mengalami efek
Memungkinkan untuk menganalisis dan mengukur interaksi antara
dua variable, memungkinkan untuk melampaui data mentah dan akan
memungkinkan untuk melihat bagaimana satu atau lebih pertanyaan (atau
variable) berkorelasi satu sama lain.
Baris “X” memaparkan pertanyaan dan tanggapan survey
perbedaannya. Pada saat yang sama, bari “Y” mewakili variable yang akan
dijadikan perbandingan.
Kelebihan
1) Desain yang relative mudah, murah, dan hasilnya cepat diperoleh
2) Memunginkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya
pasien yang mencari pengobatan.
3) Dapat digunakan untuk meneliti banyak variable sekaligus.
4) Jarang terancam loss to follow up (drop out)
5) Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat
lebih konklusif
6) Diperoleh informasi secara cepat
Kekurangan
1) Sulit untuk menentukan sebab dan akibat, karena pengambilan data
resiko dan efek dilakukan pada satu saat yang bersamaan (temporal
relationship tidak jelas). Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana
penyebab dan mana akibat.
2) Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek dengan masa sakit yang
panjang daripada yang mempunyai sakit pendek, karena individu yang
cepat sembuh atau cepat meninggal mepunyai kesempatan yang lebih
kecil untuk terjaring.
3) Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variable
yang dipelajari banyak.
4) Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, prognosis.
5) Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang. Mungkin terjadi
bias prevalens atau bias insidens, karena efek suatu factor resiko selama
periode tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek penyakit.
b. Case control
Dimana:
Sel a = kasus yang mengalami pajanan
Sel b = control yang mengalami pajanan
Sel c = kasus yang tidak mengalami pajanan
Sel d = control yang tidak mengaami pajanan
Untuk kasus yang jarang, desain case control merupakan satu-
satunya desain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi factor resiko
Kelebihan
1) Dapat meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya Panjang
2) Berguna untuk meneliti masalah Kesehatan yang jarang terjadi di
masyarakat
3) Hasil dapat diperoleh dengan cepat
4) Biaya yang diperlukan relative murah
5) Subjek penelitian lebih sedikit Dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan berbagai factor resiko sekaligus dalam satu
penelitian
Kekurangan
1) Data mengenai pajanan terhadap factor resiko sering diperoleh
dengan mengandalkan daya ingat atau rekam medis
2) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh
3) Sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok benar sebanding
dalam berbagai factor eksternal dan sumber bias lainnya
4) Tidak dapat memberikan incidence rates
5) Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel
dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit/efek.
Factor resiko dikumpulkan setelah penyakit terjadi, sehingga data
tidak lengkap dan terjadi penyimpangan
c. Cohort
Pendahuluan
Debu pinggir jalan adalah salah satu kontributor terpenting terhadap polusi
atmosfer secara keseluruhan. Masalah ini menjadi semakin signifikan jika kita
mempertimbangkannya terkait dengan kondisi jalan yang tidak terawat dengan
beban lalu lintas kendaraan bermotor yang terus meningkat, terutama di perkotaan.
Hal ini mengakibatkan banyak dampak buruk terutama terhadap kesehatan
pernafasan orang-orang yang terpapar debu ini baik karena tempat tinggal atau
pekerjaannya di daerah tersebut.
Hubungan potensial antara paparan polusi udara jangka panjang dan bukti
histopatologis kerusakan paruparu manusia dievaluasi oleh Souza dan rekan-
rekannya dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa paparan polusi udara
jangka panjang dapat berkontribusi pada patogenesis penyakit saluran napas dan
tingkat perkotaan polusi udara memiliki efek buruk pada saluran pernapasan
Parameter spirometri yang diperkirakan pada subjek yang terpapar pada
tingkat ambien partikel/debu di Jerman menunjukkan hubungan dosis respons
yang lebih jelas untuk kapasitas vital paksa (FVC) dibandingkan dengan volume
ekspirasi paksa pada detik pertama (FEV1). FVC menurun pada penyakit paru
restriktif. Volume ekspirasi paksa detik pertama (FEV1) adalah volume udara
(dinyatakan dalam liter) yang dihembuskan pada detik pertama manuver FVC,
dan berkurang pada
penyakit paru obstruktif dan penyakit paru restriktif yang menurunkan FVC. Laju
aliran pertengahan ekspirasi paksa (FMEF atau FEF25-75%) adalah laju aliran
udara antara 25% dan 75% dari FVC. Ini adalah pengukuran yang sensitif dan
nilainya ditentukan dari spirogram ekspirasi paksa. Ini berkurang pada obstruksi
awal yang melibatkan saluran udara yang lebih kecil, yang merupakan tempat
utama pengendapan polutan yang dihirup.
Polisi lalu lintas termasuk di antaranya subyek secara maksimal terkena
polusi terkait lalu lintas. Status kesehatan pernapasan polisi non-perokok yang
bekerja di Thonburi, Bangkok dinilai. Ketika hasilnya dibandingkan dengan
populasi Thailand normal, menunjukkan penurunan yang signifikan secara
statistik pada FVC dan FEV11bersamaan dengan peningkatan batuk dan rinitis.
Warga menemukan tren serupa dari FVC dan FEV1penurunan subjek kota
Chongqing di Cina yang terpapar partikel di daerah perkotaan dan pinggiran kota.
Subjek yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi, karena
kepadatan lalu lintas dan polusi partikulat dari knalpot mobil, menunjukkan
prevalensi gejala pernapasan yang lebih tinggi dan penurunan FEV1 dibandingkan
dengan mereka yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara rendah.
Sebuah studi untuk menilai status fungsi paru-paru pemilik toko di
Ahmedabad, India, yang ditempatkan di dekat enam persimpangan lalu lintas
yang terpapar polutan knalpot mobil tingkat rendah, sedang, dan tinggi,
mengungkapkan penurunan yang signifikan dalam kapasitas vital dan FEF25-
75%nilai-nilai dalam subjek daerah polusi tinggi dibandingkan dengan orang-
orang dari daerah polusi sedang atau rendah.
Rancangan Penelitian :
a) Penelitian ini dirancang untuk menyelidiki berbagai tingkat polusi debu di
udara dan pengaruhnya terhadap berbagai parameter fungsi paru-paru (FVC,
FEV1 dan FEF25-75%) dari subjek yang terpapar.
b) Penentuan Lokasi Penelitian adalah di 9 lokasi penyebrangan lahore, karena
berdasarkan kepadatan lalu lintas dari berbagai area yang dapat membuat
kepadatan kendaraan dan juga asap semakin banyak, jalan penyebrangan
lahore dipilih untuk penilaian tingkat debu dengan bervolume tinggi yang
memiliki tingkat hisab 40 L/menit dan ditetapkan pada ketinggian 5 kaki di
zona perpapasan dari subjek tinggal/ berkerja disana. Wilayah ini kemudian
dikelompokkan menjadi 3 (Kelompok I, IIa dan IIb).
c) Pengambilan sampel
1. Sampel debu
1) Sampel debu portable bervolume tinggi pada lokasi yang telah
ditentukan, yaitu 9 lokasi/persimpangan di Lahore.
2) Sampel dikategorikan menjadi 3 kelompok berdasarkan hasil
cemarannya, yang meliputi: daerah/area dengan tingkat polusi rendah,
sedang, dan tinggi.
3) Konsentrasi debu di udara diperkirakan dengan menggunakan pompa
volume tinggi statis, cakram filtrasi serat gelas berdiameter 6 cm, dan
timbangan mikro analitik dengan rentang pengukuran sebesar 0,1mg –
200g
4) Menurut uji pendahuluan atau survey lapangan terbukti pada
penyebrangan Lahore merupakan jalanan padat lalu lintas (jumlah
kendaraan yang melintas, dan kepadatan asap kendaraan bermotor).
5) 9 lokasi terpilih menjadi sampel pada penelitian ini untuk menilai
tingkat debu dengan menggunakan pengambil sampel debu bervolume
tinggi yang memiliki tingkat hisap 40L/menit, yang ditempatkan pada
ketinggian 5 kaki dari tempat sampel bekerja/tinggal disana.
6) 9 lokasi dikelompokkan menjadi 3 (kelompok I, IIa, IIb) yang masing-
masing kelompok terdiri dari 3 wilayah.
7) Cakram filtrasi digunakan untuk pengumpulan debu ditimbang sebelum
dan sesudah pengambilan sampel selama 2 jam dan konsentrasi debu
rata-rata di area/lokasi yang diuji tentukan dengan menggunakan rumus:
Kadar debu (mg/m3) = W2-W1 x 1000/Rf x t
Dimana:
W1 dan W2 = berat pra pengambilan sampel dan pasca pengambilan
sampel (mg) dari cakram filtrasi
Rf = laju aliran rata-rata (L/min)
T = durasi sampling dalam menit
2. Sampel orang
1) 105 orang yang telah terpilih dan berkenan menjadi sampel pada
penelitian ini untuk menjalani vitalografi atau untuk mengukur kapasitas
vital paksa. Volume ekspirasi paksa pada detik pertama dan laju aliran
ekspirasi paksa, sebagai bagian dari penelitian fungsi paru mereka.
2) Pengambilan sampel biologis terdiri dari pengujian fungsi paru sampel
dengan vitalograph spirometer, kueioner vitalograph 6,0 detik, dan jarum
suntik kalibrasi 1,0 L
d) Jumlah Sampel : 35 orang dari polusi rendah, 35 orang dari polusi sedang dan
35 orang dari polusi tinggi jadi total sampel adalah 105 orang Dan Ia,IIb,IIIc
persimpangan
e) Kriteria Sampel : dengan kriteria berikut
a. subjek laki-laki sehat berusia 19-48 tahun.
b. indeks massa tubuh kurang dari 25 kg/m22.
c. tinggal/bekerja di daerah tercemar tersebut selama >10 tahun dengan
paparan debu pinggir jalan setiap hari selama 8-10 jam dimasukkan
dalam penelitian ini.
d. Perokok dan subjek dengan penyakit pernapasan kardio kronis
dikeluarkan dari penelitian.
e. Indeks massa tubuh (BMI atau indeks Quetelet) dihitung sebagai berat
badan dibagi dengan kuadrat tinggi badan.
f. Subjek yang dipilih kemudian dikelompokkan menjadi 'Kelompok
referensi, 35 subjek dari area polusi rendah untuk dibandingkan dengan
'Kelompok terpapar IIa & IIb' (masing-masing 35 subjek) dari area polusi
sedang dan tinggi. Semua subjek menjalani spirometri ekspirasi paksa
dengan menggunakan 'Vitalograph', spirometer bellow kering, dan FVC,
FEV 1 dan FEF25-75% nilai ditentukan dari catatan grafik yang
diperoleh.
Analisis Penelitian
a. Jenis penelitian ini adalah observasi analitik yaitu mencari hubungan
antara resiko (Debu Udara) dan efek (Fungsi Paru) yang mana nanti
analisisnya menentukan ada atau tidaknya hubungan antar variabel
b. Pendekatan nya menggunakan cross sectional karena variabel sebab
(Debu Udara) dan akibat (Fungsi Paru) yang terjadi pada objek penelitian
yang akan diukur
c. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji analisis Anova karena dia
terdiri lebih dari 2 kelompok yaitu kelompok FVC, FEV 1 dan FEF25-75%
dan tingkat debu jga dibagi 3 yaitu rendah,sedang dan tinggi dan juga dia
ada melakukan perbandingan, kenapa tidak bisa dilakukan dengan uji T-
test karena uji T-test hanya untuk 2 kelompak tidak bisa lebih dari 2
d. Kesimpulan hasil analisis tersebut di dapat bahwa ada hubungan antara
peningkatan debu di pingir jalan dengan peenurunan fungsi paru dan
penurunan fungsi paru sebanding dengan jumlah debu yang terpapar.