Anda di halaman 1dari 3

Pertanyaan desain analitik potong lintang

1. Apa yang membedakan desain cross sectional pada penelitian analitik dan
deskriptif?
2. Kapan digunakan desain penelitian cross sectional ini?
3. Sebutkan perbedaan cross sectional, case control, dan kohor?
4. Apakah pada penelitan ini terdapat bias? Bagaimana cara meminimalisirnya?

JAWABAN:

1. Apa yang membedakan desain cross sectional pada penelitian analitik dan
deskriptif?

Perbedaan Penelitian Deskriptif dan Penelitian Analitik

Penelitian Epidemiologi Diskriptif :

Hanya menjelaskan keadaan suatu masalah kesehatan (who, where, when)


Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan interpretasi data hanya pada suatu
kelompok masyarakat saja Tidak bermaksud membuktikan suatu hipotesa
Penelitian Epidemiologi Analitik :
Penelitian yang dengan tujuan mencari hubungan kausal yang lebeih mendalam
sehingga dapat mengetahui dengan jelas mana yang menjadi pajanan (faktor resiko)
dan outcome (penyakit) dengan demikian menjawab suatu masalah kesehatan
timbul di masyarakat atau bermaksud membukti kan hipotesa.

Perbedaan dari cross sectional yaitu deskriptif cross sectional hanya sekedar
mendesripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan variabel penelitian, sedangkan
analitik crossectional: diketahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta
jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya.

2. Kapan digunakan desain penelitian cross sectional ini?


Tergantung pada judul dan tujuan penelitian yang ingin kita harapkan. Kalau mau
mencari hubungan sebab akibat berdasarkan dari prediksi/ kemungkinannya saja saja
bisa digunakan cross sectional ini. Tapi kalau ingin mengetahui hubungan sebab
akibat berdasarkan penyakitnya “PJK” (outcome) kemudian mengidentifikasi
penyebabnya “merokok” (faktor resiko) sebaiknya tidak menggunakan cross sectional
tetapi case control.
Dalam dunia nyata tidak dapat memilih jenis penelitian epidemilogi jika mau yang
simpel,mudah dikerjakan, dana juga terbatas bisa memilih jenis deskriptif, kalau ingin
lebih berkembang lagi dengan riset-riset, pembiayaan ada bisa gunakan analitik.
3. Sebutkan perbedaan cross sectional, case control, dan kohor?
Cross sectional : studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun
hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau
outcome lain secara serentak pada individu- individu dari suatu populasi pada suatu
saat. Dimana desain penelitian ini tidak mengenal adanya dimensi waktu, sehingga
mempunyai kelemahan dalam menjamin bahwa paparan mendahului efek (disease)
atau sebaliknya. Namun studi ini mudah dilakukan dan murah, serta tidak
memerlukan waktu follow up. Karena cross sectional dapat mengukur beberapa
variabel dalam satu saat sekaligus.
Umumnya studi cross sectional dimanfaatkan untuk merumuskan hipotesis hubungan
kausal yang akan diuji dalam studi analitiknya (kohort atau kasus control).
Contohnya :menilai hubungan antara tingkat pendidikan dengan ventilasi
rumah pada populasi masyarakat desa A. Ada 2 variabel dalam penelitian
tersebut, yaitu tingkat pendidikan dan ventilasi rumah. Keduanya diukur
secara bersamaan dalam satu waktu. Maka itulah yang disebut dengan cross
sectional.
Kasus Kontrol/case control adalah studi analitik yang menganalisis hubungan kausal
dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit (outcome) terlebih
dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor risiko). Riwayat paparan dalam
penelitian ini dapat diketahui dari register medis atau berdasarkan wawancara dari
responden penelitian. Kelemahan dari studi ini adalah ketika responden penelitian
sulit mengingat kembali riwayat paparan yang dialami terutama jika paparan sudah
dilewati selama bertahun-tahun, sehingga dalam penelitian kasus control sangat rawan
recall bias, disamping bias seleksi. Namu kelebihan dari studi ini yaitu waktu
penelitian relative singkat, murah dan cocok untuk meneliti penyakit langka dan
memiliki periode laten yang panjang.
Studi kohor adalah studi observasional yang mempelajari hubungan antara paparan
dan penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status
paparan kemudian diikuti (di- follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat
diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit. Apabila periode induksi yaitu
kejadian penyakit dapat diamati dalam waktu yang panjang maka studi kohor rawan
terhadap bias penarikan responden ( banyak drop out dari observasi), perlu dana yang
besar dan waktu yang panjang. Studi kohor mempunyai kekuatan dalam membuktikan
inferensi kausa dibanding studi observasional lainnya, didapatkan angka kejadian
penyakit (incidence rate) secara langsung, serta cocok untuk meneliti paparan yang
langka.
4. Apakah pada penelitan ini terdapat bias? Bila ada, bagaimana cara
meminimalisirnya?

Bias adalah kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan
kenyataan. Pada cross sectional kecil mungkin untuk terjadi bias. Karena pada
crossectional semua variabelnya dilakukan secara bersamaan. Namun tingkat kelemahan
dari cross-sectional ini lebih tinggi dibandingkan dengan desain penelitian yang lain.
Karena kelemahannya harus memiliki subjek penelitian yang besar. Mungkin yang harus
diperhatikan pada tahap seleksi, misalnya saja pada contoh kasus tadi riwayat keluarga
dengan penyakit hipertensi yang datang ke puskesmas. Cara meminimalisir misalnya
jumlah sampelnya harus banyak (bila sedikit akan mempengaruhi hasil penelitian) dan
harus memilih teknik pengambilan sampel yang tepat. Misalnya ada yang secara acak
(random), ada yang sistematis, atau teknik lainnya. Agar mewakili populasi yang akan
menjadi sasaran penelitian.

Jika dibedakan dengan case control lebih banyak bias recallnya, misanya individu
obesitas dengan penyakit diabetes.. kapan mulai obesitas? Kapan dirinya di diagnosis
DM?

Anda mungkin juga menyukai