Anda di halaman 1dari 17

STUDI PENELITIAN CROSS

SECTIONAL
KELOMPOK 3

1.Indah Kurnia (PO71340210016)


2. M. Fadhel Herdian (PO71340210022)
3. Rafael Nugra Heny (PO71340210026)
4. Annisa Zahra Turahmi (PO71340210028)
5. Roudhotul Awalia (PO71340210032)
6. Putri Puspita Ningrum (PO71340210038)7
7.. Tiara Elsa Margaretha Panjaitan (PO71340210040)
EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi berasal dari kata Epi, Demos & Logos. Epi adalah
tentang penyakit, demos adalah penduduk, dan logos adalah ilmu.
Jadi EPIDEMIOLOGI adalah : Suatu ilmu yang mempelajari distribusi
(penyebaran), frekuensi (Jumlah/Angka) dan determinan (Penyebab)
penyakit/masalah kesehatan pada suatu penduduk. Epidemiologi
memiliki berbagai macam bentuk studi guna membantu memahami
tentang epidemiologi lebih mendalam dan menyelesaikan masalah-
masalah terkait epidemiologi.Studi epidemiologi dapat
diklasifikasikan sebagai studi eksperimental ataupun studi observasi
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu Epidemiologi deskriptif,
yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi
prevalensi atau survei. sedangkan Epidemiologi analitik,
terdiri dari Non eksperimental:Studi kohort yaitu Studi
kasus kontrol/case control study/studi retrospektif dan
Studi ekologik. Eksperimental terbagi menjadi beberapa
yaitu Cross-Sectional Study (Studi Potong Lintang)
Survey cross
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada
saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek
penelitian diamati pada waktu yang sama. Desain ini dapat
mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome,
serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya
Tujuan Studi Cross Sectional
Secara garis besar apat dikatakan bahwa penelitian cross sectional dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan utama penelitan cross sectional adalah untuk mencari prevalensi satu atau
beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat seperti pada studi deskriptif,
tetapi pada keadaan tertentu, studi cross sectional dapat juga digunakan untuk
memperkirakan insidensi, misalnya penyakit dengan bekas yang permanen seperti
variola.
2. Memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat pada penyakit-penyakit dengan
perubahan yang jelas, misalnya, hubungan golongan darah (ABO) dengan ulkus gaster
dan duodenum. Dan penelitian tersebut ditemukan bahwa ulkus gaster dan duodeni
banyak terdapat pada orang dengan golongan darah A
3. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk menghitung besarnya risiko kelompok,
risiko relatif, dan risiko atribut. Misalnya, suatu survei yang dilakukan di suatu desa
untuk mengetahui prevalensi diare pada anak-anak. Dan penelitian tersebut ditemukan
bahwa sebagian anak-anak yang menggunakan kolam sebagai sarana air minum
menderita diare dan sebagian lagi tidak.
Cross-Sectional Study atau juga disebut Studi Potong Lintang mempunyai 2 jenis
studi, yaitu:
• Studi potong lintang Deskriptif : meneliti prevalensi penyakit , paparan atau
keduanya, pada suatu populasi tertentu. Penelitian ini bisa saja sepenuhnya
penelitian deskriptif.Contoh : penelitian persentase bayi yang mendapat ASI
eksklusif disuatu komunitas, penelitian prevalens asma pada anak sekolah di
Jakarta.
• Studi potong lintang analitik : mengumpulkan data prevalensi paparan dan
penyakit untuk tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara
kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar, dalam rangka meneliti
hubungan antara paparan dan penyakit. Contoh : beda proporsi pemberian ASI
eksklusif berdasar pada pelbagai tingkat pendidikan ibu, Beda kadar kolestrol
siswa SMP daerah kota dan desa, beda prevalens penyakit jantung reumatik
siswa lelaki dan perempuan.
perbedaan dari antara keduanya Deskriptif cross sectional
hanya sekedar mendesripsikan distribusi penyakit
dihubungkan dengan variabel penelitian, sedangkan
analitik crossectional: diketahui dengan jelas mana yang
jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan
sebab-akibatnya.
Ciri-Ciri Studi Cross Sectional
Dari uraian di atas dapat diketahui ciri-ciri penelitian cross sectional sebagai
berikut:
1. Sesuai dengan istilahnya, pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau
satu periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu
kali selama satu penelitian.
2. Penghitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok
yang terpajan atau tidak. Pada penelitian di rumah sakit, besarnya sampel
tidak dihitung, tetapi ditentukan berdasarkan periode tertentu.
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi.
Misalnya, hubungan antara Cerebral blood flow pada perokok, bekas
perokok dan bukan perokok
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan
sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperirnental.
Langkah-langkah Studi Cross Sectional
Penelitian cross sectional adalah sesuatu penelitian dimana variabel-variabel
yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Skema pada struktur dasar desain
cross sectional melukiskan desain sederhana rancangan studi cross-sectional.
Sejalan dengan skema diatas dapat disusun langkah-langkah yang terpenting
didalam rancangan studi cross sectional, yaitu:

1.Merumuskan pertanyaan penelitian beserta hipotesis yang sesuai


2.Menentukan tujuan penelitian
3.Populasi studi
4.Kriteria subjek studi
5.Cara pengambilan dan perkiraan besarnya sampel
6.Mengidentifikasi variabel bebas dan tergantung
7.Siapkan daftar pertanyaan atau pemeriksaan yang dibutuhkan
8.Pengumpulkan data
9.Melakukan analisis
Contoh Studi Cross Sectional
1. Penetapan pertanyaan penelitian dan hipotesis Apakah
terdapat hubungan antara kebiasaan memakai obat nyamuk
semprot dengankejadian BKB pada anak balita ? hipotesis
yang sesuai adalah : Pemakaian obat nyamuksemprot
berhungan dengan kejadian BKB pada balita
2. Identifikasi variable Factor resiko yang diteliti : penggunaan
obat nyamuk semprot Efek : BKB pada balita Factor resiko
yang tidak diteliti : riwayat asma dalam keluarga, tingkat
social ekonomi,jumlah anak, dll. Semua istilah tersebut harus
dibuat definisi operasionalnya dengan jelas, sehingga tidak
bermakna ganda.
Contoh Studi Cross Sectional
3. Penetapan subjek penelitian
Populasi terjangkau : Balita pengunjung poliklinik yang tidak memiliki
riwayat asma dalam keluarga, tingkat social ekonomi tertentu, jumlah
anak dalam keluarga tertentu. Sampel : dipilih jumlah anak balita sesuai
dengan perkiraan besar sampel misalnya telah dihitung sejumlah 250
anak). cara pemilihan : random sampling dengan mempergunakan tabel
random.
4. Pengukuran
Faktor resiko : ditanyakan apakah dirumah subjek biasa dipergunakan
obat nyamuk semprot.Efek : dengan criteria tertentu ditetapkan apakah
subjek menderita BKB.
5. Analisis
Hasil pengamatan tersebut dimasukkan ke dalam tabel 2 x 2.
Kekuatan dan Kelemahan Studi Cross Sectional
Kekuatan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009)
adalah sebagai berikut:
• Studi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi
darimasyarakat umum, tidak hanya para pasien yang mencari
pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadaib.
• Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh
• Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus
• Jarang terancam loss to follow-up (drop out)
• Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian
kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali
menambah biaya
• Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang
bersifat lebih konklusif
• Membangun hipotesis dari hasil analisis
Kekuatan dan Kelemahan Studi Cross Sectional
Kelemahan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009) adalah
sebagai berikut:
• Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data risiko dan
efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas)
• Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit
yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena
inidividu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan
yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi
• Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak
• Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun prognosis
• Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang
• Tidak menggambarkan perjalanan penyakit
• Penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi
dengan berjalannya waktu karena pengamatan pada subjek studi hanya
dilakukan satu kali selama penelitian.
kesimpulan

Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu


waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan
antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen
(efek).Beberapa tujuannya adalah, mencari prevalensi serta indisensi
satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat,
Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-
penyakit tertentu dengan perubahan yang jelas, Menghitung besarnya
resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.

Anda mungkin juga menyukai