Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

“Desain/Rancangan Studi Dalam Epidemiologi“

DIBUAT OLEH :

Nama : Annisa Alifha Putri

NIM : 1911212020

Kelas : IKM A2

DOSEN PENGAMPU :
Defriman Djafri, S.K.M., M.K.M., Ph.D

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusidan determinan keadaan-
keadaan yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu untukmemberikan informasi
yang akurat dan berguna dalam pengambilan kebijakan dan tindakan kesehatan masyarakat.
Studi penelitian epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori, yakni penelitian berdasarkan
percobaan (experimental studies) dan penelitian berdasarkan pengamatan langsung
(observational studies). Secara garis besar penelitian observasi dibagi dalam dua bentuk,
yakni: (1) penelitian deskriptif, dan (2) penelitian analitik. Penelitian deskriptif untuk
mengetahui keadaan prevalensi kejadian penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Sedangkan
penelitian analitik merupakan bentuk penelitian epidemiologi digunakan dalam mencari
faktor penyebab dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit maupun gangguan kesehatan
lainnya. Bentuk penelitian epidemiologi analitik pada dasarnya dibagi dalam tiga bentuk
yaitu studi kasus kontrol, studi kohort, dan studi experimental

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep studi kohort tunggal dan kohort ganda serta contohnya ?

2. Bagaimana konsep studi kohort tertutup dan kohort terbuka serta contohnya ?

3. Bagaimana konsep studi kohort prospektif dan kohort retrospektif serta contohnya ?

4. Bagaimana konsep studi nested case study serta contohnya ?

5. Bagaimana konsep studi crossover study serta contohnya ?

6. Bagaimana konsep studi quasi experiment dan experiment murni serta contohnya ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui konsep studi kohort tunggal dan kohort ganda serta contohnya ?

2. Mengetahui konsep studi kohort tertutup dan kohort terbuka serta contohnya ?

3. Mengetahui konsep studi kohort prospektif dan kohort retrospektif serta contohnya ?

4. Mengetahui konsep studi nested case study serta contohnya ?

5. Mengetahui konsep studi crossover study serta contohnya ?

6. Mengetahui konsep studi quasi experiment dan experiment murni serta contohnya ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Studi Kohort Tunggal vs Studi Kohort Ganda


2.1.1 Study Kohort Tunggal
Penelitian dengan satu kohort pada dasarnya bersifat deskriptif karena pada awal
penelitian tidak terdapat kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan sebagai kontrol.
Setelah dilakukan kegiatan diketahui bahwa dalam kohort tersebut terdapat kelompok
individu yang akan terpajan oleh faktor risiko dan dari kelompok tersebut sebagian akan
menderita penyakit akibat pajanan dan sebagian tidak. Selain itu terdapat pula kelompok
yang tidak terpajan oleh faktor risiko dan sebagian menderita penyakit tersebut dan kelompok
ini dianggap sebagai kontrol kemudian dianalisis sacara analitis. Kelompok kontrol demikian
sering disebut sebagai kontrol internal

2.1.2 Study Kohort Ganda


Pada study kohort berganda atau study kohort dengan pembanding eksternal,
penelitian dimulai dengan kelompok subyek dari populasi yang berbeda yaitu kelompok
dengan faktor risiko dan kelompok lain tanpa faktor risiko. Semua karakteristik studi kohort
dengan kelompok pembanding internal ada pada desain kohort berganda ini, dengan catatan
selama subyek yang diteliti serta kontrolnya sebanding selain terdapatnya pajanan terhadap
faktor risiko. Desain kohort berganda ini lebih sering digunakan ketimbang desain studi
kohort dengan kelompok pembanding internal, karena pada umumnya lebih mudah memilih
subyek pada kedua kelompok( yang terpajan dan tidak terpajan) . Penelitian kohort berganda
dapat dilaksanakan dengan cara prospektif maupun retrospektif. Meski memakai dua
kelompok subyek yang berbeda , studi kohort berganda tidak sama dengan studi kasus
kontrol.

2.2 Kohort Tertutup vs Kohort Terbuka


2.2.1 Kohort Tertutup
Kohort tertutup atau disebut juga kohort tetap adalah salah satu penelitian yang hanya
memiliki kelompok orang yang sama sampai akhir penelitian. Kohort tertutup merupakan
penelitian yang partsipannya tidak dapat bertambah atau keluar. Studi kohort tertutup
(populasi statis, seperti pasien mengadakan uji klinis) melibatkan peserta yang masuk ke
dalam penelitian pada satu titik waktu dan di mana dianggap bahwa tidak ada peserta baru
bisa masuk kohort. Mengingat ini, jumlah peserta penelitian tetap konstan (atau hanya dapat
menurunkan). Sebagian besar studi kohort dilakukan dalam kohort tertutup ( atau tetap)
karena lebih sulit untuk menentukan kelayakan dan melacak orang-orang dalam kelompok
terbuka , karena mereka dapat masuk dan meninggalkan setiap saat.

2.2.2 Kohort Terbuka


Kohort terbuka atau biasa disebut kohort dinamik adalah salah satu penelitian yang
partisipannya terus bertambah atau berpindah. Studi Cohort Terbuka (populasi dinami),
melibatkan populasi yang didefinisikan hanya yang menjadi bagian dari studi tersebut (dan
dipantau untuk hasilnya). Tanggal masuk dan keluar dari penelitian secara individual
didefinisikan, oleh karena itu, ukuran populasi penelitian tidak konstan. Dalam studi kohort
terbuka, peneliti hanya dapat menghitung data tingkat berbasis, seperti, tingkat insiden dan
varian.
Sebuah populasi terbuka berbeda dari populasi tertutup, bahwa populasi berisiko
terbuka untuk anggota baru yang tidak memenuhi syarat untuk populasi awalnya . Contoh
dari populasi terbuka adalah penduduk suatu negara . Orang-orang dapat memasukkan
populasi terbuka melalui berbagai mekanisme . Beberapa mungkin dilahirkan ke dalamnya ,
yang lainnya dapat bermigrasi ke dalamnya . Untuk populasi terbuka orang-orang yang telah
mencapai usia tertentu, orang dapat menjadi layak untuk memasuki populasi oleh penuaan ke
dalamnya Perbedaan antara populasi tertutup dan terbuka sebagian bergantung pada sumbu
waktu yang digunakan untuk menggambarkan penduduk , serta bagaimana keanggotaan
didefinisikan .

Contoh Studi Kohort Terbuka


Contoh kohort terbuka adalah sekolah, dengan sejumlah murid baeu masuk dan sejumlah
lainnya tamat pada awal tahun. Karena ada yang dating dan yang pergi dalam jumlah kurang
lebih sama, maka ukuran populasi dinamik umumnya konstan.

2.3 Kohort Prospektif vs Kohort Retrospektif


2.3.1 Kohort Prospektif
Pada desain penelitian cohort prospektif, penelitian dimulai dengan membuat
pengukuran pajanan pada tingkat dasar (baseline), dan diikuti bersamaan dengan perjalanan
waktu, kemudian pengukuran dampak yang dipilih berdasarkan status pajanan. Kekuatan
desain penelitian cohort prospektif adalah penelitian ini menyediakan lebih baik pengendalian
pada pengukuran pajanan dan dampak dari pada desain penelitian cohort retrospektif .
Penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang bersifat longitudinal dengan mengikuti
pejaanan penyakit kedepan berdasarkan urutan waktu. Ketika melaksanakan penelitian
kohort, peneliti diharuskan untuk menentukan status kasus yang akan di follow up, status
paparan juga ditentukan pada awal penelitian.

Contoh Studi Kohort Prospektif

Contoh lainnya misalnya, peneliti ingin menilai bayi yang secara alamiah diberi susu
buatan dan ASI. Peneliti mengikuti sampai batas waktu tertentu (misalnya 1 tahun),
kemudian mengobservasi kejadian asma bronchial pada kedua kelompok tersebut. Ternyata
ditemukan bahwa angka kejadian asma bronkial pada kelompok subjek yang diberi susu
huatan lebih tinggi dibandibgkan pada bayi berusia kurang dari 1 tahun yang mendapatkan
ASI

2.3.2 Kohort Retrospektif


Pada studi kohort retrospektif, factor risiko dan efek atau penyakit sudah terjadi ada
masa lampau sebelum dimulainya penelitian. Sehingga, dilakukan pengukuran melalui data
historis pasien. Pada dasarnya, prinsip kohort retrospektif sama dengan kohort prospektif,
namun pengamatan pada studi retrospektif, dimulai pada sudah terjadinya efek. Kohort
retrospektif hanya dapat dilakukan apabila data historis tercatat dengan balk dan lengkap
sejak terjadinya paparan pada sampel penelitian yang sama dengan efek yang ditemukan pada
awal pengamatan.
Contoh Studi Kohort Retrospektif:

Contoh lain misalnya, seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor risiko dari 78
orang penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai perusahaan tertentu yang
dijumpainya dalam dua tahun terakhir, dengan menelurusi catatan kesehatan penderita
tersebut sejak bekerja pada perusahaan yang dimaksud.

2.4 Nested Case Study


Terdapatnya suatu bentuk studi kasus-kontrol yang bersarang (nested) di dalam
rancangan penelitian yang bersifat kohort, namun data diambil dari studi kohort. Studi kasus-
kontrol bersarang Desain case-control bersarang membuat studi kohort lebih murah. Kasus
dan kontrol dipilih dari kelompok yang ditentukan. dimana beberapa informasi tentang
eksposur dan faktor risiko telah tersedia (Gambar 3.7). Informasi tambahan tentang kasus dan
kontrol baru, yang dipilih secara khusus untuk penelitian ini. dikumpulkan dan dianalisis.
Desain ini sangat berguna ketika pengukuran eksposur mahal.

Contoh Study Nested Case Study


Studi Nested Case Study dari kanker lambung
Untuk menentukan apakah infeksi Helicobacter pylori dikaitkan dengan kanker lambung,
para peneliti menggunakan kohort 128.992 orang yang telah ditetapkan pada pertengahan
tahun 960-an. Pada 1991. 186 orang dalam kelompok awal telah mengembangkan kanker
lambung. Para peneliti kemudian melakukan studi kasus-kontrol bersarang dengan memilih
186 orang dengan kanker lambung sebagai kasus dan 186 orang bebas kanker lainnya dari
kohort yang sama sebagai kontrol. Status H. py / oriinfection ditentukan secara retrospektif
dari sampel serum yang telah disimpan sejak tahun 1960-an. 84% orang dengan kanker
lambung dan hanya 61% dari kontrol - telah terinfeksi H. pylori sebelumnya, menunjukkan
hubungan positif antara infeksi H. py / ori dan risiko kanker lambung.
2.5 Crossover Study
Crossover study termasuk salah satu uji klinis yang sangat mirip dengan study kohort,
karena kelompok perlakuan dan eontrol diikuti sampai waktu yang ditentukan. Crossover
study adalah frekuensi paparan selama sebelum penelitian dibandingkan dengan frekuensi
paparan selama waktu kontrol pada periode sebelumnya, study intervensi dimana dua
kelompok yang same terkena dim intervensi yang berbeda dalam dua paiode terpisIth dari
waktu. Hal ini membutuhkan bahwa efek dari intervensi eukup tidak berdampak pada
pengaruh intervensi kedua dan bahwa kesenjangan waktu antara dua intervensi yang pendek.
Pemberian dua atau lebih eksperimental terapi satu demi satu atau seeara aeak dengan
kelompok pasien yang sama.

Contoh Crossover Study


Judul : Efek pemberian minuman stimulan terhadap kelelahan pada tikus

Metode :

1. Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan uji eksperimental in vivo dengan desain
penelitian paralel silang (cross over).

2. Hewan eobs dan besar sampel Hewan eoba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur
Sprague-Dawley dengan beret badan 180-200g. Besar sampel ditentukan berdasarkan
perhitungan statistie minus kelompok berpasangan.Dari hasil perhitungan ini diperoleh nilai n
= 28. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus.

3. Bahan dan alat

Bahan : minuman stimulan, akuades, reagen kering asam laktat (laetate pro stripe).

Alat : Sonde, kaea objek, stop wateh, bak renang, pelampung dari Styrofoam, Laetate No
Test Meter.

4. Cara kerja

Sebanyak 30 ekur tikus dibagi menjadi 2 kelompok seeant aeak menjaeli kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan akan diberikan minuman stimulan
sedangkan kelompok kontrol akan diberikan akuades. Untuk memieu terjadinya kelelahan
pack tikus dilakukan uji renang . Pada kedua kelompok ini akan dilakukan uji renang dan
pemeriksaan kadar asam laktat dalam dash. Tikus dipuasakan sclama 12 jam sebelum
percobaan dilakukan, kemudian diperiksa kadar asam laktat dalam darah scbagai nilai awal
asam laktat. Pada kelompok perlaktran diberikan 2 cc minuman stimulan yang dibtrat dari 1
sachet minuman stimulan yang dilarutkan dalam 25 cc akuades, schingga dosis pemberian .
Pada kelumpok kontrol dibcdcan 2 cc akuadcs. Satu jam sctclah pcmberian minuman
stimulan atau akuades, dilakukan uji renang segera setelah uji renang selesai dilakukan,
diperiksa kadar asam laktat dalam darah. Setelah itu dilakukan wash out selama satu minggu,
kemudian kedua kelumpuk tikes dipertukarkan dan dilakukan percobaan yang sama.

5. Uji renang

Definisi struggling adalah periods waktu dalam detik selama tikus pereohaan dalam keathan
berenang sekuat Henvana, Pudjiadi, IVahalx dkk. Afek minuman stimulan terhadap kelelahan
Universa Medieina Vol.24 No.1 tenaga dengan kepala dan kedua tungkai depan berada di
atas pennukaan air(10,12) selama 3 kali 5 menit periode pengamatan dengan interval masa
istirahat selama 15 menit.(10,12) 6. Kadar asam laktat Sampel darah didapat dengan ean
memotong sedikit ujung distal ekor tikus.

7. Analisis data

Data dianalisis seeara statistie menggunakan uji-t berpasangan (paired nest)

8. Hasil Penelitian

Pemberian stimulan pada tikus dapat meningkatkan kemamuan pada tikus

2.6 Quasi Experiment vs Experiment Murni

2.6.1 Quasi Experiment

Quasi eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam mengontrol


situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu dan/atau
penunjukan subjek penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai
tingkat faktor penelitian. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam
keadaan tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel
yang relevan

Ciri dari quasi eksperimen adalah:


1. Tidak ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara tidak acak untuk
mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat factor penelitian .
2. Tidak semua variabel terkontrol, karena terkait dengan pengalokasian faktor
penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis
menggunakan randominasi sehingga sulit mengontrol variabel secara ketat

Contoh Quasi Experiment

▪ Penelitian tentang perbedaan penerapan sikap kerja ergonomis sebelum adanya


penyuluhan dan sesudah adanya penyuluhan.
▪ Berbagai penelitian mengenai berbagai problem sosial seperti kenakalan remaja,
keresahan, merokok, dan sebagainya, yang didalamnya kontrol dan manipulasi tidak
selalu dapat dilakukan.
▪ Penelitian pendidikan yang menggunakan pretest-postest yang didalamnya variabel-
varibel seperti kematangan, efek testing, regresi statistik, atrisi selektif dan adaptasi tidak
dapat dihindari atau bahkan terlewat dari penelitian

2.6.2 Experiment Murni


Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan
memanipulasi subjek penelitian dengan kontrol secara ketat. Pengedalian terhadap variabel
luar sangat ketat (Randomisasi Kelompok, homogenisasi subjek, atau penggunaan kelompok
kontrol) Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat
dengan cara menggunakan satu atau lebih perlakuan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang
tidak dikenakan kondisi perlakuan Dengan kata lain penelitian eksperimen murni mempunyai
ciri sebagai berikut.

1. Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang ditelitinya (memanipulasi suatu


variabel)
2. Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak untuk mendapatkan
salah satu dari berbagai tingkat factor penelitian.
3. Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua
pengaruh faktor penelitian. terhadap variabel hasil yang diteliti.
Contoh Experiment Murni
1) Penelitian untuk menyelidiki pengaruh dua metode penyuluhan K3 terhadap perilaku
“Unsafe Action” pekerja.
2) Penelitian untuk menyelidiki efek program pencegahan penyalahgunaan obat terhadap
sikap mahasiswa, dengan menggunakan kelompok eksperimen (yang diperkenalkan
dengan program itu), dan kelompok kontrol (yang tidak diperkenalkan dengan program
itu),
3) Penelitian untuk menyelidiki efek pemberian tambahan makanan di sekolah kepada
murid-murid SD di suatu daerah dengan memperhatikan keadaan sosial-ekonomi orang
tua dan taraf intelegensi

DAFTAR PUSTAKA

Sudigdo S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV Sagung Seto; 2011. 75.
Budiarto E. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC; 2002. 46.
Rajab W. Buku ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC; 2009.
50-1.
Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom. Basic epidemiology. India: World Health Organization;
2006. 46-8.
Kleinbaum DG, Kupper LL, Morgenstern H. Epidemiologic Research. Canada: Library of
Congress Cataloging; 2006. 185.
Sinaga M, Limbong D. Dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Deepublish; 2019. 198.
Morton RF, Hebel JR, McCarter RJ. Panduan Studi Epidemiologi & Biostatistika. Jakarta:
EGC: 2009. 50.
Keman S. Penelitian Epidemiologi Lingkungan Dalam perspektif Kesehatan Masyarakat.
Jawa Timur: Airlangga University Press;2013. 74-5.
Pitriani, Herawanto. Buku Ajar Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Makassar: Nas Media
Pustaka; 2018. 178-180.
Nangi MG, Yanti F, Lestari SA. Dasar Epidemiologi. Yogyakarta : Deepublish;2019. 72.
Lapau B, Saifuddin AF. Epidemiologi & Antropologi Suatu Pendekatan Integratif Mengenai
Kesehatan. Jakarta: Kencana; 2015. 75-6.

Anda mungkin juga menyukai