(ARKL)
Dosen Pengampu :
Fea Firdani, S.K.M., M.K.M
Dalam ARKL pajanan risk agent yang diterima setiap individu dinyatakan sebagai
intake atau asupan sedangkan pada studi epidemiologi umumnya tidak perlu
memperhitungkan asupan individu.
Dalam ARKL perhitungan asupan membutuhkan konsentrasi risk agent di dalam
media lingkungan tertentu, karakteristik antropometri (seperti berat badan dan laju
inhalasi atau pola kon-sumsi) dan pola aktivitas waktu kontak dengan risk agent,
sedangkan dalam EKL konsentrasi dibutuhkan tetapi karakteristik antropometri dan
pola aktivitas individu bukan determinan utama dalam menetapkan besaran risiko
Dalam ARKL risiko kesehatan oleh pajanan setiap risk agent dibedakan atas efek
karsinogenik dan nonkarsinogenik dengan perhitungan yang berbeda sedangkan
dalam EKL teknik analisis efek kanker dan nonkanker pada dasarnya sama
ARKL tidak dimaksudkan untuk mencari indikasi atau menguji hubungan atau
pengaruh dampak lingkungan terhadap kesehatan (kejadian penyakit yang berbasis
lingkungan) melainkan untuk menghitung atau menaksir risiko yang telah, sedang
dan akan terjadi., Sedangkan dalam EKL efek kesehatan (kanker dan nonkanker)
yang ditentukan dengan berbagai pernyataan risiko (seperti odd ratio, relative risk
atau standardized mortality ratio) didapat dari populasi yang dipelajari.
Dalam ARKL besaran risiko (dinyatakan sebagai RQ untuk non karsinogenik dan
ECR untuk karsinogenik) tidak dibaca sebagai perbandingan lurus (directly
proportional) melainkan sebagai probalitias. Dalam EKL pernyataan risiko seperti
OR, RR atau SMR dibaca sebagai per-bandingan lurus. Jadi misalnya, RQ = 2 tidak
dibaca sama dengan OR = 2.
Kuantitas risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik digunakan untuk merumus kan
pengelolaan dan komunikasi risiko secara lebih spesifik. ARKL menawar kan
pengelolaan risiko secara kuantitatif seperti penetapan baku mutu dan reduksi
konsentrasi. Pengelolaan dan komunikasi risiko bukan bagian integral studi EKL dan
jika ada hanya relevan untuk populasi yang dipelajari.
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan bersifat agent specific dan site specific.
Sedangkan Epidemiologi Kesehatan Lingkungan umumnya dilakukan atas dasar
kejadian penyakit (disease oriented) atau kondisi lingkungan yang spesifik (agent
oriented).
Dalam Public Health Assessment studi ARKL dan EKL dapat digabungkan dengan
tidak menghilangkan cirinya masing-masing. Analisis risiko kesehatan lingkungan
mampu meramalkan besaran tingkat risiko secara kuantitatif sedangkan epidemiologi
kesehatan lingkungan dapat membuktikan apakah prediksi itu sudah terbukti atau
belum.
1. Identifikasi Bahaya
2. Penilaian Pajanan
3. Penilaian Dosis Respon
4. Karakteristik Risiko
5. Manajemen Risiko
6. Komunikasi Risiko
2.2. Agen Risiko (Risk Agent) dan gejala kesehatan yang potensial
c) Kanker
Contohnya benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma); 2-naphthylamine,
benzidine (kanker kandung kemih); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma)
d) Racun Sistemik : Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ
atau sistem tubuh. Contoh :
- Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
- Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
- Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
- Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
- Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara (pneumoconiosis).
2. Agen Biologi
Zat yang berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri,
jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang
terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan
non-infeksi.
3. Agen Fisik
Bahaya fisik yang berpotensi menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap
individu atau populasi yang terpapar, contohnya radiasi, Medan elektromagnetik (EMFs) dan
perubahan iklim.
2.3. Media Lingkungan
1. Udara
Jenis pencemaran udara yang utamanya berupa: carbon oxides (CO dan CO2), sulfur
oxides (SO2 dan SO3), nitrogen oxides (N2O, NO dan NO2), hydrocarbons (CH4, C4H10
dan C6H6), photochemical oxidants (O3, PAN dan berbagai aldehid), particulates (asap,
debu, kabut, jelaga, asbestos, Pb, Be, Cd, minyak, semprotan, garam sulfat), senyawa
anorganik (asbestos, HF, H2S, NH3, H2SO4, HNO3), senyawa organik (pestisida, herbisida,
berbagai alkohol, asam, bahan kimia lain), zat radioaktif (tritium, radon, emisi dari BBM,
instalasi pembangkit listrik). Untuk mengetahui konsentrasi agen beresiko di udara maka
dilakukan pengukuran konsentrasi agen tersebut dan membandingkan dengan nilai ambang
batas yang diperbolehkan.
2. Air
Agen risiko yang masuk ke dalam suatu wilayah perairan dan menurunkan kualitas
air di wilayah perairan tersebut. Jenis bahan pencemar air utamanya berupa oxygen
demanding wastes (limbah rumah tangga, kotoran hewan, dan beberapa limbah industri),
diseases causing agents (fungi, bakteri, dan virus), inorganic chemicals and minerals (asam,
garam, dan logam beracun), organic chemicals (pestisida, plastik, deterjen, limbah industri
dan minyak), plant nutrients (nitrat dan fosfat), sediments (tanah, lumpur dan benda padat
yang dibawa erosi), radioactive substances, dan heat (berasal dan industri dan air pendingin
dari instalasi pembangkit listrik).
3. Tanah
Agen risiko yang berada di suatu areal lahan yang menyebabkan kualitas tanah di
areal lahan tersebut menurun atau membahayakan makhluk hidup yang memanfaatkan tanah
tersebut. Jenis bahan pencemar tanah dapat berupa bahan kimia, mikroorganisme, bahan
radioaktif.
2.4. Efek Kesehatan
Efek kesehatan yang ditimbulkan dari agen yang beresiko dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Efek Karsinogen
Agen beresiko yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Contohnya benzene
( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine (kanker
kandung kemih); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma)
2. Efek Non Karsinogen
Agen beresiko yang dapat menyebabkan efek kesehatan selain kanker. Contohnya
gangguan pada paru – paru yang disebabkan oleh silica,asbestos dan debu batubara
(pneumoconiosis)
No Aspek-aspek Keterangan
1 Agent Biologis, kimia, fisika
2 Sumber Antropogenik/nonantropogenik, area/titik, bergerak/diam,
indoor/outdoor
3 Media pembawa Air, udara, tanah, debu, makanan
(carrier medium)
4 Jalur pajanan Memakan makanan yang terkontaminasi, menghirup udara
(exposure pathways) yang terkontaminasi, menyentuh permukaan benda
5 Konsentrasi pajanan mg/kg (makanan), mg/liter (air), μm/cm3 (udara), μm/cm2
(permukaan terkontaminasi)
6 Rute Pajanan Inhalasi, kontak kulit, ingesti, rute berganda
7 Durasi Detik, menit, jam, hari , minggu, bulan, tahun, seumur hidup
8 Frekuensi Kontinu, intermiten, bersiklus, acak
9 Latar Pajanan Lingkungan kerja/bukan lingkungan kerja, pemukiman/bukan
pemukiman, indoor/outdoor
10 Populasi Terpajan Populasi umum, sub populasi, individu
11 Lingkup Geografis Tempat/sumber spesifik, local, regional, nasional,
12 Kerangka Waktu Masa lalu, sekarang, masa depan, trend
- fE (frecuency of exposure) : Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya
(satuannya hari/tahun). Ketentuan untuk frekuensi pajanan adalah :
• Pajanan pada pemukiman : 350 hari/tahun
• Pajanan pada lingkungan kerja : 250 hari/tahun
- Dt (duration time) : Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan (satuannya tahun).
Nilai defaultnya adalah Residensial (pemukiman) / pajanan seumur hidup : 30 tahun
- Wb (weight of body) : Berat badan manusia / populasi / kelompok populasi (satuannya Kg),
apabila mengumpulkan data dilapangan gunakan berat badan sebenarnya, apabila tidak
diketahui berat badan maka gunakan nilai default yaitu Dewasa asia / Indonesia : 55 Kg dan
Anak – anak : 15 Kg
- tavg(nk) (time average) : Periode waktu rata – rata untuk efek non karsinogen (satuannya
hari) dengan ketentuan 30 tahun x 365 hari/tahun = 10.950 hari
- tavg(nk) (time average) : Periode waktu rata – rata untuk efek karsinogen (satuannya hari)
dengan ketentuan 70 tahun x 365 hari/tahun = 25.550 hari
b) Intake Karsinogenik pada jalur pemajanan ingesti (tertelan)
- tavg(nk) (time average) : Periode waktu rata – rata untuk efek karsinogen(satuannya hari)
dengan ketentuan 70 tahun x 365 hari/tahun = 25.550 hari
Diketahui :
C = 22,72 mg/m3
Wb = 46 kg
tE = 9 jam/hari
fE = 6 hari/ minggu = 6 x 52 minggu = 312 hari/tahun
Dt = 21 tahun
Laju asupan (R) inhalasi untuk pekerja (dewasa) adalah 0,83 m3 /jam Dari informasi diatas
diketahui bahwa toluene memiliki efek non karsinogenik. Maka tavg untuk efek non
karsinogenik adalah 30 x 365 hari
4.1. Pendahuluan
Analisis dosis - respons adalah mengidentifikasi jenis dan besaran efek dari pajanan
zat toksik serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko tersebut
pada tubuh manusia.
4.2. Dosis Referensi (RfD), Konsentrasi Referensi (RfC), dan Slope Factor (SF)
Uraian tentang dosis referensi (RfD), konsentrasi referensi (RfC), dan slope factor
(SF) adalah sebagai berikut :
a. Dosis referensi dan konsentrasi RfD dan RfC adalah nilai yang dijadikan referensi untuk
nilai yang aman pada efek non karsinogenik suatu agen risiko, Reference Concentration
(RfC) untuk pajanan melalui jalur inhalasi dan Reference Dose (RfD) untuk pajanan melalui
jalur oral.
b. SF (slope factor) adalah referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik.
c. Nilai RfD, RfC, dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study) dari berbagai
sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek manusia maupun merupakan ekstrapolasi
dari hewan percobaan ke manusia.
d. Untuk mengetahui RfC, RfD, dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada Integrated Risk
Information System (IRIS) yang bisa diakses di situs www.epa.gov/iris.
e. Jika tidak ada RfD, RfC, dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang
lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect Level), LOAEL (Lowest Observed Adverse
Effect Level), MRL (Minimum Risk Level), baku mutu udara ambien pada NAAQS (National
Ambient Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut mencantumkan
faktor antropometri yang jelas (Wb, tE, fE, dan Dt).
5.1. Pendahuluan
Karakterisasi risiko dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau perkiraan risiko
yang merugikan akibat dari pajanan suatu agen pada konsentrasi tertentu yang beresiko
menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat. Karakteristik risiko dilakukan dengan
membandingkan atau membagi nilai intake dengan dosis atau konsentrasi agen risiko.
Jawaban :
Diketahui :
C = 22,72 mg/m3
Wb = 46 kg
tE = 9 jam/hari
fE = 6 hari/ minggu = 6 x 52 minggu = 312 hari/tahun
Dt = 21 tahun
Laju asupan (R) inhalasi untuk pekerja (dewasa) adalah 0,83 m3 /jam
Dari informasi diatas diketahui bahwa toluene memiliki efek non karsinogenik. Maka tavg
untuk efek non karsinogenik adalah 30 x 365 hari Dosis respon inhalasi toluene adalah 5
mg/m3
1. Menghitung intake
Ink = 𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡
𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔
Ink = 22,72 𝑚𝑔/𝑚3 𝑥 0,83 𝑚3/𝑗𝑎𝑚 𝑥 9 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 312 ℎ𝑎𝑟𝑖/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 21 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
46 𝑘𝑔 𝑥 30 𝑥 365
Ink = 2,20 m3 /kg/hari
Maka dapat disimpulkan pajanan toluene sebesar 22,72 mg/m3 secara inhalasi pada
pekerja di industri alas kaki di Bogor dengan berat badan 46 Kg, sudah tidak aman untuk
frekuensi pajanan 312 hari/tahun hingga 21 tahun mendatang
Judul Materi VII : Manajemen dan Komunikasi Risiko
Isi Ringkasan
6.1. Pendahuluan
Pengelolaan risiko bukan termasuk langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang
harus dilakukan apabila hasil karakterisasi risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman
ataupun unacceptable.
3) Pendekatan institusional
Pengelolaan risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme kelembagaan dengan
cara melakukan kerjasama dengan pihak lain. Contoh pengelolaan risiko dengan pendekatan
institusional antara lain : kerjasama dalam pengolahan limbah B3, mendukung pengawasan
yang dilakukan oleh pemerintah, menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang,
dll.
6.3. Komunikasi risiko
Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko pada masyarakat
(populasi yang berisiko), pemerintah, dan pihak yang berkepentingan lainnya. Komunikasi
risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan merupakan tanggung jawab dari
pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan terjadinya risiko.