Anda di halaman 1dari 17

METODE PENELITIAAN

KUANTITATIF

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan


sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
KAPAN METODE
KUANTITATIF DIGUNAKAN
1. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian
sudah jelas
2. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas
dari suatu populasi
3. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment
tertentu terhadap yang lain
4. Bila peneliti bermasud menguji hipotesis penelitian
5. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat,
berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur
6. Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan
tentang validitas pengetahuan, teori dan produk
CIRI KUANTITATIF
• Penelitian kuantitatif selalu berbicara data
sampel yg digeneralisasi pada populasi.
• Penelitian kuanti harus ada sampel yg
diambil dari populasi terjangkau, dan
memiliki populasi terget yg menjadi wilayah
generalisasi
• Perhatian utama pada variabel
• Menggunakan teknik statistika
• Mempunyai proses yg baku
• Bersifat inferensial
Definisi Desain Penelitian
Merupakan rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti
untuk dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan penelitian
Desain penelitian mencakup berbagai hal yang
dilakukan peneliti, mulai dari :
a. Identifikasi masalah
b. Rumusan hipotesis
c. Operasionalisasi hipotesis
d. Cara pengumpulan data
e. Analisis data
DESAIN
PENELITIAN

OBSERVASIONAL EKSPERIMENTAL

1. UJI
DESKRIPTIF ANALITIK PRAKLINIS
2. UJI KLINIS

SURVEI CROSS-
STUDI KASUS SECTIONAL
STUDI BANDING CASE-
STUDI PREDIKSI CONTROL
STUDI KORELASI
STUDI EVALUASI KOHORT
cOHORT
Pada dasarnya, analisis atau desain penelitian Cohort ini
berasal dari ilmu kependudukan. Cohort ini merupakan
metode yang digunakan untuk menganalisis atau
mengevaluasi adanya suatu perubahan perilaku dari
sekelompok orang dengan fitur demografis umum di
dalam suatu periode atau kurun waktu tertentu.
Desain penelitian Cohort juga dapat diartikan sebagai
studi yang mempelajari hubungan antara faktor risiko
dan juga efek mengenai penyakit atau masalah
kesehatan. Studi tersebut kemudian memilih kelompok
studi yang berdasarkan dengan adanya perbedaan faktor
risiko.
• Kelompok yang dipilih dapat dibagi ke dalam beberapa
macam kategori, yaitu kategori demografis atau statistik,
atau subkelompok, berdasarkan usia, ras, jenis kelamin,
status sosial ekonomi, kemahiran dalam berbahasa
Inggris, atau bisa juga berdasarkan kategori yang lainnya.
• Setelah memilih kelompok tersebut, kemudian di dalam
studi yang dilakukan, perlu dilakukan sepanjang periode
tertentu agar peneliti dapat melihat berapa banyak subjek
di dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek
penyakit atau adanya masalah kesehatan.
• Sehingga kemudian desain penelitian Cohort ini menjadi
bentuk studi longitudinal tertentu di mana akan
mengambil sampel dari sekelompok orang yang memiliki
karakteristik yang menentukan sesuatu. Atau bisa jadi,
biasanya kelompok yang terpilih tersebut telah mengalami
Cohor prospektif dan retrospektif

Studi Cohort prospektif ini adalah studi yang


sudah direncanakan sebelumnya dan
dilakukan dalam jangka waktu yang akan
datang. Biasanya, studi cohort prospektif ini
dilakukan apabila terdapat faktor risiko atau
faktor penelitian yang diukur pada awal
penelitian dan selanjutnya dilakukan follow up
untuk melihat adanya suatu kejadian penyakit
di masa yang akan datang.
• Sementara itu, studi cohort retrospektif ini merupakan
studi yang melihat data yang sudah ada atau mencoba
mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk suatu kondisi
tertentu, yang mana interpretasi yang dilakukan terbatas
karena peneliti tidak bisa kembali dan tidak bisa
mengumpulkan data yang hilang.
• Studi cohort retrospektif ini biasanya meneliti adanya
faktor risiko dan efek dari suatu penyakit yang terjadi di
masa lampau dan sebelumnya dimulai dengan penelitian.
Dengan demikian, maka variabel pada studi cohort
retrospektif ini bisa diukur melalui catatan historis.
• Prinsip pada studi cohort retrospektif ini tetap sama
dengan prinsip pada studi cohort prospektif, namun yang
berbeda, pada studi ini pengamatannya dimulai pada saat
akibat atau efek suatu penyakit sudah terjadi. Namun
yang paling penting di dalam studi cohort retrospektif ini
CASE CONTROL
• Penelitian case control merupakan penelitian jenis analitik
observasional yang dilakukan dengan cara membandingkan
antara kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan
status paparannya. Hal tersebut bergerak dari akibat
( penyakit ) ke sebab ( paparan ). Ciri-ciri dari penelitian case
control adalah pemilihan subyek yang didasarkan pada penyakit
yang diderita, kemudian lakukan pengamatan yaitu subyek
mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak.
• Penelitian case control dapat digunakan untuk mencari
hubungan seberapa jauh faktor resiko mempengaruhi terjadinya
suatu penyakit. Misalnya adalah hubungan antara intensitas
atau jangka waktu penyemprotan nyamuk demam berdarah
( Fooging ) dengan seberapa banyak warga yang terjangkit
penyakit DBD.
Desain Case control sering dipergunakan para
peneliti karena dibandingkan dengan kohort, ia
lebih murah, lebih cepat memberikan hasil dan
tidak memerlukan sampel yang besar. Bahkan
untuk penyakit yang jarang, case control
merupakan satu-satunya penelitian yang mungkin
dilaksanakan untuk mengindentifikasi faktor
resiko.
Kelebihan Rancangan Penelitian Case
Control
• Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan
merupakan satu-satunya, cara untuk meneliti kasus
yang jarang atau yang masa latennya panjang.
• Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
• Biaya yang diperlukan relative murah.
• Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit.
• Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
berbagai factor resiko sekaligus dalam satu
penelitian.
Kekurangan Rancangan Penelitian Case
Control
• Data mengenai pajanan terhadap faktor resiko diperoleh dengan
mengandalakan daya ingat atau rekam medis. Daya ingat responden
ini menyebabkan terjadinya recall bias, karena responden yang
mengalami efek cenderung lebin=h mengingat pajanan terhadap
faktor resiko dari pada responden yang tidak mengalami efek. Data
sekunder, dalam hal ini rekam medis yang seringkali dipakai sebagai
sumber data juga tidak begitu akurat.
• Validasi mengenai informasi kadang kadang sukar diperoleh.
• Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneliti maka sukar
untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut benar sebanding
dalam pelbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya.
• Tidak dapat memberikan incidence rates.
• Tidak dapat diapakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel
dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
REFERENSI
• Prof. Dr. Sugiyono.(2017). Metodologi Penelitian
Kesehatan.Yogyakarta.Alfabeta CV.
• Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K) ,
Prof. Dr. Dr. Sofyan Ismael, Sp.A (K).(2014).
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta
.CV Sagung Seto.
PERTANYAAN
Misalnya kasus adalah semua pasien
dalam populasi tertentu sedangkan
control diambil secara acak dari
populasi sisanya. Dapatkah kasus dan
control diperoleh dari populasi yang
telah ditentukan sebelumnya yang
biasanya lebih kecil?

Anda mungkin juga menyukai