Neuroendocrinology
NEUROENDOKRINOLOGI
248
FASE FOLIKULER
Selama fase folikuler terjadi rangkaian kejadian yang teratur yang
memastikan terdapat folikel dalam jumlah yang tepat yang siap
mengalami ovulasi. Dalam ovarium manusia hasil akhir dari
perkembangan folikel ini (biasanya) adalah satu folikel matur.
Proses yang terjadi selama 10-14 hari ini menunjukkan gambaran
serangkaian kerja hormon dan peptida autokrin-parakrin pada
FOLIKEL PRIMORDIAL
Sel-sel germ primordial berasal dari dalam endodermis yolk sac,
alantois, dan hindgut embrio, dan pada masa gestasi 5-6 minggu,
sel-sel tersebut telah bermigrasi ke rigi genitalia. Pembelahan
mitotik cepat dari sel-sel germ dimulai pada kehamilan 6-8 minggu,
dan pada kehamilan 16-20 minggu, tercapai jumlah oosit yang
maksimal: total 6-7 juta pada kedua ovarium. Pembentukan folikel
primordial dimulai pada pertengahan masa kehamilan dan selesai
segere setelah melahirkan. Folikel primordial tidak bertumbuh dan
terdiri dari sebuah oosit, yang berhenti pada tahap diploten dari
profase miotik, dikelilingi oleh sebuah lapisan sel-sel granulosa
berbentuk batang.
FOLIKEL PREANTRAL
Setelah pertumbuhan mengalami percepatan, folikel akan masuk
kedalam tahap preantral bersamaan dengan membesarnya oosit
dan akan dikelilingi oleh sebuah membran, yaitu zona pelusida. Sel-
sel granulosa akan mengalami proliferasi multilapis bersama
dengan organisasi lapisan teka dari stroma disekitrnya.
Pertumbuhan ini bergantung pada gonadotropin dan berkorelasi
dengan peningkatan produksi estrogen. Studi-studi molekuler
menunjukkan bahwa semua sel granulosa dalam folikel matur
merupakan derivat dari 3 sel prekursor saja.
FOLIKEL ANTRAL
Dibawah pengaruh sinergistik estrogen dan FSH terjadilah
peningkatan produksi cairan folikuler yang terakumulasi dalam
ruang antarsel granulosa, dan akhirnya berkoalesensi membentuk
suatu kavitas, bersamaan dengan transisi folikel kedalam tahap
antral. Akumulasi cairan folikuler memberi cara dengan mana oosit
dan sel-sel granulosa disekitarnya dapat diperlihara dalam suatu
lingkungan endokrin spesifik. Sel-sel granulosa yang mengelilingi
oosit saat ini disebut sebagai kumulus ooforus. Diferensiasi sel-
sel kumulus diyakini merupakan respon terhadap sinyal-sinyal yang
berasal dari dalam oosit.
Bentuk-bentuk Inhibin:
Inhibin-A: Alfa-BetaA
Inhibin-B: Alfa-BetaB
Growth Factor
Growth factor merupakan polipeptida yang memodulasi proliferasi
dan diferensiasi sel, bekerja melalui pengikatan dengan reseptor-
reseptor membran sel spesifik. Growth factor bukan merupakan
substansi endokrin klasik; growth factor bekerja secara lokal dan
memiliki fungsi parakrin dan autokrin. Terdapat berbagai growth
factor, dan kebanyakan sel mengandung berbagai reseptor untuk
berbagai growth factor.
ekspresi gen IGF-I, yang aktif hanya sebelum ovulasi. Hal ini tidak
terdeteksi dalam folikel-folikel atretik atau dalam korpus luteum.
Sekali lagi pada tikus, ekspresi gen IGF-II tampaknya terbatas pada
sel-sel teka dan sel-sel interstisial. Namun, tempat ekspresi IGF
berbeda pada primata.
FOLIKEL PRAOVULATORIK
Sel-sel granulosa dalam folikel praovulatorik membesar dan
memperoleh inklusi lipid sedangkan teka mengalami vakuolisasi
dan sangat granuler, sehingga folikem praovulatorik tampak
hiperemik. Oosit melanjut mengalami miosis, mendekati akhir
pembelahan reduksinya.
OVULASI
Folikel praovulatorik, melalui kerjasama estradiol, menyediakan
stimulus ovulatoriknya sendiri. Terdapat variasi yang cukup besar
dalam penentuan waktu dari siklus ke siklus, bahkan pada wanita
yang sama. Perkiraan yang masuk akal dan akurat menempatkan
ovulasi kurang lebih 10-12 jam setelah LH mencapai puncak dan
24-36 jam setelah kadar puncak estradiol tercapai. Onset
peningkatan tajam LH merupakan indikator yang paling dapat
diandalkan sebagai tanda adanya ovulasi yang akan segera terjadi,
yang terjadi 34-36 jam sebelum rupturnya folikel. Sebuah ambang
batas konsentrasi LH harus dipertahankan selama setidaknya 14-
27 jam agar maturasi penuh oosit dapat terjadi. Biasanya
peningkatan tajam LH berlangsung 48-50 jam.
hari selama Musim Gugur dan Musin Dingin. Dari bulan Juli sampai
Februai di Belahan Bumi Utara, sekitar 90% wanita mengalami
ovulasi antara jam 4.00 dan jam 7.00 malam; selama Musim Semi,
50% wanita mengalami ovulasi antara tengah malah dan jam 11.00
pagi. Kebanyakan studi telah menyimpulkan bahwa ovulasi terjadi
lebih sering (hampir 55%) pada ovarium kanan dibandingkan
ovarium kiri, dan oosit dari ovarium kanan memiliki potensi
kehamilan lebih tinggi. Sisi mana yang mengalami ovulasi tidak
mempengaruhi karakteristik siklus, tetapi siklus dengan fase
folikuler pendek cenderung diikuti oleh ovulasi kontralateral, dan
ovulasi terjadi secara acak setelah siklus dengan fase folikuler
panjang. Ovulasi yang terjadi bergantian antara kedua ovarium
merupakan hal yang mendominasi siklus pada wanita-wanita yang
lebih muda, tetapi setelah usia 30 tahun ovulasi terjadi lebih sering
dari ovarium yang sama; namun, selama masa reproduktif lebih
banyak ovulasi yang terjadi dari ovarium kanan. Kehamilan lebih
besar kemungkinannya terjadi pada ovulasi kontralateral daripada
ovulasi ipsilateral, dan ovuilasi ipsilateral meningkat dengan
pertambahan usia dan berkurangnya fertilitas.
FASE LUTEAL
Sebelum terjadinya ruptur folikel dan pelepasan ovum, sel-sel
granulosa mulai bertambah besar dan memiliki gambaran
bervakuolisasi yang dikaitkan dengan akumulasi pigmen kuning,
lutein, yang mendapatkan namanya dari proses luteinisasi dan
subunit anatomis, korpus luteum. Selama 3 hari pertama setelah
ovulasi, sel-sel granulosa terus membesar. Disamping itu, sel-sel
teka lutein dapat berdiferensiasi dari teka dan stroma disekitarnya
untuk menjadi bagian dari korpus luteum. Disolusi lamina basalis
dan vaskularisasi dan luteinisasi cepat menyebabkan sulitnya
membedakan asal sel-sel spesifik.
TRANSISI LUTEAL-FOLIKULER
Intveral antara penurunan produksi estradiol dan progesteron pada
fase luteal lanjut sampai seleksi folikel yang dominan merupakan
Inhibn-B, berasal dari sel-sel granulosa korpus luteum dan saat ini
dibawah regulasi LH, mencapai nadir dalam sirkulasi pada masa
midluteal. Inhibin-A mencapai puncak pada fase lutea, dan,
karenanya, dapat membantu menekan sekresi FSH oleh pituitari
untuk mencapai kadar terendah yang dapat dicapai selama siklus
menstruasi. Proses luteolisis, apapun mekanismenya, yang disertai
Variasi aliran dan lama siklus menstruasi sering terjadi pada masa-
masa ekstrim dari masa reproduktif, selama awal-awal masa
remaja, dan beberapa tahun sebelum menopause. Prevalensi siklus