Anda di halaman 1dari 14

LTM PBL 2 Reproduksi

Amalia Irsha Adhari


1506668510
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Fisiologi Menstruasi

A. Pendahuluan
Berbeda dengan produksi sperma yang terus menerus dan karakteristik sekresi
testosteron yang konstan. Pelepasan ovum adalah intermiten. Sekresi hormon seks wanita
menunjjukankan siklus yang kompleks. Jaringan yang dipengaruhi oleh hormon seks ini juga
mengalami perubahan siklik. Kata "menstruasi" secara etimologis terkait dengan "bulan".
Istilah "menstruasi" dan "menses" berasal dari bahasa Latin mensis (bulan), yang selanjutnya
berhubungan dengan bahasa Yunani mene (bulan).1
Selama setiap siklus, saluran reproduksi wanita disiapkan untuk pembuahan dan
implantasi sel telur yang dilepaskan dari ovarium saat ovulasi. Jika pembuahan tidak terjadi,
siklusnya akan berulang. Jika pembuahan terjadi, siklusnya terhenti sementara dan sistem
reproduksi wanita dipersiapkan untuk memelihara dan melindungi manusia yang baru
dikandungnya sampai berkembang menjadi individu yang mampu tinggal di luar lingkungan
maternal.2
Selanjutnya, wanita melanjutkan fungsi reproduksinya setelah melahirkan dengan
memproduksi susu (laktasi) sebagai makanan bayi. Dengan demikian, sistem reproduksi
wanita ditandai oleh siklus yang kompleks, yang akan terhenti sementara oleh kehamilan
dengan perubahan yang lebih kompleks lagi.2

Gambar 1 : Remaja
https://www.sciencedaily.com/releases/2012/03/1
20302082911.htm
Istilah menstruasi sangat berkaitan erat dengan istilah pubertas. Pubertas merupakan
masa dimana laki-laki maupun perempuan mengalami kematangan secara seksual. Pubertas
adalah masa peralihan antara anak-anak dan dewasa serta berlangsung dalam tahapan-
tahapan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor neuroendokrin yang kompleks. Faktor
neuroendokrin tersebut bertanggung jawab terhadap awitan dan perkembangan menuju
maturitas seksual yang sempurna.4,5 Menstruasi merupakan tanda primer pubertas yang
dialami oleh perempuan. Sedangkan tanda sekunder pubertas pada wanita meliputi payudara
yang membesar, tumbuhnya rambut kemaluan, tumbunya rambut pada ketiak, dan lain
sebagainya.6
Tidak seperti pria yang seumur hidupnya memiliki potensi reproduksi seumur
hidupnya. Wanita hanya memiliki kemampuan reproduksi dimulai saat pubertas dan berakhir
di usia pertengahan saat menopause.3 Usia awal pubertas yang normal bagi perempuan
adalah 8 14 tahun dan bagi laki-laki adalah 9 14 tahun.5 Apabila tanda-tanda pubertas
muncul sebelum usia 8 tahun bagi perempuan dan sebelum 9 tahun bagi laki-laki maka
kelainan tersebut disebut pubertas prekoks.6

B. Tahapan Gametogenesis Ovum


1. Pembentukan Oosit Primer dan Folikel Primer
Sel germinativum primordial yang belum berdifereniasi di ovarium janin, akan
membelah secara mitosis. Proses tersebut menghasilkan 6 7 juta oogonia pada bulan kelima
gestasi, saat proliferasi mitosis terhenti. Hasil pembelahan secara mitosis tersebut adalah
oosit primer. Oosit primer mengandung 46 kromosom diploid, yang dikumpulkan dalam
pasangan homolog namun tidak memisah.2,3 Dalam tahap akhir kehidupan janin yaitu antara
bulan ketiga hingga ketujuh, oosit primer akan memulai tahap awal pembelahan meiotik
pertama. Namun, tahap meiosis pertama tersebut terhenti dan tidak terselesaikan. Oosit
primer tetap pada kondisi henti meiosis yaitu dalam tahap profase meiois I selama bertahun-
tahun.2
Sebelum lahir, oosit primer dikelilingi selapis sel granulosa untuk membentuk folikel
primer. Tidak seluruh oosit akan membentuk folikel primer. Oosit yang tidak membentuk
folikel primer akan mengalami apoptosis. Saat lahir, hanya akan terisisa 2 juta folikel primer
yang berisi oosit primer.2,3 Saat perkembangannya, folikel akan mengalami satu dari dua nasib
yaitu akan matang dan berovulasi atau hanya akan mengalami degenerasi membentuk
jaringan parut. Proses degenerasi dan membentuk jaringan parut disebut atresia. 2
Selama masa-masa awal pubertas, banyak siklus bersifat anovulatorik yaitu tanpa
pembebasan ovum. Dari cadangan folikel yaitu 400.000 yang ada saat pubertas. Hanya sekitar
400 saja yang akan diovulasikan.2 Sumber lain menyatakan 500 ovum.3 Sisanya tidak akan
mengalami ovulasi, namun hanya mengalami atresia selama perkembangannya.
2. Pembentukan Oosit Sekunder dan Folikel Sekunder
Belum diketahui secara pasti folikel mana yang akan berkembang pada suatu siklus.
Persis sebelum ovulasi, oosit primer yang nukleusnya mengalami henti meiosis selama
bertahun-tahun, menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya. Pada pembelahan ini akan
dihasilkan dua sel anak haploid 23 kromosom ganda. Pembagian sitoplasma dalam
pembelahan meiosis primer tidak seimbang. Hampir seluruh sitoplasma berada dalam oosit
sekunder. Sel lain yang hanya mendapat sedikit sitoplasma disebut badan polar pertama.
Badan polar yang hanya memiliki sedikit nutrien tersebut dapat megalami pembelahan
selanjutnya atau mengalami degenerasi.2,3
3. Pembentukan Ovum Matang
Oosit sekunder bukanlah merupkan ovum yang matang. Setiap bulan, dalam siklus
ovarium, satu atau dua oosit sekunder terhenti pembelahannya dan akan meninggalkan
ovarium dalam fase metafase meiosis II. Meiosis II hanya akan terselesaikan apabila
fertilisasi terjadi.3 Oosit sekunder yang tidak dibuahi tidak akan pernah menyelesaikan
pembelahan meiosis II. Sama seperti proses pembelahan sebelumnya, pembelahan oosit
primer menjadi oosit sekunder juga akan menghasilkan badan polar kedua yang hanya
mengandung sedikit sitoplasma. Apabila badan polar pertama belum berdegenerasi, maka
akan terjadi pembelahan pula.2,3

Gambar 2 : Oogenesis
Sumber Sherwood 7ed

4. Perbandingan Oogenesis dan Spermatogenesis


Tahap yang dilalui dalam pembagian kromossom pada proses oogenesis dan
spermatogenesis adalah sama. Hal yang membedakan adalah waktu pembelahannya. Seperti
pembentukan 4 spermatid, dalam oogenesis juga akan menghasilkan empat sel anak apabila
badan polar pertama tidak mengalami degenerasi. Tahap akhir spermatogenesis akan
dihasilkan 4 sel sperma fungsional yang motil, sedangkan dalam oogenesis hanya akan
dihasilkan 1 sel ovum. Distribusi sitoplasma yang tidak merata dalam pembentukan ovum
memiliki makna tersendiri. Yaitu selain ovum menyumbang separuh gen, sel ovum juga
menyediakan semua komponen sitoplasma yang dibutuhkan untuk menunjang
perkembangan awal setelah terjadi fertilisasi.2,3
Diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan bagi sprematogonia untuk berkembang
menjadi spermatozoa sempurna. Namun, perkembangan oogonia menjadi ovum matang
diperlukan waktu antara 11 tahun (saat permulaan pubertas) hingga 50 tahun (saat
menopause). Durasi tiap-tiap tahap pembelahan dalam spermatogenesis dan oogenesis
sebenarnya sama Hal yang membedakan adalah dalam oogenesis terdapat waktu henti yang
durasinya berbeda-beda. 2,3

C. Siklus Ovarium
Setelah masa pubertas dimulai, ovarium akan mengalami dua fase yaitu fase folikular
yang didominasi oleh folikel matang dan fase luteal yang ditandai adanya korpus luteum .

Gambar 3 : Siklus Ovarium


Sumber Sherwood 7ed
1. Fase Folikular
Fase ini ditandai dengan pembentukan folikel matang. Selama tahap pembentukan
folikel, terjadi perubahan-perubahan penting pada sel yang mengelilingi oosit sebagai
persiapan pembebasan sel telur dari ovarium.2,3
Proliferasi Sel Granulosa dan Pembentukan Zona Pelusida
Satu lapis sel granulosa dalam folikel primer akan mengalami proliferasi membentuk
beberapa lapisan yang mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa tersebut akan menghasilkan
lapisan kental mirip gel yang membungkus oosit dan memisahkan dari sel grenulosa. Lapisan
ini disebut zona pelusida.
Terdapat taut celah atau gap junction yang menembus zona pelusida dan terbentang
antara oosit dan sel granulosa sekitar folikel. Taut ini berfungsi sebgai jalan masuk bagi
glukosa, asam amino, dan molekul penting lain. Selain nutrient, molekul pembawa sinyal juga
dapat melewati taut ini sehingga perubahan antara oosit dan sel granulosa dapat
dikoordinasikan. 2
Proliferasi Sel Teka dan Sekeresi Estrogen
Saat oosit berkembang dan sel-sel granulosa berproliferasi, sel-sel jaringan ikat
ovarium turut berdiferensiasi membentuk lapisan luar yaitu sel teka. Sel teka dan sel
granulosa secara kolektif disebut sel folikel. Sel folikel ini berfungsi mengeluarkan hormon
estrogen . Diantara tiga hormon estrogen yaitu estradiol, estron, dan estriol, estradiol
merupakan hormon estrogen ovarium utama. 2,3
Pembentukan Antrum

Gambar 4 : Folikel Sekunder Gambaran Mikroskop Elektrom


Sumber Sherwood 7ed
Tahap permulaan perkembangan folikel yang terjadi tanpa adanya pengaruh
gonadotropin berlangsung selama sekitar 2 bulan dan bukan merupakan fase folikular. Hanya
sel yang cukup berkembang (folikel praantral) yang akan direkrut dalam permulaan fase
folikular yaitu saat kadar FSH meningkat. Dalam setiap siklus, hanya 15 20 folikel prantral
yang akan direkrut. Lingkungan hormon mendorong kemampuan sekresi sel folikel,
mengubah folikel praantral menjadi folikel sekunder atau folikel antral. Antrum folikel berisi
cairan yan berasal dari transudasi plasma dan sebagian dari sekresi sel folikel. Estrogen yang
dihasilkan oleh sel folikel sebagian akan ditransportasikan ke seluruh tubuh dan sisanya akan
terkumpul dalam cairan antrum.2,3
Saat antrum mulai terbentuk, oosit akan mencapai ukuran maksimal. Perubahan cepat
ukuran oosit terjadi saat perkembangan folikel praantral menjadi folikel antral yaitu dimulai
dari 1 mm sampai 12 16 mm.
Pembentukan Folikel Matang
Salah satu folikel akan tumbuh dominan dan lebih cepat dibandingkan yang lain
membentuk folikel de graaf (folikel matang, tersier). Folikel ini memiliki banyak reseptor FSH
sehingga menjadi folikel paling responsif dalam stimulasi hormon. Folikel de graaf memliki
antrum yang dominan. Oosit yang dikelilingi zona pelusida dan sel granulosa akan tergeser
asimetris menuju salah satu sisi folikel.2,3
Ovulasi
Pecahnya folikel ditendai dengan pelepasan enzim untuk mencerna jaringan ikat
sekitar folikel. Tepat sebelum ovulasi oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya.
Oosit sekunder masih dikelilingi oleh zona pelusida dan sel granulosa yang kini disebut korona
radiata tersapu keluar ke rongga abdomen oleh cairan antrum. Folikel lain yang berkembang
namun gagal matang akan mengalami degenerasi dan tidak pernah aktif lagi. Apabila terdapat
dua ovum yang matang secara bersamaan dan keduanya dibuahi maka akan menjadi kembar
fraternal. Apabila satu ovum mebelah menjadi dua yang identik maka akan menjadi kembar
identik. Pecahnya folikel menandakan berakhirnya fase folikular dan dimulainya fase luteal.2,3

2. Fase Luteal
Sel granulosa dan sel teka yang tersisa akan mengalami transformasi struktural dan
fungsional.
Pembentukan Korpus Luteum, Sekresi Estrogen dan Progesteron
Banyaknya simpanan kolesterol, prekusor steroid, dan butir lemak dalam
menyebabkan korpus luteum berwarana kuning (korpus berarti badan, luteum berati kuning).
Korpus luteum mensekresikan progesteron dala jumlah banyak dan estrogen dalam jumlah
sedikit.2,3
Degenerasi Korpus Luteum
Jika ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi, korpus luteum akan berdegenasi dalam
waktu 14 hari. Sel luteal akan berdegenerasi dan difagositosis, dan digantikan oleh jaringan
ikat membentuk jaringanfibrosa berwarna putih yang disebut korpus albikans. Saat
degenerasi korpus luteum usai, maka akan dimulai fase folikular baru.2,3
Korpus Luteum Kehamilan
Jika terjadi fertilisasi dan implantasi, korpus luteum akan tumbuh dan meingkatkan
produksi progesteron dan estrogen Korpus luteum kehamilan akan menetap hingga
berakhirnya kehamilan. Struktur ini menghasilkan hormon esensial untuk mempertahankan
kehamilan.2,3
Gambar 5 : Korelasi Kadar Hormon dengan Perubahan Siklik Ovarium
dan Uterus
Sumber Sherwood 7ed
D. Interaksi Hormon
Ovarium memiliki dua unit endokrin penting yaitu : 1. Folikel yang menghasilkan
estrogen; 2. progesteron yang menghasilkan progesteron dan estrogen. Fungsi gonad pada
wanita diatur oleh FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormon) yang
dihasilkan oleh hipofisis anterior. Kedua hormon ini diatur oleh GnRH (Gonadotropin releasing
hormone). Neuron yang mensekresikan GnRH dirangsang oleh kisspeptin yang dilepaskan
oleh neuron kiss1 hipotalamus.2,3
1. Kontrol Fungsi Folikel
Pembentukan antrum diinduksi oleh FSH. Sel teka cepat menghasilkan androgen
namun kemampuan untuk mengubah androgen menjadi estrogen kurang. Sel granulosa
mengandung enzim aromatase sehingga dapat mengubah androgen menjadi estrogen
dengan mudah. LH bekerja pada sel teka, sedangakan FSH bekerja pada sel granulosa. Kadar
estrogen yang meningkat menandai fase folikuler. Kadar estrogen yang melimpah
menghambat sekresi FSH oleh gonadotrop. Sekresi LH akan menngkat perlahan selama fase
folikular meskipun terdapat inhibisi GnRH.2
2. Kontrol Ovulasi
Lonjakan LH menyebabkan 4 hal dalam folikel : 1. Menghentikan sintesis estrogen oleh
sel folikel; 2. Memulai kembali meiosis di oosit folikel; 3. Memicu pembentukan prostaglandin
lokal yang memicu ovulasi; 4. Menyebabkan diferensiasi sel folikel menjadi sel luteal.2

Gambar 6 : Produksi Estrogen oleh Folikel Ovarium


Sumber Sherwood 7ed
Gambar 7 : Kontrol Umpan balik Sekresi FSH dan LH selama Fase
Folikular
Sumber Sherwood 7ed

3. Kontrol Korpus Luteum


LH akan memelihara korpus luteum. Dibawah pengaruh LH, korpus luteum
mengeluarkan progesteron dan estrogen. Pada pertengahan siklus, kadar estrogen akan
turun drastis dikarenakan folikel penghasil estrogen mati. Kadar esrogen akan kembali naik
pada fase luteal akibat sekresi oleh korpus luteum meskipun tidak sebanyak saat fase
folikular.2
E. Perubahan Siklik Uterus

Pengaruh Estrogen dan Progesteron pada Uterus

Uterus terdiri dari dua lapisan utama yaitu miometrium dan endometrium. Estrogen
merangsang pertumbuhan endometrium dan miometrium. Selain itu juga menginduksi
sintesis reseptor progesteron di endometrium.Hal ini menyebabkan progesteron hanya akan
berdampak pada endometrium setelah dipersiapkan oleh estrogen. Siklus uterus terdiri atas
3 fase :2,3
1. Fase Haid
Hari pertama haid merupakan dimulainya siklus baru yaitu berakhirnya fase luteal dan
dimulainya fase folikular. Saat korpus luteum berdegenasi karena fertilisasi tidak terjadi, maka
kadar estrogen danprogesteron menurun tajam.Terhentinya sekresi kedua hormon ini
menyebabkan sekresi prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah endometrium. Penurunan pasokan oksigen emnyebabkan kematian endometrium dan
pembuluh darah yang lain. Sebagian lapisan endometrium luruh dan tersisa sel epitel dan
kelenjar sebagai asal regenerasi. Prostagalndin juga merangsang kontraksi uterus sebagai
cara untuk mengeluarkan darah dan sisa endometrium.2,3
Kontaksi uterus yang berlebihan akibat sekresi prostaglandin menyebabkan
dismenore atau kram haid. Darah yang keluar saat menstruasi yaitu 50 150 mL. Darah yang
merembes pelan akan membeku dalam uterus, kemudian diproses oleh fibrinolisis agar larut.
Darah haid mengandung banyak leukosit yang berperan penting dalam mencegah infeksi
pada endometrium. Setelah 5 7 hari, folikel telah berkembang dan telah mengahsilkan
cukup esterogen untuk dimulainya fase baru.2,3
2. Fase Prolifratif
Fase proliferatif dimulai bersamaan dengan bagian akhir fase folikular ovarium.
Estrogen merangsang proliferasi sel epitel, klenjar, dan pembuluh darah endometrium
sehingga meingkatkan ketebalan menjadi 3 5 mm. Fase proliferatif dimulai daro akhir
menstruasi hingga ovulasi. Kadar puncak estrogen akan memicu lonjakan LH yang
emneyebabkan ovulasi.2,3
3. Fase Sekretorik atau Progestasional
Fase ini dimulai saat korpus luteum terbentuk. Fase ini didominasi oelh progesteron.
Progesteron menyebabkan jaringan ikat endometrium menjadi longgar dan mengalami
edematosa akibat terakumulasinya air dan elektrolit.. Hal ini akan memfasilitasi implantasi.
Progesteron juga mendorong kelanjar endometrium mengeluarkan dan menyimpan glikogen
dalam jumlah banyak serta merangsang pemuluh darah endometrium. Progesteron akan
mengurangi kontraktilitas uterus agar tercipta lingkungan tenang untuk implantasi. 2,3
F. Perubahan pada Mukus Serviks
Dibawah pengaruh estrogen dalam fase folikuler, mukus serviks bersifat encer, jernih,
dan jumlahnya banyak. Perubahan ini akan sangat mencolok saat estrogen mencapai
puncaknya menjelang ovulasi. Mukus serviks ini akan mempermudah lewatnya sperma
meunu kanalis servikalis. Setelah ovulasi dibawah pengaruh progesteron, mukus yang
dihasilkan bersifat kental dan lengket. Hal ini sebagai mekanisme oertahanan agar bakteri
tidak berpindah dari vagina ke uterus, juag menghalangi sperma menembus vagina.2,3
G. Serba-Serbi Menstruasi
Kemajuan peradaban membuat pengetahuan tentang menstruasi bertambah. Saat ini,
telah digunakan pembalut atau tampon untuk menampung darah menstruasi agar tidak
tercecer.

Gambar 8 : Pembalut dan Tampon


Sumber www.hellosehat.com

Sebelum ditemukannya pembalut atau tampon, perempuan di dunia menggunakan


bahan yang ada di sekitar mereka untuk menampung darah menstruasi.7
1. Sebelum produk feminin ditemukan dan diproduksi luas, perempuan menggunakan kain.

Gambar 9 : Sabuk Menstruasi


Sumber www.hipwee.com
2. Pada zaman Mesir Kuno, perempuan menggunakan tanaman papyrus yang sudah
direndam.

Gambar 10 : Papyrus
Sumber www.hipwee.com

3. Perempuan pada zaman Yunani Kuno gunakan wol


c

Gambar 11 : Wool
Sumber www.hipwee.com

4. Perempuan asli Amerika menggunakan kulit kayu

Gambar 12 : Kulit Kayu


Sumber www.hipwee.com
5. Suku Arikara di Amerika menggunakan kulit kerbau yang diasapi

Gambar 13 : Kulit Kerbau Asap


Sumber www.hipwee.com

6. Perempuan di pesisir Yunani dahulu menggunakan spons laut

Gambar 14 : Spons Laut


Sumber www.hipwee.com

7. Salah satu suku di Amerika menggunakan rambut kelinci

Gambar 15 : Rambut Kelinci


Sumber www.hipwee.com
8. Pengasingan di Nepal, karena dianggap membawa kemalangan dan sebagai aib
Gambar 16 : Pondok Pengasingan Wania Nepal
Sumber www.hipwee.com

H. Referensi
1. Allen K. The reluctant hypothesis:A History of Discourse Surrounding the Lunar Phase
Method of Regulating Conception. [Basingstoke]: Lacuna; 2007.
2. Sherwood L. Human physiology. 8th ed. Belmont, CA: Brooks/Cole Cengage Learning;
2013.
3. Martini F, Nath J, Bartholomew E, Ober W, Ober C, Welch K et al. Fundamentals of
anatomy & physiology. 9th ed. San Francisco: Pearson Education;.
4. Rosenfield RL. Puberty in the female and its disorders. Dalam: Sperling MA, 1.
penyunting. Pediatric endocrinology. Edisi ke-2. Philadelphia: Saunders; 2002. h 455-
518.
5. Ducharne JR. Forest MG. Normal pubertal development. Dalam: Bertrand 2. J, Rappaport
R, Sizonenkon PC, penyunting. Pediatric endocrinology. Edisi ke-2. Baltimore: Williams;
1993. h 372-86.
6. Styne DM. Puberty. Dalam: Greenspan FS. Basic and clinical endocrinology. 3. Edisi ke-3.
San Fransisco: Lange; 1992. h 519-40.
7. Fajar G. Sebelum Ada Pembalut Sama Tampon, 10 Cara Ini Lho yang Digunakan Cewek
Ketika Datang Bulan [Internet]. Hipwee. 2017 [cited 22 October 2017]. Available from:
http://www.hipwee.com/feature/sebelum-ada-pembalut-sama-tampon-10-cara-ini-lho-
yang-digunakan-cewek-ketika-datang-bulan/

Anda mungkin juga menyukai