Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Apa sih sebetulnya psikotropik itu?

Psikotropik itu adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiran yang
biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Nah, ilmu yang
mempelajari kimiawi, mekanisme kerja dan farmakologi klinik dari psikotropik adalah
psikofarmakologi.

Kenapa ada bab khusus psikotropik, yang khusus membahas obat-obatan ini? Spesifik untuk
psikotropik, regulasinya itu diatur sendiri karena khawatir disalahgunakan. Biasanya untuk
individu yang berbeda, regimen obat yang digunakan berbeda. Jadi nggak saklek gitu. Dosis
juga dapat bervariasi. Product development psikotropik lagi berkembang banget kata
dokternya.

Berdasarkan penggunaannya, psikotropik dapat dibagi jadi 4 golongan.

Antipsikosis tipikal Klorpromazin, flufenazin,


golongan fenotiazin perfenazin, tioridazin,
trifluperazin
ANTIPSIKOSIS (MAJOR Antipsikosis tipikal Klorprotiksen, droperidol,
TRANQUILIZER, golongan lain haloperidol, loksapin, molindon,
NEUROLEPTIK) tiotiksen
Antipsikosis atipikal Klozapin, olanzapine, risperidon,
quetiapin, sulpirid, ziprasidon,
aripriprazol, zotepin,
amilsulpirid
Bermanfaat pada terapi psikosis akut atau kronik (skizofrenia gangguan jiwa
berat)
Akut berikan yang kerjanya cepat, atau dalam bentuk injeksi
Ciri penting:
Efek antipsikosis mengatasi agresitivtas, hiperaktivitas dan labilitas emosional
pasien psikosis
Batas keamanan umumnya besar dosis besar tidak bikin koma dalam/anesthesia
Dapat timbul gejala ekstrapiramidal ireversibel/reversibel terutama tipikal
Tidak ada kecenderungan ketergantungan fisik dan psikis ga kaya antiansietas
Benzodiazepine Diazepam, alprazolam,
ANTIANSIETAS
klordiazepoksid, klonazepam,
(MINOR
klorazepat, lorazepam
TRANQUILIZER)
Golongan lain Buspiron, zolpidem
Pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis (neurosis: keluhan subyektif tanpa
gangguan somatik nyata dengan fungsi mental-kognitif tidak terganggu)
Terapi tambahan penyakit somatik dengan ciri ansietas (perasaan cemas) dan
ketegangan mental
Ansietas perasaan khawatir/ketakutan yang ditandai gejala fisik (palpitasi,
berkeringan, tanda stres lainnya)
AWAS! Anti ansietas dosis tinggi dan jangka panjang ketergantungan fisik dan
psikis
Tambahan:
Kadang benzodiazepine dipakai sebagai tambahan di sindrom koroner akut (agar pasien
tenang), atau misalnya dispepsia karena kecemasan tinggi kasih antiansietas utk terapi
tambahan
Golongan trisiklik Imipramin, amitriptilin
Golongan heterosiklik (gen. Amoksapin, maprotilin,
kedua dan ketiga) tradozon, bupropion,
venlafaksin, mirtazapine,
nefazodon
Golongan Selective Flukosetin, paroksetin, setralin,
ANTIDEPRESI
Serotonin Reuptake fluvoksamin, sitalopram
Inhibitors (SSRI)
Penghambat MAO non- Isokarboksazid, fenelzin
selektif
Golongan serotonin Venlafaksin
norepinephrine reuptake
inhibitor (SNRI)
Mengatasi/mencegah depresi mental
Depresi gangguan mental dengan penurunan mood, kehilangan minat/perasaan
senang/adanya perasaan bersalah/rendah diri, gangguan tidur/penurunan selera
makan, sulit konsentrasi/kelemahan fisik
ANTIMANIA (MOOD Litium Litium
STABILIZER) Anti mania lain Karbamazepin, asam valproat
Kerjanya mencegah naik turunnya mood pada pasien bipolar (sindrom manik-
depresi) jangan sampai mania berlebihan atau depresi berlebihan sehingga ingin
bunuh diri

ANTIPSIKOSIS
Antipsikosis digunakan untuk terapi psikosis baik akut maupun kronik pada gangguan jiwa
yang berat (Co: Skizofrenia). Antipsikosis memiliki ciri yaitu:
Memiliki Efek antipsikosis Dapat mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, labilitas emosi
Dosis besar tidak menyebabkan koma maupun anasesi
Dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal baik reversible mapun irreversible
Tidak menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis

Antipsikosis sendiri dibgi menjadi 2 golongan yaitu tipikal dan atipikal (udah dijelasin tadi). Ada
contohnya jugane (udah dijelasin sih tapi tulis aja biar inget) sama cirinya biar tau yes
Tipikal (1st generation)
o Memiliki afinitas tinggi dalam menghambat reseptor dopamine 2 menjadi
alasan terjadinya efek ekstrapiramidal.
o Umumnya hanya berespoons untuk gejala positif (kaya halusinasi, bicara kacau,
delusi)
o Contoh: klorpromazin, flufenazin, haloperidol, mesoridazin, tioridazin,
trifuperazin
Atipikal (2nd generation)
o Memiliki afinitas lemah terhadap reseptor dopamine 2, tapi dia juga memiliki
afinitas terhadap reseptor dopamine 4, serotonin, histamine, muskarinik, dan
alfa adrenergik.
o Berespons untuk gejala positif maupun negatif (miskin kata, afek datar, menarik
diri, inisiatif menurun)
o Contoh: Klozain, Olantzapin, Quetiapin, Asenapin, Sulpiride, Amisulpiride,
Melperone, Risperidon
NAH sebelum membahas masing-masing golongan itu mari kita membahas SKIZOFRENIA. Ada 3
hipotesis yang menjelaskan penyebab skizofrenia:
Hipotesis Dopamin
Gejala skizofrenia diakibatkan oleh hiperaktivitas neurotransmitter dopamine.
Nah, dopamin adalah neurotransmitter yang bertanggungjawab terhadap rasa senang,
yang apabila kelebihan dapat menyebabkan gejala positif seperti halusinasi dan delusi.
Oleh karena itu, obat antipsikosis bekerja sebagai antagonis dopamin dengan
memblok reseptor D2 (reseptornya glutamin), contohnya Klorpromazin. Sebaliknya,
obat yang bersifat agonis dopamine seperti amfetamin dan kokain bersifat
dopaminergik, menyebabkan peningkatan pelepasan dopamin dan menyebabkan gejala
skizofrenia.
Hipotesis Serotonin
Serotonin juga bertanggung jawab terhadap rasa senang dan nyaman. Beberapa agonis
serotonin seperti lysergic acid diethylamide (LSD) dan mescaline merupakan
halusinogen. Reseptor 5-HT 2A dapat mengatur pelepasan dopamin di korteks, area
limbik, dan striatum. Oleh karena itu, hipotesis ini mengatakan bahwa obat-obat
antipsikosis atipikal seperti klozapin dan quetiapin bekerja dengan memblokade
reseptor 5-HT 2A (tipe reseptor yang merupakan family dari serotonin). Menurut tentir
2013, blokadenya dengan cara inverse agonist (apabila berikatan dengan reseptor akan
menghasilkan efek yang berkebalikan).
Hipotesis Glutamat
Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatorik utama di otak. Salah satu
reseptornya adalah N-metyl-D-aspartate reseptor (NMDAr), yang terletak di interneuron
GABAergik (menghasilkan GABA). GABA ini merupakan neurotransmitter inhibitorik.
Jadi, stimulasi NMDAr oleh glutamat menyebabkan pelepasan GABA, sehingga terjadi
fungsi inhibisi neuron. Oleh karena itu, hipotesis glutamat menyatakan bahwa:
hipofungsi reseptor NMDA menyebabkan hilangnya pengaruh inhibitorik pada
neuron, sehingga menyebabkan gejala skizofrenia (gejala positif, negatif, kognitif).
Nah hipotesis ini sendiri didasarkan pada penelitian dimana penggunaan obat
phencyclidine (PAP) dan ketamine ternyata menyebabkan skizofrenia. Ternyata, obat
ini bekerja sebagai inhibitor kompetitif pada reseptor NMDA (antagonis glutamat),
sehingga tidak terjadi stimulasi reseptir oleh glutamat.

ANTIPSIKOSIS TIPIKAL
Antipsikosis tipikal adalah obat-obatan antipsikosis generasi 1 yang memiliki afinitas
tinggi dalam menghambat reseptor dopamin-2 sehingga menimbulkan reaksi
ekstrapiramidal yang kuat.

Mekanisme reaksi ekstrapiramidal :

terjadi reaksi
antagonis terhadap hiperaktivitas reseptor ekstrapiramidal
reseptor dopamin kolinergik (gangguan motorik) -->
bersifat mirip parkinson

DOPAMINE HYPOTHESIS OF SCHIZOPHRENIA diduga akibat peningkatkan aktivitas


neurotransmiter dopamine
Hanya berespon untuk ejala positif seperti bicara kacau, halusinasi, delusi.
Contoh antipsikosis tipikal = chlorpromazine and phenothiazine
o Farmakodinamik Menghambat reseptor dopamin, reseptor alfa-adrenergik,
muskarinik, H1 (histamine receptor) dan reseptor serotonin (5HT2) dengan
afinitas yang bervariasi
o berikatan secara antagonis dengan reseptor dopamin( D2) pada SSP dan SST
o Memberi efek sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangsang dari
lingkungan
o Tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik maupun
rangsang oleh obat
o Mempengaruhi ganglia basalis menibulkan gejala parkinsonism
o Dapat mengurangi atau encegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada
chemoreceptor trigger zone bekerja sebagai prokinetik pada GI tract (seperti
metoclopramide)
o Terdapat 6 gejala neurologis :
4 terjadi saat meminum obat = distonia akut, akatisia, parkinsonism, sindrom
neuroleptic malignant
2 terjadi setelah pengobatan kronik (bulan-tahun) = tremor perioral dan
diskinesia tardif
o CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang berada dalam keadaan
spastik
o Efek endokrin
Wanita = amenorea, galaktorea, peningkatan libido
Pria = penurunan libido, ginekomastia
o Efek sekunder hambatan reseptor dopamin :
Hiperprolaktinemia
Peningkatan perubahan androgen estrogen di perifer
o Efek kardiovaskular :
Hipotensi ortostatik
Peningkatan denyut nadi saat istirahat, MAP (mean arterial pressure),
peripheral resistance dan frekuensi denyut jantung (HR)
Penurunan CO (cardiac output)
Abnormalitas EKG khusus pada pemakaian tioridazin berupa prolonged
QT, abnormalitas ST segment dan gelombang T (perubahan bersifat
reversibel)

Haloperidol
Haloperidol merupakan bagian dari golongan butyrophenone. Haloperidol merupakan salah
satu contoh obat anti psikosis tipikal. Haloperidol digunakan untuk menenangkan kondisi mania
yang dialami pasien bipolar, menghilangkan positive symptom pada pasien Schizophrenia, serta
dapat pula digunakan untuk pasien Huntingtons chorea serta Tourettes syndrome. Haloperidol
bekerja dengan cara menginhibisi reseptor dopamin (reseptor D2). Selain itu, haloperidol juga
dapat memblok reseptor serotonin (reseptor 5-HT2A). Efek blok reseptor dopamine > blok
reseptor serotonin. Efek samping yang dapat timbul akibat konsumsi haloperidol adalah reaksi
ekstrapiramidal (terjadi pada >20% pasien yang mengonsumsi haloperidol; tertinggi pada
pasien usia muda), menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami eksitasi,
menyebabkan pandangan kabur (mempengaruhi sistem saraf otonom), menyebabkan
hipotensi, menyebabkan galaktore, serta respon endokrin lain. Haloperidol sebaiknya tidak
dikonsumsi oleh ibu hamil (kategori C). Haloperidol dikontraindikasikan untuk pasien dengan
hipersensitivitas, depresi SSP, serta pasien dengan gangguan neurologis. Availibilitas sistemik
haloperidol sekitar 65%. Haloperidol tersedia dalam sediaan tablet, drops, serta injeksi IM atau
IV. Dosis haloperidol harian yang umum digunakan adalah 2-60mg. Haloperidol digunakan
untuk kasus agitasi akut, kedaruratan psikiatrik (tidak untuk pemakaian jangka panjang), atau
untuk pasien yang tidak dapat menggunakan terapi oral.

Klozapin
Klozapin merupakan bagian dari golongan dibenzodiazepin yang termasuk dalam antipsikotik
atipikal. Klozapin bekerja dengan cara memblok reseptor serotonin. Selain itu, klozapin juga
dapat memblok reseptor dopamin (blok reseptor serotonin > dopamin). Klozapin dapat
digunakan untuk mengurangi positive maupun negative symptom pada pasien scizhophrenia.
Contoh positive symptom adalah iritabilitas sementara negative symptom mencakup social
disinterest dan incompetence. Efek samping klozapin adalah agranulositosis (konsumsi 4
minggu atau lebih; muncul paling sering 6-18 minggu setelah konsumsi), hipotensi, takikardia,
miokarditis, mual, muntah, hipersalivasi, hiperkolesterolemia, serta peningkatan berat badan.
Klozapin hanya digunakan untuk pasien yang telah mengalami resistensi terhadap anti psikosis
lain atau pada pasien yang menunjukkan tanda tanda ingin bunuh diri. Kategori keamanan
klozapin untuk ibu hamil adalah B. Dosis terapi harian minimum klozapin adalah 50mg (dosis
yang biasa digunakan 300-600mg). Klozapin tersedia dalam bentuk tablet. Pasien yang
mengonsumsi klozapin perlu dicek leukositnya secara berkala.

Perbandingan antara potensi dan toksisistas masing-masing agen antipsikosis


Efek samping konsumsi obat anti psikosis
dystonia: kontraksi otot berulang yang tidak disadari yang menyabkan gerakan aneh serta
postur tubuh yang tidak biasa
akathesia: restlessness, merasa perlu bergerak
tardive dyskinesia: gerakan involunter wajah, bibir, lidah, batang tubuh, ataupun ekstremitas.
Mari belajar obat skizofrenia.
Risperidon
Farmakodinamik:
>Derivat dari benzisoksazol
>Afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2)
>Aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik, dan
reseptor histamin.

Indikasi: Terapi skizofrenia (gejala negatif maupun positif).


Efek samping: Ditoleransi baik; utamanya peningkatan berat badan dan hiperprolaktinemia;
Lainnya insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual, muntah, dan reaksi ekstra piramidal
terutama tardiv diskinesia. (involuntary movements of the tongue, lips, face, trunk, and
extremities)

Olanzapin
Farmakodinamik:
>Derivat tienobenzodiazepin, struktur kimianya mirip dengan klozapin.
>Olanzapin memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin (D2, D3, D4 dan D5), reseptor
serotonin (5HT2), muskarinik, histamin (H1) dan reseptor alfa 1

Indikasi: Terapi skizofrenia (gejala negatif maupun positif) dan antimania


Efek samping: peningkatan berat badan dan gangguan metabolik ( intoleransi glukosa,
hiperglikemia, dan hiperlipidemia) Quetiapin
Farmakodinamik: afinitas terhadap reseptor dopamin (D2), serotonin (5HT2), dan bersifat
agonis parsial terhadap reseptor serotonin 5HT1A (mendasari efektivitas obat ini untuk gejala
positif maupun negatif skizofrenia)

Indikasi: Terapi skizofrenia (gejala negatif maupun positif) dan meningkatkan kemampuan
kognitif pasien skizofrenia (perhatian, kemampuan berpikir, berbicara dan kemampuan
mengingat) Efek samping: sakit kepala, somnolen, dan dizziness
Ziprasidon

Farmakodinamik: afinitas terhadap reseptor serotonin (5HT2A) dan dopamin (D2 )


Indikasi: Terapi skizofrenia (gejala negatif, positif, dan afekif); pasien butuh obat dengan profil
efek samping minimal prolaktin, metabolik, gangguan seksual, dan antikolinergikEfek samping:
perpanjangan interval QT (efek tertinggi diantara antipsikosis lainnya)

Guideline Pengobatan Skizofrenia

SEDIAN INJEKSI JANGKA PANJANG DAN BENZODIAZEPIN


Pertama dari kuliah tadi awalnya dijelasin bahwa pada dasarnya obat psikotoprik ini sulit
diberikan kepada pasien akibat compliance masing-masing pasien itu berbeda. Ada pasien yang
cenderung merasa dirinya tidak sakit dan tidak ingin meminum obat ini padahal mereka
membutuhkannya. Padahal obat ini harus dikonsumsi sesuai kebutuhan pasien, akibatnya
efektivitas yang didapatkan tidak sesuai harapan. Sehingga obat injeksi ini perlu dikembangkan.
Obat injeksi jangka panjang yang diberikan kepada pasien ada 3 macam nih:
1. Flufenazin dekanoat
2. Haloperidol dekanoat
3. Paliperidone palmitate

Ketiga obat ini digunakan pada kasus psikosis yang kronik jangka waktu penggunaan obat
injeksi ini 2 kali seminggu atau sekali dalam satu bulan. Tujuan dikembangkan obat injeksi ini
adalah meningkatkan compliance pasien sehingga efektivitas pengobatan menjadi lebih baik
atau meningkat.
Selanjutnya adalah obat-obat Antiansietas.
1. BENZODIAZEPIN

a. STRUKTUR KIMIA
b. MoA:
memiliki potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediator artinya
Benzodiazepin ini memiliki potensi untuk meningkatkan kerja GABA
c. Efek samping:
1. Memiliki efek sedatif yang jarang terjadi namun pada dosis yang tinggi bisa
menimbulkan depresi SSP
2. Efek antiansietas akan tercapai jika kadar obat ini di dalam darah mencapai 300-
400 ng/ml. Namun di dalam kadar tersebut pula bisa memberikan efek sedasi
dan gangguan psikomotor. Jika kadar obat mencapai lebih dari 900-1000 ng/ml
dapat menimbulkan intoksikasi SSP yang menyeluruh yaitu meningkatnya
hostilitas, iritabilitas dan vivid dreams atau mimpi-mimpi hidup yang sifatnya
menganggu. (jadi perhatikan baik-baik nih dosisnya teman-teman)

D. Toleransi dan ketergantungan fisik


Toleransi terjadi apabila diberikan dalam dosis tinggi, dan jangka waktu yang
lama. Jadi ga boleh lama2 digunainnya hindari penggunaan yang lebih dari 3
minggu.
E. penggolongan obat berdasarkan lama kerjanya
SKI

F. Klasifikasi atau penggolongan obat:

ANTIDEPRESI

Antidepresi generasi pertama (MAO inhibitor, antidepresi trisiklik),


Antidepresi generasi kedua: golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
PERLU DIINGAT
Antidepresi generasi ketiga: golongan SNRI (Serotonine Norepinephrine Reuptake
Inhibitor).

Depresi farmakologi ga jadi pilihan utama


Patofisiologi dari depresi pada umumnya neurotransmitter sedikit di dalam celah
sinaps
Obat menghambat ambilan kembali neurotransmitter ke otak, agar di celah
sinaps kadarnya tinggi
ANTIDEPRESI; ANTIDEPRESI TRISIKLIK

Imipramin suatu derivat dibenzazepin, dan amitriptilin derivat dibenzosikloheptadin


Golongan obat ini bekerja dengan menghambat ambilan kembali neurotransmiter di
otak
Efek Psikologik. Pada manusia normal imipramin menimbulkan rasa lelah, obat tidak
meningkatkan alam perasaan (elevation of mood), dan meningkatnya rasa cemas
disertai gejala yang menyerupai efek atropin. Pemberian berulang selama beberapa hari
akan memperberat gejala ini dan menimbulkan kesukaran konsentrasi dan berpikir,
serupa dengan yang ditimbulkan oleh CPZ.
Pada pasien depresi; terjadi peningkatan alam perasaan.
Susunan Saraf Otonom. Imipramin jelas sekali memperlihatkan efek antimuskarinik,
sehingga dapat terjadi penglihatan kabur, mulut kering, obstipasi dan retensi urin.
Kardiovaskular. hipotensi ortostatik; dalam dosis toksik, imipramin dapat menimbulkan
aritmia dan takikardia

PENGHAMBAT AMBILAN KEMBALI SEROTONIN YANG SELEKTIF


Kurang memperlihatkan pengaruh terhadap sistem kolinergik, adrenergik atau
histaminergik, sehingga efek sampingnya lebih ringan.
Secara spesifik menghambat ambilan serotonin (SSRI = Serotonin selective reuptake
inhibitor).
fluoksetin, paroksetin, sertralin, fluvoksamin, sitalopram dan S-sitalopram.
Merupakan inhibitor spesifik P450 isoenzim obat yang merupakan substrat dari ini
akan dihambat metabolismenya sehingga kadarnya akan menjadi lebih tinggi
Efek samping yang sering adalah mual, penurunan libido dan fungsi seksual lainnya.
Interaksi farmakodinamik yang berbahaya akan terjadi bila SSRI dikombinasikan dengan
MAO inhibitor, yaitu akan terjadi peningkatan efek serotonin secara berlebihan yang
disebut sindrom serotonin dengan gejala hipertermia, kekakuan otot, kejang, kolaps
kardiovaskular dan gangguan perilaku serta gangguan tanda vital

PENGHAMBAT MONOAMIN-OKSIDASE
Penghambat MAO tidak hanya menghambat MAO, tetapi juga enzim-enzim lain, karena
itu obat ini mengganggu metabolisme banyak obat di hati.
MAO dalam tubuh berfungsi dalam proses deaminasi oksidatif katekolamin di
mitokondria.
Penghambat MAO digunakan untuk mengatasi depresi, tetapi penggunaannya sangat
terbatas karena toksik
Contoh obat: : Isokarboksazid, fenelzin

Venlafaksin
Kerjanya menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin
Terapi untuk:
o Depresi yang berhubungan dengan sindrom ansietas
o Ganguan ansietas sosial
o OCD
o Gangguan stress pascatrauma
o Panik
o Disforik prahaid
Mood Stabilizer (litium)
Kerjanya mencegah naik turun mood pada gangguan bipolar
Efek:
o Efek pada elektrolit dan transport ion: menggantikan Na dalam membentuk
potensial aksi, namun tidak adekuat untuk pompa Na
o Efek pada neurotransmitter: menurunkan pelepasan NE dan dopamine,
menghambat supersensitivitas dari dopamine, dan meningkatkan sintesis
asetilkolin
o Efek pada second messenger: menginhibisi konversi IP2 jadi IP1 dan konversi IP
jadi inositol
Digunakan mengobati gangguan bipolar khususnya pada fase manik, atau kombinasi
dengan antidepresi pada fase depresi
Asam Valproat dan Karbamazepin
Asam valproate:
o Selain antiepilepsi, bisa juga sebagai antimania
o Efektif digunakan pada pasien yang gagal dengan litium
o Efikasi pada minggu pertama sama dengan litium
Karbamazepin:
o Sering dikombinaskan dengan litum
o Sebagai alternatif pada gangguan bipolar
o Sebagai terapi profilaksis

Anda mungkin juga menyukai