PENDAHULUAN
HIPOTESIS GABA
Pasien skizofrenia mempunyai kehilangan neuron-neuron GABA-ergic di hipokampus.
GABA memiliki efek regulatory pada aktivitas dopamin, dan kehilangan neuron
inhibitory GABA-ergic dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron-neuron
dopaminergik
HIPOTESIS GLUTAMAT
Glutamat dianggap terlibat karena penggunaan fensiklidin, suatu antagonis glutamat
menghasilkan suatu sindroma akut yang serupa dengan skizofrenia
ANTIPSIKOSIS TIPIKAL:
KLORPROMAZIN DAN DERIVAT
FENOTIAZIN
5
6 4
3
7
10
8
9 1
FARMAKODINAMIK
Klorpromazin (CPZ): Sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap
rangsang dari lingkungan
CPZ tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik
maupun rangsang oleh obat.
Semua derivat fenotiazin mempengaruhi ganglia basal, sehingga
menimbulkan gejala parkinsonisme (efek ekstrapiramidal).
Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan
pada chemo-receptor trigger zone
Neurologik
Reaksi Distonia Akut spasme atau kontraksi involunter, akut dari satu atau
lebih kelompok otot skelet yang lazimnya timbul dalam beberapa menit.
Kelompok otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau
otot ekstraokuler, bermanifestasi sebagai tortikolis, disastria bicara, dan sikap
badan yang tidak biasa.
Akatisia Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup atau suatu
keinginan untuk tetap bergerak. Juga telah dilaporkan sebagai rasa gatal pada
otot. Pasien dapat mengeluh karena anxietas atau kesukaran tidur yang dapat
disalah tafsirkan sebagai gejala psikotik yang memburuk.
Sindrom Parkinson
SNM kegawatdaruratan neurologi
Diskinesia tardive gerakan yang tidak terkendali pada lidah, bibir, dan wajah.
Otot Rangka. CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang berada dalam
keadaan spastik.
Efek Endokrin pada wanita: amenorea, galaktorea, dan peningkatan libido, sedang
kan pada pria dilaporkan adanya penurunan libido dan ginekomastia.
Efek sekunder dari hambatan reseptor dopamin yang menyebabkan
hiperprolaktinemia, serta kemungkinan adanya peningkatan perubahan androgen
menjadi estrogen di perifer.
Kardiovaskular. Hipotensi ortostatik, dan peningkatan denyut nadi saat istirahat,
tekanan arteri rata rata, resistensi perifer, curah jantung menurun dan frekuensi
denyut jantung meningkat
Abnormalitas EKG pada pemakaian tioridazin berupa perpanjangan interval QT,
abnormalitas segmen ST dan gelombang T. Perubahan ini biasanya bersifat
reversibel.
HALOPERIDOL
Untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang karena hal ter
tentu tidak dapat diberi fenotiazin.
Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% pasien yang diobati haloperidol.
Susunan saraf pusat. Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur
pada orang yang mengalami eksitasi
Sistem saraf otonom dapat menyebabkan pandangan kabur
(blurring of vision).
Sistem kardiovaskular dan respirasi. Haloperidol
menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat
akibat CPZ.
Efek endokrin. Seperti CPZ, haloperidol menyebabkan
galaktore dan respons endokrin lain
EFEK SAMPING DAN INTOKSIKASI. Haloperidol menimbulkan reaksi
ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi, terutama pada pasien usia
muda.
ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL
DIBENZODIAZEPIN: KLOZAPIN
Efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang
positif (iritabilitas) maupun yang negatif (social disinterest dan incom
petence, personal neatness).
Obat ini berguna untuk pengobatan pasien yang refrakter terhadap obat
standar
Efek samping dan intoksikasi. Agranulositosis, Pada pasien yang
mendapat klozapin selama 4 minggu atau lebih, risiko terjadinya kira-kira
1,2%. Gejala ini timbul paling sering 6-18 minggu setelah pemberian
obat. perlu dipantau jumlah sel darah putihnya
RISPERIDON
GOLONGAN BENZODIAZEPIN
FARMAKODINAMIK. Mekanisme kerja yang pasti dari litium sampat saat ini
masih dalam penelitian, tetapi diperkirakan bekerja atas dasar :
(1) efek pada elektrolit dan transpor ion yaitu litium dapat mengganti natrium
dalam membantu suatu potensial aksi sel neuron, tetapi litium bukan merupakan
substrat yang adekuat untuk pompa Na,
(2) efek pada neurotransmiter, diperkirakan litium menurunkan pengeluaran
norepinefrin dan dopamin, menghambat supersensitivitas dopamin, juga
meningkatkan sintesis asetilkolin;
(3) efek pada second messengers, yakni litium menghambat konversi IP2 menjadi
IP1 (inositol monofosfat) dan konversi IP menjadi inositol.
INDIKASI. Sampai saat ini litium karbonat dikenal sebagai obat untuk
gangguan bipolar terutama pada fase manik dan untuk pengobatan
penunjang.
Pada fase depresif gangguan bipolar, litium sering dikombinasi dengan
antidepresi
EFEK SAMPING. Indeks terapi litium rendah, maka untuk pemberian yang aman
perlu dilakukan pemantauan kadar dalam plasma atau serum. Pemeriksaan ini
dilakukan 10 -12 jam setelah dosis terakhir.
Efek samping yang terjadi terutama pada saraf yaitu tremor, koreatetosis,
hiperaktivitas motorik, ataksia, disartria dan afasia
Litium juga dapat menurunkan fungsi tiroid, tetapi biasanya efek ini bersifat
reversibel. Dianjurkan pemeriksaan kadar TSH tiap 6-12 bulan selama penggunaan.
Pada ginjal, litium dapat menyebabkan nefrogenik diabetes insipidus yang
menyebabkan polidipsia dan poliuria, selain itu juga dapat menyebabkan nefritis
interstisial kronik dan glomerulopati minimal. Pasien yang mendapat litium harus
menghindari keadaan dehidrasi yang dapat meningkatkan nefrotoksisitasnya.
ASAM VALPROAT DAN
KARBAMAZEPIN
Asam valproat (lihat bab antiepilepsi), ternyata menunjukkan efek
antimania. Efikasinya pada minggu pertama pengobatan seperti litium,
tetapi asam valproat ternyata efektif untuk pasien yang gagal dengan
terapi litium. Efek samping tersering adalah mual.
Karbamazepin juga digunakan sebagai alternatif terapi gangguan
bipolar maupun untuk terapi profilaksis. Obat ini juga sering dikombinasi
dengan litium. Dosis yang digunakan sebagai mood stabilizer seperti
dosis untuk antikonvulsi