Penyaji
Novtiara Dwita Putri, S.Ked
Pembimbing
Dr.Frita Riningsih, SpOG
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
1. Identitas
Nama : Ny. Kha
Med.Rec : 723435
Umur : 33 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Berkebun
Alamat : Padang Serai, Kampung Melayu
MRS : 28 Juli 2016 pukul 09:00 WIB
2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, lama 14 tahun
3. Riwayat Reproduksi
Menarche 12 tahun, siklus haid teratur 28 hari, lama haid 7 hari
Menggunakan kontrasepsi suntik selama 8 tahun
4. Riwayat kehamilan/melahirkan
1 ♂ aterm, spontan, di rumah, umur anak 13 tahun, BBL: 2500 gr, PB:
48 cm, dibantu bidan, sehat.
2 ♂ aterm, spontan, di rumah, umur anak 8 tahun, BBL: 3000 gr, PB: 50
cm, dibantu bidan, sehat.
3 Ini
7. Anamnesis Khusus
Keluhan utama :
Mau melahirkan dengan perdarahan dari kemaluan
Riwayat perjalanan penyakit :
± 4 jamSMRS os mengeluh keluar darah dari kemaluan, warna
merah segar, banyaknya 2x ganti pembalut basah. Riwayat keluar air-air
(+), jernih, bau(-). Riwayat perut mules yang menjalar ke pinggangmakin
lama makin sering dan kuat (+), riwayat perut diurut-urut (-), riwayat
minum obat/jamu (-), riwayat post koital (-), riwayat trauma (-).Os lalu
ke bidan dan dikatakan hamil cukup bulan dengan tembuni menutupi
jalan lahir. Os lalu dirujuk ke RSMY Bengkulu. Os mengaku hamil
cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tipe badan : Astenikus
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 155 cm
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,2°C
b. Keadaan khusus
Kepala :Normochepali, Konjungtiva palpebra
anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP (5-2) cmH2O, massa tidak ada
Toraks : Jantung : BJ I-II reguler normal,
murmur (-), gallop (-),
3
2. Pemeriksaan obstetrik
Pada pemeriksaan obstetrik saat masuk rumah sakit tanggal 28 Juli 2016
pukul 09:00 WIB didapatkan :
- Pemeriksaan luar: tinggi fundus uteri 3 jari bawah processus
xiphoideus (32 cm), memanjang, terbawah kepala, penurunan kepala
4/5, his (2x/10’/20”), DJJ: 135 x/menit, TBJ: 2945 g.
- Inspekulo : portio livide, OUE terbuka 2 jari, fluor(-), fluxus(+),
darah tak aktif, E/L/P(-)
- VT tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Penunjang
1. USG: - Tampak JTH preskep
- Biometri janin
BPD 92,2 ≈ 37 minggu
HC 324 ≈ 37 minggu
AC 330,1 ≈ 37 minggu
FL 72,4 ≈ 37 minggu
- Tampak plasenta di korpus anterior dan letak menutupi seluruh
muara OUI
- Ketuban berkurang
AFI1: 0,62 cm
AFI2: 0,73 cm
AFI3: 1,29 cm
AFI4: 1,24 cm
AFI total: 3,88 cm
Kesan: Hamil 37 minggu dengan HAP e.c plasenta previa totalis
Inpartu Kala I Fase Laten JTH preskep+Oligohidroamnion
4
2. Darah Rutin
(28 Juli 2016,10:19 WIB)
Hemoglobin : 10,5 gr/dl (12,0-16,0 gr/l)
Hematokrit : 35 % (40-54%)
Leukosit : 7.400 mm3 (4.000-10.000 mm3)
Trombosit : 150.000 sel/mm3 (150.000-400.000
sel/mm3)
D. Diagnosa kerja
G3P2A0hamil 37 minggudengan HAP e.c plasenta previa totalis dan anemia
ringanInpartu Kala 1 Fase LatenJTH preskep +oligohidroamnion
E. Prognosis
Ibu : dubia ad bonam
Janin : dubia ad bonam
F. Terapi
- Observasi TVI, HIS, DJJ, perdarahan
- IVFD RL gtt XX /menit
- Kateter menetap, catat I/O
- Injeksi Cefotaxime1gr vial/12 jam
- Cek laboratorium DR
- R/ terminasi perabdominam, Lapor konsulen VK Acc terminasi
perabdominan
G. Laporan Operasi
Tanggal 28 Juli 2016
11.00:
- Operasi dimulai
- Pasien terlentang dalam keadaan spinal anastesi
5
H. Follow Up
29/7/2016 S/ Keluhan: nyeri di luka operasi P/
07.00 WIB O/ - Observasi TVI,
Status Present perdarahan, kontraksi
Lab (07.00 WIB)
KU : TSSTD: 100/70mmHg - IVFD RL gtt xx/menit
Ht : 33 %
Kesadaran : CM Nadi : 80x/mt - Kateter menetap, catat
Hb : 8,6 gr/dl
RR : 20x/mtSuhu : 36,50C produksi urin
Leukosit : 13.800
- Inj. Cefotaxime 2x1gr IV
Trombosit: 150.000
Status Obstetrik - Injeksi antrain 2x1 ampul
PL : Tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi - ASI on demand
uterus baik, perdarahan aktif (-), loche rubra (+), - Vulva hygne
vulva tenang, luka bekas operasi tertutup verban. - Mobilisasi bertahap
- Diet tinggi protein+kalori
A/P3A0 post SSTP atas indikasi plasenta previa
totalis + oligohidroamnion lahir neonatus hidup ♂,
BBL 3000 g, PB 49 cm, A/S 8/9 (Hari I)
30/7/2016 S/ Keluhan: nyeri di luka operasi P/
07.30 WIB O/ - Observasi TVI,kontraksi
Status Present - IVFD RL gtt xx/menit
KU : TSSTD: 110/80mmHg - Aff Kateter
Kesadaran : CM Nadi : 84x/mt - Cefadroxil tab 2x 500 mg
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. FREKUENSI
Perdarahan antepartum terjadi pada kira-kira 3% dari semua
persalinan, yang terbagi kira-kira rata antara plasenta previa, solusio plasenta
dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.
C. GAMBARAN KLINIK
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan ketiga,
atau setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri
merupakan tanda khas plasenta previa, apalagi disertai tanda-tanda lainnya,
seperti bagian terbawah janin belum masuk ke dalam pintu-atas panggul, atau
kelainan letak janin. Karena tanda pertamanya adalah perdarahan, pada
umumnya penderita akan segera datang untuk mendapatkan pertolongan.
Beberapa penderita yang mengalami perdarahan sedikit-sedikit, mungkin tidak
akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangkanya
sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahannya
berlangsung banyak, mereka datang untuk mendapatkan pertolongan.
Lain halnya dengan solusio plasenta. Kejadiannya tidak segera ditandai
oleh perdarahan per vaginam, sehingga mereka tidak segera datang untuk
8
D. PENGAWASAN ANTENATAL
Pengawasan antenatal sebagai cara untuk mengetahui atau
menanggulangi kasus-kasus dengan perdarahan antepartum memegang
peranan yang terbatas. Pemeriksaan dan perhatian yang dimaksud ialah
penentuan golongan darah ibu dan golongan darah calon donornya,
pengobatan anemia dalam kehamilan, seleksi ibu untuk bersalin di rumah
sakit, memperhatikan kemungkinan adanya plasenta previa, dan mencegah
serta mengobati penyakit hipertensi menahun dan pre-eklampsia.
E. PERTOLONGAN PERTAMA
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih
banyak dari perdarahan yang biasanya terjadi pada permulaan persalinan
biasa, harus dianggap sebagai perdarahan antepartum. Apa pun penyebabnya,
penderita harus segera dibawa ke rumah skit yang memiliki failitas untuk
transfusi darah dan operasi. Jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam
di rumah penderita atau di tempat yang tidak memungkinkan tindakan operatif
segera karena akan menambah banyak perdarahan. Selagi penderita belum
jatuh ke dalam syok, infus cairan intravena harus segera dipasang, dan
dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit.
Pertolongan selanjutnya di rumah sakit tergantung dari paritas, tuanya
kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau
belum mulainya persalinan, dan diagnosis yang ditegakkan.
9
PLASENTA PREVIA
A. DEFINISI
Plasenta previa adalah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal yakni pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan/ostium uteri internal (OUI) .
Kata previa berasal dari pra (di depan) dan vias (jalan), sehingga
plasenta previa maksudnya adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir di
mana implantasinya abnormal menutupi atau sebagian jalan lahir.
C. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering pada kehamilan ganda dari pada
kehamilan tunggal. Insiden berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9%.
Insidens plasenta previa sekitar 1 dari 500 kelahiran hidup dan yang
terjadi pada trimester II (16-20 minggu) sekitar 5%. Sekitar 90% kejadian
plasenta previa ini ditindak lanjuti dengan terminasi per abdominam.
D. ETIOLOGI
11
Penyebab pasti plasenta previa masih belum bisa dipastikan. Salah satu
penyebab adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, sebagai akibat
dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya
bekas bedah sesar, kuretase, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam
proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat
dipandang sebagai faktor risiko bagi terjadinya palsenta previa. Pada
perempuan perokok dijumpai insiden plsenta previa lebih tinggi 2 kali
lipat,diduga hipoksemia akibat CO hasil pembakaran rokok menyebabkan
plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu
besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa
menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Faktor risiko terjadinya plasenta previa adalah : Usia ibu, Jumlah
kehamilan, merokok,kehamilan kembar, riwayat operasi sebelumnya pada
uterus termasuk operasi caesar, atau riwayat plasenta previa sebelumnya.
E. PATOFISIOLOGI
Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh :
1. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi janin.
3. Vili korealis pada korion leave yang persisten.
Dengan melekatnya dan bertumbuhnya plasenta, plasenta yang telah
berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena
vaskularisasi desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan atrofik di bagian
fundus uteri.
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya trimester ketiga dan mungkin
juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Dengan melebarnya isthmus
uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disana
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak
12
F. GEJALA KLINIS
Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan
pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi
perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan
sebelumnya.
2. Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir
trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok. Perdarahan
13
G. DIAGNOSIS
1) Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa nyeri, tanpa penyebab, terutama pada multigravida.
2) Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Apabila
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas
panggul atau mengolak ke samping dan sulit didorong ke dalam pintu atas
panggul. Tidak jarang tedapat kelainan letak janin seperti letak lintang atau
letak sungsang.
3) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti
erosio porsionis uteri, karsinoma poliposis servisis uteri, varises vulva, dan
trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya
plasenta previa harus dicurigai.
4) Penentuan plasenta secara tidak langsung
Ultrasonografi
14
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung dari jumlah perdarahan uterus abnormal,
apakah janin sudah viabel atau belum untuk hidup diluar uterus, besarnya
plasenta yang menutupi serviks, posisi janin di dalam rahim, dan paritas.
Pada kehamilan awal, transfusi dapat diberikan untuk menggantikan
kehilangan darah ibu. Obat-obatan dapat diberikan untuk mencegah
persalinan yang pre term, dan memperpanjang masa kehamilan sampai
mencapai 36 minggu.Tindakan operatif (seksio sesarea) merupakan
penatalaksanaan pada kasus plasenta previa ini karena dapat mengurangi
risiko kematian ibu dan bayi.
Berdasarkan usia kehamilan, ada dua tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Tindakan Ekspektatif
Tujuan ekspektatif adalahsupaya janin tidak lahir prematur dan upaya
diagnosis dilakukan secara non invasif.
Syarat terapi ekspektatif :
- Usia kehamilan < 37 minggu
- Perdarahan tidak aktif
- Belum ada tanda inpartu
- Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin> 8 gr/dl)
- Janin masih hidup
Tindakan yang dilakukan yaitu:
a. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis
b. Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
c. Spasmolitik. Tokolitik (bila ada kontraksi: MgSO44 gr IV dosis awal
dilanjutkan 4 gr setiap 6 jam, nifedipine 3x20 mg/hari, bethametason
24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin)
16
2. Tindakan Aktif
Tujuannya adalah untuk segera melahirkan anak. Rencanakan
terminasi kehamilan dengan syarat:
- Usia kehamilan ≥ 37 minggu atau TBJ > 2500 gram
- Terdapat tanda-tanda inpartu
- Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)
- Pada perdarahan aktif dan banyak, keadaan umum jelek, syok. Segera
dilakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas janin.
Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat
sedikit, persalinan per vaginam masih mungkin dilaksanakan. Jika tidak,
tindakan melahirkan dengan seksio sesarea.
I. KOMPLIKASI
1. Anemia
Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara ritmik,
maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat berulang
dan semakin banyak, dan perdarahan itu tidak dapat dicegah sehingga
penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Plasenta inkreta atau perkreta
Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
sifat segmen ini yang tipis, mudahlah jaringan trofoblas dengan
kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke
perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan
plasenta perkreta.
3. Kelahiran prematur dan gawat janin
Oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm.Pada kehamilan <37 minggu dapat dilakukan
pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin
sebagai upaya antisipasi.
19
J. PROGNOSIS
Dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan
morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortalitas
janin 50-80%. Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka
kematian dan kesakitan ibu dan janin jauh menurun. Dengan penanggulangan
yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah sekali atau
tidak ada sama sekali.
OLIGOHIDROAMNION
A. Definisi
Definisi oligohidramnion yang digunakan beragam oleh karena tidak
ada titik potong yang ideal sewaktu dilakukan pengukuran. Oligohidramnion
mempunyai karakteristik seperti di bawah ini:
Berkurangnya volume cairan amnion
Volume cairan amnion < 500 mL pada usia kehamilan 32-36 minggu
Single deepest pocket (SDP) < 2 cm
Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < 5 percentile dari umur kehamilan
Tidak ditemukan kantong yang bebas dari tali pusat pada pengukuran
minimal 1 cm pada pengukuran SDP
Volume cairan amnion bergantung pada usia kehamilan, karena itu , definisi
yang paling baik adalah Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < 5 percentile.
Dikutip dari Brace RA. Amniotic fluid dynamics. In: Maternal fetal
medicine, 5th ed.
Philadelphia: WB Saunders
B. Insiden
Insiden sekitar 3,9 % dari seluruh kehamilan, namun estimasi sekitar
12 % dari kehamilan usia 40 minggu atau lebih.
D. Prognosis
Hasil yang buruk akan dijumpai pada fetus dengan riwayat
oligohidramnion onsetdini. Shenker dkk. menjabarkan dari 80 kehamilan dan
hanya setengah dari jumlahfetus tersebut yang dapat bertahan hidup. Mercer
dan Brown menjelaskan 34kehamilan trimester pertengahan terkomplikasi
dengan oligohidramnion yang didiagnosisdengan USG dengan tidak adanya
kantong cairan amnion yang lebih besar dari 1 cm.
Tabel . Kelainan kongenital yang dikaitkan dengan oligohidramnion
Amniotic Band Syndrome
Kelainan kromosom: triploidy, trisomi 18, sindrom Turner
Cloacal dysgenesis
Cystic hygroma
Hernia diafragmatika
Hipotiroidism
Twin reversed arterial perfusion (TRAP) sequence
Twin to twin transfusion
Jantung-Tetralogi Fallot, Septal defects
Sistem saraf pusat-holoprosencephaly, meningocel, encephalocel, microcephaly
Genitourinarius-agenesis renal, displasia renal, obstruksi uretra, exstrophy kandung kemih,
sindrom Meckel-Gruber, obstruksi uteropelvic junction, sindrom Prune-Belly
Skeletal-sirenomelia, agenesis sakral, absent radius, facial clefting
VACTERL (vertebral, anal, cardiac, tracheo-osophageal, renal, limb) association)
Sumber: McCurdy dan Seeds dan Peipert dan Donnenfeld
F. Penanganan oligohidramnion
Oligohidramnion pada kehamilan aterm mungkin dilakukan
penanganan aktif dengancara induksi persalinan atau penanganan ekspektatif
dengan cara hidrasi dan pemantauanjanin, dan atau USG reguler untuk menilai
volume cairan amnion. Ketika kedua pilihantersedia, penanganan aktif adalah
pendekatan yang umum dilakukan pada wanita hamil aterm dengan atau tanpa
faktor resiko pada ibu atau fetus. Induksi persalinan pada wanita resiko rendah
dengan oligohidramnion paling umumdilakukan, meskipun tidak ditemukan
perbaikan pada keluaran neonatal.
Amnioinfusion merupakan suatu prosedur melakukan infus larutan
NaCl fisiologis atauringer laktat ke dalam kavum uteri untuk menambah
volume cairan amnion. Tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang
timbul akibat berkurangnya volume cairan amnion, seperti deselerasi variabel
berat dan sindroma aspirasi mekonium dalam persalinan. Tindakan
amnioinfusion cukup efektif, aman, mudah dikerjakan, dan biayanya murah.
Amnioinfusion dapat dilakukan dengan cara transabdominal atau
transservikal (transvaginal). Pada cara transabdominal, amnioinfusion
dilakukan dengan bimbingan ultrasonografi (USG). Cairan NaCl fisiologis
atau ringer laktat dimasukkan melalui jarum spinal yang ditusukkan ke dalam
23
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANAMNESIS
Anamnesis yang dilakukan terhadap pasien pada kasus ini sudah baik, yaitu
dilakukan secara autoanamnesis (pasien ini sendiri) dan alloanamnesis (kepada
suami pasien). Anamnesis yang ditanyakan juga sudah lengkap meliputi:
- Identitas
- Riwayat perkawinan
- Riwayat reproduksi
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat gizi/sosial ekonomi
- Anamnesis khusus:
24
B. PEMERIKSAAN FISIK
- Status Present
Status present pada pasien ini sudah cukup lengkap, vital sign sudah
tercantum dan sesuai dengan kondisi pasien, dalam batas normal. Hanya
saja belum tercantum berat badan dan tinggi badan yang seharusnya bisa
diperiksa untuk mengukur status gizi ibu. Keadaan khusus, yaitu berupa
pemeriksaan dari head to toe sudah lengkap dan semua dalam batas normal.
- Pemeriksaan Obstetrik
Tinggi fundus 3 jari dibawah processus xiphoideus (32 cm) sesuai dengan
keadaan umur janin yaitu 37 minggu. Situs janin memanjang, sumbu
panjang janin sesuai sumbu panjang ibu. Presentasi janin kepala dengan
penurunan 4/5 yang menandakan sebagian (1/5) bagian kepala janin telah
memasuki PAP. DJJ: 135x/menit kategori normal (120-160 x/menit). His
(2x/10’/20”), berati terdapat 2x konstraksi dengan durasi 20 detik dalam 10
menit. TBJ: 2945 gram, menunjukkan tafsiran berat janin 2945 gram dinilai
melalui USG
- VT
Pada kasus ini VT tidak dilakukan karena dapat memperparah perdarahan
pada pasien.
- Inspekulo
Portio livide, OUE terbuka 2 jari, fluor(-), fluxus(+), darah tak aktif,
E/L/P(-). Inspekulodilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks
dan vagina, tetapi untuk lebih konservatif inspekulo dapat dilakukan
diruang operasi. Dan juga inspekulo dilakukan untuk menilai tanda-tanda
inpartu pada pasien ini.
25
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sudah tepat yaitu USG dan darah rutin
diperlukan untuk menunjang diagnosa.
D. DIAGNOSA KERJA
G3P2A0 hamil 37 minggu dengan HAP e.c plasenta previa totalis dan anemia
ringanInpartu Kala 1 Fase Laten JTH preskep +oligohidroamnion
Diagnosa kerja sudah tepat, berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang (USG dan Darah Rutin) dan rentetan penempatan
diagnosis juga sudah tepat.
- G3P2A0, menunjukkan pasien datang dengan keadaan sedang hamil anak
ketiga, riwayat melahirkan 2 kali dan riwayat abortus tidak ada.
- Hamil 37 minggu, berdasarkan hasil USG sudah tepat dan TFU juga
menunjukkan hasil yang sesuai 3 jari dibawah pusat (31 cm).
- HAP, ditegakkan berdasarkan anamnesa bahwa pasien terdapat riwayat
keluar darah segar sebanyak 2 x ganti pembalut basah, dan pemeriksaan
fisik inspekulo terdapat fluxus (+), darah aktif (+).
- Plasenta previa totalis, ditegakan berdasarkan dari hasil anamnesis
didapatkan perdarahan pervaginam tanpa disertai nyeri pada trisemester
tiga. Terkadang diawali dengan bercak-bercak darah dan semakin lama
semakin banyak darah keluar dari jalan lahir. Warna darah merah segar.
Pemeriksaan fisik didapatkan perdarahan keluar dari OUE dan tidak diikuti
dengan kontraksi uterus. Pada pemeriksaan penunjang USG didapatkan
implantasi plasenta disegmen bawah lahir hingga menutupi seluruh OUI.
- Anemia ringan, ditegakkan berdasarkan hasil dari pemeriksaan
laboratorium darah rutin dengan hasil 10,5 kategori anemia ringan
- Inpartu Kala I Fase Laten, pasien sudah menunjukkan tanda-tanda inpartu,
yaitu 4 jam SMRS keluar air-air, OUE terbuka 2 cm, His (+), dilatasi
serviks.
26
E. PROGNOSIS
Ibu dan janin dubia ad bonam, artinya kondisi ibu dan janin dengan prognosis
yang baik.
F. TERAPI
- Observasi TVI, HIS, DJJ, perdarahan
Untuk mengetahui pemantauan kondisi tanda vital ibu agar keadaan ibu
tetap stabil dan tidak menurun. His juga diperiksa untuk melihat kontraksi
pada ibu. Denyut jantung janin juga dipantau untuk menilai apakah
termasuk gawat janin atau bukan. Perdarahan juga harus dipantau, bila
terdapat perdarahan yang semakin banyak harus segera dilakukan tindakan
konservatif.
- IVFD RL gtt XX /menit
Ringer laktat, komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa
dengan cairan ekstraseluler tubuh, Na=130-140, K=4-5, Ca=2-3, Cl-109-
110, Basa=28-30 mEq/l. Di indikasikan untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.
Tujuan pemberiannya pada pasien ini :
a) Untuk memberikan dan menggantikan cairan tubuh yang mengandung
air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b) Memperbaiki keseimbangan asam-basa
27
G. FOLLOW UP
- Follow up pada pasien ini sudah benar dilaksanakan selama 3 hari.
Menurut Sabiston (2010), perawatan yang dibutuhkan oleh pasien pasca
sectio caesarea membutuhkan perawatan inap sekitar 3-5 hari. Tujuannya
untuk mengobservasi perdarahan, tanda vital dan kontraksi pada ibu. Dan
untuk memberikan terapi medisinalis dengan pengawasan yang baik
sehingga mempercepat perbaikan keadaan ibu.
- Terapi oral yang diberikan antara lain:
Cefadroxil, adalah obat anti-biotik berspektrum luas, untuk mengatasi
infeksi yang terjadi pada bagian ginekologi/sistem reproduksi wanita dan
kulit serta jaringan lunak yang sangat rentan terjadi seperti pada kasus ini.
Asam mefenamat, jenis obat untuk anti peradangan non-steroid, tujuannya
untuk mengurangi rasa sakit ringan, menegah dan meredakan peradangan
serta inflamasi pada kasus ini untuk mengurangi rasa sakit serta inflamasi
pasca operasi sectio caesarea. Neurodex, adalah multivitamin yang
mengandung B2 complex, berguna untuk penambahan zat besi dalam
darah.
29
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sogc Clinical Practice Guideline No. 189, March 2007. Diunduh dari
http://sogc.org/wp-content/uploads/2013/01/189E-CPG-March2007.pdf