Anda di halaman 1dari 11

Kamis, 9 Maret 2006

CASE REPORT SESSION

PLASENTA PREVIA TOTALIS PADA G3P2A0


DENGAN LETAK SUNGSANG

Disusun oleh :
Ihsan Gusti C11040031
Friska Debby C11040049
Rein Firstiana C11040068
Futiha Arabia C11050106

Pembimbing :
Ruswana Anwar, dr., Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PERJAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
2006
I. KETERANGAN UMUM
Nama : Ny. S
Usia : 30 tahun
Alamat : Kp. Bina Karya RT/RW :01/22 Kab. Bandung
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Suami : Buruh
Masuk rumah sakit : 4 Maret 2006, pukul 08.30
Tanggal pemeriksaan : 6 Maret 2006, pukul 15.00

II. ANAMNESA
Penderita datang dengan rujukan dari bidan dengan diagnosa G 3P2A0 gravida
38 minggu + plasenta praevia

Keluhan Utama : Perdarahan jalan lahir


Anamnesa Khusus :
G3P2A0 merasa hamil 9 bulan mengeluh perdarahan dari jalan lahir
sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Perdarahan banyak membasahi 2
kain panjang. Perdarahan ini merupakan yang pertama kali dan tidak disertai
nyeri perut hebat. Ibu merasakan mules-mules yang semakin sering dan
bertambah kuat sejak 4 jam SMRS. Keluar cairan banyak dari jalan lahir
belum dirasakan ibu. Gerak anak masih dirasakan ibu.
Anamnesa Tambahan:
Riwayat trauma disangkal. Riwayat menjalani operasi pada daerah
panggul disangkal. Riwayat dilakukan operasi kuret sebelumnya disangkal.
Riwayat merokok disangkal. Riwayat menderita diabetes (sering lapar, sering
haus, sering buang air kecil) pada penderita dan keluarga disangkal.

III. RIWAYAT OBSTETRI


1. RSHS, Aterm, 3500 gr, VE, ♀, 17 tahun, Hidup
2. Paraji, Aterm, tidak ditimbang, Spontan, ♂, 8 tahun, Hidup
3. Hamil ini

IV. KETERANGAN TAMBAHAN


1. Riwayat menikah : ♀, 20 tahun, SD, IRT
♂, 25 tahun, SD, Buruh
2. HPHT : 14 Juni 2005, Siklus 28 hari, Teratur
3. TPL : 22 Maret 2006
4. Riw. Kontrasepsi : suntik 3 bulan, dari tahun 1998 hingga 2005
5. PNC : Bidan 6x, yaitu pada umur kehamilan 2 bulan, 3
bulan, 5 bulan, 7 bulan, 8 bulan, dan 9 bulan.

V. STATUS PRESENS
STATUS INTERNALIS
Keadaan umum : Komposmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,70C
Jantung : BJ murni regular
Paru-paru : sonor, VBS kiri=kanan, Ronchi -/-, Wheezing -/-,
Hepar/lien : sulit dinilai
Edema : -/-
Varices : -/-
Refleks fisiologis : +/+
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 58 kg
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar :
Tinggi Fundus uteri : 33 cm a.s
Lingkar Perut : 94 cm
Letak Anak : Sungsang, ω, puka
Bunyi Jantung Anak : 136-140 x/menit
His : 3-4’ 1x/ 40” kuat
TBBA : 2800 gr

Inspekulo : fluksus (+)

Pemeriksaan Dalam :
Tidak dilakukan

VI. LABORATORIUM
Hemoglobin : 9,3 gr/dl
Leukosit : 9900 / mm3
Hematokrit : 28%
Trombosit : 330.000 / mm3

VII. DIAGNOSA KERJA


G3P2A0 parturien aterm + perdarahan antepartum suspek plasenta previa
+ letak sungsang + anemia

VII. TERAPI
- Infus, cross match, sedia darah
- Rencana sc ai perdarahan antepartum suspek placenta previa
- Informed consent
- Konsul anastesi
- Hubungi perinatologi + OK emergensi
- Observasi His, BJA, TNRS, perdarahan

IX. USUL PEMERIKSAAN


Ultrasonografi
Hasil (27 Februari 2006) :
- Plasenta Previa totalis, berinsersi di corpus uteri anterior
meluas kebawah menutupi OUI
- Intra Uterine Growth Retardation
- Janin tunggal, aterm, letak sungsang (kaki)

X. OBSERVASI (Tanggal 4 Maret 2006)


Jam Tensi Nadi Respirasi Suhu BJA His Keterangan
08.30- 120/80 80 20 Afebris 140-144 3-4’1x/40”,
09.30 x/mnt kuat
09.30- 120/80 84 20 afebris 144-148 3-4’1x/40”
10.30 x/mnt
Pk.10.30 Ibu dibawa ke OK emergensi
Pk.10.40 Ibu tiba di OK emergensi
Dilakukan PL : His 3-4’ 1x/40” kuat, BJA 152-156x/mnt

XI. LAPORAN OPERASI


Pk.11.00 Operasi dimulai
Pk.11.05 Lahir bayi laki-laki dengan menarik kaki
BB 2715 gr; PB 47,8cm; APGAR 1’:8, 5’:10
Disuntikkan oksitosin 10 IU intramural, kontraksi baik, dilakukan
eksplorasi. Tampak plasenta berinsersi di korpus belakang meluas
menutupi OUI.
Pk 11.08 Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat
B : 500 gr; Ukuran 18x18x2 cm, Bentuk : diskoid, Panjang 50cm,
Insersi parasentralis
Pk.12.00 Operasi selesai
Perdarahan selama operasi  400cc
Diuresis selama operasi  200cc
Jenis operasi : SCK+sterilisasi Pomeroy
XII. DIAGNOSA PRA BEDAH :
G3P2A0 Gravida 38 minggu + Perdarahan antepartum suspek plasenta
previa+ letak sungsang + anemia

XII. DIAGNOSA POST BEDAH :


P3A0 Partus maturus dengan SC atas indikasi Plasenta previa totalis +
letak sungsang + anemia

XIII. TERAPI POST OPERASI


1. Observasi KU, TNRS
2. Infus RL:D5 = 2:1 (35 gtt/mt)
3. Cek Hb post op, jika < 8 gr/dl transfusi
4. Puasa sampai BU (+) normal
5. Amoksisilin 3x1 gr i.v
6. Metronidazol 2 x 500 mg i.v
7. Kaltrofen supp 2x1

XIV. FOLLOW UP RUANGAN


Tanggal Catatan Instruksi
4-3-06 T: 110/70 N:88x/mnt R:20x/mnt Observasi KU, TNRS
S:afebris Infus RL:D5 = 2:1 (35 gtt/mt)
Abd : datar, lembut Cek Hb post op, jika < 8 gr/dl
DM : - , PS/PP :-/- transfusi
FU 2 jbpst, kontraksi baik Puasa sampai BU (+) normal
Luka operasi tertutup verband Amoksisilin 3x1 gr i.v
Lokia rubra (+) Metronidazol 2 x 500 mg i.v
Diuresis  200 cc Kaltrofen supp 2x1
5-3-06 KU : CM, baik Observasi KU, TNRS
T: 110/70 N:88x/mnt R:20x/mnt Infus RL:D5 = 2:1 (20 gtt/mt)
S:afebris Off V/C
Abd : datar, lembut Mobilisasi dini
DM : - , PS/PP :-/- Amoksisilin 3x1 gr i.v
FU 2 jbpst, kontraksi baik Metronidazol 2 x 500 mg i.v
BU (-) Kaltrofen supp 2x1
Luka operasi tertutup verband
Lokia rubra (+)
6-3-06 KU : CM, baik Mobilisasi
T: 110/70 N:86x/mnt R:20x/mnt Amoksisilin 3x1 gr i.v
S:afebris Metronidazol 2 x 500 mg i.v
Abd : datar, lembut Kaltrofen supp 2x1
DM : - , PS/PP :-/-, NT - Tes feeding
FU 2 jbpst, kontraksi baik
BU (+) normal
Luka operasi tertutup verband
Lokia rubra (+)
BAB (-), BAK (+), flatus (+)
ASI +/+

PEMBAHASAN

I. PERMASALAHAN
1. Mengapa pada kasus ini didiagnosis Plasenta praevia?
2. Apa saja yang menjadi faktor resiko plasenta previa pada pasien
ini?
3. Mengapa dilakukan jenis operasi seksio sesaria klasik pada
pasien ini?

II. PEMBAHASAN
1. Mengapa pada kasus ini didiagnosis Plasenta praevia totalis?
Plasenta praevia adalah plasenta yang implantasinya tidak normal,
yang dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna (1,2,3). Plasenta
praevia terbagi atas 4 macam :
1. Plasenta letak rendah (plasenta berimplantasi pada SBR, dimana
ujung plasenta tidak mencapai OUI tetapi mendekati OUI)
2. Plasenta marginalis (ujung plasenta terdapat pada batas OUI)
3. Plasenta lateralis/parsial (OUI tertutup sebagian oleh plasenta)
4. Plasenta totalis (OUI tertutup sepenuhnya oleh plasenta)
Diagnosa plasenta praevia ditegakkan dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesa diperoleh gejala perdarahan dari jalan lahir
tanpa nyeri yang biasanya muncul setelah bulan ke-7 masa kehamilan akibat
pergerakan antara plasenta dengan dinding rahim. Perdarahan tergantung
pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada isthmus uteri,
sehingga pada kehamilan tidak diperlukan adanya his untuk menghentikan
perdarahan. Perdarahan bersifat berulang-ulang, dimana darah dapat berasal
dari ibu yaitu dari ruangan intervillosa maupun dari anak yang berasal dari
jonjot yang terputus. Perdarahan yang berulang disebabkan oleh regangan
dinding rahim dan tarikan pada cerviks yang bertambah akibat majunya
kehamilan(1,3).
Dari pemeriksaan fisik diperoleh perabaan fornices teraba bantalan
lunak. Selain itu bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak
pada kutub bawah rahim, sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati
pintu atas panggul. Ukuran panjang rahim pada plasenta previa berkurang
sehingga lebih sering disertai kelainan letak anak. Pemeriksaan fornices
hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala karena pada letak sungsang
yang bagian terendahnya lunak (bokong) sulit dibedakan dengan bagian
lunak plasenta. Pada pemeriksaan dalam plasenta praevia hanya dibenarkan
bila dilakukan di kamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi
segera, karena dengan melakukan pemeriksaan dalam atau dengan
pemasangan tampon terlebih dahulu akan menambah kemungkinan
perdarahan dan infeksi. (1,3).
Diagnosa plasenta praevia ditegakkan dengan pemeriksaan USG.
Dengan pemeriksaan USG diagnosa plasenta praevia sudah dapat ditegakkan
sebelum kehamilan trimester ketiga(1,3).
Pada pasien ini, diagnosa plasenta praevia ditegakkan melalui
anamnesa dimana diperoleh keluhan perdarahan dari jalan lahir tanpa rasa
nyeri yang timbul setelah usia kehamilan lebih dari 7 bulan. Kami tidak
melakukan pemeriksaan dalam dan perabaan fornices karena kami menduga
adanya plasenta praevia pada letak sungsang. Pemeriksaan dalam tidak boleh
dilakukan pada plasenta praevia karena akan menambah kemungkinan
perdarahan dan infeksi, selain itu perabaan fornices pada plasenta praevia
dengan letak sungsang akan sulit dibedakan mengingat bokong dan jaringan
plasenta sulit dibedakan.
*Dari USG ditemukan Plasenta Previa totalis, berinsersi di corpus
uteri anterior meluas kebawah menutupi OUI, Intra Uterine Growth
Retardation, Janin tunggal, aterm, letak sungsang (kaki).
2. Apa saja yang menjadi faktor resiko plasenta praevia pada pasien ini?
Plasenta praevia meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan
endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau
karena kurangnya vaskularisasi desidua. Endiometrium yang kurang baik
menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk memenuhi
kebutuhan janin dan juga menyebabkan Zigot mencari penyebab implantasi
yang lebih baik. Hal ini dapat ditemukan pada :
(1) Multipara
(2) Mioma uteri
(3) Kuretase berulang
(4) Usia lanjut
(5) Bekas SC
(6) Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok
atau
pemakai kokain
(7) Diabetes mellitus, atau kehamilan multipel. (3)
Pada pasien ini ditemukan faktor resiko berupa multipara (G3P2A0).

3. Mengapa dilakukan jenis operasi seksio sesaria klasik pada pasien ini?
Seksio sesaria diperlukan pada hampir seluruh kasus placenta
previa. Pada sebagian besar kasus dilakukan insisi uterus transversal. Karena
perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam placenta anterior,
kadang-kadang dianjurkan insisi vertikal pada keadaan ini(1).
Dari USG pada pasien ini didapatkan .......sehingga dilakukan
sayatan secara klasik untuk menghindari perdarahan janin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, et al. Obstetrical Hemorrhage.Williams Obstetrics 22nd.


2005. MacGraw-Hill Companies, Inc. p819-823.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Obstetrik dan Ginekologi
RSHS. 2005.p.71-76.
3. Mose, Johanes C. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Fakultas
Kedokteran Unpad Ed 2. 2003. Jakarta : EGC.hal.83-91.

Anda mungkin juga menyukai