Disusun oleh :
Ihsan Gusti C11040031
Friska Debby C11040049
Rein Firstiana C11040068
Futiha Arabia C11050106
Pembimbing :
Ruswana Anwar, dr., Sp.OG
II. ANAMNESA
Penderita datang dengan rujukan dari bidan dengan diagnosa G 3P2A0 gravida
38 minggu + plasenta praevia
V. STATUS PRESENS
STATUS INTERNALIS
Keadaan umum : Komposmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,70C
Jantung : BJ murni regular
Paru-paru : sonor, VBS kiri=kanan, Ronchi -/-, Wheezing -/-,
Hepar/lien : sulit dinilai
Edema : -/-
Varices : -/-
Refleks fisiologis : +/+
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 58 kg
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar :
Tinggi Fundus uteri : 33 cm a.s
Lingkar Perut : 94 cm
Letak Anak : Sungsang, ω, puka
Bunyi Jantung Anak : 136-140 x/menit
His : 3-4’ 1x/ 40” kuat
TBBA : 2800 gr
Pemeriksaan Dalam :
Tidak dilakukan
VI. LABORATORIUM
Hemoglobin : 9,3 gr/dl
Leukosit : 9900 / mm3
Hematokrit : 28%
Trombosit : 330.000 / mm3
VII. TERAPI
- Infus, cross match, sedia darah
- Rencana sc ai perdarahan antepartum suspek placenta previa
- Informed consent
- Konsul anastesi
- Hubungi perinatologi + OK emergensi
- Observasi His, BJA, TNRS, perdarahan
PEMBAHASAN
I. PERMASALAHAN
1. Mengapa pada kasus ini didiagnosis Plasenta praevia?
2. Apa saja yang menjadi faktor resiko plasenta previa pada pasien
ini?
3. Mengapa dilakukan jenis operasi seksio sesaria klasik pada
pasien ini?
II. PEMBAHASAN
1. Mengapa pada kasus ini didiagnosis Plasenta praevia totalis?
Plasenta praevia adalah plasenta yang implantasinya tidak normal,
yang dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna (1,2,3). Plasenta
praevia terbagi atas 4 macam :
1. Plasenta letak rendah (plasenta berimplantasi pada SBR, dimana
ujung plasenta tidak mencapai OUI tetapi mendekati OUI)
2. Plasenta marginalis (ujung plasenta terdapat pada batas OUI)
3. Plasenta lateralis/parsial (OUI tertutup sebagian oleh plasenta)
4. Plasenta totalis (OUI tertutup sepenuhnya oleh plasenta)
Diagnosa plasenta praevia ditegakkan dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesa diperoleh gejala perdarahan dari jalan lahir
tanpa nyeri yang biasanya muncul setelah bulan ke-7 masa kehamilan akibat
pergerakan antara plasenta dengan dinding rahim. Perdarahan tergantung
pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada isthmus uteri,
sehingga pada kehamilan tidak diperlukan adanya his untuk menghentikan
perdarahan. Perdarahan bersifat berulang-ulang, dimana darah dapat berasal
dari ibu yaitu dari ruangan intervillosa maupun dari anak yang berasal dari
jonjot yang terputus. Perdarahan yang berulang disebabkan oleh regangan
dinding rahim dan tarikan pada cerviks yang bertambah akibat majunya
kehamilan(1,3).
Dari pemeriksaan fisik diperoleh perabaan fornices teraba bantalan
lunak. Selain itu bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak
pada kutub bawah rahim, sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati
pintu atas panggul. Ukuran panjang rahim pada plasenta previa berkurang
sehingga lebih sering disertai kelainan letak anak. Pemeriksaan fornices
hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala karena pada letak sungsang
yang bagian terendahnya lunak (bokong) sulit dibedakan dengan bagian
lunak plasenta. Pada pemeriksaan dalam plasenta praevia hanya dibenarkan
bila dilakukan di kamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi
segera, karena dengan melakukan pemeriksaan dalam atau dengan
pemasangan tampon terlebih dahulu akan menambah kemungkinan
perdarahan dan infeksi. (1,3).
Diagnosa plasenta praevia ditegakkan dengan pemeriksaan USG.
Dengan pemeriksaan USG diagnosa plasenta praevia sudah dapat ditegakkan
sebelum kehamilan trimester ketiga(1,3).
Pada pasien ini, diagnosa plasenta praevia ditegakkan melalui
anamnesa dimana diperoleh keluhan perdarahan dari jalan lahir tanpa rasa
nyeri yang timbul setelah usia kehamilan lebih dari 7 bulan. Kami tidak
melakukan pemeriksaan dalam dan perabaan fornices karena kami menduga
adanya plasenta praevia pada letak sungsang. Pemeriksaan dalam tidak boleh
dilakukan pada plasenta praevia karena akan menambah kemungkinan
perdarahan dan infeksi, selain itu perabaan fornices pada plasenta praevia
dengan letak sungsang akan sulit dibedakan mengingat bokong dan jaringan
plasenta sulit dibedakan.
*Dari USG ditemukan Plasenta Previa totalis, berinsersi di corpus
uteri anterior meluas kebawah menutupi OUI, Intra Uterine Growth
Retardation, Janin tunggal, aterm, letak sungsang (kaki).
2. Apa saja yang menjadi faktor resiko plasenta praevia pada pasien ini?
Plasenta praevia meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan
endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau
karena kurangnya vaskularisasi desidua. Endiometrium yang kurang baik
menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk memenuhi
kebutuhan janin dan juga menyebabkan Zigot mencari penyebab implantasi
yang lebih baik. Hal ini dapat ditemukan pada :
(1) Multipara
(2) Mioma uteri
(3) Kuretase berulang
(4) Usia lanjut
(5) Bekas SC
(6) Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok
atau
pemakai kokain
(7) Diabetes mellitus, atau kehamilan multipel. (3)
Pada pasien ini ditemukan faktor resiko berupa multipara (G3P2A0).
3. Mengapa dilakukan jenis operasi seksio sesaria klasik pada pasien ini?
Seksio sesaria diperlukan pada hampir seluruh kasus placenta
previa. Pada sebagian besar kasus dilakukan insisi uterus transversal. Karena
perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam placenta anterior,
kadang-kadang dianjurkan insisi vertikal pada keadaan ini(1).
Dari USG pada pasien ini didapatkan .......sehingga dilakukan
sayatan secara klasik untuk menghindari perdarahan janin.
DAFTAR PUSTAKA