Pembimbing :
dr. Rizki Syafaat, Sp. OG
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Pasien
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
Masuk
RS
Keluar RS
No. CM
Jam Masuk RSU
Ruangan
: Ny. M
: 42 tahun
: SD
: Buruh
: Islam
: Sukaresmi
: 3 Maret 2015
: 6 Maret 2015
: 748774
: 08.00 WIB
: Jade
Nama Suami
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
: Bpk. I
: 45 tahun
: SD
: Buruh
: Islam
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Perdarahan banyak dari jalan lahir
Anamnesa Khusus
G4P2A1 ibu datang ke RS merasa hamil 8 bulan, mengeluh keluar
darah dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS. Darah berwarna merah
segar, banyak, dan juga terdapat gumpalan darah. Dalam sehari, ibu
mengganti kain sebanyak 3 kali karena perdarahannya. Keluarnya
darah tanpa disertai rasa nyeri. Riw. Trauma (-). Mules-mules
dirasakan ibu namun masih jarang dan hilang timbul. Keluhan ibu
tidak disertai dengan keluar lendir atau cairan dari jalan lahir. Ibu
pertama kali merasakan pergerakan janin 4 bulan yang lalu. Saat
ini gerakan janin masih dapat dirasakan ibu.
RIWAYAT OBSTETRI
Kehamilan
Tempat
Penolong
ke
Cara
Cara
Kehamilan Persalinan
BB
Jenis
Lahir
Kelamin
Usia
Hidup /
Mati
Rumah
Paraji
Aterm
Spontan
2500gr
16 th
Hidup
II
Rumah
Paraji
Aterm
Spontan
2500gr
6 th
Hidup
III
--------------------------------------------
IV
RIWAYAT PERKAWINAN
Status
: Menikah pertama kali
Usia saat menikah
: Istri
: 17 tahun
Suami
: 20 tahun
HAID
HPHT
: 25 Agustus 2014
Siklus
: teratur
Lama
: 7 hari
Banyaknya darah
: banyak
Nyeri haid : ada
Menarche usia : 15 tahun
Kontrasepsi Terakhir
Suntik setiap 3 bulan
Akseptor KB sejak tahun 2009 s/d 2012
Alasan berhenti KB karena ingin memiliki anak lagi
Prenatal Care
Dilakukan di bidan. Jumlah kunjungan selama
kehamilan 3 kali. Terakhir PNC 2 minggu yang lalu.
Keluhan selama Kehamilan
Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan Dalam
DIAGNOSIS (ASSESMENT)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(LABORATORIUM)
Tanggal 3 Maret 2015
1. HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin
: 8,2 g/dL (12-16)
Hematokrit
: 26 % (35-47)
Lekosit
: 7,110/mm3 (3.800-10.600)
Trombosit
: 198.000/mm3 (150.000 - 440.000)
Eritrosit
: 3.54 juta/mm3 (3,6-5,8)
FOLLOW UP DOKTER
TANGGAL
CATATAN
INSTRUKSI
3 Maret 2015
USG
4 Maret 2015
jalan lahir
TTV, Perdarahan
- Dexametason 2 x 1
: KU : Compos Mentis
- Nifedipine 3 x 20 mg
RR
- Pasang DC
: 20x/menit
His : 3-4x/10/20
BJA : 141x/menit
A : G4P2A1 gravida 31 32
minggu dengan
Perdarahan Antepartum ec
PLR; Letak sungsang;
IUGR
5 Maret 2015
Post Partum
S:-
-Cefadroxyl 2 x 500 mg
Nad i : 64x/menit
-SF 1 x1
RR
-Breast care
: 20x/menit
Suhu : 36,3 C
ASI -/Abdomen : datar lembut
DM (-) PS/PP (-) NT (+)
BU (+)
TFU : 2 jari di bawah pusat,
kontraksi baik
Perdarahan pervaginam (+)
Lochia rubra
BAB/BAK -/+
A : P3A1 Partus Prematurus
-rencana USG
6 Maret 2015
S
O
-Cefadroxyl 2x500mg
: KU : compos mentis
-Methergin 3x0,125mg
Nadi : 80x/menit
BLPL
RR : 20x/menit
Suhu : 35 C
Abdomen : datar lembut
NT (-), DM (-), PS/PP (-)
TFU : 2 jari bawah pusat,
kontraksi baik
Perdarahan pervaginam : (+)
Lochia rubra
BAB/BAK : -/+
A : Post Kuretase a/i Sisa
menangis. Muka, mulut di lap, tali pusat diklem lalu dipotong, kemudian bayi di
bawa ke ruang peri, terdapat lilitan tali pusat 1 kali.
Jk : P
BB : 1600 gram
PB : 42 cm
Anus : +
Jam 20.30
gram
LAPORAN
KURETASE
Pra Bedah
:
Sisa plasenta pada P3A1 Partus Prematurus
Sungsang Manual Aid dengan Augmentasi
Oxytocin
Indikasi Operasi
: Sisa plasenta
Diagnosa Pasca Bedah : Post Kuretase a/i Sisa Plasenta pada P3A1 Partus
Prematurus Sungsang Manual Aid dengan Augmentasi Oxytocin
Jenis Operasi
: Kuretase
Kategori Operasi
: Sedang
Desinfeksi Kulit
Jumlah perdarahan 20 cc
PERMASALAHAN
1.
2.
3.
PEMBAHASAN
Kasus
Gejala pada pasien :
Perdarahan tanpa sebab, tidak nyeri,
darah bewarna merah segar. Pertama
kali dialami ketika usia kehamilan
memasuki 8 bulan, perdarahan banyak.
Teori
Kasus
Faktor resiko :
Faktor resiko :
a.Usia Ibu
a.Usia ibu > 35 tahun
Wanita pada umur kurang dari 20
tahun dan ibu yang berumur di atas b.Multipara (G4P2A1)
35 tahun.
a.Paritas
Plasenta previa terjadi 1-3 kali lebih
sering pada ibu yang multipara
dibandingkan ibu yang nullipara.
a.Merokok
b.Plasenta yang besar
c.Multifetal gestation (hamil ganda)
d.Ovum yang dibuahi tertanam
sangat rendah di dalam rahim.
e.Korpus luteum bereaksi lambat,
dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
f.Tumor-tumor, seperti mioma uteri
dan polip endometrium.
Kasus
Leopold I pada pasien teraba bagian
keras, bundar, dan melenting pada
fundus uteri.
Punggung janin dapat diraba pada
sisi kanan perut dan bagian-bagian
kecil pada pihak yang berlawanan.
Di atas simfisis, teraba bagian yang
kurang bundar dan lunak. Bunyi
jantung terdengar pada punggung
janin setinggi pusat.
Dengan menggunakan USG diketahui
presentasi janin dalam letak
sungsang.
DIAGNOSIS IUGR
TEORI
1. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit
ginjal, kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda.
2. Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik
untuk diagnosa pada kehamilan kecil.
3. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal
atau cephalometry angka kebenarannya mencapai
43-100%.
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat
mengetahui adanya bunyi end-diastolik yang tidak
normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan
bahwa adanya PJT.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi
KASUS
Pada saat dilakukan pengukuran tinggi
fundus uteri dengan menggunakan pita
pengukur yang di letakkan dari
simpisis pubis sampai bagian teratas
fundus uteri didaptakan tinggi fundus
27,5 cm yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan 31-32 minggu.
Menurut teori bila pada pengukuran di
dapat panjang fundus uteri 2 (dua)
atau 3 (tiga) sentimeter di bawah
ukuran normal untuk masa kehamilan
itu maka kita dapat mencurigai bahwa
janin tersebut mengalami hambatan
pertumbuhan.
simpisis-pusat
20 minggu
28 minggu
24 minggu
34 minggu
36 minggu
40 minggu
Setinggi pusat
pusat-prosessus xifoideus
Setinggi prosessus xifoideus
2 jari di bawah prosessus xifoideus
2. PENATALAKSANAAN PADA
PASIEN Teori
Kasus
dilakukan
persalinan
PROGNOSIS
Definisi
Plasenta
Previa
INSIDENSI
Insidensi plasenta previa berkisar antara
0,3-0,5 % 1000 kelahiran.
Berdasarkan derajatnya insidensi tersebut
adalah :
Plasenta previa totalis : 23 31,3 %
Plasenta previa parsialis
: 20.6 33 %
Plasenta letak rendah : 37 54,9 %
Dengan penatalaksanaan dan perawatan
yang baik, mortalitas perinatal adalah 50
per 1000 kelahiran hidup.
Usia ibu
Paritas
Faktor resiko
plasenta previa
Riwayat
kehamilan atau
persalinan
sebelumnya
Merokok
Plasenta yang
besar
Multifetal
gestasion
Kelainan pada
endometrium
PATOFISIOLOGI
Setelah
PATOFISIOLOGI
Perdarahan
GEJALA KLINIS
1.
Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada
umur kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga merupakan tanda
utama plasenta previa.
2. Tanpa alasan dan tanpa nyeri
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum
dan jumlah darah yang hilang,
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah
janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP)
akan terhalang.
DIAGNOSA BANDING
Solusio
plasenta
Vasa previa
Laserasi serviks atau
vagina
DIAGNOSA
Jika terdapat ada nya
keluhan perdarahan
antepartum, pikirkan
terlebih dahulu plasenta
previa hingga terbukti
bukan.
ANAMNESIS
Gejala pertama :
perdarahan
pada
kehamilan setelah 28
minggu/trimester III
Sifat perdarahan :
tanpa sebab, tanpa
nyeri,
berulang,
darah
bewarna
merah terang.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign dan denyut jantung janin harus diawasi
dengan ketat.
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak
atau sedikit.
Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak
anemia.
Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih
rendah
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang/floating.
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan
dalam
(pemeriksaan
serviks)
merupakan kontraindikasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
USG transabdominal
Metode paling sederhana, tepat, dan
aman
untuk
mengetahui
lokasi
plasenta.
USG
transvaginal
Dapat digunakan untuk menentukan
plasenta previa letak rendah dan
lebih
akurat
diibandingkan
USG
transabdominal.
PENATALAKSANAAN
Penanganan plasenta previa
bergantung kepada :
Keadaan umum pasien, kadar
hb.
Jumlah perdarahan yang terjadi.
Umur kehamilan/taksiran BB
janin.
Jenis plasenta previa.
Paritas dan kemajuan persalinan
TERAPI AKTIF
Terapi aktif dilakukan apabila ditemukan
beberapa syarat, yaitu :
Perdarahan yang telah berlangsung
atau akan berlangsung dapat
membahayakan ibu dan janin
Kehamilan telah cukup 37 minggu atau
berat janin telah mencapai 2500 gram
Sudah inpartu
Terapi aktif berupa terminasi kehamilan
segera.
TERAPI AKTIF
Sectio Cesaria
Seksio sesaria dilakukan dengan indikasi :
Semua plasenta previa totalis, janin hidup atau
meninggal.
Semua plasenta previa dengan perdarahan yang
banyak dan tidak berhenti dengan tindakan-tindakan
yang ada.
Plasenta previa dengan panggul sempit letak lintang.
TERAPI AKTIF
Pervaginam
Melakukan tekanan pada plasenta supaya
pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
dapat tertutup kembali (tamponade pada
plasenta).
1. Amniotomi (pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk
melancarkan persalinan pervaginam. Cara
ini dilakukan apabila plasenta previa
lateralis, plasenta previa marginalis atau
plasenta letak rendah, bila ada pembukaan
pada primigravida telah terjadi pembukaan
4 cm atau lebih.
TERAPI AKTIF
Pervaginam
Melakukan tekanan pada plasenta supaya
pembuluh-pembuluh darah yang
terbuka dapat tertutup kembali
(tamponade pada plasenta).
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks
ialah mengadakan temponade plasenta
dengan bokong (dan kaki) janin. Versi
Braxton Hicks tidak dilakukan pada
janin yang masih hidup.
KOMPLIKASI
Perdarahan,
morbiditas
Plasenta
akreta, inkreta atau
bahkan plasenta perkreta
Malpresentasi janin
Prematuritas, gawat janin bahkan
lahir mati.
Infeksi
PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya
kematian ibu karena plasenta previa rendah
sekali.
DEFINISI
PRESENTASI
SUNGSANG
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
1.
2.
3.
INSIDEN:
3-4%
DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN LEOPOLD
PERIKSA DALAM
USG
KONFIRMASI USG
PERSIAPAN
RENCANAKAN MELAHIRKAN DI RS
MASUK RS BILA KPD
PERSIAPAN BAYI MEMADAI
TIDAK TERJADI TALI PUSAT MENUMBUNG (BILA KET.
PECAH)
BISHOP SCORE DAN KEMAJUAN PEMBUKAAN : SETELAH
4 CM DILATASI > 0,5 CM / JAM
PENATALAKSANAAN PERSALINAN
SIAPKAN RESUSITATOR BERPENGALAMAN
KOSONGKAN KANTONG KEMIH
PENOLONG DIDAMPINGI ASISTEN YANG
BERPENGALAMAN
SIAPKAN FORSEP BILA DIPERLUKAN.
PENURUNAN BOKONG
KESIMPULAN
SELEKSI PASIEN SECARA BAIK
BERI PENJELASAN DAN INFORMED
CONSENT
PROGNOSE BAIK BILA BISHOP SCORE > 5
DILATASI >0,5 CM/JAM SETELAH 4 CM
PENOLONG TRAMPIL
ASISTEN TRAMPIL
PANTAU BAYI SECARA BAIK
MENOLONG BUKAN BERATI MENARIK
Etiologi
I . Faktor maternal
1. Penyakit ibu saat hamil : hipertensi, vaskular.
2. Obat-obatan dan alkohol
3. Malnutrisi dan malabsorbsi
4. Infeksi
5. Perokok
II.
III. Janin :
janin kembar
Penyakit infeksi
Kelainan kongenital
Kelainan kromosom
Terpapar zat teratogenik
Klasifikasi PJT
PJT Simetris
Lingkaran kepala, panjang dan beratnya secara proporsional
kecil
dibanding usia kehamilan. PJT simetris disebabkan oleh
infeksi
kongenital atau gangguan genetika dan terjadi pada awal
kehamilan.
PJT Asimetris
Berat janin lebih kecil proporsinya dibandingkan dengan
panjang dan
lingkar kepala. Pertumbuhan otak kecil. Terjadi pada
kehamilan
lanjut dan disebabkan oleh tidak cukupnya pasokan
uteroplasenta
atau buruknya nutrisi ibu.
Manifestasi klinis
Tampak kurus
Pucat
Kulit keriput
Tali pusat tampak rapuh dan layu
Diagnosis
Faktor ibu:
Adanya faktor risiko, termasuk riwayat PJT
sebelumnya
Hipertensi dalam kehamilan meningkatkan 1520 kali kejadian PJT
Penyakit yang diderita
Hipotermia
Hipotermia terjadi karena menurunnya lemak
subkutan dan
meningkatnya luas permukaan tubuh. Lebih jauh lagi,
hipoglikemia dan hipoksia mempengaruhi produksi
panas tubuh bayi PJT.
Hipoglikemia
Karena menurunnya cadangan glikogen dan
menurunnya kapasitas
glukoneogenesis
Hipotermia berpotensi menjadi masalah hipoglikemia
Terjadi selama 3 hari pertama
Polisitemia
Akibat dari meningkatnya kadar eritropoietin
sekunder yang mengarah pada hipoksia janin
Polisitemia bisa mengakibatkan hipoglikemia
dan mengarah pada cedera otak
Depresi kekebalan
Terjadi karena malnutrisi baik sebelum maupun
sesudah lahir dan infeksi virus bawaan (TORCH)
Mempengaruhi jumlah limfosit dan kegiatan
serta kadar Ig. Bisa muncul bersama-sama
dengan neutropenia.
Kelambatan pertumbuhan
Terutama terjadi pada bayi prematur, KMK
dan bayi yang mengalami keterbatasan
pertumbuhan kepala yang signifikan
Merupakan akibat dari infeksi kongenital,
malformasi berat, hipoksia kronis, asfiksia
postnatal atau hipoglikemia
Terlihat dari tertundanya tanda
pencapaian pada usia 2 dan 5 tahun dan
buruknya prestasi di sekolah
Tatalaksana umum
Istirahat untuk memulihkan keadaan
Suplementasi nutrisi ibu berpengaruh
Tatalaksana khusus
Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu
Pencegahan
Untuk mencegah komplikasi yang serius selama
kehamilan sebaiknya ibu mengikuti nasihat
dari dokter seperti:
Makan makanan yg bergizi tinggi, tidak
merokok dan minum alkohol serta narkotik
Mengurangi stress
Olahraga teratur, istirahat dan tidur yg cukup
Suplementasi protein, vitamin, mineral serta
minyak ikan baik dikonsumsi
Tatalaksana anemia dan penyakit yg diderita
ibu serta infeksi harus baik
Prognosis
Tergantung dari berat ringannya masalah
Daftar Pustaka
Cunningham FG et al : IUGR (Intrauterine
DAFTAR PUSTAKA
1.Mose,
Antepartum.Jakarta: EGC
2.Soewarto,
4.
5. Cunningham, F. Gary, Kenneth J. leveno, dkk. Perdarahan Antepartum dalam buku Williams
Obstetrics Edisi 21 USA. 2010.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Perdarahan Antepartum. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta. 2013.
7. Chatelain F. Children Born With IUGR. 2010. Available from :
http//www.sav.sk/journals/endo/full/er0100f.pdf.
8. Sasongko W. Pertumbuhan Janin Terhambat.2009. Available from :
http://www.botefilia.com.
9. Sharoon C. Intrauterine Growth Restriction. 2010. Available from :
http//www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/pdf/iugr.pdf10. Wikjosastro H, Haifuddin AB, Rachimhadhi T : Pertumbuhan Janin Terhambat dalam ilmu
kebidanan 3rd ed, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.