Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

G3P2A0M0 Hamil 31-32 minggu


dengan Partus Prematurus Imminens + Prev.SC 2x

Ivo Afiani, S.Ked


I4061162001

Pembimbing :
dr. Herling F Junus, Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi


RSUD Abdul Aziz Singkawang
Fakultas Kedokteran Untan Pontianak
2019
Identitas Pasien

Nama Istri : Ny. Y


Umur : 34 tahun
Alamat : Jl. Tanjung Batu Dalam 014/003
Pendidikan : SD
Agama : Budha
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk: 8 Januari 2019, jam 06.38 WIB


A NAMNESIS
KELUHAN UTAMA
• Mules-mules
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Pasien datang dengan keluhan mules-mules sejak ± 30
menit SMRS. Pasien saat ini sedang hamil dengan
G3P2A0M0 hamil 31-32 minggu dengan riwayat SC 2x.
Keluhan mules yang dirasakan semakin lama semakin
sering, dan disertai keluar lendir bercampur darah dari
jalan lahir sejak ± 30 menit SMRS. Keluar air dari jalan lahir
disangkal. Riwayat keputihan disangkal.
• Ibu mengaku gerakan janin masih aktif. Keluhan nyeri
bekas operasi disangkal. BAK lancar dan tidak ada keluhan
kencing warna merah, dan BAB normal.
Riwayat Periksa Kehamilan : Selama kehamilan ibu rutin kontrol ke
bidan.

Riwayat penyakit dahulu : Ibu mengaku tidak pernah


mengalami hal yang sama pada kehamilan sebelumnya.
Hipertensi, DM, asma, penyakit jantung disangkal.

Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi disangkal, DM


dan asma disangkal.

Riwayat Pengobatan : Ibu selama kehamilan mengaku


jarang mengkonsumsi obat dan vitamin.
 
Riwayat Haid :
Haid Pertama : 12 tahun
Siklus Haid : 28 hari, lama 5 hari, haid
teratur, kadang sakit.
HPHT : 2-6-2018

Riwayat Persalinan G3 P2 A0
N Tahun Penolong Tempat Jenis Penyuli Sex Berat Keadaan
O bersalin Persalinan t

1. 2005 Dokter RS SC - L 2700 Hidup

2. 2015 Dokter RS SC L 2900 Hidup

3. Hamil
sekarang
Riwayat Alergi :
• Alergi makanan  disangkal
• Alergi obat-obatan  disangkal
• Alergi debu (-), udara dingin (-)

Riwayat Operasi :
Ibu mengaku memiliki riwayat operasi sebelumnya
sebanyak 2 kali

Riwayat kebiasaan :
• Minum Jamu (-)
• Merokok (-)
• Alkohol (-)
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
KU : Baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5 BB : 60 kg
TB : 150 cm
BMI : 26,6
Kesan : Gizi baik
Status Generalis
Normocephal simetris, rambut bewarna hitam
distribusi rata

Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-),


refleks pupil (+/+) isokor , edema palpebra (-)

Tidak ada pembesaran KGB pada daerah


axilla, leher, inguinal dan submandibula, nyeri
tekan (-)
Status Generalis
Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-), nyeri
tekan (-), hidung bagian luar tidak ada kelainan,
pernapasan cuping hidung (-).

Normotia, nyeri (-/-), serumen (-/-), pendengaran


baik

Bibir kering (-), stomatitis (-), lidah tidak kotor,


faring hiperemis (-)
Paru

PALPASI simetris, vocal fremitus


INSPEKSI simetris dextra-sinistra,
sama dextra-sinistra, tidak ada
tidak ada bagian dada yang tertinggal
bagian dada yang tertinggal saat
saat bernapas, retraksi dinding dada
bernapas, nyeri tekan (-)
(-)

PERKUSI sonor pada semua lapang AUSKULTASI suara napas vesikuler


paru (-/-), ronkhi (-/-), wheezing(-/-)
Jantung

PALPASI ictus cordis teraba di


INSPEKSI ictus cordis tidak ICS 5 linea midclavicularis
terlihat sinistra

AUSKULTASI bunyi jantung I dan II


PERKUSI batas jantung dalam regular, bising jantung (-), gallop (-),
batas normal murmur (-)
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar :
Inspeksi : perut cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+),
bekas operasi (+)
Palpasi : TFU : 23 cm
L1 : teraba bagian keras, bulat, melenting (kepala)
L2 : teraba bagian panjang di sebelah kanan (puka)
L3 : teraba bagian terbawah bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
L4 : divergen
DJJ : 146 x / mnt.

OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS UMUM DAERAH CIANJUR 12/9/21


Pemeriksaan Laboratorium (08/01-2019)

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

Leukosit 8,9 /µL 4,5 – 11 x 103/µL

Eritrosit 4,98/µL 4,20 – 5,40 x 106/µL

Hemoglobin 8,9 g/dL 12 – 16 g/dL

Hematokrit 29,1 % 37 – 47 %

Trombosit 275.000/µL 150 – 450 x 103/µL

Golongan darah 102,5 fL 79,0 – 99,0 fL

HIV Negatif 27,0 – 31,0

HBSAg Negatif 33,0 – 37,0 g/dL


Diagnosa :
G3P2A0M0 hamil 31-32 minggu
dengan partus prematurus imminens
dan prev.SC 2x

Planning :
• Observasi tanda-tanda persalinan
• Observasi TTV, His, & DJJ
• Pemeriksaan lab  darah lengkap,
anti HIV, HBSAg

Tatalaksana Awal :
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Inj. Dexamethason 3 amp/24 jam
 PO. Histolan 2x1 tab
Follow up
Tanggal 8/1/2019 Pukul 07.00 – VK
S Mules dirasakan semakin sering sekitar 2-3x dalam 10 menit, pengeluaran darah dari
jalan lahir (+)
O KU: Baik TD: 130/70 mmHg RR: 20x/menit
Kesadaran : CM HR: 88x/menit T : 36,7oC
DJJ: 146x/menit
VT Ø 2-3 cm
HIS 2-3 x 10’, 10-20”
TBBJ: 1550 - 1705 gr
A G3P2A0 hamil 31-32 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan riwayat previous Sectio
Caesarea 2x
P - Observasi TTV, tanda-tanda persalinan, DJJ, HIS
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Dexamethason 3 amp/24 jam IM
- PO. Histolan 2x1 tab
Follow up
Tanggal 8/1/2019 Pukul 09.20 – VK
S Mules dirasakan semakin sering dan kuat sekitar 4-5x dalam 10 menit, pengeluaran
darah dari jalan lahir (+)
O KU: Baik TD: 130/70 mmHg RR: 20x/menit
Kesadaran : CM HR: 88x/menit T : 36,7oC
DJJ: 140x/menit
VT Ø 10 cm
HIS 4-5 x 10’, 10-20”
Dilakukan amniotomi  cairan warna putih keruh
Bayi dilahirkan pukul 09.34, bayi laki-laki berat badan 2230 gr, Panjang badan 47 cm
A P3A0 partus prematurus spontan dengan riwayat previous Sectio Caesarea 2x + PPI

P - Aff infus
- Observasi KU, TTV, perdarahan
- PO. Ciprofloxacin 2x500 mg
- PO. Asam Mefenamat 3x500 mg
- PO. Metronidazole 3x500 mg
- PO. Feritrin 1x1 tab
Follow up
Tanggal 9/1/2019 Pukul 07.00 – Nifas
S Nyeri perut
O KU: Baik TD: 100/70 mmHg RR: 20x/menit
Kesadaran : CM HR: 84x/menit T : 36,5oC

A P3A0 partus prematurus spontan dengan riwayat previous Sectio Caesarea 2x + PPI

P - Observasi KU, TTV, perdarahan


- PO. Ciprofloxacin 2x500 mg
- PO. Asam Mefenamat 3x500 mg
- PO. Metronidazole 3x500 mg
- PO. Feritrin 1x1 tab
Follow up
Tanggal 10/1/2019 Pukul 07.00 – Nifas
S -
O KU: Baik TD: 100/70 mmHg RR: 20x/menit
Kesadaran : CM HR: 84x/menit T : 36,7oC

A P3A0 partus prematurus spontan dengan riwayat previous Sectio Caesarea 2x + PPI

P - Observasi KU, TTV, perdarahan


- PO. Ciprofloxacin 2x500 mg
- PO. Asam Mefenamat 3x500 mg
- PO. Metronidazole 3x500 mg
- PO. Feritrin 1x1 tab
- Pasien boleh pulang
Prognosis
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kasus

anamnesis Pem. Fisik Pem. Dalam G3P2A0M0


• Keluhan mules, • TFU 27 cm • VT Ø 2-3 cm, hamil 30-31
dan keluar cairan • DJJ 140x/menit ketuban (+), minggu dengan
lender dari jalan portio lunak
lahir riwayat
• HPHT : 2-6-2018 previous SC 2x
+ partus
prematurus
imminens
Datang dengan umur Adanya HIS 2-3 kali/10menit/

PPI
kehamilan kurang dari 10-20 detik.
37 minggu, dengan Pada VT: ditemukan ketuban
TBJ kurang dari 2500 menonjol, pembukaan 2-3
cm,
gr
Partus Prematurus Imminens
• PPI adalah persalinan yang berlangsung
pada umur kehamilan 20 – 37 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir
(HPHT)
Cunningham, Leveno et al. 24rd edition Williams Obstetric. Chapter 64 Infectious disease. Mc
Graw-Hill Companies. United States. 2014
Kriteria Diagnosis
Partus prematurus imminen

• Kontraksi 2-3 kali dlm waktu 10 mnt


• Nyeri pada punggung bawah
• Perdarahan bercak, beserta lendir
• Perasaan menekan daerah serviks
• Pembukaan sedikitny 2 cm, dan penipisan 50-80%
• Presentasi janin rendah, smpai mencapai spina
isiadika
• Selaput ketuban pecah  tanda awal terjadinya
persalinan preterm
• Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
Mochtar AB. Persalinan Preterm dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta.YBP-SP.2010. hal 668-77
• Pada kasus partus prematurus iminens,
tujuan penanganannya adalah untuk
mencegah dan menghentikan terjadinya
kontraksi uterus dengan obat-obatan
tokolitik sampai kehamilan seaterm
mungkin atau sampai janin mempunyai
maturitas paru yang dianggap cukup
Penatalaksanaan ada 3 pilihan:

Mempertahankan kehamilan sehingga janin dapat lahir se-aterm


mungkin.

Menunda persalinan 2-3 hari hingga dapat memberikan obat pematangan


paru janin

Membiarkan terjadi persalinan jika terdapat kontraindikasi


terhadap pemberian tokolitik.
- Pada kasus diberikan terapi berupa,
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Dexamethason 3 amp/24 jam
- PO. Histolan 2x1 tab

- Pemberian injeksi Ceftriaxone ditujukan


sebagai antibiotic profilaksis, guna
mencegah terjadinya infeksi pada ibu dan
janin
Pemberian kortikosteroid, dalam kasus ini
diberikan Inj. Dexametason, bertujuan
untuk pematangan paru janin bila usia
kehamilan <35 minggu.

Deksametason tersedia dalam bentuk


deksametason sodium phosphate
solution dengan waktu paruh 36-72 jam.
Regimen pemberian kortikosteroid yang
direkomendasikan oleh RCOG tahun 2010
adalah 4 dosis deksametason 6 mg tiap 12
jam selama 2 hari, diberikan
intramuskuler.
Definisi

Kehamilan dan persalinan setelah wanita melahirkan


dengan seksio sesarea akan mendapat risiko tinggi
terjadinya morbiditas dan mortalitas yang meningkat
berkenaan dengan parut uterus.
Konseling wanita hamil dengan parut uterus umumnya
adalah sama seperti kehamilan normal, hanya yang
harus diperhatikan bahwa konseling ditekankan pada:

• Persalinan harus dilakukan di rumah sakit dengan


peralatan yang memadai untuk kasus persalinan
dengan parut uterus.
• Konseling mengenai rencana keluarga berencana
untuk memilih keluarga kecil dengan cara
kontrasepsi mantap.
Direncanakan untuk dilakukan SS primer pada
kehamilan 37 minggu, apabila ditemukan:

• Indikasi SS sebelumnya adalah penyebab


tetap seperti panggul sempit absolut.
• Bila diketahui jenis insisi SS sebelumnya
adalah insisi corporal (SS klasik)
• Bila SS sudah dilakukan sebanyak 2 kali
atau lebih. Anjurkan tindakan sterilisasi.
Bila penyebab SS bukan penyebab tetap dan tidak ada kontraindikasi ibu

dicoba untuk melahirkan pervaginam. Ibu harus dianjurkan untuk mau

mencoba persalinan per vaginam, dan dijelaskan keuntungan persalinan per

vaginam antara lain lebih rendahnya morbiditas ibu dan anak pada persalinan

pervaginam, lebih singkat lama perawatan, dan lebih murah biayanya. Ibu

juga harus diberi tahu tentang kontra indikasi, kemungkinan gagal dan

kemungkinan adanya komplikasi (untuk mendapat informed consent).


Hal yang perlu diperhatikan dalam antisipasi terjadinya
komplikasi kehamilan maupun persalinan ini adalah sebagai
berikut :

• Selama kehamilan perlu konseling mengenai bahaya


persalinan pada kasus parut uterus.
• Tidak diperkenankan ibu bersalin di rumah atau puskesmas
pada kasus parut uterus. Perlu konseling bahwa risiko
persalinan untuk terjadinya dehisens dan ruptura uteri adalah
tinggi, sehingga perlu dilakukan rujukan segera.
• Di rumah sakit perlu fasilitas yang memadai untuk menangani
kasus seksio sesarea emergensi dan dilakukan seleksi ketat
untuk melakukan persalinan pervaginam dengan parut uterus.
Prosedur Persalinan Pervaginam dengan
Parut Uterus (Menurut ALARM International)
Hal dasar yang perlu diperhatikan :

• Identifikasi pasien apakah memenuhi syarat untuk dilakukan


pertolongan persalinan pervaginam.
• Jelaskan dengan cermat mengenai rencana pertolongan
persalinan dengan diakhiri penandatanganan persetujuan
pasien/keluarga.
• Persiapkan pemantauan ibu dan janin dalam persalinan secara
terus-menerus termasuk pencatatan denyut jantung tiap 30
menit.
• Persiapkan sarana operasi segera untuk menghadapi kegagalan
VBAC/TOLAC
Pemilihan Pasien

• Kenali jenis operasi terdahulu


• Bila mungkin mengenal kondisi operasi terdahulu
dari laporan operasinya (adakah kesulitan atau
komplikasinya)
• Dianjurkan VBAC dilakukan hanya pada uterus
dengan luka parut sayatan transversal Segmen
Bawah Rahim (SBR)
Kontra Indikasi VBAC

• Bekas SS klasik
• Pernah histerostomi/histerorafi
• Pernah miomektomi (yang mengenai cavum uteri)
• Kontraindikasi relative, misalnya panggul sempit relative
• Dua atau lebih luka parut transversal di SBR.
• Kehamilan ganda.
• Terdapat indikasi SS pada kehamilan saat ini (plasenta
previa, gawat janin, dsb)
Kala I

• Lakukan pemeriksaan laboratorium rutin dan persediaan


darah
• Dokter anestesi dan dokter anak harus diberitahu akan
kemungkinan dilakukan tindakan SS sewaktu-waktu
• Infus dipasang selama persalinan
• Selama fase aktif dilakukan pemantauan denyut jantung
janin secara kontinyu. Bila terjadi inersia uteri hipotonik,
dilakukan amniotomi, observasi his selama 1 jam, bila
tidak ada perbaikan, lakukan SS.
Kala II
• Bila kepala diatas station 0:
• Pimpin meneran selama 15 menit
• Bila tidak ada kemajuan lakukan SS
• Bila ada kemajuan, disa dipimpin sampai
15 menit lagi.
• Bila belum lahir, lakukan partus buatan.
Daftar
DaftarPustaka
Pustaka
•  Wiknajosastro, Hanifa. Prof.dr.DSOG. Ilmu
Kebidanan, yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2007
• Cunningham, Macdonald. William Obstetrics.
22th edition. Appleton and Lange. Stanford
Connecticut. 2007
Terima
TerimaKasih
Kasih

Anda mungkin juga menyukai