Anda di halaman 1dari 31

Haid dan Gangguan

Haid
Oleh : Yohanes Satrio, S.Ked I4061172075
Pembimbing: dr Desmy Adelia Sp.OG
Menstruasi
Menstruasi adalah proses keluarnya darah dari
dalam rahim yang terjadi karena luruhnya
lapisan dinding rahim bagian dalam yang
banyak mengandung pembuluh darah dan sel
telur yang tidak dibuahi.
Menstruasi Normal
• Kehilangan darah : < 80 ml
• Durasi : 2-7 hari
• Panjang siklus : 21 - 35 hari
Fisiologi Siklus Menstruasi
Parakrin & autokrin (hormon) pengatur fungsi ovarium (1):
1. Siklus fungsi ovarium dengan pematangan folikel-folikel,
ovulasi, formasi corpus luteum diatur oleh sistem kelenjar
hypothalamo-hipofisis.
2. Hipotalamus memproduksi gonadotropin-releasing
hormones (GnRH)
3. GnRH dibawa melalui sistem vena portal menuju kelenjar
hipofisis anterior
4. GnRH menyatu pada reseptor spesifik yang menginduksi
sekresi luteotropic hormone (LH) dan follicle-stimulating
hormone (FSH)
Fisiologi Siklus Menstruasi
Parakrin & autokrin (hormon) pengatur fungsi ovarium (2):

5. Pelepasan FSH dan LH bergantung pada GnRH dan terjadi setiap 90


menit (berkala).

6. Estradiol dan progestin mengatur transmisi neuro-kimia ke


hypothalamus untuk memproduksi GnRH (umpan balik negatif)

7. Endogen, opioid, katecholamin dan lain-lain memodulasi fungsi dari


neuron-neuron GnRH.
Fisiologi Siklus Menstruasi
Siklus Ovarium:

- Embrio perempuan mempunyai 4 - 7 juta folikel primordial.


- Pada saat pubertas hanya 400,000 folikel primordial tersisa.
- 30 – 35 tahun proses reproduksi mengkonsumsi semua folikel
(siklus bulanan menggunakan ratusan hingga ribuan folikel).
- Setiap bulan hanya satu folikel, dari ovarium kanan atau kiri
yang akan menjadi dominan dan menjadi folikel matang
(folikel deGraaf, berdiameter 25 mm).
- Seleksi dari folikel dominan terjadi pada hari ke 6 - 8 setelah
siklus.
Fisiologi Siklus Menstruasi

Ovulasi:
1. Reseptor LH pra ovulasi bermunculan pada sel granulosa
folikel dominan (FSH dependent)
2. Testosteron dari sel Theka beraromatisasi menjadi estradiol
di dalam sel granulosa
3. Bertambahnya estradiol menyebabkan kenaikan synthesis
dan penyimpanan LH (umpan balik mekanisme positif)
4. Jarak waktu antara produksi estradiol maksimal dari folikel
deGraaf dan pelepasan maksimal dari LH adalah 24 jam
5. 8 - 10 jam setelah puncak LH, akan diikuti dengan ovulasi
6. Konsentrasi fisiologis serum estradiol pada pertengahan
siklus, berjumlah hingga 250 pg/ml
Fisiologi Siklus Menstruasi
Corpus luteum (yellow body):
 Bekas folikel yang pecah setelah
ovulasi, berkembang menjadi
corpus luteum.
 Tanda sitomorfologisnya berupa
vaskularisasi baru dari sel granulosa
yang semula avaskuler
 Corpus luteum terhubung ke
sirkulasi dan reseptor-reseptor low
density lipoprotein (LDL) terbentuk.
 Sebagai hasilnya sel-sel granulosa
dapat menggunakan kolesterol
yang ada untuk biosintesis
progesteron
vaskularisasi baru dari
 Level maksimum serum Sel-sel granulosa
progesteron 15 ng/ml 6 sampai 8
hari setelah ovulasi
Fisiologi Siklus Menstruasi

Perubahan-perubahan Endometrium:
Endometrium mengandung: epithel mukosa,
epithel kelenjar, endometrial stroma,
jaringan ikat dengan fibroblas dan makrofag.
Estradiol menyebabkan proliferasi luas
endometrium akibat meningkatnya mitosis
seluler. Estradiol melekat ke reseptor
estrogen yang akan merangsang reseptor
progesteron. Endometrium akan menjadi
sensitif terhadap progesteron pada fase
sekresi dalam siklus.
Ketebalan Endometrium bertambah dari 1
mm pada hari ke-1 hingga 7-8 mm pada hari
ke 14.
Fisiologi Siklus Menstruasi
Corpus-luteum gravidum (Kehamilan):

• Bila terjadi fertilisasi dan implantasi, human choriogonadotrophin


(hCG), yang mirip dengan molekul LH, akan menstimulasi corpus
luteum, untuk menghasilkan progesteron secara berkesinambungan
untuk memelihara kehamilan.

• Bila tidak terjadi kehamilan, corpus luteum akan mengalami


”luteolysis“.

• Prostaglandins, sitokinin, dan growth factors seperti TNF-beta


(tumor necrosis factor), dan makrofag akan menginfiltrasi jaringan
kapiler sehingga menyebabkan regresi dari corpus luteum dan
terbentuk jaringan parut (corpus albicans).
Terminologi

• Menorrhagia • Dysmenorrhea
• Metrorrhagia • Amenorrhea
• Menometrorrhagia • Oligomenorrhea
• Polymenorrhea • Hypomenorrhea
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

Perdarahan uterus disfungsi adalah


perdarahan abnormal dari uterus (lama,
frekuensi, jumlah) yang terjadi di dalam
dan di luar siklus haid, tanpa kelainan
organ, hematologi dan kehamilan.
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

• Diagnosis
• Terjadinya perdaarahan pervaginam yang tidak
normal yang terjadi di dalam maupun di luar
siklus haid
• Tidak ditemukan kehamilan, kelainan organ
maupun hematologi
• Usia terjadinya ;
– Perimenars ( usia 8-16 tahun)
– Masa reproduksi (usia 16-35 tahun)
– Perimenopause (usia 45-65 tahun)
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

• Pemeriksaan penunjang
• Hematologi
• Permeriksaan hormone : FSH, LH, prolactin,
E2, progesterone dan prostaglandin
• Biopsi, dilatasi, kuret bila tidak ada
kontraindikasi
• USG
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)
• Terapi
• PUD Ovulasi
– Perdarahan pertengahan siklus
» Estrogen 0,625 – 1,25 mg hari ke 10-15 siklus
– Perdarahan bercak pra haid
» Progesteron 5-10 mg hari ke 17-26 siklus
– Perdarahan pasca haid
» Estrogen 0,625 – 1,25 mg hari ke 2-7 siklus
– Polimenore
» Progesteron 10 mg hari ke 18-25 siklus
• PUD Anovulasi
– Menghentikan perdarahan segera : kuret medisinalis
» Estrogen selama 20 hari diikuti progesterone selama 5 hari
» Pil KB kombinasi 2x1 tab selama 2-3 hari diteruskan 1x1
selama 21 hari
» Progesteron 10-20 mg selama 7-10 hari
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

• Terapi
• Setelah darah berhenti, lakukan
pengaturan siklus dengan:
– Estrogen + progesterone selama 3 siklus
– Pengobatan sesuai kelainan
» Anovulasi : stimulasi dg klomifen sitrat
» Hiperprolaktin : bromokriptin
» Ovarium polikistik : KS, lanjutkan
stimulasi dengan klomifen sitrat
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)
• Terapi
• Perdarahan banyak, Anemia (PUD berat)
– Estrogen konjugasi 25 mg IV diulang tiap 3-4 jam sampai
maksimal 3 kali atau progesterone 100 mg (etidinol asetat,
DMPA)
• Setelah darah berhenti, dilakukan pengaturan haid
– Kombinasi estrogen selama 20 hari dan diikuti progesterone
selama 5 hari untuk 3 siklus
– Setelah 3 bulan, pengobatan disesuaikan dengan kelainan
hormone yg ada
– Inhibitor prostaglandin dapat dipakai atau dikombinasikan
dengan terapi hormone
• Tidakan operatif dilakukan jika terpi hormonal tidak berhasil
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)

• Meliputi semua kelainan haid baik dalam


jumlah maupun lamanya dengan
manifestasi dapat berupa perdarahan
banyak, sedikit, siklus memanjang atau
tidak beraturan.
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)

• Klinis
• Akut
• Kronik
• Perdarahan tengah siklus (intermenstrual
bleeding)
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)

• Anamnesis
• Sikulus haid sebelumnya sebelum terjadi
perdarahan uterus abnormal, kemungkinan
adanya kelainan uterus, faktor resiko kelainan
tiroid, penambahan dan penurunan BB yang
drastis, serta riwayat kelainan hemostasis
• Pada pengguna pil kontrasepsi perlu
ditanyakan tingkat kepatuhannya dan obat lain
yang mungkin mengganggu koagulasi
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)
• Pemeriksaan penunjang
• USG transvaginal
• Penpisan kelainan hemostasis sistemik
• Pengambilan sampel endometrium hanya dilakukan pada :
– Usia > 45 th, memiliki faktor resiko secara genetic, USG
transvaginal menunjukkan penebalan endometrium kompleks,
DM, hipertensi, obesitas, nulipara, riw keluarga dengan
nonpolyposis colorectal cancer, PUA yang menetap (tidak respon
dengan pengobatan)
• SIS atau histerokopi bila dicurigai terdapat polip
endometrium atau mioma uteri submukosum
Amenore

• Amenore adalah :
• Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun tanpa
adanya tumbuh kembang seks sekunder
• Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun tetapi
terdapat tanda-tanda seks sekunder
• Telah terjadi haid namun haid terhenti untuk
masa 3 siklus atau 6 bulan atau lebih
Dismenorea

• Adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram


dan terpusat di abdomen bawah
• Nyeri bervariasi dari ringan-berat
• Keparahan berhubungan langsung dengan lama
dan jumlah darah haid

• Dismenorea
• Dismenorea primer
• Dismenorea sekunder
Dismenorea
• Dismenorea primer
• Nyeri haid tanpa ditemukan keadaan patologi panggung
• Berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan
oleh kontraksi myometrium sehingga terjadi iskemia
akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh
endometrium fase sekresi
– Dismenorea sekunder
• Nyeri haid yang berhubungan dengan berbagau
keadaan patologis di organ genitalia misalnyya
endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis
serviks, PID, perlekatan panggul atau IBS
Dismenorea

• Terapi
• NSAID
• Pil kontrasepsi kombinasi
– Bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan
pertumbuhan endometrium sehingga
mengurangi jumlah darah haid dan sekresi
prostaglandin serta kram uterus
– Progestin : MPA 5 mg atau didrogesteron
2x10 mg mulai haid hari ke 5-25
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai