Disusun Oleh :
dr. Reski Wulandari Roni
Pembimbing :
dr. Ferri Waluyo Wiwoho Pujojati Sp.OG
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 31 tahun
Paritas : G6P5A0
Alamat : jl. Patriot gn I RT 12
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
UK : 39-40 minggu
Tanggal masuk : 11 Mei 2020
B. Anamnesis
1. Keluhan utama : Perdarahan melalui jalan lahir sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit.
2. Riwayat penyakit sekarang :
G6P5A0 dengan uk 39-40 minggu Pasien dengan keterangan multigravida
mengeluh perdarahan pervaginam. Perdarahan terjadi sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit dan darah yang keluar berupa flek berwarna cokelat tanpa disertai
dengan keluhan lainnya, tidak nyeri pada abdomen. Sebelumnya pasien pernah
mengalami hal yang serupa pada bulan ke 7 kehamilan namun perdarahan yang
terjadi hanya sedikit, air ketuban belum merembes dan pasien masih merasakan
gerakan janin. Riwayat trauma yang mendahului sebelum terjadinya perdarahan
disangkal. Pasien merupakan pasien rutin ANC di poli Obgyn Rumkit Hardjanto,
dari pemeriksaan fisik dan USG yang dilakukan di poli didapatkan Plasenta
menutupi jalan lahir secara total. Pasien juga diketahui memiliki riwayat SC 2x
D. Status obstetric
1. Inspeksi
Kepala : Kloasma gravidarum (-)
Dada : Mammae tegang, areola dan paplilla mammae hiperpigmentasi
Abdomen : perut tampak membesar kedepan, stria gravidarum (+), bekas operasi
Caesar (+)
Urogenital : Tampak darah segar segar keluar dari vagina
2. Palpasi
Leopod I : teraba bagian besar, bulat dan lunak
Leopod II : Kanan : Teraba bagian yang memanjang, Kiri: teraba bagian
kecil-kecil dari janin, TFU : 33 cm, DJJ 144 x/mnt, His (-)
Leopod III : Teraba bagian bulat, keras, bagian terbawah belum masuk
panggul, teraba 5/5 bagian.
Leopod IV : Konvergen
3. VT : tidak dilakukan
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Hb : 9,9 gr%
Eritrosit : 4.1 juta
Leukosit : 8700 mm3
Basophil : 1%
Eosinophil : 1%
Segment : 71%
Limfosit : 22%
Monosit : 5%
Thrombosit : 187000 mm3
MCV : 83 FL
MCH : 26PG
MCHC : 31%
GDS : 64mg/dl
Creatinin : 0.4mg/dl
Ureum : 9 mg/dl
Gol. Darah : “AB”
HBsAg : negative
B20 : negative
Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
BPD: 9 ,0cm
AC: 30,1 cm
FL: 7 cm
US-GA 39w 3d
EFW 3200g
Kesan : plasenta previa totalis
F. Diagnosis
G6P5A0 uk 39-40 minggu dengan Plasenta Previa Totalis, Multigravida, hamil aterm,
belum dalam persalinan dengan riwayat SC 2X dan anak cukup
G. Terapi IGD
Advis dr. Ferri Sp.OG
Pro SCTP Elektif+MOW
Infus futrolit + RL 1:1 20 tpm
Inj. Terfacef Igr IV (Pre Op)
Observasi his, djj, dan perdarahan
Sedia darah PRC 1 kolf
H. Follow up kasus
1. Hari 1 (11-5-2020)
Ax: Perdarahan pervaginam (+) sedikit flek, gerak janin (+), air ketuban pecah
(-)
Px : KU : baik, compos mentis, tidak tampak anemis
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5˚C
DJJ (+) His (-) palpasi : janin tunggal, letak memanjang, puki,
presentasi kepala, DJJ = 144x/menit, TFU = 33 cm
PD : tidak dilakukan
Dx : G6P5A0 uk 39-40 minggu dengan Plasenta Previa Totalis, Multigravida,
hamil aterm, belum dalam persalinan dengan riwayat SC 2X dan anak cukup
Tx : Pertahankan kehamilan, Bed rest total, IVFD futrolit + RL 1:1. Observasi
perdarahan
Terapi post op
Advice dr. Ferri, Sp.OG
Boleh pindah ruangan biasa
Inj. Terfacef 2gr iv
Inj, Metronidazol 500mg/8jam iv
Inj. Ketorolac 30mg/8jam iv
Inj. Santagesik STOP
Inj. Asam Traneksamat 1gr/8jam iv
Dulcolax supp 2 tab (ekstra)
VIP Albumin 3x2 tab
Tansfusi STOP
Observasi ku,VS dan kesadaran / 6 jam
Advis dr. Afrizal Sp. An
Boleh pindah bangsal
Observasi ku,VS dan kesadaran/6 jam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2-
3 cm. Beratnya 500-600 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan 16
minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan kearah korion. Letak
plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah
fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas,
sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Plasenta terdiri atas tiga bagian, antara
lain:
1. Bagian janin (fetal portion). Terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili dari
plasenta yang lengkap terdiri atas:
- Vili korialis
- Ruang-ruang interviler. Darah ibu yang berada dalam ruang interviler
berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua basalis. Pada sistol, darah
dipompa dengan tekanan 70-80mmHg ke dalam ruang interviler, sampai
pada lempeng korionik (chorionic plate) pangkal dari kotiledon-kotiledon.
Darah tersebut membanjiri vili koriales dan kembali perlahan-lahan ke
pembuluh balik (vena) di desidua dengan tekanan 8mmHg.
- Pada bagian permukaan janin, plasenta diliputi oleh amnion yang kelihatan
licin. Di bawah lapisan, amnion ini berjalan cabang-cabang pembuluh
darah tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada plasenta bagian
permukaan janin.
2. Bagian maternal (maternal portion). Terdiri atas desidua kompakta yang terbentuk
dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah). Desidua basalis pada plasenta
matang disebut lempeng korionik (basal), dimana sirkulasi utero-plasental
berjalan ke ruang-ruang intervili melalui tali pusat. Jadi, sebenarnya peredaran
darah ibu dan janin adalah terpisah. Pertukaran terjadi melalui sinsitial membran
yang berlangsung secara osmosis dan alterasi fisiko-kimia.
3. Tali pusat, merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan janin.
Panjangnya rata-rata 50-55cm, sebesar jari (diameter 1-2,5cm). Pernah dijumpai
tali pusat terpendek ½ cm dan terpanjang 200 cm. Struktur terdiri atas 2
aa.umbilikalis dan 1 v.umbilikalis serta jelly Wharton.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit
pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-
perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24
minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel
berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi
lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan
lebih mendekati lapisan tropoblast.
B. DEFINISI
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutup sebagian atau seluruh pembukaaan jalan
lahir (ostium uteri internum). Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4-0,6 % dari
keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50
per 1000 kelahiran hidup. Insidens berganda pada kehamilan kembar seperti kembar dua atau
tiga. Wanita berumur lebih dari 30 tahun cenderung mendapat plasenta previa.
Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar
yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan
membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus dan pada
tali pusat bayi yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi.
C. ETIOLOGI
Etiologi plasenta previa belum jelas. Vaskularisasi yang berkurang atau perubahan
atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa
tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk
sebagian besar pada penderita dengan paritas yang tinggi. Perdarahan tanpa alasan dan tanpa
rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Beberapa faktor
predisposisi terjadinya plasenta previa adalah sebagai berikut:
a. Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun).
b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik dan
inflamatorotik.
c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC, Kuret, dll).
d. Chorion leave persisten.
e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
f. Konsepsi dan nidasi terlambat.
g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
Pada suatu penelitian didapatkan bahwa, riwayat persalinan dengan sectio cessarian
meningkatkan kejadian plasenta previa pada kehamilan berikut nya.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan
fisiologik. Seiring dengan perkembangan kehamilan, pendataran serta pembukaan servix,
klasifikasi plasenta previa dapat berubah. Secara umum plasenta previa diklasifikasikan
menjadi:
a. Plasenta previa totalis atau komplit, yaitu bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri
internum.
b. Plasenta previa parsialis, bila plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.
c. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada pinggir ostium uteri internum.
d. Plasenta letak rendah, bila tepi bawah plasenta berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum.
Gambar 1. Klasifikasi plasenta previa.
Menurut de Snoo, klasifikasi plasenta previa berdasarkan pembukaan 4 -5 cm adalah:
a. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi
seluruh ostium.
b. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh
plasenta, dibagi 3 :
1. Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian
belakang.
2. Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian
depan.
3. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang
ditutupi plasenta.
Klasifikasi plasenta previa menurut Browne adalah:
a. Tingkat 1, Lateral plasenta previa: Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen
bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b. Tingkat 2, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir pembukaan (Ostium).
c. Tingkat 3, Complete placenta previa: plasenta menutupi ostium waktu tertutup dan tidak
menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
d. Tingkat 4, Central placenta previa: plasenta menutupi seluruh ostium pada pembukaan
hampir lengkap.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan,antara lain:
1. Anamnesis
Gejala pertama yang membawa pasien ke dokter atau rumah sakit ialah perdarahan pada
kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester III), puncak insidens pada
kehamilan 34 minggu. Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless),
dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan
terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah.
Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar Inspeksi
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku
dan sebagainya
- Kalau telah berdarah banyak maka ibu akan kelihatan anemis
Palpasi
- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
- Sering dijupai kesalahan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih
goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul- Bila cukup
pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada
ibu yang kurus. Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk
dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia.
3. Pemeriksaan dengan Alat
- Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum
- Pemeriksaan USG
a) Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 %
identifikasi plasenta previa
b) Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %
- MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta, dan
plasenta perkreta.
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding plasenta previa antara lain solusio plasenta, vasa previa, laserasi
serviks atau vagina. Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat dilihat dengan
inspekulo.Vasa previa, dimana tali pusat berkembang pada tempat abnormal selain di tengah
plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus menyilang servix. Vasa previa merupakan
keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada
selaput ketuban. Hal ini dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah yang mengancam janin.
Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan
juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka
akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi,
khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan antepartum adalah
mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak, untuk itu harus segera diperbaiki
keadaan umumnya dengan pemberian cairan atau tranfusi darah. Selanjutnya dapat dilakukan
penanganan lanjutan yang disesuaikan dengan keadaan umum, usia kehamilan, jumlah
perdarahan, maupun jenis plasenta previa.
a) Penanganan pasif/ penanganan ekspektatif
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.
Kriteria : Umur kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada tanda-tanda
persalinan, keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih. Penanganan berupa :
- Rawat inap, tirah baring mutlak, berikan antibiotik profilaksis.
b) Penanganan aktif
Kriteria: umur kehamilan 37 minggu, BB janin 2500 gram, perdarahan banyak 500 cc
atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum pasien tidak baik, ibu anemis
(Hb < 8 gr%).
Seksio Cesaria
Prinsip utama dalam melakukan seksio cesarea adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup,
tindakan ini tetap dilakukan. Persiapan darah pengganti untuk stabilisasi dan
pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan
perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-keluar. Tujuan seksio sesarea :
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber
perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus
uteri
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin
dilahirkan pervaginam
Indikasi Seksio cesarea :
- Plasenta previa totalis.
- Plasenta previa pada primigravida.
- Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
- Anak berharga dan fetal distress
- Plasenta previa lateralis jika :
1. Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
2. Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
3. Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
- Profuse bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.
I. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari plasenta previa adalah:
a. Perdarahan dan syok.
b. Infeksi.
c. Laserasi serviks.
d. Plasenta akreta.
e. Prematuritas atau lahir mati.
f. Prolaps tali pusat.
g. Prolaps plasenta.
J. PROGNOSA
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan
morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10 % dan mortalitas janin 50-80 %.
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan ibu
dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,2 -5% terutama disebabkan
perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun
menjadi 7-25 %, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan
persalinan buatan. Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena
plasenta rendah sekali atau tak ada sama sekali.
BAB III
ANALISA KASUS
Dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa pasien seorang G6P5A0 datang dengan
keluhan keluar darah segar dari jalan lahir sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, kenceng-
kenceng tidak dirasakan gerak janin (+), air ketuban keluar (-).Pada pemeriksaan fisik
didapatkan perut yang membesar sesuai umur kehamilan pada inspeksi. Pada palpasi, janin
tunggal, letak memanjang, punggung di sebelah kiri, presentasi kepala. DJJ = 144 x/menit,
TFU = 33 cm, nyeri tekan (-). Pada pemeriksaan penunjang (USG) didapatkan hasil Janin
tunggal, memanjang, preskep, nampak plasenta menutupi OUI, BPD: 9 ,0cm, AC: 30,1 cm,
FL: 7 cm, US-GA 39w 3d, EFW 3300g dengan kesan plasenta previa totalis
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan dari jalan lahir yang terjadi setelah
umur kehamilan 22 minggu , umumnya terjadi pada triwulan ketiga atau setelah kehamilan
placenta previa, solusio plasenta, rupture sinus marginalis dan vasa previa.
Pada pasien ini perdarahan antepartum yang terjadi akibat dari plasenta previa yaitu
suatu keadaan dimana letak plasenta yang abnormal, pada segmen bawah uterus sehingga
plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Hal ini didukung oleh terjadinya perdarahan dari jalan
lahir berupa darah merah segar, tidak terasa nyeri, terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab pada
trimester 3 (usia kehamilan 33+3 minggu) serta hasil USG yang menunjukkan pertumbuhan
plasenta pada SBR anterior yang member kesan plasenta previa totalis.
Perdarahan pervaginam pada plasenta previa terjadi tiba-tiba tanpa sebab. Hal ini
terjadi karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung berkelanjutan secara bertahap
dan perlahan, laserasi baru akan terjadi dan perdarahan pun akan berulang sekalipun tanpa
sebab, seperti coitus ataupun trauma. Perdarahan dapat pula terjadi karena pinggir plasenta
terlepas akibat tidak dapat mengikuti kontraksi uterus (Braxton Hicks/kontraksi palsu) yang
meningkat pada kehamila aterm. Plasenta previa juga memiliki faktor resiko, salah satunya
yang sesuai dengan pasien ini adalah riwayat operasi sebelumnya. Berdasarkan literature
diketahui bahwa pada wanita dengan riwayat operasi sebelumnya terdapat jaringan parut
pada uterus yang menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga
plasenta menjadi lebih tipis dan mencakup daerah uterus yang lebih lama.
pasien (kadar Hb>8gr%), umur kehamilan, banyaknya perdarahan, serta ada tidaknya tanda
persalinan. Pada awal masuk rumah sakit dilakukan manajemen ekspektatif terhadap pasien
ini. Hal ini sesuai dengan beberapa kriteria manajemen ekspektatif, antara lain umur
kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan
umum pasien baik (Hb = 9,8 gr%). Manajemen ini bertujuan supaya janin tidak lahir
- Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium
uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan
dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan
KESIMPULAN
2. Terdapat 4 derajat kelainan dari plasenta, antara lain plasenta previa totalis, plasenta
previa parsial, plasenta previa marginal, serta plasenta previa letak rendah
3. Dalam kasus ini hanya terdapat 1 cara persalinan, yaitu dengan sectio caesaria
dikarenakan plasenta yang menutupi seluruh jalan lahir dan tidak memungkinkan
4. Penanggulangan yang baik akan menurunkan kemungkinan kematian pada ibu atau
1. Bhatt AD, Meena A, Desai MR. Maternal and Perinatal Outcomes in Cases of Placenta
Previa. International Journal of Science and Research 2014; 3: 299- 301.
2. Benirschke K, Burton GJ, Baergen RN. Pathology of The Human Placenta, 6th ed.
Berlin: Springer, 2012.
3. Cunningham Gary F, Leveno J Kenneth, Bloom L Steven, Hauth C John, III Gilstrap
Larry, Wenstrom D Katharine. Williams Obstetrics 22ND EDITION 2005.
4. Dewi, Vivian ,. Nanny, Lia. (2011). Postpartum Maternity Care. Jakarta: Salembe
Medika
5. Hasegawa J, Nakamura M, Hamada S, et al. Prediction of hemorrhage in placenta previa.
Taiwanese Journal of Obstetrics & Gynecology 2012: 3-6.
6. Crane JMG, Hof MCVD, Dodds L, Armson BA, Liston R.Neonatal Outcomes With
Placenta Previa. The American College of Obstetricians and Gynecologists 1999; 93:
541-544
7. Rosenberg T, Pariente G, Sergienko R, Wiznitzer A, Sheiner E.Critical analysis of risk
factors and outcome of placenta previa. Archives of Gynecology and Obstetrics 2011;
284: 47-51
8. . Ngeh N, Bhide A. Antepartum haemorrhage. Current Obstetrics & Gynecology 2006:
79-83.
9. Thomson A, Ramsay J. Antepartum Haemorrhage. RCOG Green-top Guideline No 63 1st
edition 2011.
10.Premila S, Arulkumaran S. Massive and recurrent antepartum haemorrhage. Obstetrics,
Gynecology & Reproductive Medicine 2008; 18: 307-311.
11.Hung TH, Hsieh CC, Hsu JJ, Chiu TH, Lo LM, Hsieh Ts-Ta. Risk factors for placenta
previa in an Asian population. International Journal of Gynecology & Obstetrics 2007;
97: 26-30
12.Johnston TA, Paterson-Brown MS. Placenta Praevia, Placenta Praevia Accreta and Vasa
Praevia: Diagnosis and Management. RCOG Green – top Guideline No 27 2011
13.Johnston TA, Paterson-Brown MS. Placenta Praevia, Placenta Praevia Accreta and Vasa
Praevia: Diagnosis and Management. RCOG Green – top Guideline No 27 2011
14.Karkata MK, editor. Postpartum Hemorrhage (PPH). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2010
15.Martel MJ, SK S. Hemorrhagic Shock. SOGC Clinical Practice Giudelines No 115 2002.
16.Malhotraa M, Sharmaa JB, Batraa S, Sharmab S, Murthyb NS, Arora R. Maternal and
perinatal outcome in varying degrees of anemia. International Journal of Gynecology &
Obstetrics 2002; 79: 93-100.
17.Blackwell SC. Timing of Delivery for Women with Stable Placenta Previa. Seminars in
Perinatology 2011; 35: 249-251.
18.Daskalakisa G, Simoua M, Zacharakisa D, et al. Impact of Placenta Previa on Obstetric
Outcome. International Journal of Gynecology & Obstetrics 2011; 114: 238-241
19.Gurol-Urganci I, Cromwell DA, Edozien LC, et al. Risk of Placenta Previa in Second
Birth After First Birth Cesarean Section: A Population-Based Study and Meta-Analysis.
BMC Pregnancy and Childbirth 2011; 95: 1-10.