SKENARIO 1 BLOK 2
Oleh: Tutorial G
Anggota:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
LEARNING OBJECTIVES (LO)
1. Menguraikan Emriologi
2. Menguraikan pemeriksaan ANC
3. Menguraikan Fisiologi Maternal
4. Menguraikan Indikasi USG Abdominal dan Transvaginal
5. Menguraikan perbedaan pelayanan Dokter dan Bidan
6. Menguraikan Organogenesis
7. Menguraikan kelainan Kongenital
8. Menguraikan faktor pengganggu Kehamilan
9. Manfaat mempelajari Anatomi dan Terminologi
PEMBAHASAN
1. Menguraikan Embriologi
Terdiri dari 2 fase :
1. Gametogenesis
2. Proses perkembangan embrio
Ruang Lingkup Embriologi
1. Embriologi deskriptif
Menjelaskan proses perkembangan embrio
2. Embriologi komparatif
Membandingkan embrio berbagai spesies karena spesies yang satu dengan
yang lain berbeda
3. Embriologi eksperimental
Analisis terhadap faktor-faktor dan hubungan dalam perkembangan embrio,
yang diperoleh dengan melakukan prosedur percobaan pada embrio.
4. Embriologi fisiologi
Proses faal kimia untuk embrio
5. Teratologi
Mempelajari perkembangan abnormal/kelainan dan pembentukan anomali
congenital/cacat bawaan pada embrio.
6. Ginekologi
Mempelajari seluk-beluk wanita dan alat reproduksi wanita.
Gametogenesis
1. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina atau sel telur dari
oogonia dan berlangsung di dalam ovarium hewan betina. Pada wanita genetik,
setelah tiba di gonad sel germinativum primordial berdeferensiasi menjadi
oogonia. Sel-sel ini mengalami sejumlah pembelahan mitotik, dan pada akhir
bulan ketiga sel-sel ini tersusun dalam kelompok-kelompok yang dikelilingi oleh
satu lapisan sel epitel gepeng. Sementara semua oogonia dalam satu kelompok
mungkin berasal dari satu sel, sel epitel gepeng yang dikenal sebagai sel folikular,
berasal dari epitel permukaan yang menutupi ovarium.
Embriogenesis
Menurut Dorland’s Illustrated Medical Dictionary, Embriogenesis adalah
:1.produksi dari embrio; 2.perkembangan dari individu yang baru yang terjadi
secara seksual yaitu dari zigot. Secara umum, embriogenesis adalah proses
pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat
tahap-tahap awal dari perkembangan manusia. Tepatnya, embriogenesis terjadi
pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi
sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan manusia (Langman,1994).
a. Embriologi Minggu Pertama
Terjadi proses fertilisiasi di ampula tuba uterina
HARI KE 0
Terjadi proses pronukleus pria dan wanita
Pembelahan mitotik pertama
HARI KE 1-2
Stadium 2 sel
Terbentuk morula yang mengandung 12-16
HARI KE 3-4 blastomer
Morula tiba di lumen uterus
HARI KE 5 Stadium Blastokista
HARI KE 6-7 Zona pelusida telah lenyap
HARI KE 8-9 Fase Implementasi
o Fertilisasi
Fertilisasi (pembuahan), proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di
daerah ampula tuba uterina. Ini adalah bagian terlebar dari tuba dan terletak dekat
dengan ovarium. Spermatozoa mungkin dapat hidup di dalam saluran reproduksi
wanita selama beberapa hari.
Hanya 1% sperma yang mengendap di vagina masuk ke serviks, tempat
sperma tersebut ,mungkin bertahan hidup berjam-jam. Pergerakan sperma dari
serviks ke tuba uterine terutama terjadi melalui dorongan dirinya sendiri,
meskipun gerakan tersebut juga mungkin dibantu oleh gerakan cairan yang
tercipta oleh silia uterus. Perjalanan dari serviks ke ovidukstus memerlukan waktu
minimal 2 sampai 7 jam dan setelah mencapai istmus, sperma menjadi kurang
gesit dan berhenti bermigrasi. Saat ovulasi, sperma kembali gesit mungkin karena
kemoatraktan yang dihasilkan oleh sel-sel cumulus di sekitar telur dan berenang
menuju ampula (tempat biasanya pembuahan terjadi). Spermatozoa tidak mampu
membuahi oosit segera setelah tiba di saluran genitalia wanita karena harus
menjalani kapasitasi dan reaksi akrosom untuk memperoleh kemampuan ini.
Kapasitasi
Kapasitasi adalah periode pengondisian saluran reproduksi wanita yang
pada manusia berlangsung sekitar 7 jam. Sebagian besar dari pengondisian ini,
yang terjadi di tuba uteriona melibatkan interaksi epitelial antara sperma dan
permukaan mukosa tuba. Selama periode ini, selubng glikoprotein dan protein
plasma semen disingkirkan dari membrane plasma yang menutupi regio akrosom
spermatozoa. Hanya sperma yang telah terkapasitasi dapat menembus sel-sel
korona radiata dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom
Terjadi setelah pengikatan ke zona pelusida dipicu oleh protein-protein
zona. Reaksi ini memuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk
menembus zona pelusida termasuk bahan mirip-akrosin dan mirip-tripsin.
Ada 3 fase pembuahan, yaitu:
a. Fase 1: Penetrasi Korona Radiata
Dari 200 sampai 300 juta spermatozoa yang diletakkan di saluran genitalia
wanita, hanya 300 sampai 500 yang mencapai tempat pembuaham. Hanya salah
satu dari jumlah ini yang membuahi sel telur. Diperkirakan bahwa spermatozoa-
spermatozoa yang lain membantu spermatozoa yang membuahi untuk menembus
sawar pelindung gamet wanita. Sperma yang telah menjalani kapasitasi dapat
bebas melewati sel-sel korona
b. Fase 2: Penetrasi Zona Pelusida
Zona ini adalah suatu selubung glikoprotein yang mengelilingi sel telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan memicu reaksi
akrosom. Baik pengikatan maupun reaksi akrosom diperantai oelh ligan ZP3,
suatu protein zona pelusida. Pelepasan enzim-enzim akrosom (akrosin)
memungkinkan sperma menembus zona dan berkontak dengan membrane plasma
oosit. Permeailitas zona pelusida berubah ketika koelada sperma berkontak
dengan permukaan oosit. Kontak ini menyebabkan pelepasan enzim-enzim
lisosom dari granula korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Sebaliknya,
enzim-enzim mengubah sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk mencegah
penetrasi sperma dan menginaktifkan tempat-tempat reseptor spesifik-spesies
untuk spermatozoa di permukaan zona. Spermatozoa lain dapat ditemukan
terbenam di zona pelusida, tetapi hanya satu tampaknya dapat menembus oosit.
c. Fase 3: Fusi Membran Sel Sperma dan Oosit
Pelekatan awal sperma ke oosit sebagian diperantai oleh interaksi integrin
oosit dan ligannya, disintegrin, di sperma. Setelah melekat, membrane plasma
sperma dan sel telur menyatu. Karena membrane plasma yang membungkus
tudung kepala akrosom lenyap saat reaksi akrosom, penyatuan sebenarnya terjadi
antara membrane oosit dan membrane yang membungkus bagian posterior kepala
sperma. Pada manusia, baik bagian kepala maupun ekor spermatozoa masuk ke
dalam sitplasma oosit tetapi membrane plasma ditinggalkan di belakang di
permukaan oosit.
Hasil pembuahan:
a. Pengembalian jumlah kromosom yang diploid
b. Penentuan jenis kelamin kromosom
c. Dimulainya pembelahan
o Pembelahan
Pembelahan ini menghasilkan bertambahnya jumlah sel, blastomer yang
menjadi semakin kecil pada setiap pembelahan. Setelah tiga kali pembelahan,
blastomer mengalami pemampatan menjadi lapisan dalam dan lapisan luar.
Blastomer yang mampat tersebut membelah membentuk sebuah morula 16 sel.
o Pembentukan blastokista
Ketika morula memasuki rongga rahim, pada hari ketiga atau keempat setelah
pembuahan, mulailah terlihat sebuah rongga (terbentuk dari cairan yang masuk ke
morula dan menghilangkan zona pelusida sehingga ruang antarsel menjadi
konfluen) dan terciptalah balstokista. Massa sel dalam akan berkembang menjadi
embrionya sendiri dan terletak di satu kutub blastokista tersebut. Massa sel luar
mengelilingi sel-sel dalam tersebut serta rongga blastokista akan membentuk
trofoblas.
3. CRL: Crown Rump Length. Yaitu ukuran jarak dari puncak kepala ke
‘ekor’ bayi. Ini juga biasa digunakan dokter untuk mengukur janin di
usia kehamilan trisemester awal.
4. BPD: Biparietal diameter. Ini adalah ukuran tulang pelipis kiri dan
kanan. Biasa digunakan untuk mengukur janin di trisemester dua atau
tiga.
6. Menguraikan Organogenesis
Menurut Langman (1994), selama perkembangan minggu ke-3 sampai
minggu ke-8, suatu massa yang dikenal sebagai massa embrionik atau masa
organogenesis (proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk
hidup(hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-
masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula), masing-masing
lapisan dari ketiga lapisan mudigah ini membentuk banyak jaringan dan organ
yang spesifik. Menjelang masa akhir embrionik ini, sistem-sistem organ telah
terbentuk. Karena pembentukan organ ini, bentuk mudigah banyak berubah
dan ciri-ciri utama bentuk tubuh bagian luar sudah dapat dikenali menjelang
bulan kedua. Masa mudigah berlangsung dari perkembangan minggu keempat
hingga kedelapan dan merupakan masa terbentuk jaringan dan sistem organ
dari masing-masing lapisan mudigah. Sebagai akibat pembentukan organ, ciri-
ciri utama bentuk tubuh mulai jelas.
a. Mekanisme Pembentukan Organ
Induksi bertahap dan interaksi sel
Pertumbuhan (proliferasisel) atau degenerasi sel(apoptosis)
Migrasi atau perpindahan kelompok sel
Diferensiasi
Ektoderm
Lapisan ektoderm membentuk organ dan struktur-struktur yang
memelihara hubungan dengan dunia luar.
(a) susunan saraf pusat;
(b) sistem saraf tepi;
(c) epitel sensorik telinga, hidung dan mata;
(d) kulit, termasuk rambut dan kuku;
(e) kelenjar hipofisis, kelenjar mammae, dan kelenjar keringat serta
email gigi.
Pada awal minggu ketiga, lapisan mudigah ektoderm berbentuk cakram
datar, dengan daerah kranial lebih luas dari bagian kaudal.Karena adanya induksi
dari notokord, ektoderm yang berada di atasnya menebal membentuk lempeng
saraf. Kemudian sel-sel lempeng saraf ini membentuk neuroektoderm. Induksi
pembentukan neuroektoderm ini merupakan awal dari proses neurulasi.
Pada akhir minggu ketiga, tepi lateral lempeng saraf terangkat naik ke atas
membentuk lipat-lipat saraf. Kedua lipat saraf mendekat di garis tengah (bakal
leher), kemudian berjalan menuju arah kranial dan kaudal, terbentuklah tuba
neuralis.Pada saat lipat-lipat saraf menyatu, sel-sel pada tepi lateral pada
neuroektoderm mendesak jaringan-jaringan tetangga. Populasi sel ini dikenal
sebagai krista neuralis.
Lapisan Ektodermal berdiferensiasi menjadi:
1. Ektoderm Luar (Epidermis)
a) Epidermis
b) Rambut
c) Kuku
d) Kelenjar sebaceous
e) Epitelium mulut (Kelenjar hipofise anterior, Enamel gigi, Epitelium
pipi)
f) Lensa mata, kornea
2. Neuroektoderm
a. Krista Syaraf (Neural crest cells)
a) Susunan Syaraf Tepi (SST) (Sel Schwann, Sel Neuroglia, Susunan
syaraf simpatis, Susunan syaraf parasimpatis)
b) Medula Kelenjar Adrenal
c) Sel Melanosit
d) Tulang rawan wajah
e) Dentin gigi
b. Buluh Syaraf (Neural tube)
a) Otak
b) Kelenjar hipofise posterior
c) Medula Spinalis
d) Syaraf motorik
e) Retina mata
Mesoderm
Derivat Mesoderm dibagi dalam 5 wilayah :
Korda mesoderm
o Membentuk notochord (sumbu tubuh)
Mesoderm dorsal (paraksial)
o Membentuk somiter (sel-sel mesoderm) dan masenkim di kepala serta
tersusun sebagai somit-somit di segmen oksipital dan kaudal
o Membentuk jaringan ikat tubuh, tulang otot, tulang rawan dan dermis
Mesoderm Intermediet
o Membentuk sistem urogenital/system ekskresi
Mesoderm lateral
o Membentuk sistem sirkulasi, permukaan rongga tubuh dan komponen
anggota tubuh
o Terdiri dari :
Lapisan mesoderm somatic/parietal : satu lapisan yang
membungkus amnion
Lapisan mesoderm splanknik/varietal : satu lapisan yang
membungkus kantong kuning telur
Mesoderm kepala
o Membentuk otot pada wajah/muka
Diferensiasi Somit :
miotom (jaringan otot)
skeletom (tulang rawan dan sejati)
dermatom (jaringan subkutan kulit)
Endoderm
Saluran pencernaan primitif terbagi menjadi 3 bagian, yaitu usus depan (fore
gut), usus tengah (mid gut), dan usus belakang (hind gut).
Usus depan: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron
bagian anterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik.
Usus depan akan menjadi rongga mulut, faring, esofagus, lambung dan
duodenum.
Usus tengah: daerah arkenteron antara usus depan dan usus belakang.
Usus tengah akan menjadi yeyunum, ileum dan kolon
Usus belakang: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron
bagian posterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik. Usus
belakang akan menjadi rektum dan kloaka atau anus.
Epitel saluran pencernaan terbentuk dari endoderm, kecuali epitel mulut dan anus
– dari ektoderm. Jaringan-jaringan/ struktur-struktur lain penyususn saluran
pencernaan dibentuk oleh mesoderm splanknik.
Gambar 6. Turunan-turunan endoderm. Diagram tabung usus (metenteron, gut)
beserta tonjolan-tonjolannya. (Sumber: Oppenheimer, 1980)
Pembentukan mulut
Mulut terbentuk pada bagian anterior usus depan. Invaginasi ektoderm
(= lekuk stomodeum) yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus
depan menyebabkan terbentuknya keping oral. Keping oral makin lama
makin menipis, akhirnya pecah menjadi lubang mulut.
Pembentukan anus
Anus terbentuk pada bagian posterior usus belakang. Invaginasi ektoderm
(= lekuk proktodeum)yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus
belakang menyebabkan terbentuknya keping anal.Keping anal makin
lama makin menipis, akhirnya pecah menjadi lubang anus.
Pembentukan hati
Tunas (divertikulum) hati timbul sebagai evaginasi ke arah ventaral dari
endoderm di antara bakal lambung dan duodenum. Tonjolan endoderm
tersebut dilapisi oleh mesenkim dan mesoderm splanknik. Tunas hati
kemudian bercabang-cabang membentuk hati, percabangan bagian distal
membentuk sel-sel parenkim sekretori, bagian proksimal membentuk sel-
sel duktus hepatikus.
Sel-sel hati (perenkim hati) dan sel-sel duktus hepatikus terbentuk
dari endoderm
Jaringan-jaringan lain dari hati dibentuk oleh mesenkim dan
mesoderm splanknik.
Dari bagian akar tunas hati timbul tonjolan yang lain, yaitu tunas kantung
empedu.
b) Spina Bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect yaitu suatu
celah pada tulang belakang yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa
vertebra gagal. menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Kelainan ini
biasanya disertai kelainan di daerah lain, misalnya hidrosefalus, atau gangguan
fungsional.
c) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Secara klinis, hidrosefalus kongenital dapat terlihat sebagai pembesaran kepala
segera setelah bayi lahir, atau terlihat sebagai ukuran kepala normal tetapi
tumbuh cepat sekali pada bulan pertama setelah lahir.
.
d) Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan di mana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan
tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan pembentuk otak. Salah satu gejala janin yang
dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil mengalami polihidramnion
(cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak). Prognosis untuk kehamilan
dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan
mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.
e) Omfalokel
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar
dinding perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam suatu kantong.
Omfalokel terjadi akibat hambatan kembalinya usus ke rongga perut dari posisi
ekstra-abdominal di daerah umbilicus yang terjadi dalam minggu keenam
sampai
kesepuluh kehidupan janin.
(2) Disrupsi
Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal.
Ini biasanya terjadi sesudah embriogenesis. Berbeda dengan deformasi yang
hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh
iskemia, perdarahan atau perlekatan. Misalnya helaian-helaian membran
amnion, yang disebut pita amnion, dapat terlepas dan melekat ke berbagai
bagian tubuh, termasuk ekstrimitas, jari-jari, tengkorak, serta muka.
Contoh:
a) Craniofacial
Craniofacial adalah masalah medis yang berhubungan dengan tulang
tengkorak dan tulang wajah. Kelainan craniofacial merupakan cacat lahir pada
wajah atau kepala. Beberapa kasus, seperti bibir sumbing, adalah kasus yang
paling banyak ditemukan, kasus yang lain sangat jarang. Kebanyakan cacat ini
memperngaruhi penampilang wajah dan kepala penderitanya. Kelainan ini
memugkinkan juga terjadi pada bagian tubuh yang lain. Kelainan ini
disebabkan oleh pita amnion yang pecah sebelum waktunya.
b) Atresia Esofagus
Dari segi anatomi, khususnya bila dilihat bentuk sumbatan dan
hubungannya dengan organ sekitar, terdapat bermacam-macam penampilan
kelainan kongenital atresia esophagus, misalnya jenis fistula trakeo-esofagus.
Dari bentuk esofagus ini yang terbanyak dijumpai (lebih kurang 80%) adalah
atresia atau penyumbatan bagian proksimal esofagus sedangkan bagian
distalnya berhubungan dengan trakea sebagai fistula trakeo-esofagus. Secara
klinis, pada kelainan ini tampak air ludah terkumpul dan terus meleleh atau
berbusa, pada setiap pemberian minum terlihat bayi menjadi sesak napas,
batuk, muntah, dan biru.
b) Talipes valgus
Talipes valgus terjadi karena produksi lemak pada kaki anak. Valgus bisa
disebabkan oleh penyakit Blount, yakni tulang kering melengkung dan tidak
secara tepat masuk dalam sendi lutut. Jika bengkoknya terlihat lebih pada satu
kaki saja, penyebabnya bisa karena hambatan pertumbuhan. Biasanya valgus
akan normal kembali saat anak usia 8 tahun.
Talipes Valgus ini mempunyai penyebabnya lain, yakni karena lembeknya
ligamen sebelah dalam. Begitu lembeknya sehingga waktu anak berdiri,
kakinya tidak dapat menunjang tubuh dengan baik. Ini juga baru tampak saat
bayi mulai dapat berdiri.
c) Talipes Kavus
Talipes kavus ialah kelainan tapak kaki yang berupa lengkungan (arch) lebih
tinggi dari kaki normal, dan sering kali jari kaki berbentuk cakar. Kelainan ini
mirip dengan deformitas yang terlihat pada penyakit neurologik yang otot
intriksiknya lemah atau lumpuh, ini menunjukkan bahwa pes kavus idiopatik
diakibatkan oleh jenis ketidakseimbangan otot yang serupa.
Jari kaki penderita pes kavus biasanya tertarik ke atas dalam posisi cakar,
kepala metatarsal ke bawah ke tapak kaki dan lengkungan pada pertengahan
kaki lebih nyata. Sering tumit terinversi dan jaringan lunak pada tapak kaki
kencang. Dibawah kepala metatarsal yang menonjol dapat terbentuk kalus.
Penderita kelainan pes kavus biasanya berada pada umur 8-10 tahun.
(4) Sindrom
Sindrom adalah kumpulan anomali yang terjadi bersamaan dan memiliki satu
penyebab spesifik. Kata ini menunjukkan diagnosis telah ditegakkan dan resiko
kekambuhan (pada kehamilan selanjutnya) diketahui. Sebaliknya, asosiasi
(keterkaitan) adalah kemunculan non-acak dua atau lebih anomali yang timbul
lebih sering dibandingkan jika terjadi hanya secara kebetulan, tetapi yang
penyebabnya belum diketahui.
Contoh:
a) Sindron Down
Sindron Down disebabkan oleh gagal berpisah kromosom nomor 21
sehingga individu penderita memiliki kromosom tambahan pada kromosom
nomor 21. Penderita sindrom ini memiliki tiga kromosom nomor 21. Hal ini
disebut juga trisomi 21. Pengaruhnya menyebabkan pertumbuhan mental
penderita terhambat, berkurangnya ketahanan tubuh terhadap infeksi, dan
tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Tingkat pertumbuhan mental pada
sindrom Down bervariasi pada setiap penderita. Kasus trisomi 21 dapat terjadi
pada sekitar 15 individu setiap 10.000 kelahiran. Pada ibu di atas 35 tahun,
kemungkinan terjadinya sindrom Down pada anak yang dilahirkannya lebih
tinggi dibandingkan pada ibu dengan umur 20-30 tahun (Levine & Miller,
1991: 223).
b) Sindrom Patau
Sindrom Patau disebabkan oleh aneuploidi pada autosom. Sindrom ini
disebabkan oleh trisomi pada kromosom nomor 13 dan ditemukan oleh K.
Patau pada 1960. Penderita sindrom ini memiliki ciri mata serius, kerusakan
otak dan peredaran darah, serta langit-langit mulut yang terbelah. Pada setiap
5.000 kelahiran dapat terjadi satu kasus penderita sindrom Patau. Bayi yang
dilahirkan dengan sindrom ini jarang bertahan hidup lebih dari satu tahun.
c) Sindrom Edwards
Sindrom Edwards kali pertama ditemukan pada 1960 oleh I.H. Edwards.
Kariotipe (45A + XX / XY), trisomik pada autosom. Autosomal kelainan pada
kromosom nomor 16, 17, atau 18. Ciri-cirinya yaitu mikrosefal disertai dengan
bagian belakang menonjol dari kepala ( tengkuk), telinga cacat, abnormal
rahang kecil (micrognathia); celah bibir / celah langit-langit, hidung terbalik,
sempitnya lipatan kelopak mata (fisura palpebral), luasnya mata spasi
(hypertelorism okular), sebuah tulang dada pendek, tangan terkepal, jempol
terbelakang dan atau kuku jari-jari tidak ada, anyaman dari kedua dan ketiga
jari-jari kaki, kaki pengkor dan pada laki-laki testis tidak turun.
d) Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinefelter kali pertama ditemukan oleh H.F. Klinefelter pada
1942. Sindrom ini disebabkan oleh adanya gagal berpisah pada kromosom seks
(gonosom) sehingga setelah fertilisasi dihasilkan laki-laki dengan tambahan
kromosom X menjadi XXY. Diperkirakan kejadian ini terjadi satu dari setiap
2.000 kelahiran. Individu dengan kromosom XXY adalah pria steril (mandul).
Badannya relatif tinggi, namun tidak memperlihatkan perkembangan pria,
seperti pundak yang lebar dan pinggul yang kecil layaknya pria pada
umumnya. Memasuki masa pubertas, pada sebagian penderita terbentuk
kelenjar payudara layaknya wanita. Pria dengan sindrom Klinefelter memiliki
pertumbuhan mental yang cenderung lambat. Akan tetapi, hal ini dapat sangat
bervariasi pada setiap individu.
e) Sindrom Turner
Wanita dengan sindrom Turner hanya memiliki satu kromosom seks X.
Monosomi X ini ditemukan oleh H.H. Turner pada 1938. Secara genetis,
penderita sindrom ini hanya memiliki kromosom 44A + XO. Meskipun
memiliki jenis kelamin wanita, ia tidak memiliki ovarium yang sempurna, steril
(mandul), ciri seksualnya tidak berkembang, dan cenderung lebih pendek.
Diperkirakan kasus sindrom Turner terjadi satu dari setiap 5.000 kelahiran.
8. Faktor Pengganggu Kehamilan beserta pencegahan
regia hipogastrium.
k. Ukuran
Magnus : besar, Brevis: kecil, Major/ majus: besar, Minor/ minus: kecil
l. Istilah yang Meninggi
a) Tuber : suatu tonjolan yang membulat dan membesar (tuberositas
iliaca)
b) Tuberculum : tuber yang kecil (tubercullum majus dan minus) oss
humerus
c) Caput : kepala, caput humeri
d) Capitulum : caput yang kecil (capitulum humeri)
e) Condylus : suatu bulatan pada ujung tulang dekat persendian yang
merupakan bagian dari persendian itu. Condylus medialis
(oss femur)
f) Epicondylus : suatu tonjolan di atas condylus epi (sebelum dekat pada)
Epicondylus lateralis dan medialis pada oss humerus
g) Spina : suatu tonjolan seperti duri
Spina ischiadica (pelvis)
h) Processus : suatu tonjolan yang kecil dan runcing
Processus articularis superior
Processus spinosus (vertrebrae)
i) Crista : suatu rigi/tepi yang meninggi
Crista iliaca (oss ilium)
j) Pecten : suatu rigi yang tak begitu lebar dan tinggi
Pecten ossis pubis
k) Eminentia : suatu daerah yang meninggi di sekitar suatu daratan.
Eminentia illiopectinea
l) Cornu : bangunan seperti tanduk pada oss sacrum
m) Labium : bibir
Labium mediale (oss femur)
n) Linea : garis
Linea intercondyloidea (oss femur)
m. Istilah Bagian yang Mendalam (Lekukan)
a) Fovea : suatu cekungan seperti lembah
Fovea capituli radii
b) Foveola : Fovea yang kecil
c) Fissura : suatu celah
d) Incisura : suatu benda tipis, ada cekungan (lekukan) atau takik
Incisura scapulae
e) Sulcus : suatu parit
f) Fossa : suatu daerah seperti lembah yang luas
Fossa radialis
g) Fossula : suatu fossa yang kecil
n. Istilah untuk Lubang
a) Apertura : lubang masuk ke dalam suatu rongga (seperti halnya pintu
tanpa daun pintu)
b) Foramen : lubang (di dalamnya tak ada rongga)
c) Ostium : muara dari suatu saluran
o. Istilah untuk Saluran dan Rongga
a) Canalis : saluran
b) Canaliculus : canalis yang berukuran kecil
c) Ductus : pipa
d) Tubulus : pipa yang berukuran agak kecil
e) Cavum : rongga
f) Cavitas : cavum yang berukuran kecil
g) Sinus : rongga tertutup yang biasanya berisi udara/cairan
h) Cellula : rongga kecil dalam tulang yang berisi udara
p. Warna
a. Alba : putih
b. Nigra : hitam, gelap
c. Rubra : merah
d. Grisea : abu-abu
e. Lutea, flava : kuning
f. Kloros : hijau