Anda di halaman 1dari 69

RESUME TUTORIAL

SKENARIO 1 BLOK 2

ANATOMI DAN EMBRIOLOGI

Oleh: Tutorial G
Anggota:

Maidy Frista Rosanti (172010101025)


Moh.Nur Indra Caesar (172010101026)
Avie Baldana Bi’izzyk (172010101027)
Roan Pratama Putra (172010101028)
Eprila Darma Sari (172010101071)
Ezzalana Ikvina (172010101073)
Lida Hutami Putri (172010101075)
Antonius Dwi Saputra (172010101076)
Winnie Almira Setyoadji (172010101078)
Wynne Bellinda (172010101079)
M.Naufal Akbar (172010101120)
Noval Hidayat (172010101121)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
LEARNING OBJECTIVES (LO)

1. Menguraikan Emriologi
2. Menguraikan pemeriksaan ANC
3. Menguraikan Fisiologi Maternal
4. Menguraikan Indikasi USG Abdominal dan Transvaginal
5. Menguraikan perbedaan pelayanan Dokter dan Bidan
6. Menguraikan Organogenesis
7. Menguraikan kelainan Kongenital
8. Menguraikan faktor pengganggu Kehamilan
9. Manfaat mempelajari Anatomi dan Terminologi

PEMBAHASAN
1. Menguraikan Embriologi
 Terdiri dari 2 fase :
1. Gametogenesis
2. Proses perkembangan embrio
Ruang Lingkup Embriologi
1. Embriologi deskriptif
Menjelaskan proses perkembangan embrio
2. Embriologi komparatif
Membandingkan embrio berbagai spesies karena spesies yang satu dengan
yang lain berbeda
3. Embriologi eksperimental
Analisis terhadap faktor-faktor dan hubungan dalam perkembangan embrio,
yang diperoleh dengan melakukan prosedur percobaan pada embrio.
4. Embriologi fisiologi
Proses faal kimia untuk embrio
5. Teratologi
Mempelajari perkembangan abnormal/kelainan dan pembentukan anomali
congenital/cacat bawaan pada embrio.
6. Ginekologi
Mempelajari seluk-beluk wanita dan alat reproduksi wanita.
Gametogenesis
1. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina atau sel telur dari
oogonia dan berlangsung di dalam ovarium hewan betina. Pada wanita genetik,
setelah tiba di gonad sel germinativum primordial berdeferensiasi menjadi
oogonia. Sel-sel ini mengalami sejumlah pembelahan mitotik, dan pada akhir
bulan ketiga sel-sel ini tersusun dalam kelompok-kelompok yang dikelilingi oleh
satu lapisan sel epitel gepeng. Sementara semua oogonia dalam satu kelompok
mungkin berasal dari satu sel, sel epitel gepeng yang dikenal sebagai sel folikular,
berasal dari epitel permukaan yang menutupi ovarium.

Sebagian besar oogonia terus membelah dengan mitosis, tetapi sebagian


diantaranya terhenti pembelahannya pada tahap profase meiosis I dan membentuk
oosit primer. Selama beberapa bulan kemudian, jumlah oogonia meningkat pesat,
dan pada akhir bulan kelima perkembangan prenatal, jumlah total sel
germinativum di ovarium mencapai maksimal, diperkirakan 7 juta. Pada waktu
ini, sel-sel mulai mati, dan banyak oogonia serta oosit primer menjadi atretik.
Pada bulan ketujuh, sebagian besar oogonia telah mengalami degenerasi kecuali
beberapa yang terletak dekat dengan permukaan. Semua oosit primer yang
bertahap hidup telah masuk ke tahap profase meiosis I, dan sebagian besar
diantaranya masing-masing dibungkus oleh satu lapisan sel epitel gepeng. Oosit
primer, bersama dengan sel epitel gepeng di sekitarnya, dikenal sebagai folikel
primordial.
Menjelang kelahiran, semua oosit primer telah memulai profase meiosis I,
tetapi sel-sel ini tidak melanjutka pembelahan ke tahap metafase namun masuk ke
stadium diploten, suatu tahap istirahat selama profase yang ditandai oleh adanya
jala-jala kromatin. Oosit primer tetap tertahan di profase dan tidak menuntaskan
pembelahan meiotik pertama mereka sebelum pubertas tercapai. Keadaan ini
ditimbulka oleh Oocyte Maturation Inhibition (OMI), suatu peptida kecil yang
dikeluarkan oleh sel folikular. Jumlah total oosit primer saat lahir diperkirakan
bervariasi dari 600.000 sampai 800.000. Selama masa anak-anak, sebagian besar
oosit menjadi atretik, hanya sekitar 400.000 yang ada pada permulaan pubertas,
dan kurang dari 500 yang akan diovulasikan. Sebagian oosit yang mencapai
kematangan pada tahap kehidupan lanjut telah berada dalam keadaan dorman
pada stadium diploten pembelahan meiotik pertama selama 40 tahun atau lebih
sebelum
ovulasi.

Saat pubertas, terbentuk cadangan folikel yang terus tumbuh dan


dipertahankan oleh pasokan folikel primordial. Setiap bulan 15 sampai 20 folikel
yang terpilih dari cadangan tersebut memulai proses pematangan, melewati tiga
stadium: (1) primer atau pre-antral, (2) sekunder atau antral, dan (3) pre-ovulasi
(folikel Graaf). Stadium antral adalah stadium yang paling lama, sedangkan
stadium pre-ovulasi berlangsung selama sekita 37 jam sebelum ovulasi. Sewaktu
oosit primer mulai tumbuh, sel-sel folikel di sekitar berubah dari gepeng menjadi
kuboid dan berproliferasi untuk membentuk epitel berlapis, yaitu sel granulosa,
dan unit yang terbentuk disebut folikel primer. Sel granulosa terletak pada
membran basalis yang memisahkan sel ini dari sel stroma di sekitarnya yang
membentuk teka folikuli. Sel-sel granulosa dan oosit juga mengeluuarkan satu
lapisan glikoprotein di permukaan oosit, membentuk zona pelusida.
Seiring dengan berlanjutnya perkembangan, muncul rongga-rongga terisi
cairan di antara sel-sel granulosa Penyatuan ruang-ruang ini menghasilkan
antrum, dan folikel dinamai folikel sekunder, mungkin bergaris tengah 25mm atau
lebih.
Pada setiap siklus ovarium, sejumlah folikel mulai berkembang, tetapi
biasanya hanya satu yang mencapai kematangan sempurna. Yang lain
berdegenerasi dan menjadi atretik. Ketika folikel sekunder telah matang, lonjakan
Luteinizing Hormone (LH) akan memicu fase pertumbuhan preovulasi. Meiosis I
tertuntaskan sehingga terbentuk dua sel anak dengan ukuran berbeda, masing-
masing dengan 23 kromosom berstuktur ganda. Satu sel, oosit sekunder,
mendapat sebagian besar sitoplasma, yang lain, badan polar pertama, hampir tidak
mendapat sitoplasma sama sekali. Badan polar pertama terletak antar zona
pelusida dan membran oosit sekunder di ruang perivitelina. Sel kemudian masuk
ke meiosis II tetapi terhenti pada tahap metafase sekitar 3 jam sebelum ovulasi.
Meiosis II diselesaikan hanya jika oosit dibuahi dan jika tidak, sel akan
mengalami degenerasi sekitar 24 jam setelah ovulasi. Badan polar pertama juga
mengalami pembelahan kedua.
2. Spermatogenesis
Sel germinativum primordial yang terletak pada dinding kantung kuning
telur mudigah manusia yang berumur sekitar 4 minggu akan bergerak seperti
amuba menuju ke sel gonad (sel kelamin primitive). Sel benih primordial
mencapai tujuannya pada akhir minggu ke 5. Pada pria, diferensisi sel benih
primordial dimulai pada saat masa pubertas.
Sesaat sebelum masa pubertas, korda seks menjadi berongga dan menjadi
tubuli seminiferi. Kira-kira pada saat yang sama, sel benih primordial berkembang
menjadi spermatogonia, yang terbagi menjadi dua jenis: spermatogonia jenis A,
yang membelah mitosis terus menerus untuk menyediakan sel induk, dan
spermatogonia jenis B, yang berkembang menjadi spermatosit primer. Setelah
pembelahan terakhir sel jenis A selesai, spermatogonia jenis B mulai terbentuk.
Kalau sel-sel ini selanjutnya mengalami mitosis, terbentuklah spermatosit primer.
Spermatosit primer kemudian memasuki masa profase yang panjang (22 hari),
diikuti dengan selesainya meiosis I dengan cepat dan pembentukan spermatosit
sekunder.

Sel-sel ini segera mulai membentuk spermatid pada pembelahan meiosis


II, yang mengandung jumlah haploid 23 kromosom. Sepanjang rangkaian
peristiwa ini, dari saat sel jenis A meninggalkan populasi sel induk sampai
pembentukan spermatid, sitokinesis tidak selesai sehingga generasi-generasi sel
selanjutnya dihubungkan oleh jembatan sitoplasma. Dengan demikian, progeni
dari satu spermatogonium jenis A membentuk sebuah kelompok sel benih yang
tetap saling menyatu di sepanjang diferensiasi. Selanjutnya, spermatogonia dan
spermatid tetap tertanam di lekukan-lekukan sel-sel sertoli yang dalam di
sepanjang masa perkembangan mereka. Dengan cara ini, sel sertoli memberikan
sokongan dan perlindungan bagi sel-sel benih tersebut, ikut menunjang nutrisi
mereka, dan membantu dalam pelepasan spermatozoa matang.
Serangkaian perubahan yang menimbulkan transformasi spermatid
menjadi spermatozoa dikenal sebagai spermiogenesis. Perubahan ini diantaranya :
1. Pembentukan akrosom, yang menutupi lebih dari setengah permukaan inti
2. Kondensasi inti
3. Pembentukan leher, bagian tengah dan ekor
4. Meluruhkan sebagian besar sitoplasma.

Pada manusia, waktu yang diperlukan oleh spermatogonium untuk


berkembang menjadi spermatozoon matang adalah sekitar 64 hari. Setelah
terbentuk sempurna, spermatozoa memasuki lumen tubuli seminiferi. Dari sini,
spermatozoa didorong ke arah epididimis oleh bagian dinding tubuli seminiferi
yang berkontraksi. Walaupun pada mulanya gerakannya lambat, spermatozoa
mendapatkan kemampuan gerak penuhnya di dalam epididimis.

Embriogenesis
Menurut Dorland’s Illustrated Medical Dictionary, Embriogenesis adalah
:1.produksi dari embrio; 2.perkembangan dari individu yang baru yang terjadi
secara seksual yaitu dari zigot. Secara umum, embriogenesis adalah proses
pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat
tahap-tahap awal dari perkembangan manusia. Tepatnya, embriogenesis terjadi
pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi
sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan manusia (Langman,1994).
a. Embriologi Minggu Pertama
 Terjadi proses fertilisiasi di ampula tuba uterina
HARI KE 0
 Terjadi proses pronukleus pria dan wanita
 Pembelahan mitotik pertama
HARI KE 1-2
 Stadium 2 sel
 Terbentuk morula yang mengandung 12-16
HARI KE 3-4 blastomer
 Morula tiba di lumen uterus
HARI KE 5  Stadium Blastokista
HARI KE 6-7  Zona pelusida telah lenyap
HARI KE 8-9  Fase Implementasi
o Fertilisasi
Fertilisasi (pembuahan), proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di
daerah ampula tuba uterina. Ini adalah bagian terlebar dari tuba dan terletak dekat
dengan ovarium. Spermatozoa mungkin dapat hidup di dalam saluran reproduksi
wanita selama beberapa hari.
Hanya 1% sperma yang mengendap di vagina masuk ke serviks, tempat
sperma tersebut ,mungkin bertahan hidup berjam-jam. Pergerakan sperma dari
serviks ke tuba uterine terutama terjadi melalui dorongan dirinya sendiri,
meskipun gerakan tersebut juga mungkin dibantu oleh gerakan cairan yang
tercipta oleh silia uterus. Perjalanan dari serviks ke ovidukstus memerlukan waktu
minimal 2 sampai 7 jam dan setelah mencapai istmus, sperma menjadi kurang
gesit dan berhenti bermigrasi. Saat ovulasi, sperma kembali gesit mungkin karena
kemoatraktan yang dihasilkan oleh sel-sel cumulus di sekitar telur dan berenang
menuju ampula (tempat biasanya pembuahan terjadi). Spermatozoa tidak mampu
membuahi oosit segera setelah tiba di saluran genitalia wanita karena harus
menjalani kapasitasi dan reaksi akrosom untuk memperoleh kemampuan ini.
Kapasitasi
Kapasitasi adalah periode pengondisian saluran reproduksi wanita yang
pada manusia berlangsung sekitar 7 jam. Sebagian besar dari pengondisian ini,
yang terjadi di tuba uteriona melibatkan interaksi epitelial antara sperma dan
permukaan mukosa tuba. Selama periode ini, selubng glikoprotein dan protein
plasma semen disingkirkan dari membrane plasma yang menutupi regio akrosom
spermatozoa. Hanya sperma yang telah terkapasitasi dapat menembus sel-sel
korona radiata dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom
Terjadi setelah pengikatan ke zona pelusida dipicu oleh protein-protein
zona. Reaksi ini memuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk
menembus zona pelusida termasuk bahan mirip-akrosin dan mirip-tripsin.
Ada 3 fase pembuahan, yaitu:
a. Fase 1: Penetrasi Korona Radiata
Dari 200 sampai 300 juta spermatozoa yang diletakkan di saluran genitalia
wanita, hanya 300 sampai 500 yang mencapai tempat pembuaham. Hanya salah
satu dari jumlah ini yang membuahi sel telur. Diperkirakan bahwa spermatozoa-
spermatozoa yang lain membantu spermatozoa yang membuahi untuk menembus
sawar pelindung gamet wanita. Sperma yang telah menjalani kapasitasi dapat
bebas melewati sel-sel korona
b. Fase 2: Penetrasi Zona Pelusida
Zona ini adalah suatu selubung glikoprotein yang mengelilingi sel telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan memicu reaksi
akrosom. Baik pengikatan maupun reaksi akrosom diperantai oelh ligan ZP3,
suatu protein zona pelusida. Pelepasan enzim-enzim akrosom (akrosin)
memungkinkan sperma menembus zona dan berkontak dengan membrane plasma
oosit. Permeailitas zona pelusida berubah ketika koelada sperma berkontak
dengan permukaan oosit. Kontak ini menyebabkan pelepasan enzim-enzim
lisosom dari granula korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Sebaliknya,
enzim-enzim mengubah sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk mencegah
penetrasi sperma dan menginaktifkan tempat-tempat reseptor spesifik-spesies
untuk spermatozoa di permukaan zona. Spermatozoa lain dapat ditemukan
terbenam di zona pelusida, tetapi hanya satu tampaknya dapat menembus oosit.
c. Fase 3: Fusi Membran Sel Sperma dan Oosit
Pelekatan awal sperma ke oosit sebagian diperantai oleh interaksi integrin
oosit dan ligannya, disintegrin, di sperma. Setelah melekat, membrane plasma
sperma dan sel telur menyatu. Karena membrane plasma yang membungkus
tudung kepala akrosom lenyap saat reaksi akrosom, penyatuan sebenarnya terjadi
antara membrane oosit dan membrane yang membungkus bagian posterior kepala
sperma. Pada manusia, baik bagian kepala maupun ekor spermatozoa masuk ke
dalam sitplasma oosit tetapi membrane plasma ditinggalkan di belakang di
permukaan oosit.
Hasil pembuahan:
a. Pengembalian jumlah kromosom yang diploid
b. Penentuan jenis kelamin kromosom
c. Dimulainya pembelahan
o Pembelahan
Pembelahan ini menghasilkan bertambahnya jumlah sel, blastomer yang
menjadi semakin kecil pada setiap pembelahan. Setelah tiga kali pembelahan,
blastomer mengalami pemampatan menjadi lapisan dalam dan lapisan luar.
Blastomer yang mampat tersebut membelah membentuk sebuah morula 16 sel.
o Pembentukan blastokista
Ketika morula memasuki rongga rahim, pada hari ketiga atau keempat setelah
pembuahan, mulailah terlihat sebuah rongga (terbentuk dari cairan yang masuk ke
morula dan menghilangkan zona pelusida sehingga ruang antarsel menjadi
konfluen) dan terciptalah balstokista. Massa sel dalam akan berkembang menjadi
embrionya sendiri dan terletak di satu kutub blastokista tersebut. Massa sel luar
mengelilingi sel-sel dalam tersebut serta rongga blastokista akan membentuk
trofoblas.

o Rahim pada saat implantasi


Dinding rahim yang terdiri atas tiga lapisan :
1. Endmetrium : selaput lendir yang melapisi dinding bagian dalam
2. Miometrium : lapisan tebal otot polos
3. Perimetrium : peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar
Uterus dalam fase sekretorik = kelenjar dan arteri bergelung sedangkan jaringan
menjadi tebal dan basah. Akibatnya dapat dikenali 3 lapisan endometrium:
 Kompaktum : lapisan di bagian superfisial
 Spongiosum : lapisan di bagian tengah
 Basale : lapisan tipis

b. Embriologi Minggu Kedua (Diskus Germinativum Bilaminer)


Bagian ini menjelaskan tahap perkembangan mudigah dari hari ke-8 sampai
akhir minggu kedua.
 Perkembangan Hari Ke-8
 Blastokista sudah setengah terbenam di dalam stroma endometrium
 Trofoblas berdiferensiasi menjadi:
 sitotrofoblas, yaitu lapisan dalam yang berupa sel mononukleus (sel
berinti tunggal)
 sinsitiotrofoblas, yaitu zona luar berinti banyak tanpa batas sel yang jelas
(penghasil hCG)
 Penyatuan sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas (menyebabkan hilangnya
membran sel masing-masing) yang diawali oleh pembelahan dan migrasi oleh
sitotrofoblas.
 Embrioblas berdiferensiasi menjadi:
 Hipoblas, yaitu lapisan kuboid kecil yang berada di samping rongga
blastokista.
 Epiblas, yaitu lapisan sel silindris tinggi di samping rongga amnion.
 Lapisan bilaminar membentuk suatu diskus (cakram) gepeng.
 Terbentuk rongga amnion dan amnioblas
 Perkembangan Hari Ke-9
 Blastokista semakin terbenam di dalam stroma endometrium.
 tertutupnya defek penetrasi pada epitel oleh bekuan fibrin.
 Staduim lakunar: Trofoblas berkembang pesat di kutub embrional
membentuk lakuna (danau).
 sel-sel gepeng yang terbentuk dari hipoblas membentuk suatu membran tipis
yang melapisi permukaan dalam sititrofoblas yaitu membran eksoselom
(hauser)
 hauser dan hipoblas membentuk rongga eksoselom (yolk sac primitif)

 Perkembangan Hari Ke-11 dan 12


 Blastokista terbenam seluruhnya di dalam stroma endometrium.
 Sel sinsitiotrofoblas menembus stroma dan mengikis lapisan endotel kapiler
ibu sehingga kapiler tersebut mengalami kongesti dan melebur (sinusoid).
 Terbentuk siklus uteroplasenta (aliran darah dari ibu melalui sistem trofoblas)
 Muncul sel baru dari yolk sac yang membentuk jaringan ikat longgar halus
(mesoderm ektra embrional) yang mengisi semua ruang antara trofoblas di
bagian ekternal dan membran eksoselom di bagian internal.
 Terbetuk ruang baru dari penyatuan rongga-rongga besar di mesoderm
ektraembrional yang disebut selom ekstraembrional (rongga korion).
 Dua pembagian mesoderm, yaitu:
 mesoderm somatopleura ekstraembrional adalah mesoderm yang
melapisi sitotrofoblas dan amnion
 mesoderm splanknopleura ektraembrional adalah mesoderm yang
melapisi yolk sac.

Perkembangan Hari Ke-13


 Terjadi poliferasi sel-sel sitotrofoblas secara lokal dan menembus ke dalam
sinsitiotrofoblas sehingga membentuk kolom yang diselubungi oleh sinsitium
(vilus primer).
 Hipoblas menghasilkan sel-sel lain yang bermigrasi disepanjang bagian dalam
membran eksoselom. sel-sel tersebut berpoliferasi membentuk rongga baru
dalam rongga eksoselom yang disebut yolk sac sekunder atau yolk sac
definitif.
 Terbentuk kista eksoselom.
 Terbentuk korda umbilikalis (tali pusat)
 Pada akhir minggu kedua, cakram mudigah terdiri dari dua cakram sel yang
berhadapan (diskus germinativum bilaminer), yaitu epiblas yang membentuk
lantai rongga amnion yang terus semakin meluas dan hipoblas yang menutup
atap kantung kuning telur sekunder. Di daerah kepalanya, cakram hipoblas
memperlihatkan sedikit penebalan yang dikenal sebagai lempeng prekordal.

c. Embriologi Minggu Ketiga (Cakram Mudigah Trilaminer)


1. Gastrulasi
 Terbentuknya 3 lapis jaringan.
 Yang dimulai dengan munculnya garis primitif yang pada ujung kepalanya
terdapat nodus primitif. Di daerah nodus dan garis ini sel-sel epiblas bergerak
masuk (invaginasi) membentuk lapisan-lapisan sel baru, dintaranya adalah
sebagai berikut.
a. Ektoderm
b. Mesoderm terbentuk dari epiblas
c. Endoderm
Karena itu, epiblas semuanya menghasilkan tiga lapisan mudigah pada
mudigah tersebut. Sel-sel dari lapisan mudigah mesoderm intraembrional
bermigrasi di antara dua lapisan mudigah lainnya sampai terbentuk hubungan
dengan mesoderm ekstraembrional yang membungkus kantung kuning telur
dan amnion.
2. Pembentukan notokord
Sel-sel prenotokord yang bergerak masuk di dalam lubang primitif, bergerak ke
depan hingga mencapai lempeng prekordal. Mereka menempatkan diri dalam
endoderm sebagai lempeng notokord. Pada perkembangan selanjutnya lempeng
ini akan mengelupas dari endoderm, dan terbentuklah sebuah tali padat,
notokord definitif. Notokord membentuk sumbu tengah, yang akan menjadi
dasar bagi kerangka sumbu badan.
3. Pertumbuhan cakram mudigah
Pada akhir minggu ketiga terbentuklah tiga lapisan mudigah yang terdiri atas
ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Dan deferensiasi jaringan dan organ
sudah mulai.
4. Perkembangan trofoblas lebih lanjut
Pada saat yang sama, trofoblas cepat berkembang. Villi primer sudah memiliki
inti masenkim, tempat munculnya pembuluh-pembuluh kapiler kecil. ketika
kapiler villi ini berhubungan dengan kapiler di dalam lempeng korion dan
tangkai penghubung, system villi tersebut sudah siap memasok zat-zat
makanan dan oksigennya kepada mudigah.
2. Menguraikan Pemeriksaan selain ANC
1. Amniosentesis
Ini merupakan prosedur invasif di mana jarum melewati perut ibu
bagian bawah ke dalam rongga ketuban dalam rahim. Cairan ketuban
yang cukup akan dicapai mulai sekitar 14 minggu kehamilan. Untuk
diagnosis pralahir, kebanyakan amniocenteses dilakukan antara 14 dan
20 minggu kehamilan. Pemeriksaan USG selalu berproses dari
amniosentesis untuk menentukan usia kehamilan, posisi janin dan
plasenta, dan menentukan apakah cairan ketuban cukup. Dalam cairan
ketuba, sel janin (kebanyakan berasal dari kulit janin) yang dapat tumbuh
dalam kultur digunakan untuk analisis kromosom, analisis biokimia, dan
analisis biologi molekuler.
Pada trimester ketiga kehamilan, cairan ketuban dapat dianalisis
untuk penentuan kematangan paru janin. Hal ini penting ketika janin
berada di bawah 35-36 minggu kehamilan, karena paru-paru mungkin
tidak cukup matang untuk mempertahankan kehidupan. Hal ini karena
paru-paru tidak cukup menghasilkan surfaktan. Setelah lahir, bayi akan
berkembang sindrom gangguan pernapasan dari penyakit membran
hialin.
Cairan ketuban dapat dianalisis oleh fluoresensi polarisasi (fpol),
untuk lesitin: sphingomyelin (LS) ransum, dan / atau untuk phosphatidyl
glycerol (PG).Risiko dengan amniosentesis jarang terjadi, namun
termasuk kehilangan janin dan sensitization Rh maternal . Peningkatan
risiko kematian janin amniosentesis adalah sekitar 0,5% di atas apa yang
biasanya diharapkan. Rh ibu negatif dapat diobati dengan Rhogam.
Kontaminasi cairan dari amniosentesis oleh sel-sel ibu sangat tidak
mungkin. Jika terdapat Oligohidramnios, maka cairan ketuban tidak
dapat diperoleh.
2. Chorionic Villus Sampling
Dalam prosedur ini, sebuah kateter masuk melalui vagina melalui
leher rahim dan masuk ke dalam rahim ke berkembang ke plasenta di
bawah bimbingan USG. Pendekatan alternatifnya adalah transvaginal dan
transabdominal. Penggunaan kateter memungkinkan sampel sel dari
chorionic vili plasenta. Sel-sel ini kemudian dapat dianalisis oleh
berbagai teknik. Tes yang paling umum digunakan pada sel-sel yang
diperoleh dengan CVS adalah analisis kromosom untuk menentukan
kariotipe janin. Sel juga dapat tumbuh dalam kultur untuk analisis
biokimia atau biologi molekuler. CVS dapat dengan aman dilakukan
antara 9,5 dan 12.5 minggu kehamilan.
CVS memiliki kelemahan menjadi prosedur invasif, dan memiliki
peluang untuk tingkat morbiditas janin; tingkat kerugian sekitar 0,5
hingga 1% lebih tinggi daripada perempuan yang menjalani
amniosentesis. Meski jarang, CVS dapat dikaitkan dengan tungkai cacat
pada janin. Kemungkinan sensitisasi Rh ibu juga bisa didapatkan. Ada
juga kemungkinan bahwa sel-sel darah ibu di plasenta yang berkembang
akan diambil sebagai sample bukannya sel-sel fetus atau
pencampuradukan analisis kromosom.
3. Maternal Blood Sampling for Fetal Blood Cells
Ini adalah teknik baru yang menggunakan fenomena bahwa sel
darah janin memperoleh akses ke sirkulasi maternal melalui plasenta vili.
Biasanya, hanya sejumlah kecil sel-sel janin memasuki sirkulasi maternal
dengan cara ini (tidak cukup untuk menghasilkan Kleihauer-Betke positif
tes untuk pendarahan janin-ibu). Sel-sel janin dapat diurutkan dan
dianalisis dengan berbagai teknik untuk mencari sekuens DNA tertentu.
Fluorescence in-situ hybridization (FISH) adalah salah satu teknik yang
dapat diterapkan untuk mengidentifikasi kromosom tertentu dari sel janin
yang diperoleh dari dari darah ibu dan mendiagnosa kondisi aneuploid
seperti trisomies dan monosomy X.
Masalah dengan teknik ini adalah sulitnya mendapatkan banyak sel
darah janin. Mungkin belum cukup bisa diandalkan untuk menentukan
anomali kariotipe janin atau memeriksa kelainan lainnya.
4. Maternal Serum Alpha-Fetoprotein (MSAFP)
Janin yang sedang berkembang memiliki dua protein darah utama
– albumin dan alfa-fetoprotein (AFP). Karena orang dewasa biasanya
hanya memiliki albumin dalam darah, tes MSAFP dapat dimanfaatkan
untuk menentukan tingkat AFP dari janin. Biasanya, hanya sejumlah kecil
AFP memperoleh akses ke air ketuban dan plasenta untuk melintasi darah
ibu. Namun, bila ada cacat tabung saraf pada janin, dari kegagalan bagian
dari saraf embryologic tabung untuk menutup, maka AFP akan melarikan
diri ke dalam cairan ketuban. Cacat tabung saraf termasuk anencephaly
(kegagalan penutupan pada akhir tengkorak tabung saraf) dan spina bifida
(kegagalan penutupan pada ujung caudal tabung saraf). Insiden gangguan-
gangguan tersebut sekitar 1-2 kelahiran per 1000 di Amerika Serikat. Juga,
jika ada omphalocele atau gastroschisis (keduanya cacat pada dinding
perut janin), AFP dari janin akan berakhir di darah ibu dalam jumlah yang
lebih tinggi.
Agar tes MSAFP memiliki utilitas terbaik, di usia kehamilan harus
diketahui dengan pasti. Hal ini karena jumlah MSAFP meningkat sesuai
usia kehamilan. Juga, ras ibu dan kehadiran gestational diabetes penting
untuk diketahui, karena MSAFP dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor ini.
MSAFP biasanya dilaporkan sebagai multiples of mean (MoM). Semakin
besar MoM, semakin besar kemungkinan cacat hadir. Para MSAFP
memiliki sensitivitas terbesar antara 16 dan 18 minggu kehamilan, tetapi
masih dapat berguna antara 15 dan 22 minggu kehamilan. Namun, tes ini
tidak spesifik 100% karena terkadang ada berbagai faktor yang
menyebabkan MSAFP meningkat terutama saat terjadi kesalahan
penghitungan uisa kehamilan. MSAFP juga dapat berguna dalam
penyaringan untuk sindrom Down dan trisomies lainnya. The MSAFP
cenderung lebih rendah ketika sindrom Down atau kelainan kromosom
lain hadir.
5. Maternal Serum Beta-HCG
Tes ini paling sering digunakan sebagai tes untuk kehamilan.
Dimulai pada sekitar seminggu setelah pembuahan dan implantasi embrio
ke dalam rahim, trofoblas akan menghasilkan cukup beta-HCG (subunit
beta human chorionic gonadotropin) untuk mendiagnosis kehamilan. Jadi,
pada saat pertama kali menstruasi luput, beta-HCG akan sudah cukup
untuk tes kehamilan positif. Beta-HCG juga dapat diukur dalam serum
dari darah ibu, dan ini dapat berguna di awal kehamilan ketika terancam
aborsi atau kehamilan ektopik dicurigai, karena jumlah beta-HCG akan
lebih rendah dari yang diharapkan.
Kemudian pada kehamilan, di tengah sampai akhir trimester kedua,
beta-HCG dapat digunakan bersama dengan MSAFP untuk skrining
kelainan kromosom, dan sindrom Down pada khususnya. Sebuah beta-
HCG tinggi dibarengi dengan penurunan MSAFP menunjukkan sindrom
Down.
Tingkat HCG yang tinggi mengindikasikan adanya penyakit
Tropoblastic (kehamilan molar). Tidak adanya bayi saat di USG ddisertai
HCG yang tinggi mengindikasikan mola hidatidosa. Kadar HCG juga bisa
digunakan untuk follow up perawatan pada kehamilan molar untuk
memastikan tidak adanya penyakit trophoblastik seperti kariokarsinoma.
6. Serum Estriol Maternal
Jumlah estriol dalam serum ibu bergantung pada kelayakan janin,
sebuah plasenta berfungsi dengan benar, dan keadaan ibu. Substrat untuk
estriol dimulai sebagai dehydroepiandrosterone (DHEA) yang dibuat oleh
kelenjar adrenal janin. Ini dimetabolisme lebih lanjut di dalam plasenta
menjadi estriol. The estriol masuk ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh
ginjal dalam air seni ibu atau oleh hati ibu di dalam empedu. Pengukuran
tingkat estriol serial pada trimester ketiga akan memberikan indikasi
umum kesejahteraan janin. Jika tingkat estriol turun, maka janin terancam
dan emergency mungkin diperlukan. Estriol cenderung lebih rendah bila
sindrom Down hadir dan juga adanya adrenal hypoplasia dengan
anencephaly.
7. Inhibin-A
Inhibin disekresi oleh plasenta dan korpus luteum. Inhibin-A dapat
diukur dalam serum ibu. Tingkat peningkatan inhibin-A adalah dikaitkan
dengan peningkatan risiko untuk trisomi 21. Inhibin tinggi-A dapat
berhubungan dengan risiko kelahiran prematur.
8. Pregnancy-Associated Plasma Protein A (PAPP-A)
Rendahnya tingkat Papp-A sebagai diukur dalam serum ibu selama
trimester pertama dapat berhubungan dengan anomali kromosom janin
termasuk trisomies 13, 18, dan 21. Selain itu, kadar Papp -A pada trimester
pertama dapat memprediksi hasil kehamilan yang merugikan, termasuk
small for gestational age (SGA) atau lahir mati. Papp tinggi-tingkat A
dapat memprediksi large for gestational age (LGA) baby.
9. Triple or Quadriple Screen
Menggabungkan tes serum ibu dapat membantu dalam
meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas untuk deteksi kelainan janin.

3. Menguraikan Fisiologi Maternal Ibu Hamil

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami


perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan
hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan
perubahan pada:
1. Rahim atau uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai
kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu
setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram
dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi
suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata
pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 6,5 liter bahkan dapat mencapai
20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).
2. Vagina
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada
kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat
bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi
penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel
otot polos.
3.Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini
akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan
berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal
(Prawirohardjo, 2008).
4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat
dilepaskan dari pengaru hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone,
dan somatromatropin (Prawirohardjo, 2008).
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter.
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat. Akibat dari
faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu:
1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah
(hemodilusi), dengan puncaknya pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume
darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah
mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit jantung
harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan
kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam
dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak
hari ketiga sampai kelima.
2) Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai
anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar
10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi
dan dapat mencapi 4 kali dari angka normal.
3) Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memnuhi
kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim
yang membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya
desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20-25% dari biasanya.
4) Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen. Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus
yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan
hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.
Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu panggul,
keluhan itu akan timbul kembali.
6) Perubahan pada kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.
Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.
7) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang
mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan pemberian ASI. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang
disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan
hiperinsulinemia. Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat.

4. Menguraikan Indikasi Abdominal dan Transvaginal

a. Pemeriksaan USG Transabdominal


 Meletakkan probe USG diatas perut yang sebelumnya telah
diolesi dengan gel/jelly.
 Biasa dilakukan untuk kehamilan diatas 12 minggu
 Pertama-tama gerakkan transduser secara longitudinal ke atas dan
ke bawah, selanjutnya horizontal ke kiri dan ke kanan. Penjejak
digerakkan dari bawah ke atas, dimulai dari garis sisi kanan perut,
kemudian setelah sampai daerah perut atas transduser digerakkan
ke bawah, selanjutnya transduser digerakkan kembali ke arah
atas. Selanjutnya gerakan transduser dilakukan kearah lateral
perut (horizontal), juga secara sistematis, dimulai dari sisi kanan
ke arah kiri, kemudian dari kiri ke arah kanan dan terakhir dari
kanan atas ke kiri.
b. Pemeriksaan USG Transvaginal
 Cara ini dengan memasukkan transduser kedalam vagina
 Biasa dilakukan untuk kehamilan kurang dari 8 minggu
 Hanya dilakukan pada wanita yang sudah tidak perawan.
 Pasien harus mengosongkan kadung kemihnya.
 Transduser dilapisi kondom lalu diolesi jelly pada permukaannya
 Tidak menyebabkan keguguran

Istilah yang Umum Ada di Hasil Foto USG

1. GA = Gestational Age. Ini menunjukkan perkiraan umur kehamilan,


berdasarkan panjang tungkai lengan, tungkai kaki ataupun diameter
kepala. Jika salah satu dari GA di foto USG Anda menunjukkan
besaran yang tidak normal, dokter langsung bisa mendeteksinya
sebagai kelainan. Terutama GA di bagian kepala.

2. GS: Gestational Sac. Yaitu ukuran kantung kehamilan, berupa bulatan


hitam. Ini biasanya muncul pada hasil foto USG trisemester awal.

3. CRL: Crown Rump Length. Yaitu ukuran jarak dari puncak kepala ke
‘ekor’ bayi. Ini juga biasa digunakan dokter untuk mengukur janin di
usia kehamilan trisemester awal.

4. BPD: Biparietal diameter. Ini adalah ukuran tulang pelipis kiri dan
kanan. Biasa digunakan untuk mengukur janin di trisemester dua atau
tiga.

5. FL: Femur Length. Merupakan ukuran panjang tulang paha bayi.

6. HC: Head Circumferencial atau lingkaran kepala.

7. AC: Abdominal Circumferencial. Ukuran lingkaran perut bayi. Jika


dikombinasikan dengan BPD akan menghasilkan perkiraan berat bayi.

8. FW: Fetal weight atau berat janin.

9. F-HR: Fetal Heart Rate atau frekuensi jantung bayi.


5. Menguraikan Perbedaan Pelayanan Dokter dan Bidan
Sudut pandang Dokter Bidan
Akses dan -berdasarkan Akses orang -berdasarkan akses orang
Ekonomi yang berada di pedesaan akan pedesaan lebih memilih
memilih Bidan ketimbang mengunjungi Bidan
dokter, karena tempatnya daripada Dokter, karena
yang lebih terjangkau kebanyakan Bidan
membuka prakteknya di
-sementara orang di kota daerah pedesaan.
lebih memilih ke dokter
ketimbang bidan dengan - sementara orang di kota
pertimbangan ekonomi lebih memilih ke dokter
mengenai regulasi pemerintah ketimbang bidan dengan
tentang penggunaan BPJS, pertimbangan ekonomi
yang diharuskan melakukan mengenai regulasi
kunjungan pada dokter pemerintah tentang
terlebih dahulu lalu pada penggunaan BPJS, yang
dokter spesialis diharuskan melakukan
kunjungan pada dokter
terlebih dahulu lalu pada
dokter spesialis
kompetensi Melakukan tindak lanjut Melakukan tindakan
mengenai masalah kesehatan membantu persalinan
pada saat kehamilan

6. Menguraikan Organogenesis
Menurut Langman (1994), selama perkembangan minggu ke-3 sampai
minggu ke-8, suatu massa yang dikenal sebagai massa embrionik atau masa
organogenesis (proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk
hidup(hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-
masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula), masing-masing
lapisan dari ketiga lapisan mudigah ini membentuk banyak jaringan dan organ
yang spesifik. Menjelang masa akhir embrionik ini, sistem-sistem organ telah
terbentuk. Karena pembentukan organ ini, bentuk mudigah banyak berubah
dan ciri-ciri utama bentuk tubuh bagian luar sudah dapat dikenali menjelang
bulan kedua. Masa mudigah berlangsung dari perkembangan minggu keempat
hingga kedelapan dan merupakan masa terbentuk jaringan dan sistem organ
dari masing-masing lapisan mudigah. Sebagai akibat pembentukan organ, ciri-
ciri utama bentuk tubuh mulai jelas.
a. Mekanisme Pembentukan Organ
 Induksi bertahap dan interaksi sel
 Pertumbuhan (proliferasisel) atau degenerasi sel(apoptosis)
 Migrasi atau perpindahan kelompok sel
 Diferensiasi
Ektoderm
Lapisan ektoderm membentuk organ dan struktur-struktur yang
memelihara hubungan dengan dunia luar.
(a) susunan saraf pusat;
(b) sistem saraf tepi;
(c) epitel sensorik telinga, hidung dan mata;
(d) kulit, termasuk rambut dan kuku;
(e) kelenjar hipofisis, kelenjar mammae, dan kelenjar keringat serta
email gigi.
Pada awal minggu ketiga, lapisan mudigah ektoderm berbentuk cakram
datar, dengan daerah kranial lebih luas dari bagian kaudal.Karena adanya induksi
dari notokord, ektoderm yang berada di atasnya menebal membentuk lempeng
saraf. Kemudian sel-sel lempeng saraf ini membentuk neuroektoderm. Induksi
pembentukan neuroektoderm ini merupakan awal dari proses neurulasi.
Pada akhir minggu ketiga, tepi lateral lempeng saraf terangkat naik ke atas
membentuk lipat-lipat saraf. Kedua lipat saraf mendekat di garis tengah (bakal
leher), kemudian berjalan menuju arah kranial dan kaudal, terbentuklah tuba
neuralis.Pada saat lipat-lipat saraf menyatu, sel-sel pada tepi lateral pada
neuroektoderm mendesak jaringan-jaringan tetangga. Populasi sel ini dikenal
sebagai krista neuralis.
Lapisan Ektodermal berdiferensiasi menjadi:
1. Ektoderm Luar (Epidermis)
a) Epidermis
b) Rambut
c) Kuku
d) Kelenjar sebaceous
e) Epitelium mulut (Kelenjar hipofise anterior, Enamel gigi, Epitelium
pipi)
f) Lensa mata, kornea
2. Neuroektoderm
a. Krista Syaraf (Neural crest cells)
a) Susunan Syaraf Tepi (SST) (Sel Schwann, Sel Neuroglia, Susunan
syaraf simpatis, Susunan syaraf parasimpatis)
b) Medula Kelenjar Adrenal
c) Sel Melanosit
d) Tulang rawan wajah
e) Dentin gigi
b. Buluh Syaraf (Neural tube)
a) Otak
b) Kelenjar hipofise posterior
c) Medula Spinalis
d) Syaraf motorik
e) Retina mata
Mesoderm
 Derivat Mesoderm dibagi dalam 5 wilayah :
 Korda mesoderm
o Membentuk notochord (sumbu tubuh)
 Mesoderm dorsal (paraksial)
o Membentuk somiter (sel-sel mesoderm) dan masenkim di kepala serta
tersusun sebagai somit-somit di segmen oksipital dan kaudal
o Membentuk jaringan ikat tubuh, tulang otot, tulang rawan dan dermis
 Mesoderm Intermediet
o Membentuk sistem urogenital/system ekskresi
 Mesoderm lateral
o Membentuk sistem sirkulasi, permukaan rongga tubuh dan komponen
anggota tubuh
o Terdiri dari :
 Lapisan mesoderm somatic/parietal : satu lapisan yang
membungkus amnion
 Lapisan mesoderm splanknik/varietal : satu lapisan yang
membungkus kantong kuning telur
 Mesoderm kepala
o Membentuk otot pada wajah/muka
 Diferensiasi Somit :
 miotom (jaringan otot)
 skeletom (tulang rawan dan sejati)
 dermatom (jaringan subkutan kulit)
Endoderm
Saluran pencernaan primitif terbagi menjadi 3 bagian, yaitu usus depan (fore
gut), usus tengah (mid gut), dan usus belakang (hind gut).
 Usus depan: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron
bagian anterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik.
Usus depan akan menjadi rongga mulut, faring, esofagus, lambung dan
duodenum.
 Usus tengah: daerah arkenteron antara usus depan dan usus belakang.
Usus tengah akan menjadi yeyunum, ileum dan kolon
 Usus belakang: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron
bagian posterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik. Usus
belakang akan menjadi rektum dan kloaka atau anus.
Epitel saluran pencernaan terbentuk dari endoderm, kecuali epitel mulut dan anus
– dari ektoderm. Jaringan-jaringan/ struktur-struktur lain penyususn saluran
pencernaan dibentuk oleh mesoderm splanknik.
Gambar 6. Turunan-turunan endoderm. Diagram tabung usus (metenteron, gut)
beserta tonjolan-tonjolannya. (Sumber: Oppenheimer, 1980)
 Pembentukan mulut
Mulut terbentuk pada bagian anterior usus depan. Invaginasi ektoderm
(= lekuk stomodeum) yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus
depan menyebabkan terbentuknya keping oral. Keping oral makin lama
makin menipis, akhirnya pecah menjadi lubang mulut.
 Pembentukan anus
Anus terbentuk pada bagian posterior usus belakang. Invaginasi ektoderm
(= lekuk proktodeum)yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus
belakang menyebabkan terbentuknya keping anal.Keping anal makin
lama makin menipis, akhirnya pecah menjadi lubang anus.
 Pembentukan hati
Tunas (divertikulum) hati timbul sebagai evaginasi ke arah ventaral dari
endoderm di antara bakal lambung dan duodenum. Tonjolan endoderm
tersebut dilapisi oleh mesenkim dan mesoderm splanknik. Tunas hati
kemudian bercabang-cabang membentuk hati, percabangan bagian distal
membentuk sel-sel parenkim sekretori, bagian proksimal membentuk sel-
sel duktus hepatikus.
 Sel-sel hati (perenkim hati) dan sel-sel duktus hepatikus terbentuk
dari endoderm
 Jaringan-jaringan lain dari hati dibentuk oleh mesenkim dan
mesoderm splanknik.
 Dari bagian akar tunas hati timbul tonjolan yang lain, yaitu tunas kantung
empedu.

Gambar 7. Perkembangan hati dan pankreas manusia. A. Stadium sangat


awal. B. Stadium lanjut. C. Posisi kantung empedu dan duktus pankreas, dan
fusi kedua bagian pankreas menjadi pankreas tunggal. (Sumber: Majumdar,
1985)
 Pembentukan pankreas
Pankreas tunggal berasal dari dua buah tonjolan endoderm di dekat tunas
hati (1 diventral dan 1 di dorsal). Kedua tonjolan tersebut kemudian
bercabang-cabang dan berfusi membentuk pankreas tunggal.
 Sel-sel pankreas sekretori (asini pankreas) dan sel-sel duktus
pankreatik dibentuk dari sel-sell endodermal
 Pulau-pulau Langerhans dibentuk dari sel-sell endodermal. Pada
awal perkembangannya, kelompok sel-sel endodermal ini menjadi
terpisah dan terperangkap dalam mesoderm di antara asini pankreas.
Kelompok-kelompok tersebut termodifikasi menjadi sel-sel pulau
Langerhans. Di dalam pankreas manusia dewasa terdapat 200.000
sampai 1.800.000 pulau Langerhans.
Gambar 8. Pembentukan asini pankreas dan sebuah pulau Langerhans. A. Tahap
awal; B. Tahap
lanjut. (Sumber: Majumdar, 1985)
 Pembentukan trakea dan paru-paru
Pembentukan trakea dan paru-paru berkaitan dengan saluran pencernaan.
 Pada usus depan di perbatasan faring dan esofagus terjadi evaginasi
endoderm ke arah ventral membentuk lekuk laringotrakea (lihat
gambar 6).
 Lekuk laringotrakea memanjang, kemudian memisahkan diri dari
usus depan dan akan tumbuh ke arah posterior sebagai trakea yang
terletak di sisi ventral esofagus. Endoderm yang berasal dari usus
depan membentuk bagian epitel trakea, sedangkan tulang rawan,
jaringan ikat dan ototnya berasal dari mesenkim disekitarnya.
 Sementara memanjang, kedua ujung trakea menggelembung →
menjadi tunas paru-paru.
 Mesoderm akan menginduksi tunas paru-paru untuk terus tumbuh
dan membentuk percabangan bronkus dan bronkiolus. Di akhir
percabangan, epitel akan menipis dan terbentuklah alveolus.
 Epitel bronkus sampai dengan alveolus terbentuk dari endoderm,
demikian pula dengan kelenjar-kelenjarnya; sedangkan jaringan ikat
dan otot pada paru-paru terbentuk dari mesenkim. Pleura yang
membungkus paru-paru berasal dari mesoderm splanknik.
Gambar 9. Perkembangan sistem respirasi manusia. A, tahap tunas
paru-paru pada embrio 4 minggu; B, tahap lanjut; C, paru-paru kecil
yang terbentuk melalui percabangan yang berulang-ulang dari
bumbung endoderm untuk membentuk cabang-cabang bronkial dan
alveoli, pada embrio 7 minggu. D, sekelompok alveoli dari paru-paru
dewasa. E, dinding alveolus ari paru-paru dewasa (Sumber:
Majumdar, 1985)
 Minggu 4-8
Gambar :
hari ke 15-17 (minggu ketiga) hari ke 17-19

hari ke 19-21 hari ke 22-23 hari ke 23-26

hari ke 35-38 hari ke 37-42 hari ke


42-44

hari ke 44-48 hari ke 48-51 hari ke 51-53


hari ke 53-54 hari ke 54-56 hari ke 56-60
 Minggu Kesembilan Hingga Lahir
Pembentukan Janin
Periode dari awal minggu kesembilan hingga lahir disebut periode janin
(fetal period). Periode ini ditandai oleh pematangan jaringan dan organ serta
pertumbuhan tubuh yang pesat. Panjang janin biasanya dinyatakan sebagai
crown-rump length (panjang puncak-kepala bokong-PPB) atau sebagai crown
heel length (panjang puncak kepala-tumit, PPT), ukuran dari verteks tengkorak
hingga tumit-tinggi berdiri). Pertambahan panjang terutama mencolok selama
bulan ketiga, keempat, dan kelima, sementara penambahan berat lebih
mencolok pada dua bulan terakhir kehamilan. Secara umum, lama kehamilan
dianggap 280 hari, atau 40 minggu setelah onset hari pertama haid normal
terakhir atau yang lebih akurat 266 hari atau 38 mingu setelah pembuahan.
Suatu perubahan mencolok adalah perlambatan relatif pertumbuhan kepala.
Pada bulan ketiga, kepala berukuran sekitar separuh dari PPB. Pada bulan
kelima, ukuran kepala adalah sekitar sepertiga PPT, dan saat lahir ukurannya
seperempat PPT. Selama bulan kelima, gerakan janin jelas dirasakan oleh ibu,
dan janin ditutupi oleh rambut halus pendek. Janin yang lahi rselama bulan
keenam atau awal bulan ketujuh sulit untuk bertahan hidup karena sistem
pernapasan dan sistem saraf pusat belum berdiferensiasi secara sempurna. Pada
fase janin juga terbentuk plasenta. Plasenta terdiri dari dua komponen, yaitu
bagian janin yang berasal dari korion frondosum atau korion vilus dan bagian
ibu yang berasal dari desidua basalis. Fungsi utama plasenta adalah untuk
pertukaran gas, pertukaran nutrien dan elektrolit, penyaluran antibodi ibu,
memberi janin imunitas pasif, menghasilkan hormon, dan detoksifikasi
beberapa obat. Sedangkan amnion adalah suatu kantong besar yang
mengandung cairan amnion tempat janin tergantung oleh tali pusatnya. Cairan
ini meredam guncangan, memungkinkan janin bergerak, dan mencegah
melekatnya mudigah ke jaringan sekitar. Tali pusat (korda umbilikalis) yang
dibungkus oleh amnion mengandung dua arteri umbilikalis, satu vena
umbilikalis, dan wharton jelly yang berfungsi sebagai bantalan pelindung untuk
pembuluh-pembuluh darah ini.
Minggu ke-9
Bila jenis kelaminnya laki-laki, di usia ini sudah bisa jelas dipastikan.
Sementara perempuan masih sesekali meragukan. Aktivitas menelan janin,
rata-rata sebanyak 25 kali dalam satu jam. Tangan janin pun mulai bergerak
bebas. Dalam arti, tak lagi tergantung pada gerakan tubuh. Sebentuk kuku pada
setiap jari tangan dan kakinya muncul di minggu ini. Panjangnya menjadi
sekitar 10 cm dengan berat 20 gram. Dalam minggu ini pula pembentukan kulit
dan fungsinya berkembang menuju penyempurnaan.
Minggu ke-10
Pada beberapa janin, aktivitas menelan dan menggerakkan tangannya
secara bebas baru dimulai minggu ini. Jenis kelamin perempuan bisa
diidentifikasikan secara jelas di minggu ini. Sistem otot dan saraf sudah
mencapai tingkat kematangan. Selain telah mampu pula mengirim dan
menerima pesan dari otak. Dengan mulai berfungsinya sistem saraf, janin
sudah mampu melakukan gerak refleks.
Minggu ke-11
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan
dan kakinya mulai tumbuh. Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk
gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan menundukkan kepala, sudah bisa
dirasakan ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah posisinya dengan
berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa
menyakitkan sekaligus memberi sensasi kebahagiaan tersendiri.
Minggu ke-12
Struktur yang telah terbentuk akan terus bertumbuh dan berkembang kian
sempurna. Di usia ini umumnya ibu bisa mendengar denyut jantung bayinya,
dengan memakai alat khusus yang disebut fetal dophtone.
Di minggu ini sistem rangka tubuh memiliki pusat pembentukan
tulang/osifikasi pada sebagian besar tulang. Sistem pencernaan mampu
menghasilkan kontraksi untuk mendorong makanan ke seluruh usus dan
mampu menyerap glukosa secara aktif.
Bila diinginkan, di minggu ini pun bisa diagnosa penyakit keturunan
semisal thalassemia dan sindroma Down, yang bisa dilakukan lewat
pemeriksaan Chorion Villus (CVS) guna memastikan ada-tidak kerusakan pada
kromosom. Caranya dengan mengambil sampel sel-sel plasenta yang bisa
dilakukan secara transabdominal melalui perut atau leher rahim/transervikal.
Kelainan kromosom dapat terjadi karena ada kelainan kromosom pada
orang tua. Atau akibat pengaruh virus, bakteri, penyakit maupun zat berbahaya
lain yang menyerang sel-sel embrio.
Trimester 2
Di akhir trimester pertama rasa mual dan lemas akan berangsur hilang.
Bersamaan dengan perut sang calon ibu yang sudah mulai terlihat membesar
saat memasuki trimester kedua kehamilan. Seiring dengan hal itu bayi anda
pun sudah mulai merespon rangsang suara dan cahaya.
Trimester kedua merupakan tahapan paling nyaman di dalam 3 jenjang
kehamilan. Keluhan-keluhan Ibu akan menghilang dan selera makan Ibu
kembali normal. Yang paling menyenangkan di trimester ini adalah Ibu dapat
merasakan gerakan janin. Berat badan Ibu akan mulai bertambah dan orang di
sekitar Ibu akan menyadari bahwa Ibu sedang hamil.
Berikut adalah tahap perkembangan kehamilan trimester kedua yaitu
minggu ke-13 hingga minggu ke-27:
Minggu ke-13
Panjang janin (dari puncak kepala sampai sakrum/bokong) ditaksir sekitar
65-78 mm dengan berat kira-kira 20 gram. Rahim dapat teraba kira-kira 10 cm
di bawah pusar. Pertumbuhan kepala bayi yang saat ini kira-kira separuh
panjang janin mengalami perlambatan dibanding bagian tubuh lainnya.
Perlambatan ini berlangsung terus, hingga di akhir kehamilan akan tampak
proporsional, yakni kira-kira tinggal sepertiga panjang tubuhnya.
Kedua cikal bakal matanya makin hari kian bergeser ke bagian depan
wajah meski masih terpisah jauh satu sama lain. Sementara telinga bagian luar
terus berkembang dan menyerupai telinga normal. Kulit janin yang masih
sangat tipis membuat pembuluh darah terlihat jelas di bawah kulitnya. Seluruh
tubuh janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut lanugo.
Minggu Ke-14
Panjangnya mencapai kisaran 80-an mm atau 8 cm dengan berat sekitar 25
gram. Telinga janin menempati posisi normal di sisi kiri dan kanan kepala.
Demikian pula mata mengarah ke posisi sebenarnya. Leher pun terus
memanjang sementara dagu tak lagi menyatu ke dada. Sedangkan alat-alat
kelamin bagian luar juga berkembang lebih nyata, hingga lebih mudah
membedakan jenis kelaminnya.
Bahkan, di rumah-rumah sakit besar atau rumah sakit pendidikan dengan
alat-alat bantu yang serba canggih, seluruh perkembangannya bisa dipantau.
Semisal bagaimana perkembangan otak, mata dan ginjalnya. Juga bisa
diketahui apakah ada anusnya atau tidak, paru-parunya berkembang baik atau
tidak, saluran pencernaannya mengalami penyempitan atau tidak, serta adakah
kebocoran pada klep atau bagian lain dari jantung. Termasuk jika terlihat
kecacatan berupa bibir sumbing atau kelainan jemari, seumpama jari dempet.
Sayangnya, meski bisa diketahui sejak masa janin, kelainan/gangguan tadi tak
bisa ditangani selagi masih di rahim seperti halnya di negara-negara maju.
Minggu Ke-15
Panjang janin sekitar 10-11 cm dengan berat kira-kira 80 gram. Kehamilan
makin terlihat, hingga demi kenyamanan si ibu maupun janinnya, amat
dianjurkan mulai mengenakan baju hamil. Sebab, kulit dan otot-otot, terutama
di sekitar perut akan melar karena mengalami peregangan luar biasa guna
mengakomodasi pembesaran rahim. Garis-garis regangan yang disebut striae
umumnya muncul di daerah perut, payudara, bokong dan panggul. Boleh-boleh
saja memakai lotion/losion khusus sekadar untuk menyamarkannya karena
memang tak mungkin hilang. Namun dianjurkan tak memakai krim jenis
steroid semisal hidrokortison yang dikhawatirkan bakal terserap ke dalam
sistem peredaran darah ibu dan bisa mengacaukan kerja hormonal.
Minggu Ke-16
Kini panjangnya mencapai taksiran 12 cm dengan berat kira-kira 100
gram. Refleks gerak bisa dirasakan ibu, meski masih amat sederhana yang
biasanya terasa sebagai kedutan. Rambut halus di atas bibir atas dan alis mata
juga tampak melengkapi lanugo yang memenuhi seluruh tubuhnya. Bahkan,
jari-jemari kaki dan tangannya dilengkapi dengan sebentuk kuku. Tungkai kaki
yang di awal pembentukannya muncul belakangan, kini lebih panjang daripada
lengan.
Pada usia ini janin memproduksi alfafetoprotein, yaitu protein yang hanya
dijumpai pada darah ibu hamil. Bila kadar protein ini berlebih bisa merupakan
pertanda ada masalah serius pada janin, seperti spina bifida, yakni kelainan
kongenital yang berkaitan dengan saraf tulang belakang. Sebaliknya, kadar
alfafetoprotein yang rendah bersignifikasi dengan Sindrom Down. Sementara
jumlah alfafetoprotein ini sendiri dapat diukur dengan pemeriksaan air
ketuban/amniosentesis dengan menyuntikkan jarum khusus lewat dinding perut
ibu.
Sistem pencernaan janin pun mulai menjalankan fungsinya. Dalam waktu
24 jam janin menelan air ketuban sekitar 450-500 ml. Hati yang berfungsi
membentuk darah, melakukan metabolisme hemoglobin dan bilirubin, lalu
mengubahnya jadi biliverdin yang disalurkan ke usus sebagai bahan sisa
metabolisme. Bila terjadi asfiksia (gangguan oksigenasi) akan muncul
rangsangan yang membuat gerak peristaltik usus janin meningkat sekaligus
terbukanya sfingter ani (“klep” anus). Akibatnya, janin mengeluarkan
mekoneum yang membuat air ketuban jadi kehijauan.
Di usia ini, janin juga mulai mampu mengenali dan mendengar suara-suara
dari luar kantong ketuban. Termasuk detak jantung ibu bahkan suara-suara di
luar diri si ibu, seperti suara gaduh atau teriakan maupun sapaan lembut.
Minggu Ke-17
Panjang tubuh janin meningkat lebih pesat ketimbang lebarnya, menjadi
13 cm dengan berat sekitar 120 gram, hingga bentuk rahim terlihat oval dan
bukan membulat. Akibatnya, rahim terdorong dari rongga panggul mengarah
ke rongga perut. Otomatis usus ibu terdorong nyaris mencapai daerah hati,
hingga kerap terasa menusuk ulu hati. Pertumbuhan rahim yang pesat ini pun
membuat ligamen-ligamen meregang, terutama bila ada gerakan mendadak.
Rasa nyeri atau tak nyaman ini disebut nyeri ligamen rotundum. Oleh karena
itu amat disarankan menjaga sikap tubuh dan tak melakukan gerakan-gerakan
mendadak atau yang menimbulkan peregangan.
Lemak yang juga sering disebut jaringan adiposa mulai terbentuk di bawah
kulit bayi yang semula sedemikian tipis pada minggu ini dan minggu-minggu
berikutnya. Lemak ini berperan penting untuk menjaga kestabilan suhu dan
metabolisme tubuh. Sementara pada beberapa ibu yang pernah hamil, gerakan
bayi mulai bisa dirasakan di minggu ini. Kendati masih samar dan tak selalu
bisa dirasakan setiap saat sepanjang hari. Sedangkan bila kehamilan tersebut
merupakan kehamilan pertama, gerakan yang sama umumnya baru mulai bisa
dirasakan pada minggu ke-20.
Minggu Ke-18
Taksiran panjang janin adalah 14 cm dengan berat sekitar 150 gram.
Rahim dapat diraba tepat di bawah pusar, ukurannya kira-kira sebesar buah
semangka. Pertumbuhan rahim ke depan akan mengubah keseimbangan tubuh
ibu. Sementara peningkatan mobilitas persendian ikut mempengaruhi
perubahaan postur tubuh sekaligus menyebabkan keluhan punggung. Keluhan
ini makin bertambah bila kenaikan berat badan tak terkendali. Untuk
mengatasinya, biasakan berbaring miring ke kiri, hindari berdiri terlalu lama
dan mengangkat beban berat.
Selain itu, sempatkan sesering mungkin mengistirahatkan kaki dengan
mengangkat/mengganjalnya pakai bantal. Mulai usia ini hubungan interaktif
antara ibu dan janinnya kian terjalin erat. Tak mengherankan setiap kali si ibu
gembira, sedih, lapar atau merasakan hal lain, janin pun merasakan hal sama.
Minggu Ke-19
Panjang janin diperkirakan 13-15 cm dengan taksiran berat 200 gram.
Sistem saraf janin yang terbentuk di minggu ke-4, di minggu ini makin
sempurna perkembangannya, yakni dengan diproduksi cairan serebrospinalis
yang mestinya bersirkulasi di otak dan saraf tulang belakang tanpa hambatan.
Nah, jika lubang yang ada tersumbat atau aliran cairan tersebut terhalang oleh
penyebab apa pun, kemungkinan besar terjadi hidrosefalus/penumpukan cairan
di otak. Jumlah cairan yang terakumulasi biasanya sekitar 500-1500 ml, namun
bisa mencapai 5 liter! Penumpukan ini jelas berdampak fatal mengingat betapa
banyak jumlah jaringan otak janin yang tertekan oleh cairan tadi.
Minggu Ke-20
Panjang janin mencapai kisaran 14-16 cm dengan berat sekitar 260 gram.
Kulit yang menutupi tubuh janin mulai bisa dibedakan menjadi dua lapisan,
yakni lapisan epidermis yang terletak di permukaan dan lapisan dermis yang
merupakan lapisan dalam. Epidermis selanjutnya akan membentuk pola-pola
tertentu pada ujung jari, telapak tangan maupun telapak kaki. Sedangkan
lapisan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf dan
sejumlah besar lemak. Seiring perkembangannya yang pesat, kebutuhan darah
janin pun meningkat tajam. Agar anemia tak mengancam kehamilan, ibu harus
mencukupi kebutuhannya akan asupan zat besi, baik lewat konsumsi makanan
bergizi seimbang maupun suplemen yang dianjurkan dokter.
Minggu Ke-21
Beratnya sekitar 350 gram dengan panjang kira-kira 18 cm. Pada minggu
ini, berbagai sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan
perkembangan. Dengan perut yang kian membuncit dan keseimbangan tubuh
yang terganggu, bukan saatnya lagi melakukan olahraga kontak seperti basket
yang kemungkinan terjatuhnya besar. Hindari pula olahraga peregangan
ataupun yang bersikap kompetitif, semisal golf atau bahkan lomba lari.
Minggu Ke-22
Dengan berat mencapai taksiran 400-500 gram dan panjang sekitar 19 cm,
si ibu kian mampu beradaptasi dengan kehamilannya. Kekhawatiran bakal
terjadi keguguran juga sudah pupus. Tak heran bila ibu amat menikmatinya
karena keluhan mual-muntah sudah berlalu dan kini nafsu makannya justru
sedang menggebu, hingga ia mesti berhati-hati agar tak terjadi pertambahan
berat badan yang berlebih.
Ciri khas usia kehamilan ini adalah substansi putih mirip pasta penutup
kulit tubuh janin yang disebut vernix caseosa. Fungsinya melindungi kulit janin
terhadap cairan ketuban maupun kelak saat berada di jalan lahir. Di usia ini
pula kelopak mata mulai menjalankan fungsinya untuk melindungi mata
dengan gerakan menutup dan membuka. Jantung janin yang terbentuk di
minggu ke-5 pun mengalami “modifikasi” sedemikian rupa dan mulai
menjalankan fungsinya memompa darah sebagai persiapannya kelak saat lahir
ke dunia.
Minggu Ke-23
Tubuh janin tak lagi terlihat kelewat ringkih karena bertambah montok
dengan berat hampir mencapai 550 gram dan panjang sekitar 20 cm. Kendati
begitu, kulitnya masih tampak keriput karena kandungan lemak di bawah
kulitnya tak sebanyak saat ia dilahirkan kelak. Namun wajah dan tubuhnya
secara keseluruhan amat mirip dengan penampilannya sewaktu dilahirkan
nanti. Hanya saja rambut lanugo yang menutup sekujur tubuhnya kadang
berwarna lebih gelap di usia kehamilan ini.
Minggu Ke-24
Janin makin terlihat berisi dengan berat yang diperkirakan mencapai 600
gram dan panjang sekitar 21 cm. Rahim terletak sekitar 5 cm di atas pusar atau
sekitar 24 cm di atas simfisis pubis/tulang kemaluan. Kelopak-kelopak
matanya kian sempurna dilengkapi bulu mata.
Pendengarannya berfungsi penuh. Terbukti, janin mulai bereaksi dengan
menggerakkan tubuhnya secara lembut jika mendengar irama musik yang
disukainya. Begitu juga ia akan menunjukkan respon khas saat mendengar
suara-suara bising atau teriakan yang tak disukainya.
Minggu Ke-25
Berat bayi kini mencapai sekitar 700 gram dengan panjang dari puncak
kepala sampai bokong kira-kira 22 cm. Sementara jarak dari puncak rahim ke
simfisis pubis sekitar 25 cm. Bila ada indikasi medis, umumnya akan dilakukan
USG berseri seminggu 2 kali untuk melihat apakah perkembangan bayi
terganggu atau tidak. Yang termasuk indikasi medis di antaranya hipertensi
ataupun preeklampsia yang membuat pembuluh darah menguncup, hingga
suplai nutrisi jadi terhambat. Akibatnya, terjadi IUGR (Intra Uterin Growth
Retardation atau perkembangan janin terhambat). Begitu juga bila semula tidak
ada, tiba-tiba muncul gangguan asma selama kehamilan.
Jika dari hasil pantauan ternyata tak terjadi perkembangan semestinya,
akan dipertimbangkan untuk membesarkan janin di luar rahim dengan
mengakhiri kehamilan. Tentu saja harus ada sejumlah syarat ketat yang
mengikuti. Di antaranya, rumah sakit yang merawat bayi-bayi prematur
haruslah rumah sakit bersalin khusus yang lengkap dengan ahli-ahli
neonatologi (ahli anak yang mengkhususkan diri pada spesialisasi perawatan
bayi baru lahir sampai usia 40 hari). Selain fasilitas NICU (neonatal intensive
Care Unit).
Minggu Ke-26
Di usia ini berat bayi diperkirakan hampir mencapai 850 gram dengan
panjang dari bokong dan puncak kepala sekitar 23 cm. Denyut jantung sudah
jelas-jelas terdengar, normalnya 120-160 denyut per menit. Ketidaknormalan
seputar denyut jantung harus dicermati karena bukan tak mungkin merupakan
gejala ada keluhan serius.
Sementara rasa tak nyaman berupa keluhan nyeri pinggang, kram kaki dan
sakit kepala akan lebih sering dirasakan si ibu. Begitu juga keluhan nyeri di
bawah tulang rusuk dan perut bagian bawah, terutama saat bayi bergerak.
Sebab, rahim jadi makin besar yang akan memberi tekanan pada semua organ
tubuh. Termasuk usus kecil, kantung kemih dan rektum. Tak jarang ibu hamil
jadi terkena sembelit, namun terpaksa bolak-balik ke kamar mandi karena
beser.
Minggu Ke-27
Bayi kini beratnya melebihi 1000 gram. Panjang totalnya mencapai 34 cm
dengan panjang bokong ke puncak kepala sekitar 24 cm. Di minggu ini
kelopak mata mulai membuka. Sementara retina yang berada di bagian
belakang mata, membentuk lapisan-lapisan yang berfungsi menerima cahaya
dan informasi mengenai pencahayaan itu sekaligus meneruskannya ke otak.
Jika terjadi “kesalahan” pembentukan lapisan-lapisan inilah yang kelak
memunculkan katarak kongenital/bawaan saat bayi dilahirkan. Lensa jadi
berkabut atau keputihan. Walaupun dipicu oleh faktor genetik, katarak bawaan
ini ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang terserang rubella
pada usia kehamilan di minggu-minggu akhir trimester dua.
Trimester 3
Minggu ke 27
 Berat janin mencapai 900 -1000 g dengan panjang janin dari kepala ke tumit
sekitar 34 cm.
 Janin makan dan tidur teratur, membuka dan menutup matanya, serta
menghisap jarinya.
 Otak janin berkembang sangat progresif.
 Telinga janin masih diliputi oleh verniks kaseosa yang melindungi janin dari
cairan ketuban sehingga suara yang mereka dengar masih berdengung.
 Apabila janin lahir minggu ini, kemungkinan bertahan hidup adalah 85%
dengan bantuan medis.
 Katarak dapat menjadi salah satu kelainan bawaan yang dibawa sejak lahir.
Lensa yang seharusnya bening menjadi keruh. Hal ini disebabkan karena
genetik (keturunan) atau ditemukan pada bayi yang lahir dari Ibu yang
mengalami campak jerman (rubela) pada minggu ke-6 atau ke-7.
Minggu ke 28
 Pada akhir minggu ke-28, berat badan janin mencapai 1100 g, panjang badan-
bokong janin mencapai 25 cm dengan total panjang 35 cm.
 Kulit tipis janin berwarna kemerahan dan dilapisi dengan verniks kaseosa.
 Produksi sel darah merah sudah dilakukan seluruhnya oleh sumsum tulang
janin.
 Janin bergerak aktif.
 Otak janin saat ini mengendalikan refleks pernapasan dan suhu.
 Janin memiliki rambut di kepalanya dan lanugo hampir menghilang seluruhnya
dari tubuh kecuali di bagian punggung dan bokong.
 Sebagai respon terhadap suara, detak jantung janin akan semakin cepat apabila
mendengar suara Ibu.
Minggu ke 29
 Berat janin sekitar 1,25 kg dengan panjang total janin sekitar 37 cm.
 Otot dan paru janin semakin matang.
 Janin mengeluarkan air seni sekitar setengah liter ke cairan ketuban setiap
harinya.
 Ruang gerak janin semakin kecil karena janin bertumbuh semakin besar.
 Testis dari janin laki-laki sedang berjalan turun ke skrotum (kantong
kemaluan), dan klitoris (organ seksual pada wanita di daerah kemaluan) pada
janin perempuan mulai terbentuk namun belum diliputi oleh labia minora (bibir
vagina bagian dalam).
 Ekstremitas bawah janin sudah terbagi antara lutut, tumit, dan kaki janin.
Minggu ke 30
 Berat janin berkisar 1,35 kg dengan panjang total 38 cm.
 Lapang pandang dan daya lihat janin semakin berkembang. Ketika janin
membuka mata, janin hanya akan berespon terhadap cahaya karena visusnya
yang hanya 20/400 (orang dewasa normal memiliki visus 20/20) sehingga
hanya dapat mengenali objek beberapa cm saja dari wajahnya.
 Janin akan terus menumpuk lemak di tubuhnya yang akan membuat kulit janin
lebih halus dan menjaga kehangatan tubuh janin saat lahir nanti.
 Janin berada dalam posisi menekuk-melingkar saat ini dengan lutut tertekuk,
lengan dan kaki melintang, dan dagu menyentuh dada.
 Seluruh panca indera janin sudah bekerja hampir sempurna.
Minggu ke 31
 Berat janin mencapai 1,5 – 1,6 kg dengan panjang total 39-40 cm.
 Pertumbuhan janin sudah mulai melambat saat ini, namun meskipun melambat,
perkembangan dari organnya akan terus terjadi sampai mencapai tahapan
pematangan.
 Janin mulai dapat memutar kepalanya ke samping dan bergerak semakin
banyak
 Kulit janin sudah berwarna merah jambu dengan lapisan lemak di bawahnya.
Kulitnya semakin terlihat sempurna seperti saat dia akan dilahirkan nantinya.
Minggu ke 32
 Minggu ini berat janin sekitar 1,7 – 1,8 kg dengan panjang total 40-41 cm.
 Janin memiliki kuku jari tangan dan kaki serta rambut.
 Kulitnya semakin lembut dan kerutan di kulitnya akan menghilang menjelang
masa persalinan.
 Sistim kekebalan tubuh janin mulai terbentuk.
 Organ utama yang belum berkembang sempurna adalah paru-paru.
Minggu ke 33
 Berat badan janin sekitar 1,9-2 kg dengan panjang total badan 41-42 cm.
 Tulang-tulangnya semakin mengeras dan bergabung menjadi satu sehingga
memudahkan janin untuk bergerak dan memasuki saluran ketika dilahirkan.
 Mata janin sudah dapat mengenali cahaya dengan berkonstriksi dan berdilatasi
ketika terpapar oleh cahaya.
 Perkembangan paru janin hampir sempurna.
 Lemak tubuh yang terus berakumulasi di bawah kulitnya untuk perlindungan
dan menjaga kehangatan janin.
 Cairan ketuban mencapai level terbanyak pada trimester ini dan akan memiliki
jumlah yang tetap sampai saat melahirkan tiba.
 Janin umumnya berada pada presentasi kepala, yaitu posisi cephalic atau posisi
kepala di bawah.
Minggu ke 34
 Berat janin saat ini mencapai 2-2,1 kg dengan panjang total 43 cm.
 Janin sudah mulai membangun sistim kekebalan tubuhnya untuk membantu
melawan infeksi.
 Cairan ketuban sudah mencapai kapasitas maksimumnya sehingga janin akan
semakin melekat ke dinding rahim dibandingkan berenang dalam cairan
ketuban.
 Mengenai kemungkinan terjadi persalinan prematur, maka kekhawatiran itu
dapat berkurang karena bayi yang dilahirkan pada minggu ke-34 sampai ke-37
yang tidak memiliki masalah kesehatan (kelainan bawaan) maka akan dapat
bertahan di dunia luar. Bayi mungkin akan menghabiskan beberapa hari di
rumah sakit namun untuk selanjutnya mereka dapat berkembang normal seperti
bayi cukup bulan lainnya.
Minggu ke 35
 Berat janin sekarang mencapai 2,2 kg dengan panjang total 45 cm.
 Sebagian besar organ janin sudah sempurna saat ini,
 Berat badan janin akan meningkat di minggu terakhir kehamilannya
 Bila janin laki-laki maka testisnya sudah berada di kantung skrotum sekarang
(kantung zakar).
Minggu ke 36
 Usia janin cukup bulan artinya janin siap lahir kapan saja
 Berat badan bayi mencapai 2,6-2,8 kg dengan panjang total 47 cm.
Minggu ke 37
 Paru-parunya sudah matang dan dapat berfungsi di luar rahim.
 Berat badan bayi mencapai 2,6-2,8 kg dengan panjang total 47 cm.
 Beberapa bayi memiliki rambut tebal dan beberapa bahkan tidak memiliki
rambut.
Minggu ke 38
 Janin memiliki berat mencapai 2,8-3 kg dengan panjang total mencapai 47 cm
 Lingkaran kepala janin dan lingkaran perut ibu memiliki diameter yang sama.
Minggu ke 39
 Berat bayi Ibu saat ini mencapai 3-3,2 kg dengan panjang total 48 cm.
 Tali pusat bayi memiliki panjang sekitar 50 cm sehingga dapat terjadi lilitan
tali pusat pada tubuh bayi mengingat bayi yang sudah besar dan mengambil
hampir seluruh ruang yang tersisa di rahim.
 Seluruh organ tubuh bayi siap berfungsi sempurna sekarang.
Minggu 40 (bayi siap lahir)
 Minggu ini janin sudah berkembang dengan sempurna, panjang total 48 cm dan
berat badan 3400 g. Bayi memenuhi ruang rahim dan hampir tidak memiliki
ruang gerak.
 Imunitas atau kekebalan dari Ibu akan bertahan di tubuh bayi dan
membantunya melawan infeksi selama 6 bulan ke depan.
 Bayi memiliki 300 tulang pada saat dilahirkan, dewasa memiliki 206 tulang.
Hal ini disebabkan karena beberapa tulang bayi akan bergabung menjadi satu
di kemudian hari.
 Lima belas persen total tubuh bayi adalah lemak, 80%-nya berada di bawah
kulit, dan 20% lainnya berada di sekitar organ.
 Bayi laki-laki atau perempuan, puting mereka dapat mengeluarkan sedikit air
susu. Apabila hal ini berlangsung maka tidak usah khawatir karena kejadian ini
akan menghilang dalam beberapa hari ke depan.
 Organogenesis syaraf
Sistem syaraf pusat tampak pada permulaan minggu ke-3 sebagai lempeng
penebalan ektoderm yang berbentuk seperti sandal. Lempang terletak di dorsal
tengah dan di depan lubang primitif. Pinggir lempeng kemudian meninggi dan
membentuk lipatan-lipatan syaraf, kemudian lipatan ini saling mendekat dari
garis tengah dan akhirnya bersatu, terbentuklah tabung saraf. Ujung sefalik
tabung syaraf terdapat 3 pelebaran, yakni gelembung-gelembung otak primer :
prosensefalon, mesensefalon, dan rhombensefalon.
Ketika berumur 5 minggu, prosensefalon terdiri 2 bagian, telensefalon dan
diensensefalon.Telensefalon dibentuk oleh bagian tengah dan 2 tenjolan
lateral.Telensefalon merupakan gelembung otak yang paling
rostrol.Diensefalon ditndai oleh pembentukan gelembung-gelembung mata,
berkembang dibagian median prosensefalon.
 Organogenesis facei
Pada minggu ke-4
Sudah mulai terbentuk prominensia fasialis yang tersusun dari (jaringan)
mesenkim yang berasal dari Krista neuralis dan mayoritas dibentuk oleh
pasangan pertama arkus faring.
Pada minggu ke-5
Plakoda nasalis mengalami vaginasi (sel2 bergerak menuju medial)  fovea
nasalis dan prominensia nasalis.
Pada minggu ke-6 hingga minggu ke-7
 Prominensia maksilaris menekan prominensia nasalis mediana ke arah medial
 bibir atas
 Prominensia mandibularis bergerak ke arah medial  menyatu  bibir bawah
 Prominensia maksilaris membesar  pipi dan maksila
 Di dasar alur nasolakrimal ada ektoderm membentuk korda epitel padat yang
melepaskan diri dari ektoderm di atasnya, lalu mengalami kanalisasi
membentuk duktus nasolakrimalis, lalu ujung atasnya melebar  sakus
lakrimalis
 Korda (lihat point sebelumnya) lepas, lalu prominensia maksilaris dan
prominensia nasalis lateralis bergabung
 Duktus nasolakrimalis bergerak dari sudut medial mata  meatus inferior
rongga hidung.
 Prominensia nasalis mediana yang menyatu memiliki 3 struktur (komponen
bibir  membentuk filtrum bibir atas, komponen rahang atas yang membawa 4
gigi seri / insisivus dan komponen langit2 yang membentuk platum primer
berbentuk segitiga
 Pada minggu ke-6 terdapat pertumbuhan membentuk bilah (palatine shelves /
bilah - bilah palatum) yang berasal dari prominensia maksilaris.
Pertumbuhannya mengarah oblik ke bawah di kedua sisi lidah. Pada minggu
ke-7 bilah tumbuh ke atas mendekati posisi horizontal lalu menyatu  palatum
sekunder lalu menyatu juga dengan palatum primer (lihat point sebelumnya).
Pada saat yang bersamaan septum nasale bergabung dengan sefalik palatum
yang baru terbentuk.
 Pada minggu ke-6 fovea nasalis semakin ke dalam karena pertumbuhan
prominensia nasalis dan penetrasi ke mesenkim di bawahnya.

7. Menguraikan kelainan Kongenital


Kelainan kongenital, cacat lahir dan anomali kongenital adalah istilah-istilah
sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktural, perilaku,
fungsional dan metabolik yang sudah ada sejak lahir. Kelainan kongenital dapat
merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera
setelah lahir. Kelainan kongenital dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat
kelahiran, atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran.

Jenis Abnormalitas dan Contohnya


(1) Malformasi
Kelainan yang terjadi selama pembentukan struktur tepatnya saat
organogenesis. Kelainan ini dapat menyebabkan hilangnya semua atau
sebagian suatu sruktur. Disebabkan oleh faktor lingkungan dan/ atau genetik
yang bekerja secara independen atau bersamaan. Kebanyakan malformasi
berawal pada minggu ketiga sampai minggu kedelapan kehamilan.
Contoh:
a) Labiopalatoskisis (Celah Bibir dan Langit-langit)
Labiopalatoskisis adalah kelainan kongenital pada bibir dan langit-langit
yang dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan yang disebabkan oleh
kegagalan atau penyatuan struktur fasial embrionik yang tidak lengkap.
Kelainan ini cenderung bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi
akibat faktor non-genetik..

b) Spina Bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect yaitu suatu
celah pada tulang belakang yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa
vertebra gagal. menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Kelainan ini
biasanya disertai kelainan di daerah lain, misalnya hidrosefalus, atau gangguan
fungsional.

c) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Secara klinis, hidrosefalus kongenital dapat terlihat sebagai pembesaran kepala
segera setelah bayi lahir, atau terlihat sebagai ukuran kepala normal tetapi
tumbuh cepat sekali pada bulan pertama setelah lahir.
.
d) Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan di mana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan
tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan pembentuk otak. Salah satu gejala janin yang
dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil mengalami polihidramnion
(cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak). Prognosis untuk kehamilan
dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan
mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.

e) Omfalokel
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar
dinding perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam suatu kantong.
Omfalokel terjadi akibat hambatan kembalinya usus ke rongga perut dari posisi
ekstra-abdominal di daerah umbilicus yang terjadi dalam minggu keenam
sampai
kesepuluh kehidupan janin.

(2) Disrupsi
Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal.
Ini biasanya terjadi sesudah embriogenesis. Berbeda dengan deformasi yang
hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh
iskemia, perdarahan atau perlekatan. Misalnya helaian-helaian membran
amnion, yang disebut pita amnion, dapat terlepas dan melekat ke berbagai
bagian tubuh, termasuk ekstrimitas, jari-jari, tengkorak, serta muka.
Contoh:
a) Craniofacial
Craniofacial adalah masalah medis yang berhubungan dengan tulang
tengkorak dan tulang wajah. Kelainan craniofacial merupakan cacat lahir pada
wajah atau kepala. Beberapa kasus, seperti bibir sumbing, adalah kasus yang
paling banyak ditemukan, kasus yang lain sangat jarang. Kebanyakan cacat ini
memperngaruhi penampilang wajah dan kepala penderitanya. Kelainan ini
memugkinkan juga terjadi pada bagian tubuh yang lain. Kelainan ini
disebabkan oleh pita amnion yang pecah sebelum waktunya.
b) Atresia Esofagus
Dari segi anatomi, khususnya bila dilihat bentuk sumbatan dan
hubungannya dengan organ sekitar, terdapat bermacam-macam penampilan
kelainan kongenital atresia esophagus, misalnya jenis fistula trakeo-esofagus.
Dari bentuk esofagus ini yang terbanyak dijumpai (lebih kurang 80%) adalah
atresia atau penyumbatan bagian proksimal esofagus sedangkan bagian
distalnya berhubungan dengan trakea sebagai fistula trakeo-esofagus. Secara
klinis, pada kelainan ini tampak air ludah terkumpul dan terus meleleh atau
berbusa, pada setiap pemberian minum terlihat bayi menjadi sesak napas,
batuk, muntah, dan biru.

c) Sindrom Pierre Robin


Kelainan kongenital berupa adanya dismorfosis tulang muka dan tengkorak.
Pada pemeriksaan ditemukan adanya distrofi mandibula sehingga memberi
kesan mikrognatia disertai dengan adanya palatoskizis. Akibat yang timbul
pada kelainan ini adalah kesukaran minum. Pada posisi telentang lidah akan
jatuh ke belakang di daerah hipofarings sehingga mengganggu pernafasan.
d) Hematoma sefal
Hematoma sefal terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi
tulang kepala ke jaringan periosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat
terjadi pada persalinan yang sukar dan lama yang menyebabkan adanya
tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi. Serta timbul pula pada
persalinan dengan tindakan seperti tarikan vakum atau cunam, bahkan dapat
pula terjadi pada kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan
kepala bayi. Akibat perdarahan ini timbul penimbunan darah di daerah
subperiost yang dari luar terlihat sebagai benjolan. Benjolan ini dapat bersifat
soliter atau multipel.
(3) Deformasi
Deformasi didefinisikan sebagai bentuk, kondisi, atau posisi abnormal
bagian tubuh yang disebabkan oleh gaya mekanik sesudah pembentukan
normal terjadi, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang
kecil). Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus
ataupun faktor ibu yang lain seperti primigravida, panggul sempit,
abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar.
Contoh:
a) Clubfeet atau CTEV (Congenital Talipes Equinovarus)
CTEV atau Congenital Talipes Equinovarus adalah kelainan kongenital
yang umum ditemukan. Deformitas ini mengakibatkan kaki terlihat berotasi ke
dalam terhadap ankle (mata kaki). Di Amerika Serikat, terdapat 1-2 kasus
dalam 1000 kelahiran hidup dan 50% diantaranya menyerang kedua kaki
(bilateral).
Talipes berasal dari kata Talus yang berarti ankle (mata kaki) dan Pes yang
berarti kaki. Sehingga Menunjukkan adanya kelainan pada kaki yang
mengakibatkan penderitanya berjalan menggunakan ankle atau mata kakinya.
Sedangkan Equino berarti seperti kuda dan Varus adalah bengkok kedalam.
Kesimpulannya, pada penderita dengan CTEV, memiliki 3 kondisi medis,
yakni:
 Kaki depan tertarik kedalam (adduction) sehingga telapak kaki menghadap ke
atas (supination),
 Tumit kedalam (inversion),
 Pergelangan kaki atau ankle dalam keadaan bengkok ke dalam (plantar
flexion).

b) Talipes valgus
Talipes valgus terjadi karena produksi lemak pada kaki anak. Valgus bisa
disebabkan oleh penyakit Blount, yakni tulang kering melengkung dan tidak
secara tepat masuk dalam sendi lutut. Jika bengkoknya terlihat lebih pada satu
kaki saja, penyebabnya bisa karena hambatan pertumbuhan. Biasanya valgus
akan normal kembali saat anak usia 8 tahun.
Talipes Valgus ini mempunyai penyebabnya lain, yakni karena lembeknya
ligamen sebelah dalam. Begitu lembeknya sehingga waktu anak berdiri,
kakinya tidak dapat menunjang tubuh dengan baik. Ini juga baru tampak saat
bayi mulai dapat berdiri.

c) Talipes Kavus
Talipes kavus ialah kelainan tapak kaki yang berupa lengkungan (arch) lebih
tinggi dari kaki normal, dan sering kali jari kaki berbentuk cakar. Kelainan ini
mirip dengan deformitas yang terlihat pada penyakit neurologik yang otot
intriksiknya lemah atau lumpuh, ini menunjukkan bahwa pes kavus idiopatik
diakibatkan oleh jenis ketidakseimbangan otot yang serupa.
Jari kaki penderita pes kavus biasanya tertarik ke atas dalam posisi cakar,
kepala metatarsal ke bawah ke tapak kaki dan lengkungan pada pertengahan
kaki lebih nyata. Sering tumit terinversi dan jaringan lunak pada tapak kaki
kencang. Dibawah kepala metatarsal yang menonjol dapat terbentuk kalus.
Penderita kelainan pes kavus biasanya berada pada umur 8-10 tahun.
(4) Sindrom
Sindrom adalah kumpulan anomali yang terjadi bersamaan dan memiliki satu
penyebab spesifik. Kata ini menunjukkan diagnosis telah ditegakkan dan resiko
kekambuhan (pada kehamilan selanjutnya) diketahui. Sebaliknya, asosiasi
(keterkaitan) adalah kemunculan non-acak dua atau lebih anomali yang timbul
lebih sering dibandingkan jika terjadi hanya secara kebetulan, tetapi yang
penyebabnya belum diketahui.
Contoh:
a) Sindron Down
Sindron Down disebabkan oleh gagal berpisah kromosom nomor 21
sehingga individu penderita memiliki kromosom tambahan pada kromosom
nomor 21. Penderita sindrom ini memiliki tiga kromosom nomor 21. Hal ini
disebut juga trisomi 21. Pengaruhnya menyebabkan pertumbuhan mental
penderita terhambat, berkurangnya ketahanan tubuh terhadap infeksi, dan
tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Tingkat pertumbuhan mental pada
sindrom Down bervariasi pada setiap penderita. Kasus trisomi 21 dapat terjadi
pada sekitar 15 individu setiap 10.000 kelahiran. Pada ibu di atas 35 tahun,
kemungkinan terjadinya sindrom Down pada anak yang dilahirkannya lebih
tinggi dibandingkan pada ibu dengan umur 20-30 tahun (Levine & Miller,
1991: 223).
b) Sindrom Patau
Sindrom Patau disebabkan oleh aneuploidi pada autosom. Sindrom ini
disebabkan oleh trisomi pada kromosom nomor 13 dan ditemukan oleh K.
Patau pada 1960. Penderita sindrom ini memiliki ciri mata serius, kerusakan
otak dan peredaran darah, serta langit-langit mulut yang terbelah. Pada setiap
5.000 kelahiran dapat terjadi satu kasus penderita sindrom Patau. Bayi yang
dilahirkan dengan sindrom ini jarang bertahan hidup lebih dari satu tahun.
c) Sindrom Edwards
Sindrom Edwards kali pertama ditemukan pada 1960 oleh I.H. Edwards.
Kariotipe (45A + XX / XY), trisomik pada autosom. Autosomal kelainan pada
kromosom nomor 16, 17, atau 18. Ciri-cirinya yaitu mikrosefal disertai dengan
bagian belakang menonjol dari kepala ( tengkuk), telinga cacat, abnormal
rahang kecil (micrognathia); celah bibir / celah langit-langit, hidung terbalik,
sempitnya lipatan kelopak mata (fisura palpebral), luasnya mata spasi
(hypertelorism okular), sebuah tulang dada pendek, tangan terkepal, jempol
terbelakang dan atau kuku jari-jari tidak ada, anyaman dari kedua dan ketiga
jari-jari kaki, kaki pengkor dan pada laki-laki testis tidak turun.
d) Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinefelter kali pertama ditemukan oleh H.F. Klinefelter pada
1942. Sindrom ini disebabkan oleh adanya gagal berpisah pada kromosom seks
(gonosom) sehingga setelah fertilisasi dihasilkan laki-laki dengan tambahan
kromosom X menjadi XXY. Diperkirakan kejadian ini terjadi satu dari setiap
2.000 kelahiran. Individu dengan kromosom XXY adalah pria steril (mandul).
Badannya relatif tinggi, namun tidak memperlihatkan perkembangan pria,
seperti pundak yang lebar dan pinggul yang kecil layaknya pria pada
umumnya. Memasuki masa pubertas, pada sebagian penderita terbentuk
kelenjar payudara layaknya wanita. Pria dengan sindrom Klinefelter memiliki
pertumbuhan mental yang cenderung lambat. Akan tetapi, hal ini dapat sangat
bervariasi pada setiap individu.
e) Sindrom Turner
Wanita dengan sindrom Turner hanya memiliki satu kromosom seks X.
Monosomi X ini ditemukan oleh H.H. Turner pada 1938. Secara genetis,
penderita sindrom ini hanya memiliki kromosom 44A + XO. Meskipun
memiliki jenis kelamin wanita, ia tidak memiliki ovarium yang sempurna, steril
(mandul), ciri seksualnya tidak berkembang, dan cenderung lebih pendek.
Diperkirakan kasus sindrom Turner terjadi satu dari setiap 5.000 kelahiran.
8. Faktor Pengganggu Kehamilan beserta pencegahan

Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.


Pertumbuhan embryonal dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor
genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan. Beberapa faktor
etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara
lain:
 Kelainan Genetik dan Khromosom.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh
atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang
mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang
bersangkutan sebagai unsur dominan (dominant traits) atau kadang-kadang
sebagai unsur resesif. Beberapa contoh kelainan autosom, yaitu trisomi pada
kromosom no 21 yang dikenal sebagai sindrom Down (mongolism) dan kelainan
pada kromosom kelamin di antaranya sindrom Turner.
 Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat
menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ
tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan
mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas
organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus,
talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)
 Faktor infeksi.
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang
terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan.
Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan
gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimester pertama
di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan
kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester
pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan
kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai
tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada
trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah
infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan
kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada
system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
 Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester
pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat
menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan
terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum
wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya
dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum
banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester
pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun
hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus
minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit
tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan;
keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan
akibatnya terhadap bayi.
 Faktor umur ibu
 Hamil usia 20-an tahun
Untuk usia 20 tahun lebih mudah untuk hamil, memiliki resiko keguguran
dan komplikasi lebih rendah. Tetapi sedikit lebih tinggi terkena resiko
Preeclampsia yaitu gejala tekanan darah, pembengkakan dan tingginya
jumlah protein di urin. Yang merupakan salah satu penyebab melambatnya
pertumbuhan janin.Dan awal usia 20 tahun lebih besar terkena resiko bayi
lahir dengan bobot yang rendah. Bayi lahir dengan bobot rendah memiliki
resiko cacat untuk kedepannya.
 Hamil usia 30
Sel telur berkurang karena kesuburan menurun stelah umur 30an tahun dan
risiko melahirkan anak syndrome down atau cacat kromosom. Data American
Society dor Reproductive Medicine ,sepertiga usia 35 tahun mengalami
masalah kesuburan dan jugga lebih mudah mengalami keguguran dari pada
wanita muda. Perempuan hamil diatas 35 tahun juga cenderung memiliki
masalah Preclampsia, diabetes, prematur dan berat badan bayi rendah.
 Hamil di usia 40-an tahun
Risiko perempuan hamil usia 40an tahun sama seperti perempuan yang
hamil di usia 30an tahun. Ada dua risiko yang besar yaitu cacat kromosom
dan keguguran, rasionya adalah 1 banding 100 kehamilan. Usia 40an tahun
juga tiga kali lipat lebih besar mengalami diabetes selama kehamilan dan
mungkin terjangkit fetal distress.
 Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan
kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita
diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih
besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
 Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada
orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gen yang
mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang
dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya
dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
 Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-
bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya
defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat
menaikkan kejadian & kelainan kongenital.
Upaya Pencegahan Kelainan Kongenital
(1) Pencegahan Primer
Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak
mengalami kelahiran bayi dengan kelainan kongenital, yaitu dengan :
a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia lebih dari 35
tahun agar tidak berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.
b. Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil. Kekurangan asam
folat pada seorang wanita harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum wanita
tersebut hamil
c. Perawatan Antenatal (Antenatal Care)
Tujuan dilakukannya antenatal care adalah untuk mengetahui data
kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterin sehingga dapat
dicapai kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan, puerperium
dan laktasi serta mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai
pemeliharaan bayinya.
d. Menghindari obat-obatan, makanan yang diawetkan, dan alkohol karena
dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti atresia ani, celah bibir dan
langit-langit.
(2) Pencegahan Sekunder
a. Diagnosis
 USG
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara dini
beberapa kelainan kehamilan/pertumbuhan janin, kehamilan ganda,
molahidatidosa, dan sebagainya
 Pemeriksaan cairan amnion (amnionsentesis)
Amnionsentesis dilakukan pada usia kehamilan 15-19 minggu dengan
aspirasi per-abdomen dengan tuntunan USG. Dari cairan amnion tersebut
dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut antara lain pemeriksaan
genetik/kromosom, pemeriksaan alfa-feto-protein terhadap defek tuba
neural (anensefali, mengingomielokel), pemeriksaan terhadap beberapa
gangguan metabolic (galaktosemia, fenilketonurua), dan pemeriksaan
lainnya.
 Biopsi korion
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan kromosom pada
janin, kelainan metabolik, kelainan genetik dapat dideteksi dengan analisis
DNA, misalnya talasemia dan hiperplasia adrenal kongenital
b. Pengobatan
Pada kasus seperti hidrosefalus, tindakan non bedah yang
dilakukan adalah dengan pemberian obat-obatan yang dapat mengurangi
produksi cairan serebrospinal
(3) Pencegahan Tersier
Upaya pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi komplikasi penting
pada pengobatan dan rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang
tak dapat disembuhkan. Pada kejadian kelainan kongenital pencegahan tersier
bergantung pada jenis kelainan. Misalnya pada penderita Sindrom Down, pada
saat bayi baru lahir apabila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan
latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Bayi ini nantinya bisa dilatih dan dididik menjadi manusia
yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya. Banyak orang
tua yang syok dan bingung pada saat mengetahui bayinya lahir dengan kelainan.
Memiliki bayi yang baru lahir dengan kelainan adalah masa-masa yang sangat
sulit bagi para orang tua. Selain stres, orang tua harus menyesuaikan dirinya
dengan cara-cara khusus. Untuk membantu orang tua mengatasi masalah tersebut,
maka diperlukan suatu tim tenaga kesehatan yang dapat mengevaluasi dan
melakukan penatalaksanaan rencana perawatan bayi dan anak sesuai dengan
kelainannya.

9. Menguraikan manfaat mempelajari Anatomi dan Terminologi, serta


pembahasannya secara superfisial

Manfaat mempelajari Anatomi Antara lain adalah :


1. Menunjang pengajaran di bidang Kedokteran (Antaomi), karena dengan
mengerti dan paham akan Anatomi, dapat mempermudah untuk mendiagnosa
penyakit yang dialami pasien ( dengan paham tentang Anatomi 50% diagnosa
terpenuhi)
2. Dapat membandingkan tubuh sehata dan tidak sehat ( Anatomi )
3. Mempermudah mengetahui letak Anatomi ( Terminologi )

Secara umum, anatomi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:


a. Anatomi makroskopik adalah ilmu mengenai struktur tubuh yang dapat
dipelajari melalui observasi atau pembedahan tanpa menggunakan
mikroskop, yang termasuk lingkup ini:
 Anatomi deskriptif/sistematika : uraian disajikan secara sistem
persistem. Anatomi deskriptif memuat :
 Osteologia (sistem skletale) yang membahas bentuk, susunan dan
fungsi tulang dan tulang rawan
 Arthrologia (sistem articulare) yang membahas bentuk, susunan
dan peranan hubungan antar tulang termasuk persendian
 Myologia (sistem musculare) yang membahas bentuk, susunan
dan peranan otot-otot
 Angiologia (sistem vasculare) membahas sitem sirkulasi dan
limfe
 Neurologia (sistem nervosum) membahas sistem saraf pusat dan
saraf tepi
 Apparatus digestoria (sistem digestive) membahas sistem
pencernaan makanan
 Apparatus respiratorius (sistem respirasi) membahas saluran-
saluran udara pernafasan dari hidung sampai paru
 Apparatus urogenitalis (sistem urogenitale) membahas sistem
perkemihan dan reproduksi
 Glandula endokrin membahas kelenjar-kelenjar hormone
 Integumentum commune membahas sistem pelindung permukaan
tubuh yaitu kulit dan alat-alat yang terdapat padanya
sepertirambut dan kuku.
 Anatomi topographica/regional : mempelajari kedudukan suatu alat
tertentu terhadap alat lainnya, terdiri dari :
 Sintopia : mempelajari suatu letak alat tubuh terhadap alat tubuh
lainnya
 Skletopia : mempelajari suatu letak alat tubuh terhadap tulang
atau kerangka
 Holotopia : mempelajari letak sebenarnya suatu alat tubuh
 Anatomi terapan : anatomi yang uraiannya lebih dikhususkan
pada kepentingan diagno
b. Anatomi permukaan : anatomi yang mediskripsikan tanda-tanda pada
permukaan tubuh sebagai penentu kedudukan alat-alat dalam. Anatomi
histologi (mikroskopik) adalah mempelajari struktur dan bentuk bagian-
bagian tubuh dengan menggunakan bantuan alat optik (misal mikroskop).
Yang dipelajari adalah sel (cytologi), jaringan (histologi) dan organ
(organologi).
c. Anatomi ultraskopik mempelajari ultrastruktur sel dengan menggunakan
mikroskop elektron.
d. Sitologi adalah ilmu mikroskopik mengenai struktur sel individu.
e. Embriologi dan Fetologi adalah ilmu mengenai pertumbuhan dan
perkembangan dari saat konsepsi sampai kelahiran.
f. Anatomi perkembangan adalah ilmu mengenai perkembangan dan
diferensiasi struktur di sepanjang kehidupan suatu organisme.
g. Patologi adalah ilmu mengenai struktur tubuh dan perubahan yang berkaitan
dengan penyakit atau cedera.
h. Anatomi radiografi adalah ilmu mengenai struktur tubuh dengan
menggunakan sinar X atau teknik penyinaran lain.
b. Sikap Anatomi
o Posisi tubuh anatomi manusia adalah tubuh berdiri tegak, wajah, mata dan jari
kaki menghadap ke depan, kedua kaki rapat, sedang lengan berada di samping
tubuh dengan telapak tangan menghadap ke depan.
o Posisi supine (terlentang): Pada posisi ini tubuh berbaring dengan wajah
menghadap ke atas. Semua posisi lainnya mirip dengan posisi anatomi dengan
perbedaan hanya berada di bidang horisontal daripada bidang vertikal.
o Posisi prone (tengkurap): Pada posisi ini, punggung menghadap ke atas. Tubuh
terletak pada bidang horisontal dengan wajah menghadap ke bawah.
o Posisi litotomi: Pada posisi ini tubuh berbaring terlentang, paha diangkat
vertikal dan betis lurus horizontal. Tangan biasanya dibentangkan seperti
sayap. Kaki diikat dalam posisinya untuk mendukung lutut dan pinggul yang
tertekuk. Ini adalah posisi pada banyak prosedur kebidanan.
c. Bidang-Bidang Tubuh
1. Bidang sagital membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan.
a. Bidang midsagital membagi tubuh menjadi dua bagian, bagian kiri sama
besar dengan bagian kanan.
b. Bidang Parasagital membagi tubuh menjadi dua bagian (bagian kiri dan
kanan) yang tidak sama besar.
2. Bidang frontal atau koronal adalah salah satu bidang di bagian kanan bidang
sagital. Bidang ini membagi tubuh atau organ menjadi bagian depan dan
belakang.
3. Bidang transversal (horizontal, potong silang) membagi tubuh atau organ
menjadi bagian atas dan bawah.
d. Topografis
1. Bagian anterior dari tubuh (ventral pada binatang) merupakan bagian depan
tubuh atau bagian perut. Contoh: hidung merupakan bagian anterior dari
keseluruhan bagian wajah.
2. Posterior adalah bagian belakang (pada binatang disebut dorsal). Contoh:
bokong merupakan bagian posterior dari abdomen.
3. Superior adalah mengarah ke kepala atau bagian tertinggi; superior juga
disebut sebagai sefalik, kranial, atau rostal. Contoh: kepala merupakan bagian
superior dari leher.
4. Inferior adalah arah menjauhi kepala dan mengarah ke bagian bawah tubuh;
inferior juga disebut kauda. Contoh: dada merupakan bagian inferior dari leher.
5. Medial adalah setiap setiap struktur yang terdekat dengan garis tengah
imajiner tubuh. Contoh: hidung merupakan bagian medial dari mata.
6. Lateral mengarah ke samping, menjauhi garis tengah imajiner tubuh.
Contoh: telinga merupakan bagian lateral dari mata.
a. Ipsilateral berarti terletak di sisi yang sama.
b. Kontralateral berarti terletak di sisi yang berlawanan.
7. Proksimal mengacu pada bagian suatu struktur yang mendekati garis tengah
tubuh, atau jika mengacu pada satu tungkai, maka mendekati titik asal atau titik
perlekatan terdekat dengan trunkus. Contoh siku adalah bagian proksimal dari
pergelangan tangan.
8. Distal berarti paling jauh dari garis tengah imajiner atau menjauhi titik asal
atau titik perlekatan dengan trunkus. Contoh: kaki merupakan bagian distal dari
pergelangan kaki.
9. Superfisial berarti setiap bagian manapun yang dekat ke permukaan tubuh.
Contoh: kulit merupakan bagian superfisial dari otot.
10. Dalam/profunda berarti terletak di bagian internal, di dalam tubuh. Contoh:
usus halus terletak jauh lebih kedalam tubuh dari otot-otot dan kulit abdominal.
e. Gerakan
o Fleksio (bengkok) vs Ekstensio (lurus)
o Abductio (menjauhi titik median) vs adductio (mendekati titik median)
o Elevasi (naik) vs depresi (turun)
o Eversi (ke luar) vs inversi (ke dalam)
o Pronasi (telungkup) vs Supinasi (tengadah)
o Rotasi medial (rotasi ke sisi median) vs rotasi lateral (rotasi ke sisi lateral)
o Sirkumdiksi : kombinasi fleksi-abduksi-ekstensi-aduksi
o Protaksi : gerakan menuju ke depan
o Retraksi : gerakan menarik ke belakang
o Radial : gerakan ke arah os radius
o Ulnar : gerakan ke arah os ulna
o Tibial : gerakan ke arah os tibia
o Femoral : gerakan ke arah os femoris
o Frontal : gerakan ke arah os frontale
o Oksipital : gerakan ke arah os oksipitale
f. Garis Bantu
o Linea Mediana : garis tengah tubuh (Anterior dan Posterior)
o Linea Sternalis : garis yang membentang sepanjang Os. Sternum
o Linea Parasternalis : garis diantara linea sternalis dan linea midclavicularis
(destra dan sinistra)
o Linea Mamilaris : garis yang melewati papilla mamae
o Linea Axillaris : garis yang melintasi lipatan ketiak (anterior dan posterior)
o Linea Axillaris media : garis diantara linea axillaris arterior dan posterior
o Linea Scapularis : garis yang melewati sudut (angulus) inferior os scapula
o Linea Paravertebralis : garis vertical ujung prossesus transversal
g. Sistem Tubuh
o Sistem musculoskeletal : sistem otot
o Sistem nervorum : sistem syaraf
o Sistem endocrin : sistem kelenjar
o Sistem cardiovascular : sistem transportasi cor
o Sistem respiratorius : sistem pernapasan
o Sitem digestivus : sistem pencernaan
o Sitem uropoetica : sistem produksi urin
o Sistem reproduksi : sistem perkembangbiakan
h. Bagian Otot
o Origio (origin) : Ujung otot yang relatif tetap dari selama gerakan alami
o Insersio (insertion) :Ujung otot yang relatif mobil selama gerakan alami
o Belly : Bagian tengah berdaging dari otot, yang bersifat insersio
o Tendon :Bagian berserat dan non kontraksi dari otot, yang bersifat
origio
o Aponeurosis : Tendon rata yang timbul dari jaringan ikat di sekitar otot
i. Singkatan
A/a : arteri
V/v : vena
N/n : nervus/nervi
M/m : musculus/musculi
LNN/lnn : limfonodus/limfonodi
Gld : glandula = kelenjar
j. Regio/Regia
1. Regia umbilikus terletak pada pusat abdomen.
2. Regia epigastrium berada di bagian superior dari regia umbilikus.
3. Regia hipogastrium berada di bagian inferior regia umbilikus.
4. Regia hipokondrium kanan dan kiri berposisi lateral terhadap regia
epigastrium.
5. Regia lumbar kanan dan kiri terletak lateral tehadap regia umbilikus.

6. Regia inguinalis (iliaka) kanan dan kiri terletak lateral dari

regia hipogastrium.
k. Ukuran
Magnus : besar, Brevis: kecil, Major/ majus: besar, Minor/ minus: kecil
l. Istilah yang Meninggi
a) Tuber : suatu tonjolan yang membulat dan membesar (tuberositas
iliaca)
b) Tuberculum : tuber yang kecil (tubercullum majus dan minus) oss
humerus
c) Caput : kepala, caput humeri
d) Capitulum : caput yang kecil (capitulum humeri)
e) Condylus : suatu bulatan pada ujung tulang dekat persendian yang
merupakan bagian dari persendian itu. Condylus medialis
(oss femur)
f) Epicondylus : suatu tonjolan di atas condylus epi (sebelum dekat pada)
 Epicondylus lateralis dan medialis pada oss humerus
g) Spina : suatu tonjolan seperti duri
 Spina ischiadica (pelvis)
h) Processus : suatu tonjolan yang kecil dan runcing
 Processus articularis superior
 Processus spinosus (vertrebrae)
i) Crista : suatu rigi/tepi yang meninggi
 Crista iliaca (oss ilium)
j) Pecten : suatu rigi yang tak begitu lebar dan tinggi
 Pecten ossis pubis
k) Eminentia : suatu daerah yang meninggi di sekitar suatu daratan.
 Eminentia illiopectinea
l) Cornu : bangunan seperti tanduk pada oss sacrum
m) Labium : bibir
 Labium mediale (oss femur)
n) Linea : garis
 Linea intercondyloidea (oss femur)
m. Istilah Bagian yang Mendalam (Lekukan)
a) Fovea : suatu cekungan seperti lembah
 Fovea capituli radii
b) Foveola : Fovea yang kecil
c) Fissura : suatu celah
d) Incisura : suatu benda tipis, ada cekungan (lekukan) atau takik
 Incisura scapulae
e) Sulcus : suatu parit
f) Fossa : suatu daerah seperti lembah yang luas
 Fossa radialis
g) Fossula : suatu fossa yang kecil
n. Istilah untuk Lubang
a) Apertura : lubang masuk ke dalam suatu rongga (seperti halnya pintu
tanpa daun pintu)
b) Foramen : lubang (di dalamnya tak ada rongga)
c) Ostium : muara dari suatu saluran
o. Istilah untuk Saluran dan Rongga
a) Canalis : saluran
b) Canaliculus : canalis yang berukuran kecil
c) Ductus : pipa
d) Tubulus : pipa yang berukuran agak kecil
e) Cavum : rongga
f) Cavitas : cavum yang berukuran kecil
g) Sinus : rongga tertutup yang biasanya berisi udara/cairan
h) Cellula : rongga kecil dalam tulang yang berisi udara
p. Warna
a. Alba : putih
b. Nigra : hitam, gelap
c. Rubra : merah
d. Grisea : abu-abu
e. Lutea, flava : kuning
f. Kloros : hijau

Anda mungkin juga menyukai