Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II

PRAKTIKUM II
PENGAMATAN OOGENESIS

DISUSUN OLEH :
NAMA : NUR FADILA SYAM
STAMBUK : G 401 19 033
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : TRY STAR GABRIELL

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN DAN


EVOLUSI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU P ENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

APRIL, 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Dapat


pula diartikan sebagai suatu proses yang mengubah plasma germinal menjadi
sel-sel kelamin yang sangat terspesialisasi sehingga mampu melakukan
fertilisasi untuk menghasilkan individu baru (Irfanuddin, 2004).

Gametogenesis sangat dibutuhkan oleh tubuh kita untuk penggandaan sel


kelamin. Ini berbeda fungsi dengan sel-sel tubuh yang mana jika ada sel
tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru
melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet
sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia menggunakan proses
pembelahan meiosis. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa mitosis
menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel
induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan
pada meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu
23 kromosom. Gametogenesis dibedakan menjadi 2, yaitu Spermatogenesis
dan Oogenesis (Chambell, 2013).

Berdasarkan uraian di atas maka yang melatarbelakangi praktikum ini yaitu


untuk mempelajari tahapan oogenesis pada ovarium tikus putih (Rattus
novergicis L.) secara mikrikopis.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu mempelajari tahapan oogenesis pada
ovarium tikus putih (Rattus novergicis L.) secara mikrikopis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ovarium adalah organ primer atau esensial reproduksi pada betina. Seperti halnya
testes pada hewan. Ovarium dapat dianggap bersifat endokrin atau sitogenik
(menghasilkan sel) karena mampu menghasilkan hormon yang akan diserap
langsung ke dalam peredaran darah dan juga ovum yang dapat dilepaskan dari
kelenjar. Ovarium merupakan sepasang kelenjar yang terdiri dari ovariumkanan
yang terletak dibelakang ginjal kanan dan ovarium kiri yang terletak dibagian
belakang ginjal kiri. Jarak antara ovarium (Frandson, 1992).

Oogenesis merupakan awal dari proses ovulasi. Oogenesis adalah proses


pembentukan ovum di dalam ovarium dan didalam ovarium terdapat oogonium
atau sel indung telur. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur
yang disebut oogonia (tunggal : oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia
dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada
ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat bersifat diploid telah selesai
dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara
mitosisis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya,
semua oosit  primer membelah secara meiosis, tetapi hanya sampai taham atau
fase profase. (Rhamadhan, 2016).

Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder akan mengalami pembelahan meiosis II.
Pada saat itu , oosit sekunder akan membelah menjadi dau sel, yaitu satu sel
berukuran normal yang disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut
badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabujg dengan badan kutub
sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan sebelumnya sehingga ditemukan
dua badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih jauh menjadi
ovum matang , sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur)
(Rhamadhan, 2016).
Ovum adalah sel telur “gamet pada wanita” yang digunakan dalam proses
reproduksi untuk menghasilkan sebuah individu baru yang ditemukan di ovarium.
Ovum identik dengan sel sperma pada laki-laki. Ovum berisi satu set DNA
haploid, mengandung 23 kromosom yang diperlukan sebagai kode, penentu sifat
dan fisik dari keturunannya. Ketika bertemu dengan gamet jantan “sperma” yang
juga berisi satu set DNA haploid maka akan terbentuk sebuah zigot (Winarni,
2009).

Ovulasi adalah suatu proses terlepasnya sel telur (ovum) dari ovarium sebagai
akibat pecahnya folikel yang telah masak (folikel de Graaf). Sel telur yang telah
dilepaskan oleh ovarium akan ditangkap oleh bagian infundibulum dari tuba
falopi, dengan bantuan rambut getar (fimbriae) yang pada saat ini selalu bergerak
aktif untuk menangkap sel telur. Sel telur yang dilepaskan masih dalam keadaan
diseliputi oleh sel granulosa. Kumulus ooporus memegang sel telur pada sisi yang
berlawanan dengan tempat dinding folikel yang sobek. Sobeknya dinding terjadi
pada bagian apek dari folikel. Sel paling luar dulu yang sobek, sel folikel di
bawahnya menyembul pada bagian yang sobek tersebut membentuk stigma atau
papila yang licin permukaannya. Tekanan yang lebih besar dari dalam folikel
menyebabkan stigma menonjol kemudian robek dan cairan folikel keluar. Interval
yang singkat, sel telur bergerak menuju ke bagian yang terbuka (robek). Lebih
banyak cairan mengalir keluar dari folikel membawa sel telur yang masih diikat
oleh kumulus ooporus, kemudian ditangkap oleh fimbriae dari infundibulum.
Waktu yang dibutuhkan oleh seluruh proses ovulasi akan singkat bila sel telur
berada di dasar folikel, dan lama bila sel telur berada dekat pada stigma yang
menonjol di permukaan ovarium (Winarni, 2009).

Folikel ovarium mengalami tiga tahap pertumbuhan. Pada embrio, demikian pula
pada betina pascalahir, sebagian besar folikel-folikelnya berupa folikel primer.
Folikel-folikel tersebut membentuk lapisan tebal di bawah tunika albuginea dan
memiliki ciri khusus, yaitu bahwa ova yang terdapat di dalamnya tidak memiliki
membrana vitelina. Ova dikelilingi oleh banyak lapisan sel-sel folikel, yang
kemudian akan membentuk lapisan granulosa pada sebuah membrana (zona
pelusida) dan bila folikel sudah tumbuh, maka folikel ini disebut folikel sekunder.
Tahap ini, folikel berbentuk lebih bulat telur (oval) dan sudah bergerak menjauhi
korteks dan mendekati bagian medula ovarium. Akhirnya terbentuklah suatu
ruangan yang tersisi cairan (antrum) di sekitar ova dan lapisan sel-sel granulosa
mengelilinginya. Cairan itu disebut cairan folikuler atau likuor folikuli. Folikel-
folikel yang telah memiliki antra disebut folikel tersier, dan perbedaan utama
antara folikel tersier dan folikel de Graaf yang telah masak adalah pada
ukurannya. Antrum membesar sampai mencapai seluruh ketebalan korteks
ovarium pada saat folikel tumbuh. Folikel yang masak membesar, karena
penimbunan cairan folikuler dan melepuh ke atas permukaan bebas dari ovarium
(Yatim, 1996).

Fase proestrus ditunjukkan dengan dimulainya proses pembesaran folikel ovarium


terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Fase
estrus ditunjukkan dengan pematangan folikel de Graaf dan mencapai ukuran
maksimal, ovum mengalami perkembangan ke arah pematangan dan terjadi
ovulasi. Fase metestrus ditandai dengan ditemukan adanya korpus hemoragikum
di bekas tempat yang ditempati oleh folikel de Graaf, dan setelah ovulasi terjadi
maka dinding folikel menjadi kolaps (Yatim 1994).
BAB III
METODE PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 14 April 2021 pukul 13:00
WITA sampai selesai di Laboratorium Biosistematika Hewan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Mikroskop.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu preparat histologis penampang
ovarium tikus.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu yang pertama,
diperiksa penampang ovarium, mulai dengan pembesaran lemah kemudian
pembesaran kuat, lalu gambar penampang ovarium dan bermacam macam
tingkatan perkembangan ovum, setelah itu di amati semua bagian penampang,
dari luar ke dalam bagian-bagiannya: Ephitelium germinativum, cortex ovarii,
tempat terdapatnya folikel, stroma ovarii, terdapat jaringan ikat. Lalu
perhatikan tingkatan folikel yang ada : Folikel primer (foliiculi primarii),
folikel primer merupakan sel-sel folikel primordial yang sedang tumbuh,
terletak didalam cortex kortek bagian tepi, berbentuk kubus. Antara oosit dan
sel-sel granulase dipisahkan oleh zona pelusida, dilapisi sel-sel folikel yang
pipih selapis, ogonium kecil,inti sentral. Folikel sekunder : Ukuran lebih
besar, terletak dalam cortex, sel-sel folikel berlapis lapis, oosit telah
membesar, sitoplasma banyak, inti sentral. Folliculi graaf ( Folikel yang
masak) : Ukuran besar maksimum, terletak dekat dengan permukaan ovarium,
sel-sel folikel berlapis lapis dalam cortex, el-sel folikel berlapis-lapis, oosit
telah membesar, sitoplasma banyak, inti sentral, foikel ini siap diovulasikan.
Setelah itu perhatikan apakah ada folikeln yang pecah, yang menandakan
telah terjadi ovulasi. Folikel yang sudah pecah akan menyisakkan suatu
struktur yang disebut corpus luteum dan yang terakhir dokumentasikkan hasil
pengamatan dan gambarkan kembali pada table hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berikut hasil pengamatan oogenesis pada tikus putih.

No Gambar Ket Gambar


Pengamatan
1. Folikel primer
1 1. Nukelus
2
2. Granula
3. Zona pellusida

2. Folikel primordial
3 1. Nukleus
2. Stroma
1 3. Granula
2
4. Sitoplasma
4

3. Folikel graaf
1 2
1. Sitoplasma
2. Zona pellusida
3. Stroma
3

4. 1 Folikel sekunder
2 1. Nukleus
3
2. Stroma
4 3. Granula
4. Sitoplasma

4.2 Pembahasan
Pada pengamatan yang didapatkan pada praktikum ini yaitu pada hasil
pengamatan folikel primordial terdapat bagian-bagian nukleus, stroma,
granula, sitoplasma dan pada folikel primer terdapat bagian-bagian
nukelus, granula dan zona pellusida lalu pada folikel sekunder terdapat
bagian-bagian nukleus, stroma, granula dan sitoplasma sedangkan pada
folikel graaf terdapat bagian-bagian sitoplasma, zona pellusida dan
stroma,. Hal ini sesuai literatur menurut Champbell (2009), bahwa secara
histologis, folikel primordial mengandung satu oosit primer berukuran
kecil (diameter ~ 25µm) yang tertahan dalam stadium profase dari
meiosis I, satu lapis sel granulosa gepeng atau skuamous, dan lamina
basalis. Dan perkembangan folikel primer merupakan stadium pertama
pertumbuhan folikel. Oosit mulai tumbuh, terbentuk zona pellusida yang
secara penuh mengelilingi oosit. Zona pellusida tersebut disentesis oleh
oosit dan sel granulosa pada akhir stadium mengalami perubahan
morfologi dari skuamosa menjadi kuboidal. Dan pada folikel sekunder,
folikel memperoleh suplai darah tersendiri setelah sel teka terbentuk
meskipun lapisan sel granulosa tetap avaskuler . Sel-sel granulosa
membentuk reseptor-reseptor follicle stimulating hormone (FSH),
estrogen dan androgen. Pada fase graaf merupakan proses penetuan atau
seleksi satu folikel dominan yang akan berevolusi. Kadar FSH yang
menurun menyebabkan folikel antral yang lebih kecil mengalami astrecia,
sedangkan folikel dominan terus tumbuh dengan mengumulasikan sel-sel
granulosa dan repstor FSH yang lebih banyak. Kadar estrogen yang
meningkat dalam folikel memberi umpan balik.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Oogenesis merupakan awal dari proses ovulasi. Oogenesis adalah proses


pembentukan ovum di dalam ovarium dan didalam ovarium terdapat
oogonium atau sel indung telur. Oogenesis dimulai dengan pembentukan
bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal : oogonium) (Rhamadhan,
2016).

Pada pengamatan yang didapatkan pada praktikum ini yaitu pada hasil
pengamatan folikel primordial terdapat bagian-bagian nukleus, stroma,
granula, sitoplasma dan pada folikel primer terdapat bagian-bagian nukelus,
granula dan zona pellusida dan pada folikel graaf terdapat bagian-bagian
sitoplasma, zona pellusida dan stroma, sedangkan folikel sekunder terdapat
bagian-bagian nukleus, stroma, granula dan sitoplasma.

5.2 Saran

Semoga praktikum ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan


pengetahuan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Champbell. (2009). Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata).


Sinarwijaya: Surabaya.

Champbell. (2013). A Systematic Review of Sulawesi Bunomys (Muridae,


Murinae) with the Description of Two New Species. American Museum of
Natural History, 863(1), 1–313.

Rhamadhan. (2016). Elevational zonation of mammals in the central Philippines.


Journal of Tropical Ecology, 5(03), 259– 280.

Frandson. (1992). “What makes biology learning difficult and effective: students’
views”. Educational research and reviews, Vol. 7 No. 2 01-2012, pp. 61-
71.

Infaruddin. (2004). Analysis of Vertebrate Structure. 2 nd Edition. New York:


John Wiley & Sons.

Winarni. (2009). Tingkah Laku Tikus dan Pengendaliannya. Prosiding Seminar


Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel.

Yatim. (1994). Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinarwijaya:


Surabaya.

Yatim. (1996). Vertebrate Biology. 4 th Edition. Phyladelphia: WB. Sounders


Company.
LEMBARAN ASISTENSI

NAMA : NUR FADILA SYAM


STAMBUK : G 401 19 033
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : TRY STAR GABRIELL
No Hari/Tanggal Keterangan Paraf Asisten
1.

2.

3.

4.

Anda mungkin juga menyukai