Anda di halaman 1dari 17

 

LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA UMUM

MODUL V
SIKLUS HIDUP LALAT BUAH (DROSPHILA MELANOGASTER)

DISUSUN OLEH :
NAMA : NUR FADILA SYAM
STAMBUK : G 401 19 033
KELOMPOK : III ( TIGA )
ASISTEN : DIAN HUSNAYA ALFADILLAH

LABORATORIUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKUL


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER, 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Orang yang pertama yang menggunakan Lalat buah sebagai objek penelitian
Genetika adalah Thomas Hunt Morgan yang berhasil menemukan penemuan
pautan seks. Spesies lalat buah, Drosophila melanogaster, sejenis serangga
biasa yang umumnya tidak  berbahaya yang merupakan pemakan jamur yang
tumbuh pada buah. Lalat buah adalah serangga yang mudah berkembang biak.
Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi
yang baru dapat dikembangbiakkan setiap dua minggu. Karakteristik ini
menjadikan lalat buah menjadi organisme yang cocok sekali untuk kajian-
kajian genetik (Yatim, 1983).

 
ini menjadikan lalat buah menjadi organisme yang cocok sekali untuk kajian-
kajian genetik. Dalam melakukan praktikum genetika, kita semakin banyak
menggunakan Drosophila sebagai dahan pemodelan genetika. Siklus hidup dari
Drosophila sangat penting untuk diketahui karena denngan kita mengetahuinya
kita dapat memberikan perlakuan yang sesuai dalam perawatannya.selain itu,
kita dapat mengetahui kondisi yang tepatbagi masing-masing fase. Berdasarkan
hal tersebut, sehingga praktikum ini dilakukan untuk bagaimana cara
pembuatan medium lalat buah, dan dapat mengetahui perbedaan antara jantan
dan betina serta siklus hidup dari Drosophila melanogaster (Agus dan
Sjafaraenan, 2013).

Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum


ini yaitu adalah karena kurangnya pengetahuan tentang siklus hidup lalat buah
pada medium percobaan dan mempelajari sifat morfologi lalat buah selama
siklus hidupnya.

1.2 Tujuan

Mengamati siklus hidup lalat buah pada medium percobaan dan mempelajari
sifat morfologi lalat buah selama siklus hidupnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Drosophila melanogaster sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya dan


merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah serangga yang
mudah  berkembangbiak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan
keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangkan setiap dua minggu.
Karasteristik ini menunjukkan lalat buah organisme yang cocok sekali untuk kajian-
kajian genetik (Campbell, 2008).

Menurut (Teti, 2011), Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang


dapat ditemukan di buah- buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-
tahun dalam kajian genetika dan  perilaku hewan. Berikut merupakan klasifikasi dari
Drosophila melanogaster.
Kingdom : Animalia
Phillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosophila melanogaster 

Ciri-ciri morfologi yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain
(Suryo, 2008) yaitu: Betina Jantan Ukuran tubuh lebih besar dari jantan Ukuran tubuh
lebih kecil dari betina Sayap lebih panjang dari sayap jantan Sayap lebih pendek dari
pada betina Tidak terdapat sisir kelamin ( sex comb ) Terdapat sisir kelamin (sex
comb) Ujung abdomen runcing Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam.
Menurut (Suryo, 1984). Alasan digunakannya Drosophilla melanogaster sebagai
bahan penelitian adalah karena lalat ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
1. Mudah diperoleh sehingga tidak menghambat penelitian
2. Mudah dipelihara pada media makanan yang sederhana, pada suhu kamar dan
didalam  botol susus berukuran sedang
3. Memiliki siklus hidup pendek (hanya kira-kira 2 minggu) sehingga dalam waktu
satu tahun dapat diperoleh 25 generasi
4. Mempunyai tanda-tanda kelamin sekunder yang mudah dibedakan.
5. Hanya mempunyai delapan kromosom saja, tiga pasang kromosom autosom dan
satu pasang kromosom seks.

Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari


telur – larva instar I –  larva instar II –  larva instar III –  pupa  – imago.
Perkembangan dimulai setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode.
Pertama, periode embrionik di dalam telur  pada saat fertilisasi sampai pada saat larva
muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada
saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan. Periode kedua adalah
periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan  postembrionik yang
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan
perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual
terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).
 
Menurut (Bohari, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus
hidup Drosophila melanogaster diantaranya sebagai berikut yaitu:
a. Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi
ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini
lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu
rendah atau sekitar 180 C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus
hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C,
lalat dewasa yang tumbuh akan steril.

b. Ketersediaan Media Makanan Jumlah telur


Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan
makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan
larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil,
namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat
menjadi dewasa yang hanya apat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-
telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan  jumlah makanan yang dimakan oleh
larva betina.

c. Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan


Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu
padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya
tidak terlalu  banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila melanogaster
dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu
dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol
medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan
meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.

d. Intensitas Cahaya
Menurut (Suryo, 1984), Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya
remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di
tempat yang gelap Inti sel tubuh lalat buah hanya memiliki 8 buah kromosom
saja, sehingga mudah sekali diamati dan dihitung. Delapan buah kromosom
tersebut dibedakan atas yaitu:
1. 6 buah kromosom (atau 3 pasang) yang pada lalat betina maupun jantan
bentuknya sama. Karena itu kromosom-kromosom ini disebut autosom
(kromosom tubuh), sisingkat dengan huruf A.
2. 2 buah kromosom (atau 1 pasang) disebut kromosom kelamin (seks
kromosom), sebab  bentuknya ada yang berbeda pada lalat betina dan jantan.
Kromosom kelamin dibedakan atas suryo:
1. Kromosom X yang berbentuk batang lurus. Lalat betina memiliki 2
kromosom X.
2. Kromosom Y yang sedikit membengkok pada salah satu ujungnya.
Kromosom Y lebih  pendek dari pada kromosom X. Lalat jantan memiliki
sebuah kromosom X dan Y. Lalat  betina normal memiliki kromosom Y.
Lalat betina memiliki 2 kromosom kelamin sejenis maka lalat betina
dikatakan homogametik sedangkan jantan bersifat heterogametic.
Berhubungan dengan itu formula kromosom untuk lalat buah ialah sebagai
berikut:
a. Lalat betina ialah 3 AAXX (= 3 pasang autosom + 1 pasang kromosom X)  
b. Lalat jantan ialah 3 AAXY (= 3 pasangan autosom + sebuah kromosom X +
sebuah kromosom Y).

Dalam keadaan normal, lalat betina membentuk satu macam sel telur saja yang
bersifat haploid (3AX). Tetapi lalat jantan membentuk 2 macam spermatozoa yang
haploid. Ada spermatozoa yang membawa kromosom X (3AX) dan ada yang
membawa kromosom Y (3AY). Apabila sel telur itu dibuahi spermatozoon yang
membawa kromosom X, terjadilah  lalat betina yang diploid (3AAXX). Tetapi bila
sel telur itu dibuahi spermatozoa yang membawa kromosom Y, terjadilah lalat jantan
yang diploid (3AAXY). Kadang-kadang diwaktu meosis selama pembentukan sel-sel
kelamin, sepasang kromosom kelamin itu tidak memisahkan diri, melainkan tetap
berkumpul. Peristiwa ini disebut “nondisjunction”. Andaikan terjadi nondisjunction
selama oogenesis (pembentukan sel telur) akan terbentuk dua macam sel telur, yaitu
sebuah sel telur yang membawa dua kromosom X (3AXX) dan sebuah sel telur tanpa
kromosom X (3AO) (Suryo, 2008).
Menurut (Suryo, 2008), adanya nondisjunction ini tentu saja mengakibatkan
terjadinya berbagai macam kelainan dan keturunan yaitu :

1. Lalat betina super (AAXXX), yaitu apabila spermatozoa membawa kromosom


Xmembuahi sel telur yang mempunyai dua kromosom X. Lalat ini tidak
sempurna pertumbuhannya, steril, sangat lemah, dan hidup tidak lama.
2. Lalat AAXXY, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosomY membuahi sel
teluryang mempunyai 2 kromosom X. Lalat ini betina subur, tak ada bedanya
dengan lalat beyina  biasa. Berarti kromosom Y pada drosphila tidak
memberipengaruh pada seks.
3. Lalat AAXO, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom X membuahi sel
telurtanpa kromosom X. Lalat ini jantan dan steril
4. Lalat ginandromorf, ialah lalat yang tubuhnya separuh bersifat betina dan
separuhnya bersifat  jantan. Untuklalat ini tidak dapat diberikan formulasi
kromosomnya
5. Lalat interseks AAAXX, yaitu lalat yang merupakan campurann antara lalat
betina dan  jantan, triploid (3n) untuk autosomnya dan memiliki 2 kromosom X,
steril.
6. Lalat jantan super AAAXY, yaitu lalat jantan triploid untuk autosomnya, sperti
halnya dengan lalat betina super maka pertumbuhannya tidak sempurna, steril,
sangat lemah, dan hidup tidaklama.
7. Lalat dengan kromosom X melekat pada salah satu ujungnya (attached X
cromosomes) AAXXY .lalat ini memiliki fenotip seperti lalat betina
normal,tetapi bila diperiksa menggunakan mikroskop maka inti selnya
mengandung sepasang kromosom X yang saling melekat pada ujungnya
ditambah dengan adanya kromosom Y.

Pada percobaan morgan mengenai Drosphila melanogaster terdapat seekor jantan


dengan mata putih, dan tidak cemerlang yang menjadi ciri khas spesies itu. Ketika
jantan  bermata putih ini dikawinkan dengan betina bermata merah, semua
keturunannya bermata merah. Ini suatu tanda bahwa jika sifat mata putih itu
ditentukan oleh sutau gen khusus, maka gen itu bersiifat resesif. Ketikamorgan
melakukan persilangan morgan menemukan semua keturunan yang bermata putih itu
jantan. Tidak terdapat seekor betiina pun yang   bermata putih. Morgan
menyimpulkan bahwa jika diasumsikan bahwa alela yang  bersangkutan
terletakdikromosom X. Lalat betina mempunyai 2kromosom X harus homozigot
untuk mata putih agar sifat itu dapat dilihat. Sebaliknya lalat jantan karena hanya
memiliki satu kromosomX alela apapun yang terdapat pada kromosom tersebut akan
memperlihatkan sifat itu. Morgan menamakan sifat menurun demikian itu terpaut X
karena gen terletak pada kromosom X (Kimball, 1990) .
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11 November 2020 pukul 08:00
WITA sampai selesai di Laboratorium Biologi sel dan molekul Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu lalat buah, botol kaca dan
alat tulis, bahan yang digunakan yaitu buah manga yang matang.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu pertama-tama siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan, lalu siapkan toples, kemudian masukkan
manga dan tunggu beberapa menit sampai ada lalat buah yang hinggap di manga
tersebut, dan tunggu beberapa jam dan amati tingkah laku lalat buah tersebut.
Mulai dari proses perkawinan sampai dalam beberapa hari menghasilkan
beberapa individu baru, dan ketika dalam toples sudah ada individu baru, baru
mulai pengamatan .
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Hasil pengamatan dari praktikum ini adalah :

NO PENGAMATAN KETERANGAN

1. Hari Pertama Pada hari pertama pada botol yang


terdapat lalat buah (Drosophila
melanogaster) sudah terdapat larva

2. Hari Kedua Pada hari kedua juga sudah terdapat


2nd instar larva

3. Hari Ketiga Pada hari ketiga sudah terdapat 3nd


instar larva

4. Hari Keempat Pada hari ke empat larva telah


menjadi prepupa

5. Hari kelima Pada hari kelima prepupa telah


menjadi pupa

6. Hari Keenam Pada hari keenam sudah terlihat


kepala, sayap dan kaki dalam pupa

7. Hari Ketujuh Pada hari ketujuh pengamatan gagal


sebelum lalat keluar pada imago

4.2 Pembahasan
Dalam pengamatan mengenai siklus hidup Drosophila melanogaster, kami
mengalami kegagalan dalam percobaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantarannya medium, apabila medium tersebut terlalu encer maka akan
memberikan dampak pada jumlah telurnya akan tetapi tidak memberikan
pengaruh pada siklusnya. Suhu, apabila keadaan suhu sangat rendah maka
perkembangan sampel menuju lalat dewasa sangat rendah sehingga
membutuhkan waktu sekitar 50 hari. Cahaya, apabila cahaya terlalu tinggi maka
akan mempengaruhi keterlambatan proses fase bertelur dan kemudian apabila
cahaya terlalu gelap maka akan mempengaruhi pertumbuhan. Makanan, apabila
semakin banyak makanan dan nutrisi yang terkandung maka semakin cepat dan
semakin besar pula lalat menjadi dewasa, begitu pun sebaliknya, sehingga
makanan yang dikomsumsi pada lalat buah juga mempengaruhi jumlah dan
perkembangan lalat telur lalat buah.

Siklus hidup Drosophila yaitu telur – larva – pupa – imango. Pada Drosophila,
menghasilkan telur yang berbentuk oval. Telur Drosophila dilapisi oleh dua
lapis, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu
selaput tipis tapi kuat (korion) di bagian luar dan dianteriornya terdapat dua
tangkai tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut.
Kemudian pada tahap larva terjadi dua kali pergantian kulit dinamakan stadium
instar. Di akhir stadium instar, larva keluar dari media makanan menuju tempat
yang lebih kering untuk berkembang menjadi pupa. Tahap pupa berlangsung
sekitar 2 hari sampai 4 hari. lalat dewasa yang baru keluar dari pupa sayapnya
belum berkembang tubuhnya berwarna bening kemudian akan berkembang
hingga tahap imango. Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa,
tubuhhnya memendek , kutikula menjadi keras dan berpigmen. Tanpa kepala dan
sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala,
bantalan sayap dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula
pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif dan
dalam keadaan ini larva berganti menjadi lalat dewasa.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah Siklus hidup Drosophila memiliki 4 fase
yaitu telur, larva, pupa dan imango. Siklus hidup Drosophila berlangsung selama
kurang lebih 9 hari. penggunaan Drosophila pada percobaan ini karena daur
hidupnya sangat cepat dan lalat ini sangat subur yang betina dapat menghasilkan
ratusan telur yang dibuahi dalam hidupnya yang pendek. Siklus hidup
Drosophila dipengaruhi beberapa faktor yaitu suhu, intensitas cahaya,
ketersediaan makanan dan tingkat kepadatan tempat tinggal. Perbedaan
Drosophila jantan dan Drosophila betina dapat diketahui berdasarkan ukuran
tubuh, ujung abdomen, segmen abdomen dan ada tidaknya sex comb pada
tungkai depan.

5.2 Saran

Saran pada praktikum ini adalah sebaiknya lebih memperhatikan lalat buahnya
yang akan diamati agar dapat bertelur dengan baik sehingga bisa membuat
laporan hasil pengamatan yang dilakukan oleh pratikan sesuai dengan fakta.
DAFTAR PUSTAKA

Agus dan Sjafaraenam. (2013). The genome sequence of Drosophila melanogaster.


Science.

Cambell. (2008). Drosophila, A Laboratory Handbook. USA: Coldsprig Harbor


Laboratory Press.

Bohari. (2011). Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada Press.

Kimball. (1990). Biologi Jilid. Jakarta : Erlangga.

Stansfield. (2007). Petunjuk Teknis Surveilans Lalat Buah. Pusat Teknik dan Metode
Karantina Hewan dan Tumbuhan. Jakarta : Badan Karantina Pertanian.

Suryo. (1984). Genetics: A conceptual approach. 2nd edn. New York: Freeman, W.
H. & Company.

Suryo. (2008). Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Penebar : Jakarta.

Silvia. (2003). Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap


Perkembangan Larva Drosophila. Bandung : Jurusan Biologi Universitas
Pdajajaran.

Teti. (2011). Eko-Biologi Hama Lalat Buah. Bogor : BB-Bioge


LEMBARAN ASISTENSI

NAMA : NUR FADILA SYAM

STAMBUK : G 401 19 033

KELOMPOK : III ( TIGA )

ASISTEN : DIAN HUSNAYA ALFADILLAH

No. Hari/Tanggal Koreksi Paraf

1. Minggu Revisi
29 Nov 2020

2.

3.

Anda mungkin juga menyukai