Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN TINGKAT RENDAH

MODUL III
DIVISI PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)

DISUSUN OLEH :
NAMA : NUR FADILA SYAM
STAMBUK : G 401 19 033
KELOMPOK : IV( EMPAT )
ASISTEN : NUR HASANAH

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER, 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan paku merupakan divisi yang warganya telah jelas kormusnya, yang
artinya tubuhnya telah nyata, yang dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya,
yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum
dihasilkan biji. Seperti divisi-divisi yang telah dibicarakan sebelumnya. Alat
perkembangbiakan utama dari tumbuhan paku berupa spora. Oleh sebab itu,
sementara ahli taksonomi membagi tumbuhan dalam dua kelompok besar saja
yakni diberi nama Cryptogammae dan Phanerogammae. Cryotogammae disebut
juga tumbuhan yang memiliki spora yang meliputi yaitu Schizophyta,
Thallophyta, Bryophyta dan Pteridophyta. Penanaman Cryptogammae diberikan
atas dasar cara perkembangbikkan atau perkawinannya (Tjitrosoepomo, 1989).

Tumbuhan dalam sub filum pterinopsida ini berbeda dengan ketiga sub filum
sebelumnya karena memiliki daun yang relatif lebih besar, tulang daunnya sering
bercabang-cabang. Sub filum ini lebih lanjut dibagi beberapa kelas yaitu paku-
pakuan atau gymnosperma, dimana tumbuhan ini yang kemudian mereduksi
daun-daunnya menjadi jarum dan angiosperma. Pteropsida yang pertama, yaitu
tumbuhan paku atau paku-pakuan yang juga menyumbangkan banyak spesies
terhadap flora pemandangan di alam, seperti kebanyakan tumbuhan paku iklim,
yang hidup sampai saat ini merupakan tumbuhan yang memiliki spora yang
banyak dalam satu macam spora (Kimball, 2005).

Seperti halnya dengan Bryophyta tumbuhan dalam divisi juga dalam daur
perkembangbiakannya telah menunjukkan dua keturunan yang berupa haploid
(n), dan diploid (2n) yang pergilirannya secara tertutup. Pada divisi Bryophyta
yang merupakan gametofit terdapat pada lumut, sedangkan padatumbuhan paku
atau Pteridophyta gametofitnya berupa tumbuhan kecil yang berupa tallus,
sedangkan tumbuhannya sendiri adalah sporofit yang dimana pada golongan
divisi ini sudah bisa dibedakan antara akar, batang dan daun dimana hampir sama
dengan tumbuhan tingkat tinggi, tetapi pada spesies divisi ini tidak terdapat biji
(Tjitrosoepomo, 1994).

Tumbuhan yang relatif besar ini adalah sporofitnya. Yang mencakup keturunan
utama, yang baik dalam golongan ini maupun golongan-golongan lainnya yang
tersisa bersifat domina. Spora dibentuk dalam organ-organ khusus yang
terbentuk pada penonjolan-penonjolan yang pendek yang tersusun rapat menjadi
badan seperti kerucut “strobilus” yang biasa terdapat pada ujung batang.
Sporanya semua sama, tetapi mempunyai sifat yang unik, yaitu pada suatu
tempat pada dinding spora itu melekat 4 penonjolan berbentuk pita yang
merentang atau menggulung dengan cepat bila terjadi lengas dengan udara, yang
akibatnya menyebabkan terjadinya gerakan pada spora. Pada perkecambahan
spora menghasilkan badan seperti gametofit yang disebut protallus. Protallus ini
kecil dan memiliki rhizoid yang berkembang tidak beraturan. Berwarna hijau dan
dapat melakukan fotosintesis dan biasanya menghasilkan satu alat kelamin saja
(Polunin, 1994).

Berdasarkan uraian di atas maka yang melatarbelakangi praktikum ini yaitu


untuk mendapatkan/mengetahui komunitas tumbuhan paku dengan melihat ciri-
ciri secara morfologi, dan mendeskripsikan bagian morfologi tumbuhan paku.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu agar mahasiswa mengetahui komunitas
tumbuhan paku dengan melihat ciri-ciri secara morfologi, dan mendeskripsikan
bagian morfolgi tumbuhan paku dan identifikasi, dan agar mahasiswa dapat
mencari referensi yang baik terhadap divisi pteridophyta.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai
kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya,
yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan
biji. Seperti warga yang telah dibicarakan sebelumnya, alat tumbuhan paku yang
utama adalah spora (Gembong, 1989).

Deskripsi yang lain tentang tumbuhan paku yaitu memiliki 4 struktur penting, yaitu
lapisan pelindung sel (jaket steril) yang terdapat disekeliling organ reproduksi.
Embrio multiseluler yang terdapat dalam arkegonium. Kutikula pada bagian luar dan
yang paling penting adalah sistem transport internal yang mengangkut air dan zat
makanan dari dalam tanah. Sistem transport ini sama baiknya seperti
pengorganisasian transport air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.
Tumbuhan Paku merupakan golongan tumbuhan yang telah berkosmus (mempunyai
akar, batang dan daun). Ciri – ciri tumbuhan paku memiliki 4 struktur penting, yaitu
lapisan pelindung sel (jaket steril) yang terdapat disekeliling organ reproduksi.
Embrio multiseluler yang terdapat dalam arkegonium. Kutikula pada bagian luar dan
yang paling penting adalah sistem transport internal yang mengangkut air dan zat
makanan dari dalam tanah. Sistem transport ini sama baiknya seperti
pengorganisasian transport air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.
Struktur tubuh yaitu Akar yang bersifat seperti akar serabut, ujungnya dilindungi
kaliptra yang terdiri atas sel – sel yang dapat dibedakan dengan sel – sel akarnya
sendiri. Dan batang pada sebagian jenis tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat
didalam tanah berupa rimbang, mungkin menjalar atau sedikit tegak. Jika muncul
diatas permukaan tanah, batangnya sangat pendek sekitar 0,5 m. akan tetapi ada
batang bebrapa jenis tumbuhan paku seperti paku pohon/paku tiang yang panjangnya
mencapai 5 m dan kadang – kadang bercabang misalnya : Alsophilla dan cyathea.
Pada daun selalu melingkar dan menggulung pada usia muda. Berdasarkan bentuk
ukuran dan susunanya, daun paku dibedakan antara epidermis, daging daun, dan
tulang daun. Makrofil, daun ini berbentuk kecil – kecil seperti rambut atau sisik, tidak
bertangkai dan tidak bertulang daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel, dan
tidak dapat dibedakan antara epidermis, daging daun dan tulang daun. Mikrofil
Merupakan daun yang bentuknya besar, bertangaki dan bertulang daun, serta
bercabang-cabang. Sel-sel penyusunnya telah memperlihatkan diferensiasi yaitu
dapat dibedakan antara jaringan tiang, jaringan bunga karang, tulang daun, serta
stomata (mulut daun) (Ariyanto, 2000).

Kebanyakan paku memiliki perawakan yang khas, sehingga tidak mudah keliru
dengan macam tumbuhan lain. Sebagian dari kekhasan itu adalah adanya daun muda
yang menggulung yang akan membuka jika dewasa, ciri yang hamper unik ini disebut
Vernasi bergelung. Sebagai akibat lebih lambatnya pertumbuhan permukaan daun
sebelah atas daripada sebelah bawah pada perkembangan awalnya. Ukuran dan
bentuk paku sangat bervariasi yang berkisar dari paku pohon yang dapat mencapai
tinggi 5 meter, sampai paku mini berlapis tipis yang daunnya hanya selapis sel dan
sering tertukar dengan lumut. Sebagai tambahan terhadap berbagai jenis terrestrial
yang tampak khas, banyak paku (terutama paku sarang burung)tumbuh di atas pohon
dan batu karang (Ariyanto, 2000).

Habitat tumbuhan paku yaitu habitatnya didarat, terutama pada lapisan bawah tanah
didataran rendah, tepi pantai, lereng gunung, 350 meter diatas permukaan laut
terutama didaerah lembab, dan ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada
tumbuhan lain. Reproduksi Tumbuhan Paku Reproduksi tumbuhan ini dapat secara
aseksual (vegetative), yakni dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas).
Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora.
Reproduksi secara seksual (generative) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan
betina oleh alat – alat kelamin (gametogonium). Gametogonium jantan (anteredium)
menghasilkan spermatozoid dan gametogonium betina menghasilkan sel telur
(ovum). Sepertihalnya tumbuhan lumut, tumbuhan paku mengalami metagenesis
(pergiliran keturunan) (Polunin, 1994).

Menurut (Budiyanto, 2013).tumbuhan paku pada perkembang biakannya


menunjukkan pergiliran keturunan, yaitu fase sporofit dan fase gametofit.
1. Gametofit tumbuhan paku memiliki beberapa perbedaan dengan gametofit
lumut, yaitu gametofit pada tumbuhan paku dinamakan dengan protalium
tetapi sama-sama bersifat haploid. Protalium ini hanya berumur beberapa
minggu saja. Bentuk dari protalium ini seperti jantung, warnanya hijau, dan
melekat pada substratnya. Protalium ini terdapat pada anteridium yang
terdapat pada bagian paling sempit dan arkegonium yang terdapat pada
lekukan bagian yang lebar. Jadi, keduanya berada pada sisi bawah protalium
di antara rizoidnya.
2. Sporofit pada tumbuhan paku sangat berbeda dengan sporofit pada lumut,
yaitu jika terjadi pembuahan, maka protalium akan segera binasa, tetapi jika
tidak terjadi pembuahan, maka protalium dapat bertahan hidup sampai lama.
Sporofit inilah yang akan tumbuh menjadi tumbuhan paku.

Reproduksi tumbuhan paku yaitu dengan metagenesis pergiliran reproduksi antara


vegetatif dan generatif. Terdapat klasifikasi paku berdasarkan spora yaitu homospora
pada Lycopodium, peralihan pada Equisetum dan heterospora yaitu pada Marsilea
selaginela. Jenis-jenis paku berdasarkan fungsi yaitu trofofil: steril (mandul) yang
hanya digunakan untuk proses fotosintesis, sporofil yaitu penghasil spora dan
troposporofil yaitu penghasil spora dan dapat juga berperan dalam proses fotosintesis
(Prowel, 2010).

Ditinjau dari fungsinya , daun tumbuhan paku dibedakan atas tropofil yaitu
merupakan daun yang khusus untuk fotosintesis. Dan sporofil yaitu daun aun ini
berfungsi untuk menghasilkan spora. Tetapi daun ini juga dapat melakukan
fotosintesis, sehingga disebut pula sebagai troposporofil. Ditinjau dari macam spora
yang dihasilkan , tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga golongan seperti Paku
Homospora (isospora) : Menghasilkan satu jenis spora , misalnya Lycopodium (paku
kawat). Paku Heterospora : Menghasilkan dua jenis spora yanhg berlainan; yaitu
mikrospora berkelamin jantan dan makrospora (mega spora) berkelamin betina,
misalnya : Marsilea (semanggi), Selaginella (paku rane). Dan Paku Peralihan : Paku
ini merupakan peralihan antara homospora dengan heterospora, yaitu paku yang
menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis
kelaminnya, satu berjenis kelamin jantan dan lainnya berjenis kelamin betina,
misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda) (Prowel, 2010).
BAB III

METODE PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 19 November 2020 pukul 09:00
WITA sampai selesai di Laboratorium Biiosistematika Tumbuhan, Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Mikroskop stereo, kamera, gunting
stek, buku pencatatan karakter, alat tulis, mistar ukur, dan meteran. Dan bahan
yang digunakan yaitu spiritus, koran, label gantung, sasak, plastik nener 38x60
cm dan tali rafia.

3.3 Prosedur Kerja

Setiap mahasiswa mencari tumbuhan paku yang utuh ( terdiri dari akar, batang,
dan daun) yang berada disekitar tempat tinggal. Jenis tumbuhan paku yang
dikoleksi sebaiknya yang telah memiliki bintik-bintik sorus dibagian bawah
daun. Dan memindahkan setiap tumbuhan paku dengan perbedaan morologi,
daun yang memiliki pola sorus. Dan setiap specimen dipotret secara keseluruhan
meliputi akar, batang, dan daun dengan baik terutama letak-letak sorus pada
permukaan bawah daun. Setiap gambar wajib dipotret dengan menggunakan latar
hitam da nada mistar/penggaris.Lalu deskripsikan berdasarakan referensi yang
baik. Dan buatkan laporan lengkap hasil praktikum untuk berdasarkan jenis paku
yang ditemukan pada daerah sekitar.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Gambar Hasil Pengamatan Keterangan


1. Pteridophyta a. Daun
b. aBatang
c. Akar

d. Spora
d

4.2 Pembahasan

Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku


pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi
biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan
ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang
bervariasi (sampai 6 m). Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran
keturunan, yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan
paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena
menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus
(prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil
berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi
memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun (Polunin,
1994).

Pada praktikum kali ini kami mengamati Tumbuhan paku (Pteridophyta) secara
makrokopis yaitu dari spesies Nephrolepis sp. Pada tumbuhan paku ini
memiliki akar, batang, dan daun sejati serta tidak memiliki biji. Batang berupa
batang di atas tanah, daun berukuran dan memiliki tulang daun bercabang, daun
mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung dan dibawah permukaan
daun lalu terdapat juga sorus dan mempunyai akar dan spora sebagai alat
perkembangbiakan pada tumbuhan paku yang menempel pada daun.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tumbuhan paku (pteridophyta) merupakan tumbuhan berkormus dan


berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel di sekililing
organ reproduksi, system transpor internal, hidup ditempat yang lembab. Akar
serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk
epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xylem dan floem). Berdasarkan
bnetuk dan ukuran dan susunannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi
mikrofil dan makrofil. Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan
menjadi tropofil dan sporofil.

Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang


menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakkan pada tulang daun atau
kaki daun yang mengandung spora. Repsoduksi seksual (generatif) melalui
pembentukan sel kelamin jantan (gametangium jantan/anteeridium) dan sel
kelamin betina (arkegonium). Seperti ada lumut tumbuhan paku juga mengalami
pergiliran keturunan (metagenesis). Metagenesis tersebut dibedakan antara paku
homos dan heteros spora.

5.2 Saran

Diharapkan sebaiknya pada praktikum selanjutnya mungkin bisa adanya


penelitian mengenai hubungan kekerabatan antara tumbuhan paku dengan
membuat kunci determinasi berdasarkan data jenis – jenis tumbuhan paku yang
sudah ada untuk memberikan informasi lebih jauh tentang tumbuhan paku.

DAFTAR PUSTAKA
Arryanto. (2010). Taksonomi Tumbuhan Rendah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University.

Budiyanto. (2013). Biologi. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Gembong. (1989). Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB.

Kimball. (2005). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Prowel. (2010). Biologi Umum. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Polunin. (1994). Biologi jilid 2. Bandung: ITB.

Tjitrosoepomo. (1989). Biologi jilid 3. Bandung: ITB.

LEMBARAN ASISTENSI
Nama : Nur Fadila Syam
Stambuk : G40119033
Kelompok : IV ( Empat )

No Hari/Tanggal Perbaikan Nama Asisten


/Paraf
1. Selasa, Perbaiki
24/11/2020

2. Rabu, Perbaiki
25/11/2020

3. Jumat, Sedikit lagi


28/11/2020

4. Jumat,
ACC
28/11/2020

5.

Anda mungkin juga menyukai