Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN TINGKAT RENDAH

MODUL II
DIVISI BRYOPHYTA (Tumbuhan Lumut)

DISUSUN OLEH :
NAMA : NUR FADILA SYAM
STAMBUK : G 401 19 033
KELOMPOK : IV( EMPAT )
ASISTEN : NUR HASANAH

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER, 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bryophyta kadang-kadang dapat dianggap sebagai moyang tumbuhan


berpembuluh. Kesederhanaan strukturnya, tidak adanya jaringan pembuluh dan
pembatasan pada tempat-tempat basah menyatakan bahwa mereka adalah
bentukan intermediet di antara alga tumbuhan berpembuluh. Akan tetapi, catatan
fosil menunjukkan bahwa ini tidak benar, tidak ada fosil Bryophyta ditemukan
dalam batuan yang terbentuk sebelum periode Devon. Seperti yang kita ketahui,
tumbuhan berpembuluh sudah ada dalam silur. Jadi dapat disimpulkan bahwa
lumut hati dan lumut daun dapat merupakan kolonisasi kedua (Kimball, 1987).

Sekitar 23.000 spesies lumut hati telah diidentifikasi. Mereka merupakan


tumbuhan kecil, agak sederhana yang biasanya tumbuh di tempat-tempat basah,
sebagian besar dari lumut hati mempunyai tubuh tipis seperti kulit, yang tumbuh
memipih rata di atas medium penunjangnya air tenang atau tanah basah
(Kimball, 1987).

Semua tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi daripada


Thallophyta pada umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau, karena
mempunyai sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil a dan b.
Kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri
atas selulosa. Pada Bryophyta alat-alat kelamin yang berupa yaitu anteridium dan
arkegonium, demikian pula sporangiumnya, selalu terdiri atas banyak sel.
Berlainan dengan gametangium dan sporangium Thallophyta, organ-organ itu
selalu berdinding yang terdiri atas sel-sel mandul (Kimball, 1987).
Tubuh tumbuhan lumut  daun sedikit lebih rumit daripada lumut hati. Tubuhnya
terdiri dari pucuk tegak dengan beberapa anak daun yang amat kecil tersusun
dalam pilihan, pada kedua tumbuhan itu tidak dijumpai jaringan berkayu untuk
menunjang dan dengan demikian tumbuhan itu tidak pernah tumbuh menjadi
amat besar, tidak ada  sistem pembuluh khusus untuk pengangkutan air dan
makanan ke seluruh tumbuhan. Lebih kurang 14.000 spesies lumut daun sudah
dikenal, lumut tudung kepala Polytrichum commune merupakan bentuk yang
tersebar luas dan biasa ditelaah. Lumut Sphagnum dengan subur tumbuh di rawa
dan bila terurai sebagian dijual sebagai lumut gambut kepada petani dan tukang
kebun yang ingin menyuburkan tanahnya (Kimball, 1983).

Lumut daun terdiri atas lebih kurang 12.000 jenis dan tersiar ke mana-mana.
Lumut itu dapat tumbuh di atas tanah-tanah yang gundul yang
periodik  mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun
tumbuhan ini dapat hidup. Selain itu lumut dapat pula kita temukan di antara
rumput-rumput, di atas cadas, pada batang-batang dan cabang-cabang, bahkan
ada yang pada daun-daun pohon-pohonan, di rawa-rawa, tetapi jarang di dalam
air. Mengingat tempat tumbuhnya yang bermacam-macam itu, maka tak
mengherankan jika tubuhnya menunjukkan struktur yang bermacam-macam pula
(Tjitrosoepomo, 2009).

Kebanyakan dari lumut-lumut daun suka akan tempat-tempat yang basah, tetapi
ada pula yang tumbuh di tempat-tempat yang kering. Beberapa macam di
antaranya dapat sampai berbulan-bulan menahan kekeringan dengan tidak
mengalami kerusakan, bahkan ada yang tahan kekeringan sampai bertahun-
tahun. Pada tempat-tempat yang kering lumut membentuk talus yang berupa
bantal atau gebalan, dan di atas tanah-tanah hutan seringkali merupakan suatu
lapisan yang menyerupai beludru. Dalam hutan-hutan di pegunungan di daerah
tropika batang-batang dan cabang-cabang pohon-pohonan penuh dengan lumut-
lumut ini yang menempel berupa bantal atau bergantungan dari semua bagian
tanaman hingga hutan itu pohon-pohonnya seakan-akan penuh dengan lumut
yang selalu mencucurkan air. Suasana dalam hutan yang demikian amat lembab,
berkabut, dari itu hutan tadi sering juga disebut hutan lumut atau hutan berkabut
(Tjitrosoepomo, 2009).

Berdasarkan uraian di atas maka yang melatarbelakangi praktikum ini yaitu


untuk mendapatkan/mengetahui ciri-ciri tumbuhan yang tergolong tumbuhan
lumut, dan mengetahui contoh tumbuhan lumut yang mewakili kelas musci,
anthocerotae, dan kelas hepaticae.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu agar mahasiswa mengetahui ciri-ciri
tumbuhan yang tergolong tumbuhan lumut. Agar mahasiswa mengetahui ciri
kelas musci, Anthocerotae, dan kelas hepaticae. Dan agar mahasiswa mengetahui
contoh tumbuhan lumut yang mewakili kelas musci, Anthocerotae dan kelas
hepaticae.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lumut atau yang sering disebut dengan Bryophyta merupakan kelompok tanaman
yang mulai hidup di daratan. Bryophyta merupakan tumbuhan paling kuno. Fosil
spora dan juga gamethopytnya (terutama hepatics), telah ditemukan sekitar 400 juta
tahun yang lalu. Divisi ini terdiri dari 3 kelas yaitu lumut sejati (Bryopsida atau
musci), lumut hati (Hepaticopsida atau Hepaticae), dan hornwords
( Anthocerotopsida atau Anthocerotae). Ketiga kelas merupakan kelompok yang
memiliki perbedaan dan kesamaaan satu dengan yang lain. (Tjitrosoepomo, 2009).

Jumlah spesies tumbuhan lumut hingga saat ini masih sulit untuk memperkirakannya
karena terbatas penelitiannya. Data-data yang beredar mengenai jumlah spesies lumut
vadilitas masih dipertanyakan. Diperkirakan tumbuhan lumut sekitar 14.000-15.000
spesies dengan rincin yang sekitar 8.000 spesies lumut sejati, 6.000 lumut hati, dan
200 spesies hornworts (Tjitrosoepomo, 2009).

Dalam daur hidupnya lumut menunjukkan adanya pergiliran keturunan yang jelas
dari spora tumbuh protonema dan seterusnya tumbuh-tumbuhan lumut yang
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Protonema dan lumutnya sendiri adalah
gametofit dan merupakan fase perkembangaan yang haploid daris sel telur yang telah
di buahi tumbuh sporofit, yang pada lumut berupa sporangium dan merupakan fase
perkembangan yang diploid.  Sporofit tidak hidup tersendiri, melainkan selama
hidupnya tetap tinggal pada dan mendapatkan makanannya dari gametofitnya, oleh
sporangium dengan didahului oleh pembelahan reduksi, akhirnya dibentuk spora
(Tjitrosoepomo, 2009).
Selain beberapa perkecualian, pada umumnya lumut telah merupakan tumbuhan
darat, yang dapat dilihat pula dari habitatnya. Di samping lumut yang masih
mempunyai talus ( yang tubuhnya belum memperlihatkan diferensiasi yang lanjut)
berbentuk lembaran yang merayap, telah terdapat pula lumut-lumut yang susunan
tubuhnya telah sangat mendekati tumbuhan tinggi, dengan batang yang tegak beserta
daun-daun, sehingga cahaya matahari dipergunakan dengan lebih efesien. Daun-daun
mempunyai rusuk tengah, terdiri atas satu atau beberapa lapis sel (terutama dekat
rusuk tengah, daun selalu terdiri atas lebih dari satu lapis sel), tetapi belum
memperlihatkan adanya daging daun (mesofil). Baik yang masih berupa talus maupun
yang telah maju perkembangannya telah memperlihatkan pembagian pekerjaan. Ada
jaringan asimilasi dan jaringan penyimpan makanan cadangan. Sebagian tumbuhan
lumut telah mempunyai semacam liang udara yang berguna untuk pertukaran gas,
jadi mempunyai fungsi seperti stoma pada tumbuhan tinggi (Tjitrosomo, 1983).

Penyesuaian diri terhadap hidup di darat, kelihatan dari adanya lapisan pelindung
bagi gametangium dan sporangiumnya. Lumut yang berhabitat seperti tumbuhan
tinggi (misalnya Mniodendron), dalam batangnya terdapat bekas pengangkutan yang
terdiri atas sel-sel memanjang yang sebagian masih hidup dan sebagian lagi telah
mati. Buluh-buluh kayu dengan penebalan dinding berbentuk cincin, spiral, dan lain-
lain, maupun buluh-buluh tapis belum terdapat, karena akar yang sesungguhnya
pun  belum terdapat yang ada hanya rizoid-rizoid, maka meskipun telah
memperlihatkan diferensiasi yang agak jauh, lumut masih tergolong dalam tumbuhan
talus dan belum digolongkan ke dalam tumbuhan kormus (Tjitrosomo, 1983).

Menurut (Tjitrosomo, 1983). Musci membiak dengan spora dan telah menunjukkan


adanya pergantian keturunan yang jelas, tetapi sporofitnya yang pada lumut
dinamakan sporangium itu belum merupakan individu yang terpisah, melainkan
seakan-akan merupakan buah tanaman lumut tadi dan dapat dibedakan dalam:
a.    Seta, tangkainya
b.   Kotak spora dengan perlengkapan untuk mengeluarkan spora yang terdiri atas
tertutup dan peristom
c.   Kaliptra, yang sebenarnya tidak lain dari dinding arkegonium yang tetap
menyelubungi ujung sporofit tadi.

Menurut (Loveless, 1998). Kotak sporanya di pusat mempunyai jaringan steril yang
berbentuk silinder dan dapat disebut kolemula. Musci dalam sistematik dibedakan
dalam beberapa bangsa:
a.    Andreales
b.    Sphagnales
c.    Bryales
Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya
mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan, meskipun ada
pula ayng terdapat pada tempat-tempat yang amat kering, misalnya pada kulit-kulit
pohon, di atas tanah atau batu cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai struktur
yang xeromorf. Dalam tubuh terdapat alat penyimpan air, atau dapat menjadi kering
tanpa mengakibatkan kematiannya, yang bersifat epifit ada yang dapat hidup pada
daun pohon-pohon dalam rimba daerah tropika, dan karena hidupnya di atas daun itu
lumut tadi merupakan suatu bentuk ekologi yang khusus yang dinamakan epifil
(Loveless, 1998).

Pada umumnya dalam asosiasi tumbuhan cryptogamae, lumut hati tidak mengambil
peranan yang penting. Di antara lumut hati ada yang tidak mempunyai klorofil yaitu
yang tergolong dalam marga Cryptothallus dan hidup sebagai saprofit. Protonema
lumut hati kebanyakan hanya berkembang enjadi suatu buluh yang pendek sebagian
besar lumut hati mempunyai se-sel yang mengandung minyak. Minyak itu terdapat
dalam bentuk yang spesifik, kebanyakan berupa kumpulan tetes-tetes minyak atsiri
dalam bentuk demikiaan minyak tadi tidak pernah ditemukan pada tumbuhan lain
(Loveless, 1998).
Bangsa Anthocerotales (lumut tanduk), bangsa ini hanya memuat beberapa marga
yang biasanya dimasukkan dalam satu suku saja, yaitu suku saja, yakni
suku Anthocerotaceae. Berlainan dengan golongan lumut hati yang lainnya,
sporogonium Anthocerotales mempunyai susunan dalam yang lebih rumit. Gametofit
mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada
tanah dengan perantaraan rizoid-rizoid, susunan talusnya masih sederhana. Sel-selnya
hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar, hingga
mengingatkan kita kepada kloroplas sel-sel ganggang pada sisi bawah talus terdapat
stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu kemudian hampir
selalu terisi dengan lendir, beberapa anteridium terkumpul dalam suatu lekukan pada
sisi atas talus, demikian pula arkegoniumnya. Zigot mula-mula membelah menjadi
dua sel dengan suatu dinding pemisah melintang, sel yang di atas terus membelah-
belah dan merupakan sporogonium (Loveless, 1998).
BAB III

METODE PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 12 November 2020 pukul 09:00
WITA sampai selesai di Laboratorium Biosistematika Tumbuhan, Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah lup, mikroskop, objek glass dan
deck glass, alat tulis, silet, pinset dan papam bedah. Dan bahannya yaitu
beberapa jenis yang mewakili ketiga kelas pada divisi tersebut. Dan bahan yang
diperlihatkan lewat video.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dalam prakitkum ini yaitu dengan mencari lumut disekitar
lingkungan tempat tinggal. Dan mengamati setiap tumbuhan lumut yang
ditemukan dengan lup atau mikroskop. Lalu setiap specimen di potret secara
keseluruhan dan setiap gambar wajib di potret dengan menggunakan latar hitam
dan ada mistar/penggaris. Lalu deskripsikan bagian mofologinya serta
pengamatan bentuk spora dengan mencari referensi yang baik. Selanjutnya
buatkan laporan berdasarkan pengamatan hasil pencarian referensi.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Gambar Keterangan
Hasil Pengamatan
1. Bryopsida (Lumut daun) a. Kapsul
b. Seta
a c. Batang
d. Daun
b

Pada bryopsida terdapat kapsul


yang di dalamnya terdapat spora,
lalu terdapat seta (tangkai
sporomgium), terdapat daun,
batang dan juga akar. Selanjutnya
rhizoid yang memiliki substrat
yang melekat pada dinding atau
batu yang lembab.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang saya dapatkan pada tumbuhan lumut daun,
terdapat spiral berwarna kecoklatan atau yang disebut sebagai kapsul yang di
dalam nya terdapat spora, lalu terdapat seta atau disebut sebagai tangkai
sporangium pada tumbuhan lumut, terdapat batang yang berbentuk pipih, dan
juga daun, lalu rizoid atau akar semu yang berfungsi untuk melekatkan organ
penyerap berbentuk benang-benang yang tumbuh dari talus gametofit lumut.

Adapun bryopsida memiliki karakteristik yang berbeda dengan Hepaticopsida


dan Anthocerotopsida. Siklus hidup bryophyta terbagi menjadi 2 (dua) yaitu
gametofit dan sporofit. Fase gametofit adalah siklus hidup lumut yang
menghasilkan gamet sedangkan fase sporofit adalah saat lumut menghasilkan
spora. Pada siklus hidup gametofit lebih mendominasi daripada fase sporofit.
Lengkapnya spora pada bryophyta membentuk protonema berubah menjadi
tumbuhan lumut berkromosom melalui proses miosis. Pada proses ini kromosom
akan membentuk anterdium dan arkegonium. Hasil dari miosis ini merupakan
perkembangan tumbuhan lumut menjadi kromosom (2n). Selanjutnya kromosom
(2n) menghasilkan zigot berkromosom (2n) melalui mitosis. Lalu membentuk
sporogonium (2n) sporangium (n) melalui proses sporofit. Bryophyta dapat
bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara seksual dimana
gamet betina yang menghasilkan arkegonia (sel telur) dan gamet jantan
menghasilkan antheridia (sperma) disatukan. Diawali dengan sperma yang
bergerak menuju sel telur dengan perantara air. Pertemuan keduanya disebut
fertilisasi dan menghasilkan zigot. Kemudian zigot membelah menjadi
protonema yang terus berkembang menjadi diploid. Adapun reproduksi secara
aksesual dimulai dari spora yang dihasilkan sporangium (kotak spora) melalui
pembelahan meiosis. Pada proses meiosis menghasilkan spora haploid yang
tumbuh menjadi protonema (Kimball, 1987).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada famili Bryopsida didapatkan ciri-ciri sebagai berikut yaitu Kecil, Batang


dan daunnya mempunyai susunan yang berbeda, Berukuran kecil dan jarang
mencapai 15 cm, dan Sporofit (sporogonium) terdiri atas Seta atau tangki,
Vaginula yaitu kaki yang diselubungi dinding arkegonium, Apofisis, yaitu ujung
seta atau tangki yang melebar, merupakan peralihan antara seta dan kotak spora,
Kaliptra atau tudung, yaitu berasal dari dinding arkegonium atas dan akan
menjadi tudung kotak spora, Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil
bagian dalam pembentukan spora, dan Sistem reproduksi bersifat metagenesis,
yaitu reproduksi silih berganti antara seksual (gametofit) dan aseksual (sporofit).
Reproduksi seksual membentuk gamet jantan dan betina dalam gametofit,
sedangkan reproduksi aseksual dengan spora haploid terbentuk didalam sporofit.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya mungkin bisa diteliti jenis spesies dari
Bryophyta yang lain sehingga dapat menambah pengetahuan praktikan misalnya
jenis dari lumut hati yang belum pernah diamati.
DAFTAR PUSTAKA

Kimball. (1987). Divisi Bryophyta. Erlangga: Jakarta

Kimball. (1983). Tumbuhan Lumut. Erlangga: Jakarta

Loveless. (1998). BIOLOGI jilid 2. Universitas Gadja Mada Press: Yogyakarta

Tjitrosoepomo. (2009). BIOLOGI jilid 3. Universitas Gadja Mada Press: Yogyakarta

Tjitrosomo. (1998). Botani Tumbuhan Rendah. Hiprokates: Jakarta.


LEMBARAN ASISTENSI

Nama : Nur Fadila Syam


Stambuk : G40119033
Kelompok : IV ( Empat )
No Hari/Tanggal Perbaikan Nama Asisten /Paraf
1. JUMAT, PERBAIKI LAGI
19/11/2020 DAN SEMUA
NAMA LATIN
MIRINGKAN
2. SABTU,
20/11/2020 PERBAIKI

3. MINGGU,
22/11/2020 SEDIKIT LAGI

Senin, 23/11/2020

Acc

Anda mungkin juga menyukai