Anda di halaman 1dari 17

Efek Perilaku Cybersex Terhadap Kesehatan Psikis Remaja

KARYA TULIS ILMIAH

disusun sebagai tugas akhir Matakuliah Umum Bahasa Indonesia di Fakultas Kedokteran
Universitas Jember Tahun Ajaran 2017/2018

Oleh
M.Naufal Akbar
NIM 172010101120

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018

ii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


nama : M. Naufal Akbar
NIM : 172010101120
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “Efek
Perilaku Cybersex Terhadap Kesehatan Psikis Remaja ” adalah benar-benar hasil
karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah
diajukan pada instansi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung
jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 25 Juni 2018


Yang menyatakan,

M. Naufal Akbar
NIM 172010101120

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah yang berjudul “Efek Perilaku Cybersex Terhadap


Kesehatan Psikis Remaja ” telah diuji dan disahkan pada:
hari, tanggal : ..........., .................................
tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Mengesahkan
Dosen Pembina Matakuliah Umum Bahasa Indonesia,

Dra. A. Erna Rochiyati S., M. Hum.


NIP 196011071988022001

iv
PRAKATA

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Penyusunan
karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai tugas akhir Matakuliah Umum Bahasa
Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Jember Tahun Ajaran 2017/2018.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat bimbingan dan
petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Kedua orangtua, Bapak Nur Hamiddan Ibu Rusidah yang telah dengan sabar
serta penuh kasih sayang merawat dan mendidik penulis sampai saat ini;
2. Dra. A. Erna Rochiyati S.,M.Hum. yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan, dan motivasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini;
3. Teman-teman Angkatan 2017 Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang
telah memberikan dukungan dan masukan dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum
sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi
perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhirnya, penulis berharap semoga
karya tulis ilmiah ini bermanfaat.

Jember, Juni 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
PRAKATA ................................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................... 3
1.4 Manfaat .................................................................................. 3
BAB 2. LANDASAN TEORI .................................................................... 4
2.1 Cybersex ................................................................................. 4
2.1.1 Karakteristik individu pelaku
Cybersex…………………………………. ............................ 5
2.1.2 Faktor yang menyebabkan perilaku Cybersex ............. 6
2.1.3 Dampak Cybersex ......................................................... 7
2.2 Psikis Remaja ........................................................................ 8
BAB 3. EFEK PERILAKU CYBERSEX TERHADAP KESEHATAN
PSIKIS REMAJA ...................................................…………... 9

BAB 4. KESIMPULAN ............................................................................. 11


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, semakin banyak ditemukan
teknologi tekhnologi canggih dan mutakhir yang dapat membantu manusia
mempermudah aktivitasnya. Manfaat teknologi tersebut sangat besar nilainya bagi
peradaban umat manusia, salah satu teknologi canggih yang memberikan banyak
manfaat adalah ditemukannya Internet. Internet dapat membantu manusia
mempermudah dalam proses informasi dan komunikasi jarak dekat maupun jarak
jauh, bahkan menyediakan banyak hiburan. Pada era ini internet sudah dapat
diakses dimana-mana, bahkan di smartphone, PC/Laptop, dan tablet, internet
dapat diakses dan dibawa kemana saja oleh pengguna hanya dengan bermodalkan
pulsa atau paket data dan wi-fi.
Banyaknya manfaat dan pengguna internet ini, bukan berarti internet tidak
memiliki dampak negatif, Salah satu dampak negatif internet adalah bebasnya
akses pada hal-hal yang berbau seksual. Terdapat banyak sekali website porno
yang masih beredar di internet dan masih mudah diakses oleh semua usia,
mudahnya akses pornografi di internet tersebut bisa membuat semua orang dapat
menikmati pornografi secara online dengan mudah, padahal pornografi dan
seksualitas merupakan hal yang sangat berbahaya bagi siapapun, terlebih jika
dikonsumsi secara kontinyu akan dapat merusak tubuh pelakunya terutama pada
kesehatan psikisnya, Beberapa penelitian yang mendukung bahaya pornografi
dan seksualitas ini salah satunya adalah penelitian Dr. Mark yang menyatakan
bahwa pornografi merusak lima bagian otak terutama pada pre-frontal, kerusakan
otak bagian ini akan menurunkan prestasi akademik dikarenakan individu tidak
mampu membuat perencanaan, tidak mampu mengontrol hawa nafsu dan emosi,
serta tidak mampu mengambil keputusan karena otak ini berperan sebagai
pengendali impuls (Wahyuningsih, 2012)( Dalam Arifiana, 2016), kerusakan pada
otak ini akan membuat membuat kesehatan psikis seseorang terganggu karena
semua aktivitas yang kita lakukan semua berdasarkan perintah dari otak. Seperti
yang telah dipaparkan diatas bahwa menonton atau melakukan kegiatan yang
berbau pornografi dan seksual karena kemudahan akses di internet, maka
muncullah perilaku baru yang menyimpang yakni cybersex.
Cybersex menurut Cooper (2002)(Dalam Arifiana, 2016) merupakan
aktivitas melihat gambar erotis, terlibat dalam chatting tentang seks, saling tukar
menukar gambar, atau pesan email tentang seks, ahli berikutnya yang meneliti
tentang cybersex yakni Carners, Delmonico dan Griffin (2001) mengkategorikan
beberapa bentuk cybersex diantaranya mengakses pornografi di internet (gambar,
video, cerita erotis, film dan game yang berbau seksual (Arifiana, 2016) Pada
penelitian yang dilakukan oleh Goodson, menyatakan bahwa cybersex banyak
dilakukan remaja dan dewasa (12-24 tahun) menggunakan internet untuk seksual
edukasi, hiburan, serta tayangan pornografi saling ditularkan oleh kegiatan orang
dewasa di internet (dalam Boies & Young, 2004)(Dalam Arifiana, 2016),
terutama pada remaja karena pada masa ini merupakan sebuah masa transisi dari
anak anak menuju dewasa, pada tahap ini remaja akan mengalami banyak
perubahan fisik dan psikis, selain itu menurut pernyataan psikolog mengatakan
bahwa masa remaja merupakan masa awal dimana rasa ingin tahu dan dorongan
seksual meningkat dan membutuhkan kepuasan seksual serta untuk mengejar
kebutuhan afiliasi (khususnya yang berhubungan dengan pasangan fantasi seksual
di internet) (Santrock, 2012)(Dalam Arifiana, 2016), remaja pada masa ini juga
akan merasakan dilema untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya atau
melakukan hal yang bertentangan dengan agama dan berdampak bahaya bagi
dirinya, sehingga mengikutsertakan peran emosi.
Perkembangan psikis pada masa remaja menunjukkan bahwa mereka
sangat berani mengambil resiko dan impulsif, selain itu pada masa ini remaja
berada pada tahap mencari identitas diri termasuk di dalamnya mencari pekerjaan
apa yang akan dilakukan, seksual dan nilai-nilai budaya dan norma di Indonesia
yang harus dipegang. Pada masa remaja ini cara berfikir mereka lebih banyak
melibatkan emosi, logika dan intuisi, sehingga dapat dikatakan bahwa pada masa
remaja psikisnya masih dalam keadaan naik dan turun. Perkembangan psikis masa
dewasa sangat tergantung dari pengalaman di masa-masa sebelumnya khusunya
masa remaja, jika pengalaman itu diisi oleh hal hal negatif, seperti perilaku
cybersex maka pada masa dewasa nanti juga akan berdampak pada kesehatan
psikis berupa penyimpangan hubungan sosial dan seksual dalam lingkungan, oleh
karena itu dalam karya ilmiah ini akan mendeskripsikan tentang dampak negatif
cybersex pada kesehatan psikis remaja, agar pembaca dapat mengerti, dan dapat
menghidari perilaku cybersex, serta dapat menjalani kehidupan sebagai seorang
remaja secara normal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari karya tulis
ilmiah ini adalah bagaimana pengaruh perilaku cybersex terhadap kesehatan
perkembangan psikis remaja ?

1.3 Tujuan Penulisan


Karya tulis ilmiah ini bertujuan mendeskripsikan efek perilaku Cybersex
terhadap kesehatan psikis remaja .

1.4 Manfaat
Manfaat dari karya tulis ilmiah ini memberikan informasi atau tindak
preventif mengenai dampak negatif dari perilaku cybersex pada remaja, sehingga
proses perkembangan psikis pada remaja dapat berlangsung normal.
BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1 Cybersex
Cybersex adalah segala kegiatan yang berbau pornografi baik melihat,
melakukan kegiatan sexual, mengunduh untuk dilihat secara offline, menjual atau
menyebarkan kepada individu lain, bahkan mencari pasangan untuk melakukan
chat sexual ataupun video sexual yang dilakukan individu ketika terhubung
dengan internet. Terdapat beberapa aspek penting yang ada pada cybersex
diantaranya adalah
1) Tingkat Kecanduan yaitu semakin seringnya individu melihat pornografi di
internet akan menambah tingkat kecanduannya pula. Semakin tinggi tingkat
kecanduan menyebabkan semakin berkurangnya kemampuan untuk mengontrol
diri menghindari pornografi.
2) Perasaan bersalah yaitu munculnya perasaan bersalah ketika telah
melakukan tindakan dan seksualitas. Semakin tinggi perasaan bersalah yang
dimiliki seorang individu mengindikasikan semakin tinggi pula tingkat kecanduan
yang dimiliki.
3) Perilaku cybersex ini dapat menyebabkan kecanduan pada pelakunya bila
dilakukan secara terus menerus, seperti layaknya seorang perokok mereka akan
lebih cenderung mengahbiskan waktunya dengan merokok dalam melakukan
kegiatan sehari harinya, sama halnya dengan perokok, pelaku cybersex akan lebih
berfokus dan menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan cybersex yang
dapat menimbulkan kesenangan bagi mereka, dan bahkan melupakan kegiatan-
kegiatan yang seharusnya yang bersifat konstruktif atau positif.

2.1.1 Karakteristik individu yang mengalami cybersex


Perilaku-perilaku yang menunjukkan cybersex ini sering dijumpai pada
karakteristik kehidupan sehari-hari banyak orang. Terdapat beberapa karakteristik
perilaku cybersex diantaranya :
1) Merasa bersalah setelah melakukan cybersex.

2) Mengabaikan hubungan dengan orang lain (di dunia nyata).

3) Mengabaikan tanggung jawab-tanggung jawab yang dipegangnya (pada


pekerjaan, keluarga, atau akademik).

4) Khawatir diketahui oleh orang lain ketika melakukan cybersex.

5) Melanggar peraturan karena cybersex merupakan hal yang ilegal.

6) Kehilangan kontrol untuk berhenti atau mengurangi cybersex.

7) lebih sering mengabaikan kegiatan diluar hal yang berbau cybersex.

2.1.2 Faktor – faktor yang menyebabkan cybersex

Munculnya cybersex bahkan hingga mencapai tingkat kecanduan ini tentunya


memiliki sebab. beberapa penyebabnya diantaranya.
1) Teori yaitu Triple –A Engine yang dicetuskan oleh Al Cooper pada tahun
1998 menjelaskan bahwa penyebab populernya perilaku cybersex adalah karena a)
Accessibility yakni kemudahan akses internet. Internet dapat diakses dimana saja,
kapan saja dan oleh siapa saja. b) Affordability yakni keterjangkauan. Internet
mudah dijangkau bahkan sudah banyak akses gratis yang dapat dijangkau oleh
siapapun. c) Anonymity yakni pensamaran nama. Akses pornografi pada internet
tidak dapat diketahui dikarenakan pada saat mengakses, akses bebas dan tanpa
diketahui siapa yang mengakses sehingga menimbulkan perasaan aman dari rasa
malu (Weiss & Schneider, 2006)(Dalam Arifiana, 2016).
2) Faktor lainnya adalah pegendalian diri yang kurang dari remaja, pada faktor
ini bisa disebabkan karena rasa keingintahuan yang tinggi remaja akan cybersex
untuk memuaskan hasrat seksualitasnya.
3) Faktor keimanan seseorang akan agamanya juga menjadi salah satu faktor
munculnya kegiatan cybersex, karena dalam agama apapun semua hal yang
berhubungan dengan perbuatan zina dilarang di dalamnya.
Faktor-faktor inilah yang semakin mendorong remaja dan dewasa untuk
memilih mengeksplorasikan dorongan seksualnya dengan internet atau cybersex.

2.1.3 Dampak cybersex


Banyak sekali dampak negatif dari perilaku cybersex ini dan tentunya sangat
merugikan diri sendiri dan orang yang ada di sekitar kita diantaranya adalah
1) timbulnya kepuasan dan ketenangan setelah melakuakan kegiatan cybersex,
akibat dari pemuasan hawa nafsu seksualitas dari individu.
2) Dapat merusak fungsi otak pre-frontal korteks yang berfungsi sebagai
eksekusi otak dan pengendali impuls-impuls. Karena rusaknya otak ini juga
menyebabkan menurunnya intelegensi atau akademik seseorang, individu akan
sulit mengendalikan hawa nafsu, emosi dan mengambil keputusan
(Wahyuningsih, 2012)(Dalam Arifiana, 2016).
3) Dapat menyebabkan hubungan sosialnya berkurang karena perilaku
cybersex telah mengubah persepsinya mengenai hubungan sosial yang ia lakukan,
pada pelaku cybersex mereka akan menganggap orang yang ada disekitarnya
hanya akan mengganggu kegiatannya melakukan aktivitas cybersex.
4.) pada pelaku cybersex umumnya lebih cenderung memilih melakukan
kegiatan cybersex dibanding melakukan kegiatan sosialnya, ini bisa berdampak
sangat buruk bila terjadi pada remaja karena pada masa remaja kegiatan sosial
mereka banyak dilakukan di sekolah, sehingga pada pelaku remaja terutama yang
telah mengalami kecanduan dampak yang akan ditimbulkan bisa berupa
penurunan prestasi mereka karena malasnya mereka untuk belajar akibat lebih
mementingkan kegiatannya melakukan cybersex

2.2 Psikis Remaja


Perkembangan psikis masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos
dan stereotip mengenai penyimpangan dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat
dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas
ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari
tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi
pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan (Retnowati, 2011).
Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja,
mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa
kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk
pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus
dipenuhi. Apabila individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan
baik, maka akan tercapai kepuasan, dan kebahagian juga akan menentukan
keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya
(Retnowati, 2011).
Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem
kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar
sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi,
pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan
norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian
tersebut.
BAB 3. Efek Perilaku Cybersex Pada Kesehatan Psikis Remaja

Cybersex adalah segala kegiatan yang berbau pornografi baik melihat, melakukan
kegiatan sexual, menjual atau menyebarkan kepada individu lain, bahkan mencari
pasangan untuk melakukan chat sexual ataupun video sexual yang dilakukan
individu ketika terhubung dengan internet, dengan mudahnya akses dan
keterjangkauan internet pada saat ini membuat semua kalangan usia dapat
menikmati cybersex, terutama pada masa remaja (12-24 tahun), karena masa
remaja merupakan masa awal dimana rasa ingin tahu dan dorongan seksual
meningkat disebabkan perubahan fisik dan psikis akibat pubertas, sehingga pada
masa remaja mereka akan cenderung mencari tahu kebutuhan yang mereka
perlukan, terutama pada kebutuhan memenuhi kepuasan seksual serta memenuhi
kebutuhan afiliasi mereka (khususnya yang berhubungan dengan pasangan fantasi
seksual di internet) (Santrock, 2012)(Dalam Arifiana, 2016), dengan mudahnya
akses pornografi di internet dapat menyebabkan mereka terjerumus pada perilaku
cybersex.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka melakukan perilaku
cybersex salah satunya dikarenakan kondisi psikis remaja yang dipenuhi rasa
keingintahuan akibat masa pubertas, lalu faktor yang paling penting adalah
kurangnya pengetahuan mereka tentang dampak dari perilaku cybersex yang
mereka lakukan ini, beberapa dampak yang dapat terjadi pada tubuh adalah
timbulnya kecanduan dikarenakan pelepasan zat kimia di syaraf otak yaitu
dopamine, neuroepinefrin, oksitosin, dan serotonin. (Hyde & Christeensen, 2010)
hal ini dapat memicu terjadinya kerusakan otak hal ini dijelaskan pada suatu
penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mark menyatakan yang bahwa pornografi
merusak lima bagian otak terutama pada pre-frontal, kerusakan otak bagian ini
akan menurunkan prestasi akademik di sekolah dikarenakan individu tidak
mampu membuat perencanaan, tidak mampu mengontrol hawa nafsu dan emosi,
serta tidak mampu mengambil keputusan karena bagian otak ini berperan sebagai
pengendali impuls (Wahyuningsih, 2012)(Dalam Arifiana, 2016) . Kerusakan
pada otak juga akan mempengaruhi kesehatan psikis seseorang karena semua
pengendalian psikis diatur oleh otak.
berdasarkan pernyataan diatas jika seorang remaja melakukan perilaku
cybersex akan mempunyai dampak negatif pada kesehatan psikis mereka
dikarenakan terjadinya kerusakan pada bagian otak tertentu yang dapat
mengganggu kesehatan psikis, dampak psikis yang paling tampak adalah pada
hubungan sosial mereka, pada remaja pelaku cybersex mereka akan cenderung
memilih kegiatan cybersex dibanding dengan kegiatan sosial yang ada disekitar
mereka, oleh karena itu pada pelaku cybersex didapatkan karakteristik yang
menutup diri untuk berhubungan dengan orang lain di dunia nyata, karakter yang
mengabaikan tanggung jawab mereka ( karena kebanyakan remaja masih sekolah
mereka akan mengabaikan tugas dan tangggung jawab mereka sebagai seorang
siswa untuk belajar, sehingga pada remaja yang melakukan cybersex didapatkan
penurunan prestasi mereka di sekolah), lalu jika perilaku ini dilakukan terus
menerus akan timbul karakteristik ketergantungan pada pornografi yang
mengakibatkan kecanduan, kalau sudah sampai pada tahap kecanduan harus
dilakukan rehabilitasi pada pelaku cybersex sama layaknya seperti pada pecandu
narkoba, oleh karena itu dengan dampak negatif yang hampir sama dengan pelaku
pecandu narkoba, mari jauhi tindakan tindakan yang dapat menjerumuskan kita
pada perilaku cybersex.
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kesimpulan karya tulis ilmiah ini ialah
perilaku Cybersex masih sering dilakukan oleh kalangan remaja beberapa
faktornya adalah mudahnya akses dan keterjangkauan konten pornografi di
internet, serta kurangnya pengetahuan mereka akan akibat dari perilaku
Cybersex, padahal dampak yang dapat disebabkan oleh perilaku ini bisa
mengganggu perkembangan kesehatan psikis mereka akibat rusaknya bagian
prefrontal dari otak mereka.

4.2 Saran
Saran dari karya tulis ilmiah ini yaitu diperlukan adanya pengetatan untuk
konten yang berisi pornografi yang ada di internet agar kalangan remaja yang
dibawah umur tidak dapat mengaksesnya, dan juga perlu adanya edukasi
mengenani dampak perilaku Cybersex ini pada psikis remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Universtias Jember. 2011. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Edisi Ketiga.
Jember: Badan Penerbit Universitas Jember.

Jurnal

Arifiana, R. (2016). Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Cybersex.


Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Retnowati, S. (2011). Remaja dan Permasalahannya. Fakultas Psikologi:


Universitas Gajah Mada.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai