Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk hidup termasuk jenis vivipar yaitu makhluk hidup yang
beranak. Laki-laki mempunyai testis yang tersimpan di dalam skrotum. Penyimpanan testis di
dalam skrotum dimaksudkan untuk mengoptimumkan suhu spermatogenesis. Hal ini dikarenakan
pada suhu yang tinggi akan menganggu spermatogenesis. Di dalam testis terdapat tubulus
seminiferus yang terdiri dari jaringan epithelium dan jaringan ikat. Di dalam jaringan epithelium
terdapat sel spermatogonium (calon sperma), sel sertoli (pemberi makan spermatozoa), dan sel
leydig (menghasilkan testoteron).Konsepsi menyangkut fertilisasi dan pelekatan embrio pada
dinding uterus. Fertilisasi adalah peleburan inti sel sperma dan inti sel telur yang terjadi di
saluran telur (oviduk) atau di uterus. Pada saat fertilisasi kepala sel sperma menembus dinding
sel telur sedang ekor tertinggal di luar membentuk zigot (2n) yang terus membelah mitosis
menjadi 32 sel (morula). Morula berkembang menjadi blastula. Bagian dalam blastula akan
membentuk janin sedang bagian luarnya membentuk trofoblast (bagian dinding untuk menyerab
makanan dan akan berkembang menjadi plasenta. Pada usia hari ke 4-5 setelah fertilisasi,
blastula bergerak ke uterus dan melakukan implantasi (pelekatan) di uterus pada hari ke-6.
Blastula kemudian berkembang menjadi grastula (punya lapisan ektodermis, mesodermis, dan
endodermis). Selanjutnmya gastrula berkembang menjadi embrio setelah melalui peristiwa
diferensiasi, spesilisasi, dan organogenesis. Ektodermis akan membentuk susunan saraf, hidung,
mata, epidermis, kelenjar kulit. Mesodermis akan membentuk jaringan tulang, otot jantung,
pembuluh darah, limfa, ginjal, klenjar kelamin. Endodermis akan membentuk kelenjar gondok,
Hati, pankreas, kandung kemih, saluran pencernaan, saluran pernapasan.Materi ini bermanfaat
sebagai pengetahuan tentang konsepsi. Oleh karena itu, makalah ini dibuat dengan tujuan agar
pembaca mengetahui lebih memahami tentang konsepsi.

1|Page
1.2 Rumusan Masalah

1. Mendefinisikan tentang konsepsi, pembuahan, fertilisasi, dan fertilitas

2. Menjelaskan proses terjadinya konsepsi, pembuahan, fertilisasi, dan fertilitas

3. Menjelaskan faktor-faktor konsepsi, pembuahan, fertilisasi, dan fertilitas

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari konsepsi, pembuahan, fertilisasi, dan fertilitas

2. Untuk mengetahui proses terjadinya konsepsi, pembuahan, fertilisasi, dan fertilitas

3. Untuk mengetahui faktor-faktor konsepsi, pembuahan, fertilisasi, dan fertilitas

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Konsepsi

Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur di dalam tuba
falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida
dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehinggatidak dapat
dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat terjadi, jika beberapa kriteria berikut dipenuhi :

a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.

b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.

c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.

d. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan akhirnya
membuahi ovum.

Konsepasi memiliki kemungkinan paling berhasil, jika hubungan seksual berlangsung


tepat sebelum ovula. Sperma dapat hidup selama 3 – 4 hari didalam saluran genetalia wanita dan
idealnya harus berada didalamtuba falopii saat ovulasi terjadi, karena ovum hanya bisa hidup
selam 12 – 24 jam. Wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan dalam
tubuhnya. Misalnya, sekitar waktu ovulasi, serviks memendek, melunak dan sedikit berdilatasi.
Salah satu indicator ovulasi yang paling kuat adalah status lender serviks yang menjadi
transparan, licin, dan banyak. Lendir tersebut juga dapat direnggangkan, suatu materi yang
disebut spinnbarkeit. Setelah ovulasi, lender kembali menjadi kental, lengket, dan jumlahnya
menurun. Tindakan lebih jauh yang dapat dilakukan wanita adalah mengobservasi suhu tubuh
basalnya, yang meningkat sebesar 0,2 derajat celcius segera setelah ovulasi. Begitu sperma telah
memasuki ovum, sperma sementara berada didalam sitoplasma perifer, sementara nucleus wanita
menjadi matur dan jumlah kromosom wanita menurun dari 46 menjadi 23. Nucleus sperma
menjadi membengkak dan saling mendekat sebagai pronukleus pria dan wanita saat terbentuk
suatu “ kumparan “ diantara kedua nucleus tersebut membrane pronukleus kemudian rupture dan
kromosom yang dibebaskan berkombinasi membentuk zigot. Pada waktu inilah fertilisasi
3|Page
( pembuahan ) terjadi.Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam 24 jam
ovulasi. coitus ( hubungan seksual ) selama 24 jam sebelum ovulasi akan menyediakan
spermatozoa pada tuba falopii yang siap menerima kedatangan ovum. Dengan demikian penting
bagi wanita mencoba untuk mengerti bahwa ia mengetahui perkiraan hari ovulasinya. Metode
berikut dapat dipergunakan untuk menilai hari ovulasi :

a. Metode kalender

Pencatatan sebaiknya dilakukan terus dalam satu periode paling tidak 6 bulan, yang
mencatat hari pertama setiap periode menstruasi ( hari ke 1 keduanya darah mentruasi ) dan
dengan demikian menghitung waktu ovulasi selama 15 hari sebelum periode khusus tersebut.
Pada cara ini diperkirakan hari – hari pada bulan berikutnya kapan wanita akan menstruasi dan
dengan demikianjuga dapat diperkirakan hari – hari kapan wanita tersebut berovulasi. Apabila
mensttruasinya tidak teratur, maka penghitungan demikian tidak mungkin dilakukan.

b. Metode suhu

Pelepasan progesterone telah menyebabkan peningkatan suhu tubuh sampai 0,5 derajat
Celsius. Suhu tubuh tersebut akan sedikit turun tepat sebelum mulainya ovulasi dan kemudian
meningkat segera setelah ovulasi. System ini memerlukan pencetatan suhu mulut segera pada
setiap bangun tidur pagi. Peningkatan suhu tubuh tersebut harus menetap dalam 24 jam untuk
membuktikan bahwa telah terjadi ovulasi. Pemakaian metode ini mungkin dapat keliru karena
kenaikan suhu dapat menunjukan adanya infeksi dan penurunan suhu tubuh kadang – kadang
terjaid akibat dari pemberian obat misalnya aspirin.

c. Perubahan lendir serviks

Peningkatan kadar estrogen tepat sebelum ovulasi menyebabkan peningkatan sekresi


serviks maupun pengurangan kekentalan ( vikositas ) sekresi tersebut. Karena sekresi merupakan
bagian dari sekresi vagina maka perubahan dapat dikenal oleh wanita yang diharapkan dapat
mengerti. Walaupun demikian, akan memerlukan waktu 2 atau 3 bulan lagi pasangan yang
sebelumnya belum pernah mengetahui maknanya untuk memperhatikan hal ini.

2.2 Proses Terjadinya Konsepsi

4|Page
1. Spermatogenesis

Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel primitive tubilus testis. Setelah bayi laki –
laki lahir, jumlah spematogenium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq.
Pada masa pubertas, dibawah pengaruh sel – sel interstisial leydig, sel – sel spermatogenium ini
mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.

Urutan pertumbuhan sperma ( spermatogenesis ) :

a. Spermatogenium, membelah dua

b. Spermatosid pertama, membelah dua

c. Spermatosid kedua, membelah dua

d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi

e. Spermatozoon ( sperma )

2. Ovum

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genetalia ridge.

Urutan pembuahan ovum ( oogenesis ) :

a. Oogonia

b. Oosit pertama ( Primary Oocyte )

c. Primary ovarian fillicel

d. Liquor folliculi

e. Pematangan pertama ovum

f. Pematangan kedua ovum pada waktu sperma mebuahi telur

2.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi konsepsi :

1. Konsepsi
5|Page
A. Fekunditas atau ifenkuditas yang tidak disengaja
B Fekunditas atau ifenkuditas yang disengaja
C. Pemakaian kontrasepsi
2. Pembuahan/Fertilisasi
Beberapa hal yang diperlukan didalam proses fertilisasi atau pembuahan adalah sel telur, sel
sperma, tuba falopi, dan rahim.
3. Fertilitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas di bedakan menjadi 2 yaitu faktor demografi dan
faktor non demografi.
Faktor demografi antara lain : struktur atau komposisi umur, status perkawinan, umur kawin
pertama, fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin
Faktor no demografi antara lain : keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan perbaikan
status wanita, urbanisasi dan industrialisasi.

1. Infertilitas pada wanita

Untuk menjadi hamil, wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur, ovumnya harus normal
dan tidakboleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau amplantasi ovum yang sudah di
buahi. Oleh karena itu, penyebeb infertilitas pada wanita, yang dapat disebabkan oleh faktor,
psikologis, atau kombinasi keduanya, dapat dibagi menjadi masalah ovulasi atau hambatan atau
abnormalitas dalam saluran reproduksi.

2.4 Definisi Pembuahan atau Fertilisasi


Pembuahan atau fertilisasi adalah proses penyatuan kedua sel gamet, yaitu sel telur dari
pihak perempuan dan sel sperma dari pihak laki-laki. Proses fertilisasi sering juga disebut
sebagai proses pembuahan. Hasil dari proses pembuahan di dalam fertilisasi akan menghasilkan
sebuah sel tunggal yaitu zigot. Tempat terjadinya fertilisasi pada manusia adalah di dalam tuba
fallopi wanita atau oviduct.

Pada manusia, fertilisasi yang terjadi merupakan fertilisasi internal. Fertilisasi internal adalah
proses pembuahan yang terjadi di dalam tubuh induk betina. Memang, fertilisasi pada manusia
akan menghasilkan jumlah individu yang lebih sedikit tetapi lebih aman.

6|Page
2.5 Proses Terjadinya Pembuahan atau Fertilisasi

1. Proses pematangan sel gamet

Tahap utama dari fertilisasi adalah proses pematangan kedua sel gamet, yaitu sel telur dan sel
sperma. Anda bisa melihat penjelasannya di bawah ini:

a. Proses pematangan sel telur

Sel telur yang bisa dibuahi adalah sel telur yang matang. Proses pematangan sel telur ada di
dalam ovarium. Di dalam ovarium ada sekantung sel-sel telur yang masih muda, yaitu folikel.
Folikel yang ada di dalam ovarium akan mengalami proses pematangan oleh sebuah hormon
yaitu FSH atau Follicle Stimulating Hormone (Hormon perangsang folikel).Hormon FSH akan
merangsang folikel agar tumbuh dan menjadi lebih besar yaitu sekitar 20 mm.

Hanya sel telur yang matang yang masih bertahan sedangkan yang lainnya akan hancur. Setelah
sel telur matang berhasil didapatkan maka folikel besar akan merangsang hormon estrogen untuk
membentuk lapisan rahim untuk tempat tumbuhnya janin.Lapisan rahim yang telah tumbuh ini
akan ditangkap otak melalui hormon LH (luteinizing hormone). Hormon LH inilah yang menjadi
indikator untuk mendeteksi kehamilan melalui test pack kehamilan.

b. Proses pematangan sel sperma

Sel sperma juga harus melalui proses pematangan sebelum terjadinya proses pembuahan.
Proses pematangan sel sperma akan terjadi di dalam epididimis. Selama proses pematangan, sel-
sel sperma akan mendapatkan ‘modal’ untuk bisa membuahi. Akan tetapi, hanya ada satu sperma
terunggul yang berhasil membuahi sel telur.

2. Ovulasi

Setelah kedua sel gamet sama-sama matang maka harus terjadi proses ovulasi terlebih dahulu.
Sel telur matang yang didapatkan akan dilepas dari ovarium ke tuba fallopi sekitar 24 hingga 36

7|Page
jam setelah hormon LH diproduksi. Sel telur yang ditangkap oleh tuba fallopi akan tetap disitu
hingga muncul sel sperma dan membuahinya.

3. Ejakulasi

Umumnya, proses pembuahan terjadi secara alami yaitu dengan cara hubungan intim sehingga
terjadi ejakulasi dan jutaan sel sperma masuk ke dalam vagina. Setiap ejakulasi bisa terdapat
sekitar 120 juta sel sperma per 1 mL cairan mani. Namun, tahap ejakulasi ini berbeda bila proses
pembuahan dilakukan secara fertilisasi in vitro (proses bayi tabung). Jutaan sel sperma akan
masuk ke dalam vagina dan terus berenang hingga mencapai tuba fallopi.

4. Kapasitasi spermatozoa

Selama proses penyelaman sperma di dalam sistem organ kewanitaan, sperma akan mengalami
kapasitasi. Kapasitasi adalah proses penyesuaian sperma di dalam rahim dengan cara melepas
selubung glikoprotein. Dengan begitu, sperma akan tetap bertahan di dalam rahim hingga
bertemu dengan sel telur.

5. Perlekatan spermatozoa

Setelah mengalami kapasitasi, sel sperma harus bisa melekat dulu dengan zona pelucida. Zona
pelucida adalah lapisan terluar dari sel telur. Fungsi dari perlekatan spermatozoa (sel sperma)
pada zona pelucida adalah untuk memastikan bahwa jumlah kromosom sperma sama dengan
jumlah kromosom sel telur. Jika sel sperma yang bertemu dengan sel telur manusia berbeda
spesis maka sel sperma tersebut tidak dapat melekat apalagi membuahi. Inilah tahap penting
yang menjelaskan mengapa hanya spesis yang sama yang dapat menghasilkan keturunan.

6. Reaksi akrosom

8|Page
Sebelum spermatozoa menembus zona pelucida maka sel sperma harus mengalami reaksi
akrosom. Reaksi akrosom adalah reaksi di mana sel sperma mengalami proses pelepasan enzim-
enzim hidrolitik untuk mencerna zona pelucida sehingga dapat ditembus.

7. Penetrasi zona pelucida

Zona pelucida yang telah diinduksi oleh reaksi akrosom dari sel sperma tertentu akan dapat
ditembus oleh sel sperma tersebut. Setelah itu, sel sperma pun akan melewati zona pelucida.

8. Peleburan membran sel gamet

Sel sperma yang berhasil menembus zona pelucida akan masuk ke dalam sitoplasma sel telur
dengan melepaskan ekornya. Hanya kepala spermatozoa saja yang masuk karena di dalam itu
mengandung kromosom termasuk kromosom X atau Y (penentu kelamin).

9. Perlindungan dari sperma lain

Kepala sel sperma yang akan masuk akan mengaktivasi sel telur untuk melanjutkan pembelahan
meiosis yang berguna untuk proses pembuahan. Selain itu, aktivasi sel telur juga akan mencegah
polispermia (mencegah masuknya sel sperma yang lain).

10. Difusi sperma dan ovum

Setelah sel telur teraktivasi maka dinding terdalam sel telur akan terbentengi dari sel sperma
yang lain. Setelah itu, akan terbentuk pronukleus jantan dari dalam kepala sel sperma dan
pronukleus betina dari sel telur. Pembentukan pronukleus jantan dan betina akan mengalami
syngami atau penyatuan keduanya. Penyatuan kedua pronukleus ini akan mengalami difusi dan
terjadilah fertilisasi atau proses pembuahan. Hasil dari fertilisasi adalah zigot yang akan terus
mengalami pembelahan mitosis hingga menjadi sebuah embrio atau cikal bakal janin. Janin pun
akan berkembang selama kurang lebih 9 bulan di dalam rahim dan menunggu hari kelahirannya.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Fertilisasi atau Pembuahan

9|Page
Beberapa hal yang diperlukan didalam proses fertilisasi atau pembuahan adalah sel telur,
sel sperma, tuba falopi, dan rahim.

2.7 Definisi Fertilitas


Fertilitas sering disebut dengan kelahiran hidup, yaitu terlepasnya bayi dari rahim
seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan seperti bernapas, berteriak, bergerak,
jantung berdenyut, dan lain sebagainya

2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas di bedakan menjadi 2 yaitu faktor demografi dan
faktor non demografi.

a. Faktor demografi antara lain : struktur atau komposisi umur, status perkawinan, umur
kawin pertama, fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin

b. Faktor non demografi antara lain : keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan
perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi.

10 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur di dalam tuba
falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida
dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak
dapat dilalui oleh sperma.

2. Pembuahan atau fertilisasi adalah proses penyatuan kedua sel gamet, yaitu sel telur dari pihak
perempuan dan sel sperma dari pihak laki-laki. Proses fertilisasi sering juga disebut sebagai
proses pembuahan

3. Fertilitas sering disebut dengan kelahiran hidup, yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang
wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung
berdenyut, dan lain sebagainya

3.2 Saran

Setelah mengetahui definisi, proses terjadinya serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsepsi,
pembuahan atau fertilisasi, dan fertilitas diharapkan dapat lebih memahami apa saja yang
berhubungan dengan peristiwa konsepsi, pembuahan atau fertilisasi, dan fertilitas. Sehingga
pengetahuan yang dimiliki bisa dimanfaatkan dengan bijak. Selain itu, masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini, sehingga diharapkan akan ada makalah yang dapat melengkapi
makalah ini.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Pertiwi, Wara. 2014. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu Untuk Mendukung Upaya

Peningkatan Kesehatan Ibu. Jakarta : Kemenkes RI.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.

Rukiyah, Y.A dan L Yulianti. 2011. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Jakarta : TIM.

Varney, Helen. 2006. Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC.

Wylie L dan H Bryce. 2010. Manajemen Kebidanan Gangguan Medis Kehamilan dan

Persalinan, Jakarta : EGC.

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai