Anda di halaman 1dari 69

Fisiologi

Kehamilan
dr. Muhaimin Ashuri

STIKES Satria Bhakti Nganjuk

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

2013
Pendahuluan
 Konsepsi atau fertilisasi terjadi pada saat
sebuah sperma melakukan penetrasi pada
sel telur yang telah matang.
 Kehamilan hanya mungkin terjadi bila
coitus (senggama) dilakukan pada sekitar
saat ovulasi.
 Setiap bulan, seorang wanita berovulasi
melepaskan 1 atau 2 sel telur ovum. Kira-
kira 14 hari sebelum haid yang akan datang.
 Lamanya haid berkisar antara 3 – 7 hari.
Siklus Menstruasi
Hormon yang mempengaruhi siklus haid :
 Lobus anterior Hipofisis  FSH dan LH
 Ovarium  Estrogen dan Progesteron

Fase dalam siklus haid :


 Fase Mestruasi (deskuamasi) : 3 – 7 hari
 Fase Pra-Ovulasi (akhir siklus menstruasi)
 Fase Ovulasi
 Fase Pasca-Ovulasi (hari ke-15 sampai hari ke-
28)
Fase Menstruasi
 Bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, maka
korpus luteum akan menghentikan produksi
hormon estrogen dan progesteron.
 Turunnya kadar estrogen dan progesteron ini
menyebabkan luruhnya endometrium yang
mengandung banyak pembuluh darah.
 Volume darah yang keluar rata-rata 50 mL.
Fase Pra-Ovulasi (Akhir
siklus menstruasi)
 Hipotalamus memproduksi Gonadotropin 
merangsang hipofisis untuk mensekresi FSH.
 FSH merangsang pembentukan folikel primer
di ovarium yang mengelilingi satu oosit.
 Folikel primer tumbuh sampai hari ke-14 dan
menjadi folikel de Graaf dengan 1 ovum di
dalamnya.
 Folikel primer ini mensekresi estrogen yang
memicu proliferasi sel-sel pada dinding
endometrium.
Fase Ovulasi
 Saat mendekati hari ke-14 terjadi perubahan
produksi hormon.
 Terjadi umpan balik negatif dimana kadar
estrogen yang tinggi menghambat pelepasan
FSH dari hipofisis.
 Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan
hipofisis melepaskkan hormon LH.
 LH inilah yang memicu pelepasan Oosit
sekunder dari folikel de Graaf.
 Umumnya, ovulasi ini terjadi pada hari ke-14.
Fase Pasca Ovulasi
 Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf
berubah menjadi korpus luteum.
 Korpus luteum memproduksi estrogen
(sedikit) dan progesteron (banyak).
 Progesteron mendukung kerja estrogen
dengan menebalkan dinding endometrium
dan menstimulasi pembentukan pembuluh
darah pada endometrium.
 Progesteron juga merangsang sekresi lendir
pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu
pada payudara.
Fase Pasca Ovulasi
(hari ke-15 sampai hari ke-28)
 Bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan,
korpus luteum akan berubah menjadi korpus
albikan.
 Korpus albikan memiliki kemampuan produksi
estrogen dan progesteron yang rendah --> sehingga
kadar estrogen dan progesteron akan menurun.
 Turunnya kadar estrogen dan progesteron ini
menyebabkan luruhnya endometrium sehingga
mulai masuk ke fase menstruasi.
 Selanjutnya, rendahnya kadar estrogen ini memicu
hipofisis untuk melepaskan FSH.
Beberapa Istilah berkait dgn Haid

 Amenorrhea : Tidak adanya haid sekurang-


kurangnya 3 bulan berturut-turut. Disebabkan
oleh kehamilan atau penyebab lain.
 Menorrhagia : perndarahan yang lebih banyak
dari normal atau lebih lama dari normal (lebih
dari 8 hari). Penyebab : Myoma uterii, polip
endometrium dll.
 Metrorrhagia : perdarahan tidak teratur dan
tidak menurut siklus, mis. pada carcinoma uteri,
abortus incomplete, endometritis .
 Dysmenorrhea : Nyeri waktu haid.
Oogenesis
Oogenesis Prenatal
 Oogonium berproliferasi selama kehidupan
janin dan merupakan asal dari 6 – 7 juta oosit
primer.
 Setiap oosit primer diselubungi oleh satu
lapisan tunggal sel-sel folikular yang disebut
folikel primordial.
 Oosit primer akan tetap berada pada tahap
profase I meiosis selama kehidupan janin dan
setelah lahir sampai pubertas.
 Jumlah folikel primordial berkurang seiring
usia karena degenerasi folikel.
Oogenesis Post Pubertas
 Saat pubertas, di bawah pengaruh hormone
gonadotropin dan GnRH, siklus
perkembangan folikel primordial dimulai.
 Setiap bulan sejumlah folikel primer
terbentuk dari beberapa folikel primordial
dan salah satu diantaranya akan mengalami
maturitas dan ovulasi.
Folikel Primer
 Folikel primer mendapat stimulus untuk
membesar. Sel-sel folikular di sekitarnya akan
membelah diri membentuk lapisan ganda sel-
sel granulosa.
 Lapisan zona pellusida bening non selular
terbentuk di antra oosit dan sel-sel granulosa.
Folikel Primer (lanj..)
 Sel-sel stroma di sekitar folikel primer
membentuk dua lapisan, yakni teka interna
dan teka eksterna. Teka interna tersusun oleh
sel-sel sekretori yang mensekresi estrogen.
Sedangkan teka eksterna terdiri dari jaringan
ikat luar.
 Ruang-ruang antar sel-sel granulosa mulai
terbentuk kemudian dipenuhi cairan folikular.
Ruang-ruang itu akan bergabung untuk
membentuk sebuah antrum atau rongga
dalam folikel.
Folikel Sekunder
 Folikel yang sedang tumbuh dengan sebuah
antrum di dalamnya tadi disebut folikel sekunder.
Ada sekitar 20 sampai 50 folikel yang mencapai
tahap antral ini, namun hanya satu yang akan
matang untuk ovulasi.
 Cumulus oophorus adalah tumpukan sel-sel
granulose yang menyelubungi dan menunjang
oosit dalam folikel sekunder.
 Korona radiata dibentuk oleh sel-sel granulose
yang mengelilingi oosit.
 Oosit primer terdorong ke salah satu rongga
antral akibat akumulasi cairan antral dan masuk
ke dalam rongga.
Folikel Graafian
 Folikel utama yang akan mengalami ovulasi
memerlukan waktu 10-14 hari untuk
terbentuk.
 Folikel bermigrasi ke permukaan ovarium
untuk membentuk tonjolan (stigma) sebelum
ruptur (berovulasi) melalui jaringan ovarian.
 Sebelum ovulasi, oosit primer dalam folikel
matang menyelesaikan pembelahan meiosis
pertamanya.
Folikel Graafian
 Pembagian sitoplasma tidak sama, dimana
oosit sekunder hanya menerima setengah
jumlah kromosom dan hampir semua
sitoplasma, dan satu badan polar kecil yang
secara perlahan akan berdisintegrasi,
menerima setengah jumlah kromosom
sisanya.
 Oosit sekunder kemudian mengalami
metaphase pembelahan meiosis kedua dan
berhenti. Jika oosit dibuahi setelah ovulasi,
pembelahan meiosis akan berlanjut.
Ovulasi
 Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai
sekurang-kurangnya 750.000 oogonium.
Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan
dan degenerasi folikel-folikel.
 Pada usia 6-15 tahun  439.000
 Pada usia 16-25 tahun  159.000
 Pada usia 26-35 tahun menurun sampai
59.000
 Dan pada umur 34-45 tahun hanya 34.000
 Pada masa menopause semua folikel sudah
menghilang
Ovulasi
 Setiap bulan, sebuah sel yang matang
dilepaskan oleh salah satu diantara kedua
ovarium → proses ovulasi
 Ovulasi umumnya terjadi 2 minggu setelah
hari pertama haid terakhir.
 Berikut adalah gambar dari sebuah proses
ovulasi.
Ovulasi
Korpus Luteum
 Korpus luteum ini terbentuk dalam ovarium
pada folikel yang kosong.
 Dinding folikel kosong runtuh, sel
granulosanya mengalami perubahan
struktural dan biokimia sehingga menjadi sel
lutein.
 Sel lutein pada korpus luteum memproduksi
estrogen dan progesterone yang akan
mencapai puncak aktivitas pada 5 sampai 7
hari setelah ovulasi. Korpus luteum akan
beregresi dan berdeteriorasi pada hari ke-15
setelah ovulasi, kecuali terjadi fertilisasi.
Korpus Albicans
 Korpus albikans (jaringan parut putih)
terbentuk setelah jaringan ikat menginvasi
korpus luteum yang berdisintegrasi.
Perjalanan Ovum
 Setelah ovulasi, sel telur berjalan didalam
tuba falopii dan tetap berada disana sampai
bertemu dengan sperma yang akan
mengadakan penetrasi dalam proses
fertilisasi.
Perjalanan Sperma
 Melalui ejakulasi dikeluarkan 40 – 150 juta
sperma yang segera berenang dengan cepat
menuju tuba falopii untuk membuahi sel
telur.
 Dengan berenang secara cepat, sperma dapat
mencapai telur dalam waktu 30 menit.
 Sperma dapat bertahan hidup selama 48 – 72
jam.
 Jumlah sperma yang dapat mendekati sel telur
hanya berjumlah ratusan saja akibat adanya
penghalang yang berada didalam saluran
reproduksi wanita.
Perjalanan Sperma
Spermatozoa
 Sel tunggal yang terdiri atas kepala, leher dan
ekor.
 Akrosom adalah suatu massa yang terdapat
pada bagian anterior spermatozoa yang
merupakan struktur berupa selubung yang
menutupi 2/3 daerah kepala spermatozoa.
Perjalanan Sperma
 Akrosom mengandung banyak enzim, antara
lain: akrosin, hyaluronidase, CPE (corona
penetrating enzyme).
 Hyaluronidase untuk menembus cumulus
ooforus.
 CPE (corona penetrating enzyme) untuk
menembus corona radiata.
 Akrosin adalah enzim proteolitik untuk
menembus zona pellusida.
Perjalanan Sperma
Bagaimana sperma bisa mengetahui lokasi
dari ovum?
 Chemotaxis
Ada zat kimia yang dikeluarkan oleh ovum
untuk memanggil sperma (fertilizin).
 Thermotaxis
Sperma bergerak menuju ke tempat
fertilisasi dikarenakan adanya perbedaan
suhu antara tempat penyimpanan sperma
dengan tempat fertilisasi. Tempat
penyimpanan sperma 2o Celcius lebih rendah
dibandingkan tempat fertilisasi.
Fertilisasi
 Fertilisasi adalah peristiwa peleburan inti
spermatozoon dan inti ovum untuk
membentuk sel tunggal (zigot).
 Biasanya melibatkan penggabungan
sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan
bahan nukleus (kariogami).
 Pada umumnya, fertilisasi terjadi di daerah
ampulla dari tuba falopii. Bagian ini adalah
bagian terluas dari saluran telur dan terletak
dekat dengan ovarium.
Fertilisasi
 Sperma yang baru dikeluarkan saat ejakulasi
belum mampu membuahi sel telur. Sperma itu
harus mengalami kapasitasi dan reaksi
akrosom
 Kapasitasi  masa penyesuaian dalam
saluran reproduksi wanita di mana terjadi
pelepasan selubung glikoprotein yang
membungkus akrosom . Kira-kira berlangsung
selama 7 jam.
 Reaksi akrosom, yakni pelepasan anzim-
enzim dari akrosom untuk menembus lapisan-
lapisan oosit.
Fertilisasi
Fertilisasi mencakup 3 tahapan :
1. Penembusan spermatozoa ke dalam corona
radiata.
2. Penembusan spermatozoa ke dalam zona
pelusida.
3. Bersatunya sel oosit sekunder dengan
spermatozoon.
Fertilisasi
Tahap pertama : Penembusan spermatozoa ke
dalam corona radiata.
 Dari 200-300 juta spermatozoa yang
diejakulasikan, hanya 300-500 yang mencapai
tempat pembuahan.
 Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk
pembuahan.
 Pada fase ini, sperma yang mengalami
kapasitasi dengan bebas menembus sel
korona.
Fertilisasi
Tahap kedua : Penembusan spermatozoa ke dalam
zona pelusida.
 Terjadi pelepasan enzim akrosin yang
memungkinkan sperma menembus zona
pelusida sehingga bertemu dengan membrane
plasma oosit.
 Ketika kepala sperma menyentuh permukaan
oosit, terjadi perubahan pada permukaan sel
telur itu untuk mencegah terjadinya penetrasi
oleh sperma lain.
Fertilisasi
Tahap kedua (lanjutan…)
 Yakni terjadi pelepasan enzim-enzim lisosom
dari granul-granul korteks yang melapisi
membrane plasma oosit.
 Enzim lisosom ini menyebabkan terjadinya
reaksi zona --> membuat tak aktif tempat
tempat reseptor bagi spermatozoa pada
permukaan zona --> menghambat penetrasi
sperma lain.
Fertilisasi
Tahap ketiga : Penyatuan antara oosit dan
membrane sel sperma
 Penyatuan antara selaput oosit dan selaput
yang melindungi bagian belakang sperma.
 Pada manusia hanya kepala sperma saja yang
masuk, bagian leher dan ekor tetap di luar
oosit.
 Terjadi reaksi reaksi kortikal  menyebabkan
zona pellucida menjadi keras sehingga
mencegah sperma lain untuk berikatan
dengan zona pellucida.
Fertilisasi
 Sifat kelamin dari anak sudah ditentukan pada
waktu fertilisasi.
 Sifat kelamin ditentukan oleh sel sperma,
bukan oleh sel telur.
 Pada manusia, semua sel somatik (selain
sperma dan sel telur) manusia memiliki 46
kromosom (23 pasang kromosom). Terdiri
dari 22 pasang kromosom tubuh (autosom)
dan satu pasang kromosom seks (gonosom).
 Pria memilki kromosom seks XY
 Wanita memiliki kromosom seks XX.
Fertilisasi
 Sel gamet (sel sperma dan sel telur) hanya
memiliki separo dari sel somatik.
 Sel sperma memiliki 22 autosom dan 1 gonosom
X atau Y
 22+X atau 22+Y
 Sel telur memiliki 22 autosom dan 1 gonosom X
 22+X
 Pada pembuahan, sel sperma Y dan sel telur X
membentuk individu XY (laki-laki), sedang sel
sperma X dan sel telur X akan membentuk
individu XX (perempuan)
Pembelahan Sel
 Sel telur yang telah dibuahi membelah dengan
cepat , bertumbuh dalam pars ampularis tuba
falopii menjadi beberapa sel (stadium Morula)
 Morula meninggalkan tuba falopii dan masuk ke
dalam uterus 3 – 4 hari pasca fertilisasi (stadium
Blastula)
 Kadang-kadang, oleh karena sebab tertentu sel
telur yang telah mengalami fertilisasi tetap berada
didalam tuba falopii sehingga menyebabkan
terjadinya keadaan yang membahayakan jiwa ibu
yaitu kehamilan ektopik.
Implantasi
 Sel telur yang telah mengalami fertilisasi akan
masuk ke dalam uterus dan tertanam ke
dalam endometrium uteri untuk tumbuh dan
berkembang sampai menjadi janin yang siap
dilahirkan.
 Proses tersebut dinamakan implantasi.
 Sel-sel telur terus membelah diri.
Air Ketuban
 Janin tumbuh dan berkembang di uterus
dalam suatu kantung kehamilan yang dilapisi
selaput janin (amnion dan korion) yang berisi
cairan yg disebut air ketuban (liquor amnii).
 Volume air ketuban kira-kira 1000-1500 cc.
berwarna putih keruh, berbau amis, dan
berasa manis .
 Bersifat alkalis atau netral .
 Mengandung 98% air dan sisanya adalah
albumin, urea, asam urat, kreatinin, verniks
kaseossa dan garam anorganik .
Air Ketuban
 Warna air ketuban yang keruh kehijauan
menandakan air ketuban telah bercampur
dengan mekonium .
 Lebih dari 2000 cc  Polyhydramnion
 Kurang dari 500 cc  Oligohydramnion
Air Ketuban
 Fungsi air ketuban :
1. Proteksi janin.
2. Mencegah perlekatan janin dengan
amnion .
3. Agar janin bisa bergerak bebas
4. Regulasi terhadap perubahan suhu /
panas .
5. Meratakan tekanan intra uteri dan
membersihkan jalan lahir.
Plasenta
 Fungsinya :
1. Organ
respirasi
2. Organ
transfer
nutrisi dan
ekskresi
3. Organ untuk
sintesa
hormon
Plasenta
 Pertukaran oksigen dan CO2 antara darah ibu
dan janin melalui difusi pasif.
 Sebagian besar nutrien ditransfer dari ibu ke
janin melalui metode transfer aktif yang
melibatkan proses enzimatik.
 Nutrien yang komplek akan dipecah menjadi
komponen sederhana sebelum ditransfer dan
mengalami rekonstruksi ulang pada villi
chorialis janin.
Plasenta
 Glukosa sebagai sumber energi utama bagi
pertumbuhan janin (90%). Sedangkan 10%
sisanya diperoleh dari asam amino.
 Jumlah glukosa yang mengalami transfer
meningkat setelah minggu ke-30.
 Sampai akhir kehamilan, kebutuhan glukosa
kira-kira 10 gram per kilogram berat janin.
Kelebihan glukosa dikonversi menjadi
glikogen dan lemak.
Hormon Kehamilan
 hCG – human chorionic
gonadotropin adalah hormon
yang berada dalam darah dalam
waktu beberapa minggu pasca
konsepsi.
 hCG merupakan hormon yang
dapat di deteksi dalam darah
atau air seni setelah beberapa
minggu
 hCG diproduksi oleh sel sel
pembentuk plasenta
Perkembangan Janin
 Setelah proses implantasi, sejumlah sel berkembang
menjadi plasenta dan sel lainnya menjadi mudigah.
 Sekitar 3 minggu pasca ovulasi, mulai terjadi
pembentukan otak, sumsum tulang belakang, dan
jantung.
 Sekitar minggu ke 5 sudah terjadi detak jantung
janin
 Talipusat terlihat setelah minggu ke 7
 Mudigah disebut sebagai janin setelah kehamilan 8
minggu atau sekitar 2.5 cm.
 Persalinan aterm terjadi pada kehamilan 40 minggu
Perkembangan Janin Pada
Kehamilan 4 Minggu
 Sudah mulai terlihat struktur
yang akan membentuk muka dan
leher.
 Terjadi perkembangan
pembentukan jantung dan
pembuluh darah
 Terjadi pula pembentukan paru,
lambung dan hepar.
 Umumnya tes kehamilan sudah
positip.
Perkembangan Janin Pada
Kehamilan 8 Minggu

 Ukuran mencapai seukuran


buah anggur – diameter sekitar
2.5 cm.
 Telah terjadi pembentukan
kelopak mata dan telinga ;
kadang-kadang terlihat adanya
pangkal hidung
 Tungkai dan lengan sudah
terbentuk secara lengkap
 Jari-jari sudah semakin panjang
dan terpisah satu sama lain.
Perkembangan Janin Pada
Kehamilan 12 Minggu

 Panjang janin sekitar 5 cm,


mulai terlihat gerakan janin.
 Rahim mulai dapat diraba pada
perabaan dinding perut.
 Dengan alat khusus, sudah
dapat didengar detik jantung
janin
 Alat kelamin sudah mulai jelas..
Perkembangan Janin Pada
Kehamilan 16 Minggu
 Panjang janin sekitar 11-12 cm dan berat sekitar
250 gram
 Rahim teraba sekitar pertengahan simfisis pusat.
 Mata sudah dapat berkedip.

 Proses pembentukan
jantung dan pembuluh
darah sudah sempurna.
 Jari-jari tangan sudah
memiliki sidik jari.
Perkembangan Janin Pada
Kehamilan 20 Minggu

 Panjang sekitar 25 cm
dan berat sekitar 450
gram
 Tinggi rahim sekitar
pusar
 Janin sudah dapat
mengisap ibu jari,
menyeringai .
 Terasa gerakan janin
Pemeriksaan Ultrasonorafi
 Pemeriksaan Ultrasonografi umumnya
dilakukan pada kehamilan 20 minggu.
 Dokter mengamati keadaan dan lokasi
plasenta.
 Mengamati tingkat pertumbuhan janin dalam
rahim.
 Dapat dilihat gerakan jantung, gerakan janin
 Umumnya sudah dapat dilihat jenis kelamin.
Perkembangan Janin Pada
Kehamilan 24 Minggu

 Berat janin sekitar 600 gram.


 Memberikan respon terhadap suara, gerakan.
 Seringkali dapat dirasakan adanya gerakan –
gerakan janin saat terjadi “hiccups”.

 Dapat merasakan gerakan


naik atau turn oleh karena
organ telinga yang sudah
terbentuk dengan baik.
Perkembangan Janin Pada
Kehamilan 28 Minggu
 Berat janin sekitar 1 kilogram
 Umumnya sudah berada
pada posisinya
 Kesempatan hidup cukup
besar bila terpaksa harus
dilahirkan sebagai bayi
prematur
 Waspada terhadap gejala
persalinan preterm
Perkembangan Janin Pada
Kehamilan 32 Minggu

 Berat janin sekitar 2 kg.


 Kulit sudah tidak
terlampau keriput oleh
karena sudah mulai
terjadi pembentukan
lemak dibawah kulit
 Tanyakan kepada dokter
mengenai catatan
menghitung gerakan
janin.
 Persiapkan laktasi.
Matur Suwun

Anda mungkin juga menyukai