Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal.
Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam
rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur
(oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris,
klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.
Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui mesentrium ke
uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum dan mensekresikan
hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium terbungkus oleh kapsul
pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih memiliki
400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Namun hanya
beberapa ratus saja yang berkembang dan melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang
perempuan, yaitu sejak menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti
menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan melepaskan ovum tiap satu siklus
menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian. Selama mengalami
pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum,
folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron.
Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur
tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan
pada siklus berikutnya.
jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi untuk
menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan
silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus.
Uterus (rahim)
Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil disebut
cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya embrio, dindingnya dapat
mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam
disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium akan menebal
menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.
Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang disebut
hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat
atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai
saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding
sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan
seksual.
Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian paling
atas dari vulva
Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi rambut
Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk clitoris.
Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra di bagian atas
dan lubang vagina di bagian bawah.
Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang karena banyak
mengandung saraf.
Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium atau indung
telur terdapat oogonium (oogonia = jamak). Oogonium bersifat diploid (2n = mengandung 23 pasang
kromosom atau 46 buah kromosom). Oogenesis telah dimulai sejak bayi perempuan masih dalam
kandungan ibunya berusia sekitar 5 bulan. Oogonium akan memperbanyak diri dengan membelah
berulang kali secara mitosis, membentuk oosit primer. Oosit primer terbungkus dalam folikel yang
penuh dengan cairan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan ovum.
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam tiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosit primer.
Oosit primer ini mengalami dorman atau mengalami fase istirahat beberapa tahun hingga anak
perempuan tersebut mengalami pubertas. Selama pertumbuhan anak perempuan, beberapa oosit
primer akan mengalami degenerasi, hingga ketika mencapai usia pubertas jumlah oosit primer hanya
tinggal sekitar 200.000 buah.
Memasuki usia pubertas sekresi hormon estrogen akan memacu oosit primer untuk melanjutkan
proses oogenesis; oosit primer mengalami meiosis pertama menghasilkan 2 sel berbeda ukuran yaitu
oosit sekunder (berukuran besar) dan polosit primer (berukuran kecil).
Oogenesis terhenti hingga terjadi ovulasi, bila tidak terjadi fertilisasi oosit sekunder akan mengalami
degenerasi. Namun bila ada penetrasi sperma dan terjadi fertilisasi, oogenesis akan dilanjutkan
dengan pembelahan meiosis kedua; oosit sekunder membelah menjadi 2 yaitu ootid (berukuran besar)
dan polosit sekunder (berukuran kecil). Sedangkan polosit primer membelah menjadi 2 polosit
sekunder. Sehingga pada akhir oogenesis dihasilkan 3 polosit dan 1 ootid yang berkembang menjadi
ovum
Selama perkembangan oosit primer hingga menjadi oosit sekunder berada dalam folikel, yaitu suatu
kantung pembungkus yang penuh cairan yang menyediakan nutrisi bagi oosit. Semula oosit primer
berada dalam folikel primer kemudian berkembang menjadi folikel sekunder. Ketika terbentuk oosit
sekunder, folikel telah berkembang menjadi folikel tersier dan akhirnya menjadi folikel de Graaf
(folikel yang telah matang) Setelah ovulasi atau lepasnya oosit sekunder folikel telur akan berubah
menjadi korpus luteum. Korpus luteum mengalami degenersi membentuk korpus albikan
Siklus Menstruasi
Menstruasi atau haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam
rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan
untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh, darah
keluar melalui cervix dan vagina. Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara
menstruasi yang satu dengan menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi.
Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi
dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase: fase menstruasi, fase
pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi
Siklus Menstruasi
1. Fase menstruasi : Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan
produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan
lepasnya ovum dari endometrium disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi
pendarahan. Fase menstruasi berlangsung kurang lebih 5 hari. Darah yang keluar selama menstruasi
berkisar antara 50 - 150 mili liter
2. Fase pra-ovulasi atau fase poliferasi : Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan
hipotalamus akan memacu hipofise untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan folikel dan
merangsang folikel untuk mensekresikan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan
pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar estrogen juga
menyebabkan seviks (leher rahim) untuk mensekresikan lendir yang bersifat basa. Lendir ini
berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung kehidupan sperma.
3. Fase Ovulasi : Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke
14. Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH, kemudian hipofise mensekresikan LH.
Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.
4. Fase pasca ovulasi atau fase sekresi : Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Walaupun panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari
sebelum menstruasi berikutnya.Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit
sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan hormon
progesteron dan masih mensekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk
folikel. Progesteron mendukung kerja estrogen untuk mempertebal dan menumbuhkan pembuluh-
pembuluh darah pada endometrium serta mempersiapkan endometrium untuk menerima implantasi
embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan
berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga kadar
progesteron dan estrogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi demikian
seterusnya.
Pendahuluan : Di dalam tubuh manusia ada 2 sistem sistem pengaturan yaitu sistem saraf dan
sistem pengaturan kimia melalui endokrin. Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu yang
mensekresikan substansi kimia yang dikenal dengan hormon ke sirkulasi darah. Pesuruh kimia ini
kemudian dibawa ke seluruh tubuh dan menimbulkan aktivitas pada organ target yang mempunyai
reseptor spesifik dengan jenis hormon tersebut. Hormon banyak beperan dalam berbagai mekanisme
fisiologis dalam tubuh: pertumbuhan, reproduksi dan homeostasis. Dalam modul ini akan dibahas
mengenai struktur dan fungsi organisasi sistem endokrin dengan berbagai kelenjar endokrin dalam
tubuh, mekanisme kerja hormon serta bagaimana interaksi sistem endokrin dengan sistem tubuh
lainnya.
Mensekresikan hormon pengatur, yaitu hormon khusus yang mengatur sel-sel endokrin di
kelenjar pituitari. Hormon pengatur hipotalamus mengatur aktivitas sekretoris di adenohipofisis
yang selanjutnya mengatur aktivitas sel-sel kelenjar di kelenjar tiroid, korteks adrenal dan organ
reproduksi. Termasuk disini adalah hormon: Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH),
Gonadotropin Inhibiting Hormone (GnIH), Thyrotropin Releasing Hormone (TRH), Prolactin
Releasing Hormon (PRH), Prolactin Inhibiting Hormone (PIH), Corticotropin Releasing hormone
(CRH), Growth hormone Releasing hormone (GH-RH), Growth Hormone Inhibiting Hormone
(GH-IH).
Hipotalamus bekerja sebagai organ endokrin dengan mensintesis hormon yang di
transportasikan sepanjang akson di infundibulum kemudian dilepaskan ke dalam sirkulasi di
neurohipofisis. Termasuk disini adalah ADH dan oksitosin.
Hipotalamus mengandung pusat otonom yang secara langsung mengontrol saraf sel-sel
endokrin di medula adrenalis. Apabila saraf simpatis diaktifkan maka medulla adrenalis
melepaskan hormon ke sirkulasi darah.
Hubungan hipotalamus dan kelenjar pituitari serta organ target hormon yang disekresikannya terlihat
pada Gambar 1.
3.1. Adenohipofisis
Adenohipofisis atau lobus anterior dibagi dalam 3 area yaitu: pars distalis, pars tuberalis dan pars
intermedia Hormon hormon yang disekresikan oleh adenohipofis disebut juga dengan hormon tropik
karena menghidupkan kelenjar endokrin atau menunjang fungsi organ lainnya. Hormon yang
disekresikan adenohipofisis adalah :
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) atau disebut juga tirotropin. TSH bekerja pada organ
target kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin.
Gambar 1. Hubungan hipotalamus-hipofisis dengan organ target
(Martini dan Nath, 2009)
Pelepasan TSH sebagai respon terhadap TRH yang disekresikan oleh hipotalamus. Ketika konsentrasi
hormon tiroid dalam sirkulasi meningkat, maka produksi TRH dan TSH menurun.
2). Pada jaringan lemak GH merangsang pemecahan trigliserida kemudian melepaskannya sebagai
asam lemak ke dalam sirkulasi darah yang akan digunakan oleh sel untuk membentuk ATP. Proses
yang dikenal dengan glukosa-sparing effect.
3). Di hati GH merangsang pemecahan glikogen menjadi gluikosa yang dilepaskan ke sirkulasi
darah. Peningkatan glukosa darah oleh karena GH disebiut dengan diabetogenik effect
Produksi GH diatur oleh Growth Hormone Releasing Hormone (GH-RH atau somatokrin)
dan Growth Hormone Inhibiting Hormone (GH-IH atau somatostatin) yang berasal dari hipotalamus.
Somatomedin merangsang GH-IH dan menghambat GH-RH
Melanocyte Stimulating Hormon (MSH atau melanotropin). MSH merangsang sel-sel
melanosit di kulit untuk menghasilkan melanin, yang merupakan pigmen cokelat, hitam atau
kuning-cokelat. Pada ikan, ampibi, reptil dan banyak mamalia lainnya selain primata, MSH dari
kelenjar pituitari penting untuk mengontrol pigmentasi pada kulit. Pada manusia, MSH dihasilkan
secara lokal ketika kulit terpapar sinar matahari.
3.2. Neurohipofisis
Neurohipofisis dikenal juga dengan sebutan lobus posterior kelenjar pituitari atau pars nervosa, karena
mengandung akson dari hipotalamus. Neuron supraoptik dan nuclei paraventrikular menghasilkan
hormonAntidiuritic Hormon (ADH) dan oxytocin (OXT).
Antidiuritic Hormone (ADH) juga dikenal dengan arginine vasopressin (AVP) yang
dilepaskan melalui beberapa rangsangan seperti peningkatan konsentrasi solut dalam darah atau
penurunan volume dan tekanan darah. Fungsi utama ADH adalah mengurangi jumlah air yang
hilang di ginjal dengan cara mempengaruhi permiabilitas sel-sel di tubulus ginjal sehingga lebih
permiabel terhadap air. ADH juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah. Aksi ADH ini dihambat oleh alkohol.
Oxytocin (OXT) bekerja merangsang kontraksi otot polos pada dinding uterus ketika
melahirkan. Setelah melahirkan, OXT merangsang kontraksi mioepitel sekeliling duktus dan
sekretoris alveoli kelenjar susu untuk mengeluarkan air susu. Pada pria, OXT merangsang
kontraksi otot polos pada dinding duktus deferens dan kelenjar prostat. Hal ini sangat penting
pada saat pengeluaran sperma, sekresi kelenjar lain ke dalam saluran reproduksi sebelum
eyakulasi.
4. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid letaknya melengkung di permukaan anterior trakea tepat di bawah tulang rawan
tiroid. Terdiri dari 2 lobus yang disatukan oleh hubungan yang berbentuk silinder yaitu isthmus.
Ukuran dari kelenjar sangat beragam tergantung keturunan, lingkungan dan faktor nutrisi. Namun,
rata-rata beratnya kira-kita 34 gram. Banyaknya pembuluh darah pada kelenjar ini menyebabkan
kelenjar berwarna merah tua. Kelenjar tiroid mengandung sejumlah besar folikel tiroid yang
berbentuk bundar yang dilapisi oleh epithelium kubus sederhana. Sel-sel folikel dalam rongga
folikel mengadakan lipatan-lipatan dan diisi oleh cairan koloid dengan sejumlah besar protein
terlarut. Jaringan kapiler sekeliling folikel membawa nutrisi dan menerima hasil yang disekresikan.
Sel-sel folikel mensintesis protein globular yang disebut tiroglobulin yang mengandung asam amino
tirosin, merupakan prekusor hormon tiroid. Bersama dengan yodium yang diabsorbsi dari saluran
pencernaan membentuk ikatan kovalen membentuk molekul hormon tiroid. Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroksin (T4) dan T3.
Fungsi hormon tiroid: Hormon tiroid berfungsi mengaktifkan gen yang terlibat dalam sintesis
enzim yang berfungsi dalam proses glikolisis dan produksi ATP serta meningkatkan laju
metabolisme dalam sel. Oleh karena meningkatkan produksi panas maka disebut calorigenic effect.
Pada anak-anak, produksi TSH meningkat pada suhu dingin. Efek ini dapat membantu mereka
beradaptasi dengan suhu yang dingin. Hormon tiroid sangat esensial pada perkembangan tulang,
otot dan sistem saraf. Kelenjar tiroid menghasilkan jumlah yang besar T4, tetapi T3 merupakan
hormon yang efeknya sangat kuat, segera dan dalam waktu yang singkat dalam meningkatkan laju
metabolisme.
4.2. Kalsitonin
Populasi sel-sel endokrin yang ke dua yang terselip di antara sel-sel kuboidal folikel adalah yang
dikenal dengan sel-sel C atau sel parafolikular. Sel-sel C menghasilkan hormon kalsitonin (CT) yang
bekerja mengatur konsentrasi Ca dalam cairan tubuh. Peningkatan konsentrasi Ca dalam cairan tubuh
merangsang pelepasan kalsitonin. CT yang bekerja dengan cara:
1). Mobilisasi Ca tulang dengan cara menghambat aktivitas osteoblas sehingga mengurangi laju
deposisi Ca ke dalam tulang serta meningkatkan kerja osteoklas sehingga pelepasan Ca dari tulang
meningkat
3). Merangsang pembentukkan dan sekresi kalsitriol di ginjal yang berfungsi untuk meningkatkan
absorbsi Ca dalam saluran pencernaan.
6.1. Korteks adrenalis
Warna kekuning-kuningan korteks adrenalis disebabkan kehadiran simpanan lipid, khususnya
kolesterol dan berbagai asam lemak. Korteks adrenalis menghasilkan lebih dari 2 lusin hormon
steroid yang tergabung dalam hormon steroid adrenocortical atau kortikosteroid. Korteks adrenalis
dibedakan menjadi 3 daerah atau zona dimana masing-masing zona ini menghasilkan hormon yang
spesifik.
1). Zona Glomerulosa: Zona bagian luar korteks adrenalis ini menghasilkan mineralokortikoid,
merupakan hormon steroid yang berperan dalam mengatur komposisi elektrolit cairan tubuh.
Aldosteron merupakan mineralokortikoid utama yang dihasilkan oleh korteks adrenalis. Aldosteron
merangsang konservasi ion Na dan meniadakan ion K. Sel-sel target hormon ini mengatur komposisi
ion yang diekskresikan di dalam cairan. Hal ini menyebabkan retensi (penahanan) ion Na di ginjal,
kelenjar keringat, kelenjar saliva dan pankreas sehingga mencegah keilangan ion Na dalam urine,
keringat, saliva dan sekresi pencernaan. Sekresi aldosteron terjadi akibat turunnya kandungan Na,
volume darah atau tekanan darah atau peningkatan konsentrasi ion K.
2). Zona Fasciculata: Menghasilkan sekumpulan hormon yang dikenal dengan glukokorticoid yang
mempengaruhi metabolisme glukosa. Cortisol atau juga disebut Corticosteron merupakan hormon
utama glukocorticoid yang pelepasannya dirangsang oleh ACTH dari adenohipofisis melalui
mekanisme umpan balik negatif. Adapun pelepasan glukokorticoid menimbulkan efek penghambatan
terhadap terhadap produksi CRH di hpotalamus dan ACTH di adenohipofisis. Glukocorticoid
mempunyai efek sebagai berkut :
a. Meningkatkan konsentrasi glukosa di dalam darah dengan memecah asam lemak dan protein
(efek katabolik)
b Meningkatkan kerja jantung dan vasokonstriksi perifer
e. Mempunyai efek anti inflammasi dan alergi dengan menghambat sintesis protein dan
pembentukkan limposit dan penghambatan pelepsan histamin.
3). Zona Retikularis: Di bawah rangsangan ACTH zona retikularis menghasilkan sejumlah kecil
androgen, merupakan hormon seks yang banyak dihasilkan oleh testis. Ketika masuk ke sirkulasi
darah, sebagian androgen kemudian di rubah menjadi estrogen hormon seks yang banyak terdapat
pada wanita. Androgen adrenalis merangsang perkembangan rambut pada pubis pada pria dan wanita
sebelum pubertas.
6.2. Medulla adrenalis
Medula adrenalis berwarna abu-abu pucat atau pink, menandakan banyaknya pembuluh darah
di area ini serta terdapat banyak sel-sel besar berbentuk bulat seperti ganglion simpatis yang
dipersarafi oleh serabut preganglion simpatis. Aktivitas sekrtoris medulla adrenalis dikontrol oleh
saraf simpatis.. Di medula adrenalis terdapat 2 populasi sel sekretoris yang pertama menghasilkan
epineprin (adrenalin) dan lainnya menghasilkan norepineprin (noradrenalin). Sebanyak 75-80%
epineprin disekresikan medulla adrenalis, sisanya adalah norepineprin. Pengaktifan medulla adrenalis
menimbulkan efek sebagai berikut:
1). Otot rangka: memicu mobilisasi cadangan glikogen dan meningkatkan laju pemecahan glukosa
menjadi ATP,
2) Jaringan adiposa: memecah cadangan lemak menjadi asam lemak yang kemudian dilepaskan ke
aliran darah untuk digunakan oleh jaringan lain untuk pembentukkan ATP,
3) Hati: memecah molekul glikogen menjadi glukosa yang kemudian dilepaskan ke aliran darah
untuk digunakan terutama oleh jaringan saraf yang tidak dapat menggantikan dengan metabolisme
asam lemak
4) Jantung: merangsang reseptor ß1 untuk meningkatkan laju dan kekuatan kontraksi otot jantung.
1) Penghambatan pada fungsi reproduksi. Pada beberapa mamalia, melatonin memperlambat
pematangan sperma, oosit dan organ reproduksi dengan mengurangi laju sekresi GnRH. Meskipn
efek pada manusia tidak jelas tetapi ada bukti bahwa melatonin berperan pada waktu pematangan
seksual manusia
2) Mencegah kerusakan akibat radikal bebas. Melatonin sangat efektif sebagai antioksidan yang
mencegah neuron CNS dari bahaya radikal bebas seperti oksida nitrit (NO) atau hidrogen peroksida
(H2O2)
3) Mengatur irama sirkadian. Oleh karena aktivitas pineal merupakan siklik maka terlibat juga
dalam memelihara irama sirkadian yang merupakan perubahan harian proses fisiologis yaitu pola
siang-malam secara regular
8. Pankreas
Pankreas terletak dalam rongga abdominal pelvis pada lengkungan di antara batas inferior lambung
dan bagian proksimal usus halus. Selain sebagai kelenjar eksokrin untuk enzim-enzim pencernaan
(99% dari volume) pankreas juga sebagai kelenjar endokrin. Endokrin pankreas terdiri dari kelompok
kecil sel-sel yang tersebar di antara kelenjar eksokrin. Kelompok sel ini dikenal dengan pulau-pulau
Langerhans. Pulau-pulau Langerhans dikelilingi oleh jaringan kapiler yang membawa hormon yang
disekreskan ke sirkulasi darah. Setiap pulau mengandung 4 jenis sel yaitu :
1). Sel-sel Alpha yang menghasilkan hormon glukagon
3). Sel-sel Delta menghasilkan hormon peptida identik dengan Growth hormone inhibiting
hormone (GHIH)
4). Sel-sel F yang menghasilkan hormon polipeptida pankeras
8.1. Insulin
Insulin adalah hormon yang disekrsikan oleh sel-sel beta ketika konsentrasi gula darah melebihi
tingkat normal. Sekresi hormon ini juga dirangsang oleh peningkatn beberapa asam amino termasuk
arginin dan leusin. pengaruh insulin pada sel-sel target sebagai berikut:
2). Meningkatkan penggunaan glukosa (semua sel target) dan meningkatkan produksi ATP
3). Merangsang pembentukan glikogen pada otot rangka dan hati. Kelebihan glukosa darah disimpan
sebagai glikogen di otot dan hati
5) Merangsang pembentukkan trigliserida di jaringan adiposa dengan cara merangsang absorbsi
asam lemak dan gliserol
8.2. Glukagon
Glukagon disekresikan ketika kadar glukosa darah turun di bawah normal. Sel-sel Alpha melepaskan
glukagon dan cadangan energi dimobilisasi.. Pengaruh utama glukagon sebagai berikut:
1). Merangsang pemecahan glikogen di otot rangka dan sel-sel hati. Molekul glukosa dilepaskan dan
dimetabolisme menjadi energi
2). Merangsang pemecahan trigliserida dalam jaringan adiposa. Adiposit melepaskan asam lemak ke
sirkulasi darah untuk digunakan oleh jaringan lain
3). Merangsang sintesis glukosa di hati dengan cara mengabsorbsi asam amino dari aliran darah dan
merubahnya menjadi glukosa, kemudian melepaskannya ke sirkulasi darah. Proses yang dikenal
denganGlikoneogenesis.
9. Ginjal
Ginjal melepaskan melepaskan hormon kalsitriol dan eritropoitin.
9.1. Kalsitriol
Kalsitriol merupakan hormon steroid yang disekresikan oleh ginjal sebagai respons terhadap
kehadiran hormon paratiroid (PTH). Kolekalsiferol (vitamin D) yang disintesis di kulit atau di
absorbsi di dalam makanan merupakan steroid yang kemudian dirubah menjadi Kalsitriol. Fungfsi
kalsitriol adalah
3). Merangsang reabsorbsi tulang oleh osteoklas, 4) merangsang reabsorbsi ion kalsium di ginjal.
9.2. Eritropoitin
Eritropoitin (EPO) adalah hormon peptida yang disekresikan oleh ginjal sebagai respons rendahnya
kadar oksigen di jaringan ginjal. EPO merangsang produksi sel-sel darah pada sumsum tulang.
Peningkatan jumlah sel-sel darah merah pada akhirnya meningkatkan jumlah oksigen yang
ditansportasikan.
9.3. Renin
Renin disekresikan oleh sel-sel khusus di ginjal sebagai respons terhadap:
Ketika disekresikan ke dalam aliran darah, renin bekerja sebagai enzim dan masuk sebagai siitem
renin angiotensin yang nantinya akan merubah angiotensinogen menjadi angiotensin I kemudian
angiotensin II yang berfungsi merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenalis dan ADH oleh
neurohipofisis. Angiotetensin II juga merangsang rasa haus dan meningkatkan tekanan darah.
10. Timus
Timus terdapat di mediastinum, pada umumnya terdapat tepat dikedalaman sternum. Timus
menghasilkan beberapa hormon yang penting untuk perkembangan dan pemeliharaan pertahanan
immunitas. Timosin yang disekresikan oleh timus berfungsi memacu perkembangan dan pematangan
limfosit, sel-sel darah putih yang bertanggung jawab terhadap sistem immun.
11. Gonad
Gonad merupakan organ reproduksi primer. Pada wanita adalah ovarium dan pada pria adalah testis.
Ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron sedangkan testis menghasilkan hormon
testosteron.
11.1. Estrogen
Estrogen (E2) merupakan hormon steroid dengan 18 aton C yang dihasilkan ovarium (sel-sel
granulosa dan teka) Selain itu, hormon ini dihasilkan juga oleh korteks adrenal, dan sel-sel
intersisial Leydig testes. Disamping estrogen terdapat juga estradiol, estrion dan estradiol yang
mempunyai efek yang sama dengan E2. E2 bertanggung jawab pada perkembangan ciri-ciri seksual
wanita. Fungsi E2 pada organ target adalah sebagai berikut :
4). Serviks: E2 mengubah konsistensi mukus terutama pada saat ovulasi sehingga migrasi sperma
dipermudah dan lama hidupnya ditingkatkan
5). Proses fertilisasi: E2 mengatur kecepatan migrasi ovum di sepanjang tuba Fallpopi
6). Tulang: E2 meningkatkan deposisi kalsium dengan meningkatkan kerja osteoblas
7). Kulit: E2 melembutkan kulit, mengurangi aktivitas kelenjar sebasea dan meningkatkan deposit
lemak di bawah kulit
8). Sistem saraf pusat: E2 mempengaruhi tingkah laku seksual dan sosial serta reaksi psikis.
Pada wanita, estrogen di ovarum dihasilkan di bawah rangsangan FSH dan LH. Sekresi E2 dihambat
oleh inhibin yang disekresikan oleh ovarium yang menekan pelepasan FSH melalui makanisme
umpan balik negatif.
11.2. Progesteron
Progesteron (P) merupakan hormone steroid dengan 21 aton C diproduksi oleh ovarium khususnya
korpus luteum terutama selama fase sekretori atau fase luteal. Fungsi utama P adalah untuk
mempersiapkan saluran genetal wanita untuk menerima dan mematangkan ovum yang telah dibuahi
dan mempertahankan kehamilan. Hampir semua pengaruh P pada organ target memerlukan aktivitas
awal E2. Fungsi P pada organ target adalah sebagai berikut :
1). Uterus: merangsang pertumbuhan kelenjar uterus dan otot uterus (miometrium) dan mengubah
kandungan glikogen. Selama masa kehamilan P mengurangi aktivitas miometrium
2). Serviks: P mengubah konsistensi sumbatan mukus sehingga hampir tidak dapat dilalui oleh
sperma
3). Kelenjar mammae: P bersama-dengan hormon lainnya seperti PRL, E2, relaksin, STH
merangsang pertumbuhan duktus dan alveoli
4). Ginjal: P menghambat kerja aldosteron yang menyebabkan peningkatan ekskresi NaCl
5). Sistem saraf pusat: P mempunyai efek termogenik yang menyebabkan peningkatan suhu basal
pada pertengahan siklus dan mungkin merupakan alasan adanya gangguan tingkah laku dan depresi
premenstruasi dan mendekati akhir kehamilan. Sekresi P dihambat oleh LH yang disekresikan
adenohipofisis melalui makanisme umpan balik negatif.
11.3. Testosteron
Testosteron merupakan hormon steroid dengan 19 atom C dan hormon yang paling penting dari
androgen (hormon seks pria). Pada pria, testosteron disekresikan oleh sel-sel Intersisial Leydig
testes, korteks adrenal dan juga ovarium pada wanita. Fungsi utama testosteron adalah:
4). Mempengaruhi perkembangan seks sekunder pria (pertumbuhan genetal, ukuran laring
sehingga terjadi perubahan suara, rambut wajah, rambut pubis dan ketiak, penebalan kulit, vesikel
sebasea)
5). Mempengaruhi perkembangan libido seksual, fertilitas dan potensi seksual pria
6). Merangsang pembentukkan darah dan efek anabolic (otot menjadi lebih kuat pada pria), dan
mempengaruhi tingkah laku (agresif).
Pelepasan testosteron dirangsang oleh gonadotropin yang diskresikan oleh adenohipofisis. LH yang
dikenal juga dengan ICSH merangsang sel-sel Ledig mensekresikan testosteron sedangkan FSH
merangsang protein pengikat androgen (Androgen Binding Protein) di sel-sel Sertoli. Testosteron
menghambat sekresi LH melalui mekanisme umpan balik negatif.
RANGKUMAN
Dari uraian mengenai struktur dan fungsi kelenjar endokrin maka dapatlah disimpulkan sebagai
berikut:
Dalam banyak kasus, refleks endokrin dikontrol oleh mekanisme umpan balik negative.
Berdasarkan struktur kimia, hormon diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok yaitu : turunan asam
amino, hormone peptida dan turunan lipid. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan tertinggi yang
mengintegrasikan aktivitas sistem saraf dan endokrin melalui 3 cara yaitu : mensekresikan hormon
pengatur, mensintesis hormon dan mengontrol saraf sel-sel endokrin di medulla adrenalis.
Hipotalamus dihubungkan dengan kelenjar pituitari oleh infundibulum. Hipotalamus menghasilkan
hormon-hormon GnRH, TRH, PRH, PRIH, CRH, GH-RH dan GH-IH.
Kelenjar pituitari atau hipofisis dibagi ke dalam 2 bagian yaitu : pituitari anterior atau
adenohipofisis yang menghasilkan hormon-hormon tropik TRH, ACTH, Gonadotropin, PRL, GH,
MSH, dan pituitari posterior atau hipofisis posterior atau neurohipofisis yang mengandung akson dari
hipotalamus dan menghasilkan ADH dan OXT. TRH mempengaruhi organ target kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroksin, ACTH mempengaruhi korteks adrenal untuk menghasilkan
kortikosteroid, gonadotropin mempengaruhi gonad menghasilkan testosteron (pria) dan estrogen dan
progesteron (wanita), PRL mempengaruhi pertumbuhan kelenjar susu, MSH mempengaruhi melanosit
, ADH mempengaruhi reabsorbsi air di ginjal, OXT mempengaruhi uterus dan kelenjar susu, GH
mempengaruhi hati menghasilkan somatomedin .
Selain itu, terdapat hormon yang disekresikan oleh pankreas yaitu insulin dan glukagon yang
berfungsi untuk menstabilkan kadar gula darah, CT dan PTH yang terlibat dalam homeostasis
kalsium, kelenjar pineal yang menghasilkan melatonin, eritropoitin yang merespon kekurangan
oksigen dan timus yang berperan dlam imunitas
First and Second Messengers : Hormon yang berikatan dengan reseptor di membran plasma tidak
langsung menimbulkan efek pada aktivitas di dalam sel target. Untuk itu maka hormon tersebut
memerlukan perantara. Hormon atau first messenger melakukan sesuatu untuk menimbulkan second
messenger di dalam sitoplasma. Second messenger dapat bekerja sebagai activator enzim, inhibitor
atau kofaktor yang dapat menghasilkan perubahan terhadap laju berbagai reaksi metabolisme. Second
messenger yang paling penting adalah cAMP, cGMP dan ion kalsium. Ikatan sejumlah kecil molekul
hormon dengan reseptor membran plasma dapat menimbulkan ribuan second messenger di dalam
sel. Proses ini yang menimbulkan efek penguatan pada sel target yang disebut amplification.
Ikatan first messenger dan second messenger pada umumnya melibatkan protein G, kompleks enzim
yang terangkai dengan reseptor membran.
Kebanyakan protein G apabila diaktifkan menimbulkan efek dengan merubah konsentrasi second
messenger cAMP dalam sel. Peningkatan cAMP meningkatkan aktivitas metabolisme dalam sel
sebagai berikut: Pengaktifan protein G mengaktifkan enzim adenilat siklase yang juga disebut
adenilil siklase. Adenilat siklase merubah ATP menjadi silkik AMP yang yang berfungsi sebagai
second messenger melalui aktivasi kinase. Kinase merupakan enzim fosforilase yang mengikatkan
kelompok fosfat energi tinggi dengan molekul lain. (Gambar 2).
Hormon dengan reseptor intraselular : Hormon steroid berdifusi langsung pada bagian
lipid membran dan berikatan dengan reseptor di sitoplasma atau nukleus. Kompleks hormon-
reseptor kemudian mengaktifkan atau menonaktifkan gen spesifik. Melalui mekanisme ini,
hormon steroid dapat mempengaruhi laju transkripsi DNA di nukleus. Jadi, merubah pola protein
sintesis. Hormon tiroksin melintasi membran plasma terutama dengan mekanisme transport.
Sekali berada di sitosol, hormon berikatan dengan reseptor dalam nukleus dan mitokondria.
Kompleks hormon-reseptor di nukleus mengaktifkan gen spesifik atau merubah laju transkripsi.
Perubahan ini mempengaruhi aktivitas metabolisme sel dengan meningkatkan atau menurunkan
konsentrasi enzim spesifik (Gambar 3).
3. Peranan Hormon dalam pertumbuhan
Pertumbuhan normal memerlukan kerja sama beberapa hormon seperti: GH, tiroksin, insulin, PTH,
kalsitriol, dan hormon-hormon reproduksi.
1). Growth hormone (GH) : mempengaruhi sintesis protein dan pertumbuhan selular. Hal ini
sangat nampak pada anak-anak dimana GH menunjang perkembangan otot dan tulang. Pada orang
dewasa, GH berfungsi mempertahankan konsentrasi gula darah dan mobilisasi cadangan lipid di
jaringan adiposa.
2). Tiroksin : pertumbuhan yang normal memerlukan kecukupan hormon tiroksin. Kekurangan
hormon ini pada waktu perkembangan fetal atau pada tahun pertama setelah lahir, mengakibatkan
sistem saraf gagal berkembang secara normal dan gangguan mental. Apabila konsentrasi tiroksin
menurun sebelum mencapai pubertas maka perkembangan tulang akan terhenti.
3). Insulin : Pertumbuhan sel memerlukan kecukupan suplai energi dan nutrisi. Tanpa insulin
pelintasan glukosa dan asam amino melalui membran plasma berkurang drastis atau tidak ada.
4). Hormon paratiroid (PTH) dan kalsitriol : Kedua hormon ini memicu absorbsi garam kalsium
yang selanjutnya disimpan di tulang. Ketidakcukupan kedua hormon ini menyebabkan tulang masih
membesar namun miskin mineral, lemah dan fleksibel. Contohnya pada penyakit rikets, merupakan
ciri kondisi kekurangan kalstriol (vitamin D) pada anak yang sedang tumbuh.
5). Hormon reproduksi : Aktivitas osteoblas dipengaruhi oleh ada tidaknya hormon reproduksi
(androgen pada pria dan estrogen pada wanita).Hormon-hormon ini merangsang pertumbuhan dan
diferensiasi jaringan target
4. Peranan hormon pada pengaturan kadar kalsium darah
Kalsium (Ca2+) memegang peran yang sangat penting dalam pengaturan fungsi sel. Jumlahnya kira-
kira 2% dari berat badan dan 99% darinya terdapat di tulang. Untuk mempertahankan keseimbangan
Ca2+ masukan dan pengeluaran haruslah seimbang. Keseimbangan Ca2+ diatur oleh 3 hormon (Gambar
4) yaitu: hormon paratioid (PTH), kalsitonin (CT), dan hormon D (kalsitriol).
1) Hormon paratiroid: Sintesis dan sekresi PTH dipicu oleh penurunan kadar kalsium darah di
bawah normal, selanjutnya menimbulkan efek pada :
a). Tulang : mengaktifkan osteoklas sehingga terjadi resorpsi tulang dan pelepasan Ca2+.
b). Usus : secara tidak langsung meningkatkan ambilan melalui perangsangan terhadap
pembentukkan hormon D di ginjal.
a). Tulang : menghambat aktivitas osteoklas sehingga menyebabkan deposisi Ca2+ ke dalam jaringan
tulang
b) Ginjal : meningkatkan ekskresi Ca2+
3). Hormon D (kalsitriol) berhubungan erat dengan hormon steroid. Pembentukan kalsitriol dimulai
dari pengaruh sinar UV, terbentuk kolekalsiferol (vitamin D3, kalsiol) dari 7-dehidrokolesterol di kulit
melalui langkah provitamin D. Kedua produk tersebut di dalam darah berikatan dengan α globulin.
Organ target kalsitriol adalah usus untuk meningkatkan absorbsi Ca2+.
Hormon lainnya adalah estrogen yang berfungsi untuk deposisi Ca2+ dalam tulang.
5. Peranan hormon pada pengaturan kadar glukosa darah
Glukosa merupakan sumber utama energi metabolisme bagi tubuh manusia. Oleh karena itu,
konsentrasi gula darah harus dipertahankan tetap konstan. Beberapa hormon yang berperan dalam
homeostasis gula darah adalah: insulin, glukagon dan epineprin .
Kandungan insulin dari pankreas kira-kira 6-10 mg dimana kira-kira 2 mg disekresikankan setiap
hari dengan waktu paruh kira-kira 10-30 menit. Rangsangan sekresi insulin adalah peningkatan kadar
gula darah. Insulin menfasilitasi ambilan glukosa oleh sel-sel target, merangsang sintesis glikogen dan
lipid untuk disimpan. Penurunan kadar gula memicu sekresi glukagon yang berfungsi memobilisasi
cadangan lipid, sintesis glukosa dan pemecahan glikogen di hati guna meningkatkan konsentrasi
glukosa darah. Sementara epineprin bekerja menghambat pelepasan insulin.
6. Peranan hormon mengatasi stress
Setiap kondisi apakah fisik atau emosional yang mengancam homeostasis merupakan bentuk dari
stress. Kebanyakan stress dilawan oleh penyesuaian homeostasis khusus. Contohnya, penurunan
suhu tubuh menimbulkan menggigil atau perubahan pola aliran darah yang dapat mengembalikan
suhu normal tubuh. Apabila tubuh terpapar pada berbagai faktor yang menyebabkan stress maka
hasilnya, pola umum yang sama pada penyesuaian hormonal dan fisiologis. Respons tersebut
merupakan bagian dari sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome, GAS) yang juga
dikenal dengan respons stress Respons stress terdiri dari 3 fase yaitu :
1). Fase peringatan : merupakan respons segera terhadap terjadinya stress.Respons ini langsung dari
saraf simpatis. Pada fase ini cadangan energi dimobilisasi terutama dalam bentuk glukosa dan
menanggapi stress melalui mekanisme “fight or flight”. Epineprin merupakan hormon yang dominan
selama fase peringatan dan sekresinya dikaitkan dengan aktivasi simpatis. Ciri-ciri fase peringatan
adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan kewaspadaan mental
d. Perubahan sirkulasi darah, termasuk peningkatan aliran darah ke otot skelet dan penurunan aliran
darah ke kulit, ginjal dan organ pencernaan.
2). Fase resisten : Apabila stress berakhir lebih lama dari beberapa hari maka individu memasuki
fase resisten. Glukokortikoid merupakan hormon yang dominan pada fase ini selain epineprin, GH
dan tiroksin. Kebutuhan energi tetap tinggi dibandingkan dengan dalam keadaan normal. Jaringan
saraf membutuhkan energi yang besar dan saraf harus disuplai oleh glukosa. Apabila konsentrasi
glukosa darah turun terlalu jauh maka fungsi saraf akan terganggu. Cadangan glikogen cukup untuk
mempertahankan konsentrasi glukosa normal selama fase peringatan namun, mendekati fase
kelelahan setelah beberapa jam. Sekresi hormon fase resisten dikoordinasi untuk mencapai 4 hasil
yang terintegrasi yaitu :
a. Mobilisasi sisa lipid dan cadangan protein : hipotalamus menghasilkan GH-RH dan CRH yang
selanjutnya merangsang pelepasan GH dan ACTH. ACTH merangsang sekresi glukokortikoid.
Jaringan adiposa menanggapi GH dan glukokortikoid dengan melepaskan simpanan asam lemak dan
otot skelet menanggapi glukokortikoid dengan memecah protein dan melepaskan asam amino ke
aliran darah.
b. Konservasi glukosa untuk jaringan saraf : Glukokortikoid dan GH merangsang metabolisme lipid
pada banyak jaringan. Glukosa yang dihasilkan inilah yang akan mempertahankan konsentrasi
normal glukosa bahkan setelah periode kelaparan yang lama.
c. Meningkatkan dan menstabilkan konsentrasi glukosa darah : Ketika konsentrasi glukosa
menurun, glukagon dan glukokortikoid merangsang hati memproduksi glukosa dari bukan karbohidrat
yaitu dari gliserol melalui jalur trigliserida dan dari asam amino. Glukosa kemudian dilepaskan ke
aliran darah dan konsentrasi gula darah kembali normal.
d. Konservasi garam dan air, dan membuang K+ dan H+. Volume darah dipertahankan melalui
kerja ADH dan aldosteron. Seiring dengan konservasi Na+, K+ dan H+dibuang.
3). Fase kelelahan
Ketika fase resisten berakhir, mulailah fase kelelahan. Kegagalan satu atau lebih organ menjadi
fatal, kecuali aksi perbaikan ditempuh dengan segera..
RANGKUMAN
Dari uraian mengenai mekanisme kerja hormon maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut:
Ketika sel menerima perintah dari 2 atau lebih dalam waktu yang sama mka ada 4 kemungkinan
yaitu : ke-2 hormon bekerja antagonis, sinergis, permissive effect, atau integrative. Untuk
menimbulkan efek pada organ target maka hormon harus berikatan dengan reseptor yang spesifik baik
yang terdapat di permukaan luar membran maupun yang berada di dalam sel. Reseptor yang berada
di luar membran membutuhkan perantara yang dikenal dengan second messenger. Hormon steroid
merupakan hormon turunan lipid sehingga mudah melewati membran. Hormon tersebut memiliki
reseptor di dalam sitosol atau di nukleus.
Agar pertumbuhan berlangsung normal maka diperlukan kerja sama beberapa hormone yaitu :
GH, tiroksin, insulin, PTH, kalsitriol dan hormon-hormon reproduksi. Untuk menjaga agar kadar
kalsium darah tetap stabil maka memerlukan hormon paratiroid, kalsitonin, kalsitriol dan estrogen.
Penurunan kadar glukosa darah di bawah nomal merangsang sekresi PTH sebaliknya peningkatan
kadar kalsium darah di atas normal merangsang sekresi CT. Glukosa merupakan sumber energi bagi
tubuh manusia dan karena itu harus dipertahankan tetap stabil. Hormon-hormon yang berperan
adalah : insulin, glukagon dan epineprin. Peningkatan kadar glukosa darah merangsang sekresi
insulin, sebaliknya penurunan kadar glukosa darah merangsang sekresi glukagon.
Stres merupakan kondisi fisik maupun emosional yang mengancam homeostasis. Oleh karena
itu, harus ada penyesuaian baik hormonal mupun fisiologis. Hormon yang berperan dalam mengatasi
stress adalah: epineprin, ADH, GH dan ACTH, glukokortikoid serta aldosteron.
DAFTAR PUSTAKA
Berne, R.M., M.N. Levy. 1990. Principles of Physiology.Wolfe Publication, Ltd. USA.
Campbell, N.A., J.B. Reece., L.G. Mitchell. 2004. Biologi. 5th ed. Alih bahasa : Wasmen Manalu.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Despopoulos, A. dan S. Silbernagl. 1991. Color Atlas of Physiology. Georg Thieme Verlag.
Stuttgart, Germany.
Guyton, A.C. 1991. Fisiologi kedokteran. 5th ed. Alih bahasa A. Dharma dan P. Lukmanto. Penerbit
Buku Kedokteran jakarta
Hainsworth, F.R. 1981. Animal Physiology Adaptation in Function. Adison-Wesley Publishing
Company. Inc. Philippines.
Martini, F.H. and Judi, L. N. 2009. Fundamental of Anatomy and Physiology. Pearson
International. USA.
Hadley, M. E. 1992. Endocrinology. 3th ed. Prentice-Hall International, Inc.Arizona.
McDonald, L.E. , M.H. Pineda. 1989. Veterinary Endocrinology and Reproduction. Lea and
Febiner. Philadelphia, London.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia. 2nd ed. Alih bahasa Brahm U.Pendit. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Wilson, J.A. 1979. Principles of Animal Physiologi. 2nd ed. Macmillan Publishing Co., Inc. New
York.
Presented by Raldo Rasuh
Special thank’s to : Dr. Eline Adelien sebagai dosen dan pemberi materi