Anda di halaman 1dari 26

DESKRIPSI SISTEM REPRODUKSI WANITA

Pendahuluan  : Materi reproduksi pada manusia ini merupakan kelanjutan pelajaran


sebelumnya. Pada pelajaran sebelumya telah dibahas tentang pubertas dan sistem organ
repoduksi pria. Sedangkan pada pelajaran ini akan dibahas tentang sistem organ reproduksi
wanita yang meliputi struktur organ reproduksi wanita, oogenesis dan siklus menstruasi. 
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ reproduksi
internal. Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva meliputi mons veneris (mons pubis), labium
mayora, labium minora dan clitoris. Organ reproduksi dalam wanita meliputi ovarium, tuba falopii,
uterus dan vagina. Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam
kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit primer.
Sebagian oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki masa puber jumlah tersebut
menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami masa
istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.
Sejak pertama mendapat menstruasi (menarche) yang terjadi antara usia 9-14 tahun organ reproduksi
aktif bekerja hingga wanita tersebut berhenti menstruasi (menophause) yang terjadi antara usia 46-54
tahun. Menstruasi merupakan pendarahan yang keluar melalui vagina karena luruhnya dinding rahim
(endometrium). Menstruasi juga merupakan pertanda tidak terjadi kehamilan, tiga perempat bagian
jaringan lembut endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi (penanaman embrio)
akan terlepas. Kemudian endometrium akan terbentuk kembali; dipersiapkan untuk menerima
kemungkinan konsepsi berikutnya, demikian seterusnya terulang kembali secara periodik dan dikenal
dengan siklus menstruasi. Remaja putri tidak perlu merasa takut karena menstruasi merupakan
peristiwa biologis yang normal dan biasa seperti halnya bernafas dan darah yang mengalir dalam
tubuh.Seorang wanita harus mengenal anatomi dan fisiologi organ reproduksinya. Dengan
mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka seorang wanita tak perlu merasa
cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dan itu adalah suatu
hal yang normal.

Struktur Organ Reproduksi Wanita

Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal.
Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam
rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur
(oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris,
klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.

struktur organ reproduksi


wanita

Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui mesentrium ke
uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum dan mensekresikan
hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium terbungkus oleh kapsul
pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih memiliki
400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Namun hanya
beberapa ratus saja yang berkembang dan melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang
perempuan, yaitu sejak menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti
menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan melepaskan ovum tiap satu siklus
menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian. Selama mengalami
pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum,
folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron.
Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur
tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan
pada siklus berikutnya. 

Tuba falopii/oviduct (saluran telur)

jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi untuk
menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan
silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus.
Uterus (rahim)

Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil disebut
cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya embrio, dindingnya dapat
mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam
disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium akan menebal
menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.

Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang disebut
hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat
atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai
saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding
sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan
seksual.

Mons veneris

Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian paling
atas dari vulva

Labium mayora

Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi rambut

Labium minora

Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk clitoris.
Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra di bagian atas
dan lubang vagina di bagian bawah.

Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang karena banyak
mengandung saraf.

Oogenesis dan Siklus Menstruasi

Oogenesis

Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium atau indung
telur terdapat oogonium (oogonia = jamak). Oogonium bersifat diploid (2n = mengandung 23 pasang
kromosom atau 46 buah kromosom). Oogenesis telah dimulai sejak bayi perempuan masih dalam
kandungan ibunya berusia sekitar 5 bulan. Oogonium akan memperbanyak diri dengan membelah
berulang kali secara mitosis, membentuk oosit primer. Oosit primer terbungkus dalam folikel yang
penuh dengan cairan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan ovum.

Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam tiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosit primer.
Oosit primer ini mengalami dorman atau mengalami fase istirahat beberapa tahun hingga anak
perempuan tersebut mengalami pubertas. Selama pertumbuhan anak perempuan, beberapa oosit
primer akan mengalami degenerasi, hingga ketika mencapai usia pubertas jumlah oosit primer hanya
tinggal sekitar 200.000 buah.

Memasuki usia pubertas sekresi hormon estrogen akan memacu oosit primer untuk melanjutkan
proses oogenesis; oosit primer mengalami meiosis pertama menghasilkan 2 sel berbeda ukuran yaitu
oosit sekunder (berukuran besar) dan polosit primer (berukuran kecil).

Oogenesis terhenti hingga terjadi ovulasi, bila tidak terjadi fertilisasi oosit sekunder akan mengalami
degenerasi. Namun bila ada penetrasi sperma dan terjadi fertilisasi, oogenesis akan dilanjutkan
dengan pembelahan meiosis kedua; oosit sekunder membelah menjadi 2 yaitu ootid (berukuran besar)
dan polosit sekunder (berukuran kecil). Sedangkan polosit primer membelah menjadi 2 polosit
sekunder. Sehingga pada akhir oogenesis dihasilkan 3 polosit dan 1 ootid yang berkembang menjadi
ovum

Perkembangan folikel di dalam ovarium

Selama perkembangan oosit primer hingga menjadi oosit sekunder berada dalam folikel, yaitu suatu
kantung pembungkus yang penuh cairan yang menyediakan nutrisi bagi oosit. Semula oosit primer
berada dalam folikel primer kemudian berkembang menjadi folikel sekunder. Ketika terbentuk oosit
sekunder, folikel telah berkembang menjadi folikel tersier dan akhirnya menjadi folikel de Graaf
(folikel yang telah matang)   Setelah ovulasi atau lepasnya oosit sekunder folikel telur akan berubah
menjadi korpus luteum. Korpus luteum mengalami degenersi membentuk korpus albikan

Siklus Menstruasi

Menstruasi atau haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam
rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan
untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh, darah
keluar melalui cervix dan vagina. Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara
menstruasi yang satu dengan menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi.

Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi
dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase: fase menstruasi, fase
pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi

Siklus Menstruasi

1. Fase menstruasi : Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan
produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan
lepasnya ovum dari endometrium disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi
pendarahan. Fase menstruasi berlangsung kurang lebih 5 hari. Darah yang keluar selama menstruasi
berkisar antara 50 - 150 mili liter

2. Fase pra-ovulasi atau fase poliferasi : Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan
hipotalamus akan memacu hipofise untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan folikel dan
merangsang folikel untuk mensekresikan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan
pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar estrogen juga
menyebabkan seviks (leher rahim) untuk mensekresikan lendir yang bersifat basa. Lendir ini
berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung kehidupan sperma.

3. Fase Ovulasi : Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke
14. Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH, kemudian hipofise mensekresikan LH.
Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.

4. Fase pasca ovulasi atau fase sekresi : Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Walaupun panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari
sebelum menstruasi berikutnya.Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit
sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan hormon
progesteron dan masih mensekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk
folikel. Progesteron mendukung kerja estrogen untuk mempertebal dan menumbuhkan pembuluh-
pembuluh darah pada endometrium serta mempersiapkan endometrium untuk menerima implantasi
embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan
berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga kadar
progesteron dan estrogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi demikian
seterusnya.

Cairan yang keluar dari vagina


Semua wanita mengalami pengeluaran cairan dari vagina selain darah haid. Cairan tersebut membantu
membasahi, membersihkan dan melindungi vagina dari bacteri-bacteri tertentu. Pengeluaran cairan ini
bersifat normal; jumlahnya relatif sedikit tetapi dapat membuat noda pada celana dalam. Jenis cairan
yang keluar ada yang jernih, ada yang  keruh kental berwarna kekuning-kuningan. Cairan yang jernih,
mulur seperti putih telur disekresikan oleh kelenjar yang terdapat pada cervix selama 3-5 hari
menjelang ovulasi karena pengaruh hormon estrogen. Di saat lain vagina juga mengeluarkan cairan
pekat, keruh berwarna kekuningan serta mempunyai bau yang khas. Dinding vagina mempunyai sifat
yang sama seperti kulit lainnya yaitu sel-selnya selalu membelah, sel-sel yang telah tua dan mati akan
terlepas. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan keruh kental/pekat berwarna
kekuning-kuningan karena mengandung sel-sel mati, bacteri dan lendir. Di dalam vagina terdapat
beberapa jenis bacteri, pada pada orang sehat; 95% diantaranya merupakan bacteri menguntungkan
dan 5% diantaranya merupakan bacteri patogen. Bacteri menguntungkan tersebut terutama dari genus
Lactobacillus yaitu Lactobacillus doderlein dan Lactobacillus acidophylus yang menghasilkan asam
laktat dan membantu mempertahankan lingkungan asam dalam vagina, beberapa jenis lainnya
menghasilkan hidrogenperoksida dan antibiotik. Suasana asam dalam vagina ini merupakan
pertahanan alami terhadap kemungkinan infeksi. campuran zat yang dihasilkan bacteri dan sekresi
dinding vagina mengasilkan aroma khas vagina. Bila cairan yang keluar dari vagina mempunyai sifat;
berwarna lain (putih seperti susu, kuning kehijauan, merah coklat), berbau busuk, jumlahnya relatif
banyak, disertai keluhan gatal, panas, nyeri dsb. Hal ini merupakan tanda; mungkin ada suatu
gangguan pada organ reproduksi. Untuk itu sebaiknya segera periksakan ke dokter.

MEKANISME ENDOKRIN REPRODUKSI WANITA

Pendahuluan : Di dalam tubuh manusia  ada 2 sistem sistem pengaturan yaitu sistem saraf dan
sistem  pengaturan kimia melalui endokrin. Kelenjar endokrin adalah  kelenjar buntu yang
mensekresikan  substansi  kimia yang dikenal dengan hormon ke sirkulasi darah.  Pesuruh kimia ini
kemudian dibawa ke seluruh tubuh dan menimbulkan aktivitas pada organ target yang mempunyai
reseptor  spesifik dengan jenis hormon tersebut. Hormon banyak beperan dalam berbagai mekanisme
fisiologis dalam tubuh: pertumbuhan, reproduksi dan homeostasis.  Dalam modul ini akan dibahas
mengenai struktur dan fungsi organisasi sistem endokrin dengan  berbagai kelenjar endokrin dalam
tubuh, mekanisme kerja hormon serta bagaimana interaksi sistem endokrin dengan sistem tubuh
lainnya.

Struktur dan fungsi kelenjar endokrin


 Dalam banyak hal, organisasi fungsional dari sistem saraf paralel dengan sistem endokrin.  Refleks
endokrin dipicu oleh: 
1) stimulus  humoral (perubahan komposisi cairan ekstraselular,
2) stimulus hormonal  dan
3) stimulus neural.  Pada banyak kasus refleks endokrin dikontrol oleh mekanisme umpan balik
negatif dimana stimulus memicu produksi hormon yang secara langsung atau tidak langsung
memberikan pengaruh mengurangi intensitas stimulus. Refleks endokrin yang lebih kompleks
melibatkan 1 atau lebih tahapan dengan  2 atau lebih hormon
1.        Klasifikasi Hormon
Berdasarkan struktur kimia maka hormon dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu:
 Turunan  asam amino.  Kelompok hormon ini  kadang-kadang disebut juga sebagai biogenik
amine, disintesis dari asam amino tirosin dan triptopan.  Yang termasuk turunan tirosin adalah
hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, epineprin (E), norepineprin (NE) dan
dopamine.  Sementara  turunan triptopan adalah hormon melatonin yang dihasikan oleh kelenjar
pineal.
 Hormon peptida.  Merupakan rangkaian asam amino dan umumnya hormon peptida disintesis
sebagai prohormon.  Prohormon merupakan molekul yang tidak aktif yang nantinya dirubah
menjadi aktif sebelum maupun sesudah disekresikan.
 Turunan lipid.    Terdiri dari 2 kelas yaitu 1) eicosanoid,  merupakan molekul kecil  dengan  5
cincin karbon pada salah satu ujung.  Komponen ini merupakan faktor parakrin penting dalam
koordinasi aktivitas selular seperti  prostaglandin dan  2) hormon steroid,  merupakan lipid yang
secara struktural  sama dengan kolesterol.  Termasuk disini adalah hormon yang disekresikan oleh
organ reproduksi pria (androgen), wanita (estrogen, progesteron),   korteks adrenal (kortikosteroid)
dan ginjal (kalsitriol).
2.         Pengaturan aktivitas endokrin pada hipotalamus
Hipotalamus merupakan pusat pengaturan  endokrin pada tingkat yang paling tinggi yang
mengintegrasikan aktivitas  sistem saraf dengan endokrin melalui 3 cara yaitu:

 Mensekresikan hormon pengatur, yaitu hormon khusus yang mengatur sel-sel endokrin di
kelenjar pituitari.  Hormon pengatur hipotalamus mengatur aktivitas sekretoris di adenohipofisis
yang selanjutnya  mengatur aktivitas sel-sel kelenjar di kelenjar tiroid, korteks adrenal dan organ
reproduksi. Termasuk disini adalah hormon:  Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH),
Gonadotropin Inhibiting Hormone (GnIH), Thyrotropin Releasing Hormone (TRH),  Prolactin
Releasing Hormon (PRH), Prolactin Inhibiting Hormone (PIH), Corticotropin Releasing hormone
(CRH), Growth hormone Releasing hormone (GH-RH), Growth Hormone Inhibiting Hormone
(GH-IH).   
 Hipotalamus  bekerja sebagai organ endokrin dengan mensintesis hormon yang di
transportasikan sepanjang akson di infundibulum kemudian dilepaskan ke dalam sirkulasi di
neurohipofisis.  Termasuk disini adalah  ADH dan oksitosin.
 Hipotalamus mengandung pusat otonom yang secara langsung mengontrol saraf sel-sel
endokrin di medula adrenalis. Apabila saraf simpatis diaktifkan maka medulla adrenalis
melepaskan hormon  ke sirkulasi darah.
Hubungan hipotalamus dan kelenjar pituitari serta organ target hormon yang disekresikannya terlihat
pada Gambar 1.

3.      Kelenjar pituitari


Kelenjar pituitari atau hipofisis merupakan kelenjar yang kecil, berbentuk oval dan bersarang dalam
sela tursika.  Dihubungkan dengan hipotalamus oleh infundibulum yang merupakan  corong 
berbentuk silinder.  Kelenjar pituitari dibagi  dalam 2 bagian yaitu: lobus anterior (adenohipofisis) dan
lobus posterior (neurohipofisis) .

3.1.     Adenohipofisis
Adenohipofisis atau lobus anterior dibagi dalam 3 area yaitu:  pars distalis, pars tuberalis dan pars
intermedia  Hormon hormon yang disekresikan oleh adenohipofis disebut juga dengan hormon tropik 
karena  menghidupkan kelenjar endokrin atau menunjang fungsi organ lainnya.  Hormon yang
disekresikan adenohipofisis adalah :

 Thyroid Stimulating Hormone (TSH) atau disebut juga tirotropin.  TSH bekerja pada organ
target  kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin. 
Gambar 1.   Hubungan hipotalamus-hipofisis dengan organ target
(Martini dan Nath, 2009)
Pelepasan TSH sebagai respon terhadap TRH yang disekresikan oleh hipotalamus.  Ketika konsentrasi
hormon tiroid dalam sirkulasi meningkat, maka produksi TRH dan TSH menurun.

 Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) atau disebut juga kortikotropin.  Hormon ini


merangsang korteks adrenal untuk menghasilkan  hormon glukokortikoid.  Hormon ini berfungsi 
mempengaruhi metabolisme karbohidrat.  Pelepasan ACTH dibawah pengaruh Corticotropin
Releasing Hormone CRH) dari hipotalamus melalui mekanisme umpan balik negatif.
 Gonadotropin.  Hormon ini mengatur  aktivitas gonad (ovarium pada wanita, testes pada
pria). Produksi gonadotropin di bawah rangsangan  GnRH dari hipotalamus.  Gonadotropin terdiri
dari 2 jenis yaitu:
1).  Follicle  Stimulating Hormone (FSH) atau juga disebut follitropin yang berfungsi memacu
perkembangan folikel di ovarium. Pada pria, FSH merangsang sel-sel pemelihara (Sel Sertoli)  yaitu
sel-sel khusus yang terdapat di tubulus seminiferous untuk memacu pematangan sperma.
2).   Luteinizing Hormone (LH) atau juga disebut luteotropin.  Pada wanita, LH bersama-dengan FSH
merangsang sel-sel ovarium menghasilkan estrogen.  LH juga berfungsi merangsang
terjadinya ovulasi.sertamemacu sekresi hormon progesteron.  Pada pria, LH disebut juga Interstitial
cell-stimulating hormone (ICSH)karena berfungsi merangsang sel-sel intersisiel di testes (sel-sel
Leydig)  menghasilkan hormon androgen.  Sekresi FSH dan LH di bawah rangsangan GnRH dari
hipotalamus melalui mekanisme umpan balik negatif.
 Prolaktin (PRL) atau disebut juga dengan mammotropin.  Merupakan hormon yang
merangsang perkembangan kelenjar susu.  Pada waktu hamil dan selama periode menyusui, PRL
merangsang kelenjar susu untuk menghasilkan air susu.  Meskipun peranan PRL pada pria kurang
dipahami namun bukti menunjukkan bahwa PRL membantu mengatur produksi androgen dengan
cara meningkatkan sensitivitas sel-sel intersisiel terhadap LH.  Produksi PRL dihambat oleh
neurotransmitter dopamine yang juga dikenal dengan Prolactin Inhibiting Hormone (PIH)
 Growth Hormone  (GH) atau disebut juga dengan somatotropin. Merupakan hormon yang
merangsang pertumbuhan dan replikasi sel dengan cara meningkatkan laju sintesis protein.  Sel-sel
otot rangka dan sel-sel kartilago sangat  sensitif terhadap GH.  Rangsangan pertumbuhan GH
melibatkan 2 mekanisme.  Mekanisme utama  secara tidak langsung dimana  sel-sel hati 
menanggapi kehadiran GH dengan mensintesis dan melepaskan somatomedin atau insulin-like
growth factor (IGFs). Somatomedin  bekerja pada serabut-serabut otot  rangka, sel-sel kartilago
dan sel-sel target lainnya dengan  meningkatkan laju ambilan asam amino untuk sintesis protein.
Kedua, merupakan aksi secara langsung dari GH yang lebih selektif melalui beberapa cara sebagai
berikut :
1).   Pada sel-sel epitel dan jaringan ikat GH merangsang  pembelahan  sel-sel batang  dan diferensiasi
sel-sel anak

2).  Pada jaringan lemak GH merangsang  pemecahan trigliserida kemudian melepaskannya sebagai
asam lemak ke dalam sirkulasi darah yang  akan  digunakan oleh sel untuk membentuk ATP.  Proses
yang dikenal dengan glukosa-sparing effect.
3).  Di hati GH merangsang pemecahan glikogen  menjadi gluikosa yang dilepaskan ke sirkulasi
darah.  Peningkatan glukosa darah oleh karena GH disebiut dengan diabetogenik effect
Produksi GH diatur oleh Growth Hormone Releasing Hormone (GH-RH atau somatokrin)
dan Growth Hormone Inhibiting Hormone (GH-IH atau somatostatin) yang berasal dari hipotalamus. 
Somatomedin merangsang GH-IH dan  menghambat GH-RH
 Melanocyte Stimulating Hormon (MSH atau melanotropin).  MSH merangsang  sel-sel
melanosit di kulit untuk menghasilkan melanin, yang merupakan pigmen cokelat, hitam atau
kuning-cokelat.  Pada ikan, ampibi, reptil dan banyak mamalia lainnya  selain primata, MSH dari
kelenjar pituitari penting untuk mengontrol pigmentasi pada kulit. Pada manusia, MSH dihasilkan
secara lokal ketika kulit terpapar sinar matahari.
3.2.     Neurohipofisis
Neurohipofisis dikenal juga dengan sebutan lobus posterior kelenjar pituitari atau pars nervosa, karena
mengandung akson dari hipotalamus.  Neuron supraoptik dan nuclei paraventrikular menghasilkan
hormonAntidiuritic Hormon (ADH) dan oxytocin (OXT).
 Antidiuritic Hormone (ADH) juga dikenal dengan arginine vasopressin (AVP) yang
dilepaskan melalui beberapa rangsangan seperti peningkatan konsentrasi solut dalam darah atau
penurunan volume dan tekanan darah.  Fungsi utama ADH adalah mengurangi  jumlah air  yang
hilang di ginjal dengan cara mempengaruhi permiabilitas sel-sel di tubulus ginjal sehingga lebih
permiabel terhadap air.  ADH juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah.  Aksi ADH ini dihambat oleh alkohol.
 Oxytocin (OXT) bekerja merangsang kontraksi otot polos pada dinding uterus ketika
melahirkan. Setelah melahirkan, OXT merangsang kontraksi mioepitel sekeliling duktus dan
sekretoris alveoli kelenjar susu untuk mengeluarkan air susu.  Pada pria, OXT merangsang
kontraksi otot polos pada dinding duktus deferens dan kelenjar prostat.  Hal ini sangat penting
pada saat pengeluaran sperma, sekresi kelenjar lain ke dalam saluran reproduksi sebelum
eyakulasi.
4.        Kelenjar Tiroid
          Kelenjar tiroid letaknya melengkung di permukaan anterior trakea tepat di bawah tulang rawan
tiroid.  Terdiri dari 2 lobus yang disatukan oleh hubungan yang berbentuk silinder yaitu isthmus.
Ukuran dari kelenjar sangat beragam tergantung keturunan, lingkungan dan faktor nutrisi. Namun,
rata-rata beratnya kira-kita 34 gram.  Banyaknya pembuluh darah pada kelenjar ini menyebabkan
kelenjar berwarna merah tua.  Kelenjar tiroid mengandung sejumlah besar folikel tiroid  yang
berbentuk  bundar  yang dilapisi oleh  epithelium kubus sederhana.  Sel-sel folikel dalam  rongga
folikel mengadakan lipatan-lipatan dan diisi oleh   cairan  koloid dengan sejumlah  besar protein
terlarut. Jaringan kapiler sekeliling folikel membawa nutrisi dan menerima hasil yang disekresikan.
Sel-sel folikel mensintesis protein globular yang disebut tiroglobulin yang mengandung asam amino
tirosin,  merupakan prekusor  hormon tiroid.  Bersama dengan yodium yang diabsorbsi dari saluran
pencernaan membentuk ikatan kovalen membentuk molekul hormon tiroid.  Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon  tiroksin (T4) dan T3.

4.1.      Tiroksin atau T4 (tetraiodothyronine) dan T3 (triiodothyronine)


     Faktor utama yang mengatur laju pelepasan homon tiroid adalah TSH.  TSH merangsang transport
jodium ke dalam sel-sel folikel dan merangsang produksi tiroglobulin dan tiroid peroksidase serta
merangsang pelepasan hormon tiroid.

       Fungsi hormon tiroid: Hormon tiroid berfungsi mengaktifkan gen yang terlibat dalam  sintesis
enzim yang berfungsi  dalam proses glikolisis dan produksi ATP serta  meningkatkan laju
metabolisme dalam sel.  Oleh karena meningkatkan produksi panas maka disebut calorigenic effect. 
Pada anak-anak, produksi TSH meningkat pada suhu dingin. Efek ini dapat membantu  mereka
beradaptasi dengan suhu yang  dingin.  Hormon tiroid sangat esensial pada perkembangan  tulang,
otot dan sistem saraf.  Kelenjar tiroid menghasilkan jumlah yang besar T4, tetapi T3 merupakan
hormon yang efeknya sangat kuat, segera dan dalam waktu yang singkat dalam meningkatkan laju
metabolisme.
4.2.         Kalsitonin
Populasi sel-sel endokrin yang ke dua yang terselip di antara sel-sel kuboidal folikel adalah yang
dikenal dengan sel-sel C atau sel parafolikular.  Sel-sel C menghasilkan hormon kalsitonin (CT) yang
bekerja mengatur konsentrasi Ca dalam cairan tubuh.  Peningkatan konsentrasi Ca dalam cairan tubuh
merangsang pelepasan kalsitonin.  CT yang bekerja  dengan cara:

!)     Menghambat kerja osteoklas sehingga menghambat laju pelepasan Ca oleh tulang

2)    Merangsang  ekskresi Ca oleh ginjal. 

5.     Hormon Paratiroid  (PTH)


Secara normal terdapat  2 pasang kelenjar paratiroid yang tertanam pada permukaan posterior kelenjar
tiroid..  Sel-sel kedua kelenjar yang bertetangga ini dipisahkan oleh kapsul padat yang mengelilingi
kelenjar paratiroid..  Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid (PTH) atau parathormon. 
PTH berfungsi meningkatkan konsentrasi Ca dalam cairan tubuh melalui 3 cara yaitu:

1).  Mobilisasi Ca tulang dengan cara menghambat  aktivitas  osteoblas  sehingga mengurangi laju
deposisi Ca ke dalam  tulang serta meningkatkan kerja osteoklas sehingga pelepasan Ca dari tulang
meningkat

2).  Meningkatkan reabsorbsi Ca di ginjal sehingga mengurangi hilangnya Ca melalui urine

3).  Merangsang pembentukkan dan sekresi kalsitriol di ginjal yang berfungsi untuk meningkatkan
absorbsi Ca dalam saluran pencernaan.

6.     Kelenjar adrenalis


Kelenjar adrenalis, berwarna kuning, berbentuk piramid,  terletak pada ujung superior di  setiap
ginjal.  Bobot kelejar adrenal kira-kira 5 g namun ukuran ini bervariasi seiring dengan perubahan
kebutuhan akan hasil sekresi. Kelenjar adrenalis dibagi menjadi 2 bagian sesuai dengan fungsi
endokrinnya yaitu : kortkes adrenalis di bagian luar dan medulla adrenalis di bagian dalam.

6.1.            Korteks adrenalis
Warna kekuning-kuningan korteks adrenalis disebabkan kehadiran simpanan lipid, khususnya
kolesterol dan berbagai asam lemak.  Korteks adrenalis menghasilkan lebih dari 2 lusin hormon
steroid yang tergabung dalam hormon steroid adrenocortical atau kortikosteroid.  Korteks adrenalis
dibedakan menjadi 3 daerah atau zona dimana masing-masing zona ini menghasilkan hormon yang
spesifik.

1). Zona  Glomerulosa: Zona bagian luar korteks adrenalis ini menghasilkan  mineralokortikoid,
merupakan hormon steroid yang berperan dalam mengatur komposisi elektrolit cairan tubuh. 
Aldosteron merupakan mineralokortikoid utama yang dihasilkan oleh korteks adrenalis.  Aldosteron
merangsang konservasi ion Na dan meniadakan ion K.  Sel-sel target hormon ini mengatur komposisi
ion yang diekskresikan di dalam cairan.  Hal ini menyebabkan retensi (penahanan) ion Na di ginjal,
kelenjar keringat, kelenjar saliva dan pankreas sehingga  mencegah keilangan ion Na dalam urine,
keringat, saliva dan sekresi pencernaan.  Sekresi aldosteron terjadi akibat turunnya kandungan Na,
volume darah atau tekanan darah atau peningkatan konsentrasi ion K.
2).  Zona Fasciculata:  Menghasilkan sekumpulan hormon yang dikenal dengan glukokorticoid yang
mempengaruhi metabolisme glukosa.   Cortisol atau juga disebut Corticosteron merupakan hormon
utama  glukocorticoid yang pelepasannya dirangsang oleh ACTH dari adenohipofisis melalui
mekanisme umpan balik negatif. Adapun  pelepasan glukokorticoid menimbulkan efek penghambatan
terhadap terhadap produksi CRH di hpotalamus dan ACTH di adenohipofisis. Glukocorticoid
mempunyai efek sebagai berkut :
a.   Meningkatkan konsentrasi glukosa di dalam darah dengan   memecah asam lemak dan protein
(efek katabolik)
b       Meningkatkan  kerja jantung dan vasokonstriksi perifer

c.      Meningkatkan produksi asam  lambung

d.      Memperlambat ekskresi air di ginjal

e.   Mempunyai efek anti inflammasi dan alergi dengan menghambat sintesis   protein dan
pembentukkan limposit dan penghambatan pelepsan histamin.

3).  Zona Retikularis: Di bawah rangsangan ACTH zona retikularis menghasilkan sejumlah kecil
androgen, merupakan hormon seks yang banyak dihasilkan oleh testis.  Ketika masuk ke sirkulasi
darah, sebagian androgen kemudian di rubah menjadi estrogen hormon seks yang banyak terdapat
pada wanita.  Androgen adrenalis merangsang perkembangan rambut pada pubis pada pria dan wanita
sebelum pubertas.
6.2.            Medulla adrenalis
        Medula adrenalis berwarna abu-abu pucat atau pink, menandakan   banyaknya pembuluh darah
di area ini serta terdapat banyak sel-sel besar berbentuk bulat seperti ganglion simpatis yang
dipersarafi oleh serabut preganglion simpatis. Aktivitas sekrtoris medulla adrenalis dikontrol oleh
saraf simpatis..  Di medula adrenalis  terdapat 2 populasi sel sekretoris  yang pertama  menghasilkan
epineprin (adrenalin) dan lainnya menghasilkan norepineprin (noradrenalin). Sebanyak 75-80%
epineprin disekresikan medulla adrenalis, sisanya adalah norepineprin.  Pengaktifan medulla adrenalis
menimbulkan efek sebagai berikut:  
1).  Otot rangka:  memicu mobilisasi  cadangan glikogen dan meningkatkan laju pemecahan glukosa
menjadi ATP,

2)   Jaringan adiposa: memecah cadangan lemak menjadi asam lemak   yang kemudian dilepaskan ke
aliran darah untuk digunakan oleh jaringan lain untuk pembentukkan ATP,

3)   Hati: memecah molekul glikogen menjadi glukosa yang kemudian dilepaskan ke aliran darah
untuk digunakan terutama oleh jaringan saraf yang tidak dapat menggantikan dengan metabolisme 
asam lemak

 4)   Jantung: merangsang  reseptor ß1 untuk meningkatkan laju dan kekuatan kontraksi otot jantung.

7.        Kelenjar Pineal


Kelenjar pineal merupakan bagian dari epitalamus yang  terdapat pada bagian posterior akar ventrikel
ke III. Kelenjar pineal mengandung neuron, neuroglia dan sel sekretoris khusus yang disebut
pinealosit yang mensintesis hormon melatonin.  Produksi melatonin sangat rendah selama siang hari
dan meningkat  pada malam hari.  Pada manusia, fungsi melatonin adalah:

1)  Penghambatan pada fungsi reproduksi.  Pada beberapa mamalia, melatonin  memperlambat
pematangan sperma, oosit dan organ reproduksi dengan mengurangi laju sekresi GnRH.  Meskipn
efek pada manusia tidak jelas tetapi ada bukti bahwa melatonin berperan pada waktu pematangan
seksual manusia

2)  Mencegah kerusakan akibat radikal bebas.  Melatonin sangat efektif sebagai antioksidan yang
mencegah neuron CNS dari bahaya radikal bebas seperti oksida nitrit (NO) atau hidrogen peroksida
(H2O2)
3)   Mengatur  irama sirkadian.  Oleh karena aktivitas pineal merupakan siklik maka  terlibat juga
dalam memelihara irama sirkadian yang  merupakan perubahan harian  proses fisiologis yaitu pola
siang-malam secara regular

8.        Pankreas
Pankreas terletak dalam rongga abdominal pelvis pada lengkungan di  antara batas inferior lambung
dan bagian proksimal usus halus.  Selain sebagai kelenjar eksokrin untuk enzim-enzim pencernaan
(99% dari volume) pankreas juga sebagai kelenjar endokrin.  Endokrin pankreas terdiri dari kelompok
kecil sel-sel yang tersebar di antara kelenjar eksokrin.  Kelompok sel ini dikenal dengan pulau-pulau
Langerhans.  Pulau-pulau Langerhans dikelilingi oleh jaringan kapiler yang membawa hormon yang
disekreskan ke sirkulasi  darah.  Setiap pulau mengandung 4 jenis sel yaitu :
1).   Sel-sel Alpha yang menghasilkan hormon glukagon

2).   Sel-sel Beta yang menghasilkan hormon insulin

3).  Sel-sel Delta  menghasilkan hormon peptida  identik dengan  Growth  hormone inhibiting
hormone (GHIH)
4).   Sel-sel  F yang menghasilkan hormon polipeptida pankeras

8.1.    Insulin
Insulin adalah hormon yang disekrsikan oleh sel-sel beta  ketika konsentrasi gula darah melebihi
tingkat  normal.  Sekresi hormon ini juga dirangsang oleh peningkatn beberapa asam amino termasuk
arginin dan leusin.  pengaruh insulin pada sel-sel target  sebagai berikut:

1).   Meningkatkan ambilan glukosa (semua sel-sel target)

2).  Meningkatkan penggunaan glukosa (semua sel target) dan meningkatkan  produksi  ATP

3).  Merangsang pembentukan glikogen pada otot rangka dan hati.  Kelebihan glukosa darah disimpan
sebagai glikogen  di otot dan hati

4)    Merangsang absorbsi asam amino dan sintesis protein,

5)    Merangsang pembentukkan  trigliserida di jaringan adiposa dengan cara merangsang absorbsi 
asam lemak dan gliserol

8.2.     Glukagon
Glukagon disekresikan ketika kadar glukosa darah turun di bawah normal.  Sel-sel Alpha melepaskan
glukagon dan cadangan energi dimobilisasi..  Pengaruh utama glukagon sebagai berikut:

1).   Merangsang pemecahan glikogen di otot rangka dan sel-sel hati. Molekul glukosa dilepaskan dan
dimetabolisme menjadi energi

2).   Merangsang  pemecahan trigliserida dalam jaringan adiposa. Adiposit melepaskan asam lemak ke
sirkulasi  darah untuk digunakan oleh jaringan lain

3).   Merangsang sintesis glukosa di hati dengan cara mengabsorbsi asam amino dari aliran darah dan
merubahnya menjadi glukosa, kemudian melepaskannya ke sirkulasi darah.  Proses yang dikenal
denganGlikoneogenesis.
9.        Ginjal
Ginjal melepaskan  melepaskan hormon kalsitriol dan eritropoitin.

9.1.      Kalsitriol
 Kalsitriol merupakan hormon steroid yang disekresikan oleh ginjal sebagai respons terhadap
kehadiran  hormon paratiroid (PTH). Kolekalsiferol  (vitamin D)  yang disintesis di kulit atau di
absorbsi di dalam makanan merupakan steroid yang kemudian dirubah menjadi Kalsitriol.  Fungfsi
kalsitriol adalah

1).   Merangsang absorbsi  kalsium dan fospat di saluran pencernaan

2).   Merangsang pembentukkan dan diferensiasi sel-sel osteoprogenitor dan osteoklas

3).   Merangsang reabsorbsi tulang oleh osteoklas, 4) merangsang reabsorbsi ion kalsium di ginjal.

9.2.      Eritropoitin
Eritropoitin  (EPO) adalah hormon peptida yang disekresikan oleh ginjal sebagai respons rendahnya
kadar oksigen di jaringan ginjal.  EPO merangsang  produksi sel-sel darah  pada sumsum tulang.
Peningkatan jumlah sel-sel darah merah pada akhirnya meningkatkan jumlah oksigen yang
ditansportasikan.

9.3.      Renin
Renin disekresikan oleh sel-sel khusus di ginjal sebagai respons terhadap:

1).    Rangsangan simpatis

2).    Penurunan aliran darah renalis.

Ketika disekresikan ke dalam aliran darah, renin bekerja sebagai enzim dan masuk sebagai siitem
renin angiotensin yang nantinya akan  merubah angiotensinogen menjadi angiotensin I kemudian
angiotensin II yang berfungsi merangsang  sekresi aldosteron oleh korteks adrenalis dan ADH oleh
neurohipofisis.  Angiotetensin II juga merangsang rasa haus dan meningkatkan tekanan darah.

10.      Timus
Timus terdapat di mediastinum, pada umumnya terdapat tepat dikedalaman sternum. Timus
menghasilkan beberapa hormon yang penting untuk perkembangan dan pemeliharaan pertahanan
immunitas. Timosin yang disekresikan oleh timus berfungsi memacu perkembangan dan pematangan
limfosit, sel-sel darah putih yang bertanggung jawab terhadap sistem immun.

11.      Gonad
Gonad merupakan organ reproduksi primer.   Pada wanita adalah ovarium dan pada pria adalah testis. 
Ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron sedangkan testis menghasilkan hormon
testosteron.

11.1.        Estrogen
Estrogen (E2) merupakan hormon steroid dengan  18 aton C  yang dihasilkan ovarium (sel-sel
granulosa dan teka)  Selain itu, hormon ini dihasilkan juga oleh  korteks adrenal,  dan sel-sel
intersisial Leydig  testes.  Disamping estrogen terdapat juga estradiol, estrion dan estradiol yang
mempunyai efek yang sama dengan E2.  E2  bertanggung jawab pada perkembangan ciri-ciri seksual
wanita.  Fungsi E2  pada organ target adalah sebagai berikut :

1).    Ovarium:   E2 memacu perkembangan folikel dan sel telur


2).   Uterus: E2 merangsang proliferasi mukosa uterus dan memacu kontraksi otot uterus pada saat
melahirkan
3).   Vagina: E2 menyebabkan  penebalan mukosa dan pengelupasan sel-sel epitel yang mengandung
banyak glikogen

4).  Serviks: E2 mengubah konsistensi mukus terutama pada saat ovulasi sehingga migrasi sperma
dipermudah dan lama hidupnya ditingkatkan

5).    Proses fertilisasi:  E2  mengatur kecepatan migrasi ovum  di sepanjang tuba Fallpopi

6).    Tulang: E2   meningkatkan deposisi kalsium  dengan meningkatkan kerja osteoblas

7).  Kulit:  E2  melembutkan kulit,  mengurangi aktivitas kelenjar sebasea dan meningkatkan deposit
lemak di bawah kulit

8).   Sistem saraf pusat:  E2 mempengaruhi tingkah laku seksual dan sosial serta reaksi psikis.

Pada wanita, estrogen di ovarum dihasilkan di bawah rangsangan FSH dan LH.  Sekresi E2  dihambat
oleh inhibin yang disekresikan oleh ovarium yang menekan pelepasan FSH melalui makanisme
umpan balik negatif. 

11.2.        Progesteron
Progesteron (P) merupakan hormone steroid dengan 21 aton C diproduksi oleh ovarium khususnya
korpus luteum terutama selama fase sekretori atau fase luteal.  Fungsi utama P adalah untuk
mempersiapkan  saluran genetal wanita untuk menerima  dan mematangkan ovum yang telah dibuahi
dan mempertahankan kehamilan. Hampir semua pengaruh P pada organ target memerlukan aktivitas
awal  E2.  Fungsi P pada organ target adalah sebagai berikut :
1).    Uterus: merangsang pertumbuhan kelenjar uterus dan otot uterus  (miometrium) dan mengubah
kandungan glikogen.  Selama masa kehamilan P mengurangi aktivitas  miometrium

2).  Serviks: P mengubah konsistensi sumbatan mukus sehingga hampir tidak dapat dilalui oleh
sperma

3).   Kelenjar mammae: P bersama-dengan hormon lainnya seperti PRL, E2, relaksin,  STH
merangsang pertumbuhan duktus  dan alveoli

4).   Ginjal: P menghambat kerja aldosteron yang menyebabkan peningkatan ekskresi NaCl

5).   Sistem saraf pusat: P mempunyai efek termogenik yang menyebabkan peningkatan suhu basal
pada pertengahan siklus dan mungkin merupakan alasan adanya gangguan tingkah laku dan depresi
premenstruasi dan mendekati akhir kehamilan. Sekresi P  dihambat oleh LH yang disekresikan
adenohipofisis  melalui makanisme umpan balik negatif. 

11.3.        Testosteron
Testosteron  merupakan hormon steroid dengan 19 atom C dan  hormon yang paling  penting dari
androgen (hormon seks pria).  Pada pria, testosteron  disekresikan oleh sel-sel Intersisial Leydig
testes, korteks adrenal dan juga ovarium pada wanita.  Fungsi utama testosteron adalah:

1).   Meningkatkan diferensiasi seksual pria

2).    Meningkatkan pertumbuhan kelenjar asesoris (prostat, vesikula seminalis)

3).    Mempengaruhi  proses spermatogenesis

4).   Mempengaruhi   perkembangan  seks sekunder pria (pertumbuhan genetal, ukuran  laring
sehingga terjadi perubahan suara, rambut wajah, rambut pubis dan ketiak, penebalan kulit, vesikel
sebasea)

5).    Mempengaruhi perkembangan libido seksual, fertilitas dan potensi seksual pria

6).   Merangsang pembentukkan darah dan efek anabolic (otot menjadi lebih kuat pada pria), dan
mempengaruhi tingkah laku (agresif). 
Pelepasan testosteron dirangsang oleh gonadotropin yang diskresikan oleh  adenohipofisis.  LH yang
dikenal juga dengan ICSH  merangsang sel-sel Ledig  mensekresikan testosteron sedangkan FSH 
merangsang protein pengikat androgen (Androgen Binding Protein) di sel-sel Sertoli.  Testosteron
menghambat sekresi LH melalui mekanisme  umpan balik negatif.
RANGKUMAN
 
Dari uraian mengenai struktur dan fungsi kelenjar endokrin maka  dapatlah disimpulkan sebagai
berikut:

      Dalam banyak kasus,  refleks endokrin dikontrol oleh mekanisme umpan balik negative. 
Berdasarkan struktur kimia, hormon diklasifikasikan  ke dalam 3 kelompok yaitu : turunan asam
amino, hormone peptida dan turunan lipid.  Hipotalamus merupakan pusat pengaturan tertinggi yang
mengintegrasikan aktivitas sistem saraf dan endokrin melalui 3 cara yaitu :  mensekresikan  hormon
pengatur,  mensintesis hormon dan mengontrol saraf sel-sel endokrin di medulla adrenalis. 
Hipotalamus dihubungkan dengan kelenjar pituitari  oleh infundibulum.  Hipotalamus menghasilkan
hormon-hormon  GnRH, TRH, PRH, PRIH, CRH, GH-RH dan GH-IH.

      Kelenjar pituitari atau hipofisis dibagi ke dalam 2 bagian yaitu  : pituitari anterior atau
adenohipofisis yang menghasilkan hormon-hormon tropik TRH, ACTH, Gonadotropin, PRL, GH,
MSH, dan pituitari posterior atau hipofisis posterior atau neurohipofisis yang mengandung akson dari
hipotalamus dan menghasilkan ADH dan OXT. TRH mempengaruhi organ target kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroksin, ACTH mempengaruhi korteks adrenal untuk menghasilkan
kortikosteroid, gonadotropin mempengaruhi gonad menghasilkan testosteron (pria) dan estrogen dan
progesteron (wanita), PRL mempengaruhi pertumbuhan kelenjar susu, MSH mempengaruhi melanosit
, ADH mempengaruhi reabsorbsi air di ginjal, OXT mempengaruhi uterus dan kelenjar susu, GH
mempengaruhi hati menghasilkan somatomedin . 

     Selain itu, terdapat hormon yang disekresikan oleh  pankreas yaitu insulin dan glukagon yang
berfungsi untuk menstabilkan kadar gula darah, CT dan PTH yang terlibat dalam homeostasis
kalsium,  kelenjar pineal yang menghasilkan melatonin, eritropoitin yang merespon  kekurangan 
oksigen dan timus yang berperan  dlam imunitas

MEKANISME KERJA HORMON


 

1.         Interaksi hormon dalam menghasilkan respons koordinasi fisiologis


Meskipun  hormon dipelajari secara individual, cairan ekstraselular mengandung beberapa  hormon
yang konsentrasinya berubah setiap hari atau bahkan hanya dalam hitungan  jam.  Oleh karena itu, sel
tidak pernah merespons hanya untuk 1 hormon melainkan merespons beberapa hormon secara
simultan.  Ketika sel menerima perintah dari 2 hormon atau lebih pada waktu yang sama maka ada 4
kemungkinan yaitu :
1).   Ke-2 hormon  bekerja antagonis (berlawanan) seperti PTH dan CT atau insulin dan glukagon. 
Hasilnya, tergantung pada keseimbangan antara kedua hormon
2).   Ke-2 hormon menghasilkan efek yang menguatkan.  Jadi hasilnya, efek yang yng lebih kuat
dibandingkan bila kedua hormon tersebut bekerja sendiri-sendiri  Fenomena ini dikenal dengan efek
sinergis. Contohnya  pasangan HG dan glukokortikoid  pada glukosa.
3).    Salah satu hormon mempunyai  permissive effect terhadap yang lain.  Dalam kasus ini,
memerlukan hormon pertama untuk hormon kedua agar dapat menimbulkan efek.  Contohnya: 
epineprin tidak dapat  menimbulkan efek terhadap perubahan konsumsi  energi  bila tidak didahului
oleh hormon tiroksin.
4).  Hormon yang berbeda tetapi  bekerja saling melengkapi pada jaringan atau organ tertentu.
Dikenal denganefek integratif yang sangat penting dalam mengkoordinasi sistem fungsional yang
beragam. Contoh perbedaan efek dari PTH dan CT yang terlibat dalam metabolisme kalsium.
1. 2.                  Mekanisme kerja hormon
Untuk menimbulkan efek pada sel target, hormon harus berikatan dengan reseptor yang spesifik. 
Setiap sel mempunyai reseptor untuk merespons beberapa hormon yang berbeda.  Bagi setiap sel, ada
tidaknya reseptor yang spesifik menentukan  sensitivitas sel tersebut terhadap hormon.  Reseptor
hormon terdapat di membran plasma atau di dalam sel.

Gambar 2.    Mekanisme kerja c AMP sebagai second messenger


(Despopoulos dan Silbernagl, 1995)
 
 
Gambar 3.    Mekanisme kerja hormone steroid
 (Despopoulos dan Silbernagl, 1995)
 
 Hormon dengan reseptor membran plasma
       Reseptor untuk katekolamin (E, NE, dan dopamine), hormon peptida dan eicosanoid terdapat  di
membran plasma  sel-sel target.  Oleh karena katekolamin dan hormon peptida tidak larut dalam lipid
maka mereka tidak dapat mengadakan penetrasi ke dalam membran plasma.  Hormon-hormon
tersebut berikatan dengan reseptor protein di permukan luar membran (reseptor ekstraselular). 
Eikosanoid  larut dalam lipid sehingga mudah berdifusi melalui membran sampai mencapai
permukaan dalam membran (reseptor intraseluluar).

      First and Second Messengers :  Hormon yang berikatan dengan reseptor di membran plasma tidak
langsung menimbulkan efek pada aktivitas di dalam sel target.  Untuk itu maka hormon tersebut
memerlukan perantara.  Hormon atau first messenger melakukan sesuatu untuk menimbulkan second
messenger di dalam sitoplasma.  Second messenger dapat bekerja sebagai activator enzim, inhibitor
atau kofaktor yang dapat menghasilkan perubahan terhadap laju berbagai reaksi metabolisme.  Second
messenger yang paling penting adalah cAMP, cGMP dan ion kalsium.  Ikatan sejumlah kecil molekul
hormon dengan  reseptor membran plasma  dapat menimbulkan ribuan second messenger di dalam
sel.  Proses ini yang menimbulkan efek penguatan   pada sel target yang disebut amplification.
Ikatan first messenger dan second messenger pada umumnya melibatkan protein G, kompleks enzim
yang  terangkai dengan reseptor membran.
      Kebanyakan protein G apabila diaktifkan menimbulkan efek dengan merubah konsentrasi second
messenger cAMP dalam sel.  Peningkatan cAMP meningkatkan aktivitas metabolisme dalam sel
sebagai berikut: Pengaktifan protein G mengaktifkan enzim adenilat siklase yang juga disebut
adenilil siklase. Adenilat siklase merubah ATP  menjadi silkik AMP yang  yang berfungsi sebagai
second messenger melalui aktivasi kinase. Kinase merupakan enzim fosforilase yang  mengikatkan 
kelompok fosfat energi tinggi dengan molekul lain. (Gambar 2).
 Hormon dengan reseptor intraselular :  Hormon steroid berdifusi langsung pada bagian
lipid membran dan berikatan dengan reseptor di sitoplasma atau nukleus.  Kompleks  hormon-
reseptor kemudian mengaktifkan atau menonaktifkan gen spesifik.  Melalui mekanisme ini,
hormon steroid  dapat mempengaruhi laju transkripsi DNA di nukleus.  Jadi, merubah pola protein
sintesis.  Hormon tiroksin melintasi membran plasma terutama dengan mekanisme transport. 
Sekali berada di sitosol, hormon berikatan dengan reseptor dalam nukleus dan mitokondria. 
Kompleks hormon-reseptor di nukleus mengaktifkan gen  spesifik atau merubah laju transkripsi. 
Perubahan ini mempengaruhi aktivitas metabolisme sel dengan meningkatkan atau menurunkan
konsentrasi enzim spesifik (Gambar 3).
3.         Peranan Hormon dalam pertumbuhan
 
Pertumbuhan normal memerlukan kerja sama  beberapa hormon seperti: GH, tiroksin, insulin, PTH,
kalsitriol, dan hormon-hormon reproduksi.

1).    Growth hormone (GH) :  mempengaruhi sintesis protein  dan  pertumbuhan selular. Hal ini 
sangat nampak  pada anak-anak dimana GH menunjang perkembangan otot dan tulang.  Pada orang
dewasa, GH berfungsi mempertahankan konsentrasi gula darah dan mobilisasi cadangan lipid  di
jaringan adiposa. 
2).  Tiroksin : pertumbuhan yang normal memerlukan kecukupan hormon tiroksin.  Kekurangan
hormon ini pada waktu perkembangan fetal atau pada tahun pertama setelah lahir, mengakibatkan
sistem saraf gagal berkembang secara normal dan gangguan mental. Apabila konsentrasi tiroksin
menurun sebelum mencapai pubertas maka perkembangan tulang akan terhenti.
3).     Insulin :  Pertumbuhan sel memerlukan kecukupan suplai energi dan nutrisi.  Tanpa insulin
pelintasan glukosa dan asam amino melalui membran plasma  berkurang drastis atau tidak ada.
4).    Hormon paratiroid (PTH)  dan kalsitriol :   Kedua hormon ini memicu absorbsi garam kalsium
yang selanjutnya disimpan di tulang.  Ketidakcukupan kedua hormon ini menyebabkan  tulang masih
membesar namun miskin mineral, lemah dan fleksibel.  Contohnya pada penyakit rikets, merupakan
ciri kondisi kekurangan kalstriol (vitamin D) pada anak yang sedang tumbuh.
5).   Hormon reproduksi :  Aktivitas osteoblas dipengaruhi oleh ada tidaknya  hormon reproduksi
(androgen pada pria dan estrogen pada wanita).Hormon-hormon ini merangsang pertumbuhan dan
diferensiasi jaringan target
4.        Peranan hormon pada pengaturan  kadar kalsium darah
Kalsium (Ca2+) memegang peran yang sangat penting dalam pengaturan fungsi sel.  Jumlahnya kira-
kira 2% dari berat badan dan 99% darinya terdapat di tulang.  Untuk mempertahankan keseimbangan
Ca2+ masukan dan pengeluaran haruslah seimbang. Keseimbangan Ca2+ diatur oleh 3 hormon (Gambar
4) yaitu:  hormon paratioid (PTH), kalsitonin (CT), dan hormon D (kalsitriol).
1)  Hormon paratiroid:  Sintesis dan sekresi PTH dipicu oleh penurunan kadar kalsium darah di
bawah normal, selanjutnya menimbulkan efek pada :
a).   Tulang : mengaktifkan osteoklas sehingga terjadi resorpsi tulang dan pelepasan Ca2+.
b).  Usus :  secara tidak langsung meningkatkan ambilan  melalui perangsangan terhadap
pembentukkan hormon D di ginjal.

c).    Ginjal :  meningkatkan reabsorbsi Ca2+dan menghambat reabsorbsi fosfat.


Defiensi atau ketidakaktifan PTH dapat mengakibatkan hipokalsemia sehingga mengakibatkan kejang
otot, tetanus dan juga defisiensi hormon D.  Sementara kelebihan PTH dapat menyebabkan
hiperkalsemia yang mengakibatkan kalsifikasi pada ginjal dan bila  Ca2+ > 3.5 mmol/l dapat
mengakibatkan koma dan gangguan pada irama jantung.
2).  Apabila kadar kalsium darah meningkat di atas normal, sel-sel parafolikular atau sel C kelenjar
tiroid mensentesis dan mensekresikan CT yang selanjutnya menimbulkan efek pada :

a).   Tulang :  menghambat aktivitas osteoklas sehingga menyebabkan deposisi Ca2+ ke dalam jaringan
tulang
b)     Ginjal :  meningkatkan ekskresi  Ca2+
3). Hormon D (kalsitriol) berhubungan erat dengan hormon steroid. Pembentukan kalsitriol  dimulai
dari pengaruh sinar UV, terbentuk kolekalsiferol (vitamin D3, kalsiol) dari 7-dehidrokolesterol di kulit
melalui langkah provitamin D.  Kedua produk tersebut di dalam darah berikatan dengan α globulin.
Organ target kalsitriol adalah usus  untuk meningkatkan absorbsi Ca2+.
 Hormon lainnya adalah estrogen yang berfungsi untuk deposisi Ca2+ dalam tulang.
5.         Peranan hormon  pada pengaturan  kadar glukosa darah
Glukosa merupakan sumber utama energi metabolisme bagi tubuh  manusia. Oleh karena itu,
konsentrasi gula darah harus dipertahankan tetap konstan.  Beberapa hormon yang berperan dalam
homeostasis gula darah adalah: insulin, glukagon dan epineprin .

        Kandungan insulin dari pankreas kira-kira 6-10 mg dimana kira-kira 2 mg disekresikankan setiap
hari dengan waktu paruh kira-kira 10-30 menit. Rangsangan sekresi  insulin adalah peningkatan kadar
gula darah. Insulin menfasilitasi ambilan glukosa oleh sel-sel target, merangsang sintesis glikogen dan
lipid untuk disimpan. Penurunan kadar gula  memicu sekresi glukagon  yang berfungsi memobilisasi
cadangan lipid,  sintesis glukosa dan pemecahan glikogen di hati guna meningkatkan konsentrasi
glukosa darah. Sementara epineprin bekerja menghambat  pelepasan insulin.  
6.         Peranan hormon mengatasi stress
      Setiap kondisi apakah fisik atau emosional yang mengancam homeostasis merupakan  bentuk dari
stress.  Kebanyakan stress dilawan oleh penyesuaian  homeostasis khusus.  Contohnya, penurunan
suhu tubuh menimbulkan menggigil atau perubahan  pola aliran darah yang dapat mengembalikan
suhu normal tubuh.  Apabila tubuh terpapar pada  berbagai faktor yang menyebabkan stress maka
hasilnya, pola umum yang sama pada penyesuaian  hormonal dan fisiologis.  Respons  tersebut
merupakan bagian dari sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome, GAS) yang juga
dikenal dengan respons stress   Respons stress  terdiri dari 3 fase yaitu :
1).   Fase peringatan :  merupakan respons segera terhadap terjadinya stress.Respons ini langsung dari
saraf simpatis.  Pada fase ini cadangan energi dimobilisasi terutama dalam bentuk glukosa dan 
menanggapi stress melalui mekanisme “fight or flight”.  Epineprin merupakan hormon yang dominan
selama fase peringatan dan sekresinya dikaitkan  dengan aktivasi  simpatis.  Ciri-ciri  fase  peringatan
adalah sebagai berikut :
a.   Peningkatan kewaspadaan mental

b.   Peningkatan konsumsi enrgi

c.   Mobilisasi cadngan energi (glikogen dan lipid)

d.   Perubahan sirkulasi darah, termasuk peningkatan aliran darah ke otot skelet dan penurunan aliran
darah ke kulit, ginjal dan organ pencernaan.

e.    Pengurangan secara drastis  pencernaan dan produksi urine

f.     Peningkatan sekresi kelenjar keringat

g.    Peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan laju respirasi.


Selain epineprin, hormon lain yang ikut berperan seperti kehilangan air akibat  dari produksi ADH
dan sekresi aldosteron sangat penting apabila stress  melibatkan kehilangan darah.

2).    Fase resisten :  Apabila stress berakhir lebih lama dari beberapa hari maka individu memasuki
fase resisten.  Glukokortikoid merupakan hormon yang dominan pada fase ini selain epineprin, GH
dan tiroksin. Kebutuhan energi tetap tinggi dibandingkan dengan dalam keadaan normal.  Jaringan
saraf membutuhkan energi yang besar dan saraf harus disuplai oleh glukosa. Apabila konsentrasi
glukosa darah turun terlalu jauh maka fungsi saraf  akan terganggu. Cadangan glikogen cukup untuk
mempertahankan konsentrasi glukosa normal selama fase peringatan namun, mendekati fase
kelelahan setelah beberapa jam.  Sekresi hormon fase resisten dikoordinasi untuk mencapai 4 hasil
yang terintegrasi yaitu :
a.  Mobilisasi sisa lipid dan cadangan protein :  hipotalamus menghasilkan GH-RH dan CRH yang
selanjutnya merangsang pelepasan GH dan ACTH.  ACTH merangsang sekresi glukokortikoid. 
Jaringan adiposa menanggapi GH dan glukokortikoid dengan melepaskan simpanan asam lemak dan
otot skelet menanggapi glukokortikoid dengan memecah protein dan melepaskan  asam amino ke
aliran darah.

b.   Konservasi glukosa untuk jaringan saraf :  Glukokortikoid dan GH merangsang metabolisme lipid
pada banyak jaringan.  Glukosa yang dihasilkan inilah yang akan mempertahankan konsentrasi
normal glukosa bahkan setelah periode kelaparan yang lama.

c.   Meningkatkan dan menstabilkan konsentrasi glukosa darah :  Ketika konsentrasi glukosa
menurun, glukagon dan glukokortikoid merangsang hati memproduksi glukosa dari bukan karbohidrat
yaitu dari gliserol melalui jalur trigliserida dan dari asam amino.  Glukosa kemudian dilepaskan ke
aliran darah dan konsentrasi gula darah kembali normal.

d.  Konservasi garam  dan air, dan membuang  K+ dan H+.  Volume darah  dipertahankan melalui
kerja ADH dan aldosteron.  Seiring dengan konservasi Na+,  K+ dan H+dibuang.
3).     Fase kelelahan
Ketika fase resisten berakhir, mulailah  fase kelelahan.  Kegagalan satu atau lebih organ menjadi 
fatal, kecuali aksi perbaikan ditempuh dengan segera..  

RANGKUMAN
 
Dari uraian mengenai mekanisme kerja hormon maka  dapatlah disimpulkan sebagai berikut:

        Ketika sel menerima perintah dari 2 atau lebih  dalam waktu yang sama mka ada 4 kemungkinan
yaitu : ke-2 hormon bekerja antagonis, sinergis, permissive effect, atau integrative.  Untuk
menimbulkan efek pada organ target maka hormon harus berikatan dengan reseptor yang spesifik baik
yang terdapat di permukaan luar membran maupun yang berada di dalam sel.   Reseptor yang berada
di luar membran  membutuhkan perantara yang dikenal dengan second messenger.  Hormon steroid
merupakan hormon turunan lipid sehingga mudah melewati membran.  Hormon tersebut memiliki
reseptor di dalam sitosol atau di nukleus. 
        Agar pertumbuhan berlangsung normal maka diperlukan kerja sama beberapa hormone yaitu : 
GH, tiroksin, insulin, PTH, kalsitriol dan hormon-hormon reproduksi.  Untuk menjaga agar kadar
kalsium darah tetap stabil maka memerlukan hormon paratiroid, kalsitonin,    kalsitriol dan estrogen.
Penurunan kadar glukosa darah di bawah nomal merangsang sekresi PTH sebaliknya peningkatan
kadar kalsium darah di atas normal merangsang sekresi CT. Glukosa merupakan sumber energi bagi
tubuh manusia dan  karena itu harus dipertahankan tetap stabil.  Hormon-hormon yang berperan
adalah :  insulin, glukagon dan epineprin. Peningkatan kadar glukosa darah merangsang sekresi
insulin, sebaliknya penurunan kadar glukosa darah merangsang sekresi glukagon.

       Stres merupakan kondisi fisik maupun emosional yang mengancam homeostasis.  Oleh karena
itu,  harus ada penyesuaian baik hormonal mupun fisiologis.  Hormon yang berperan dalam mengatasi
stress adalah:  epineprin, ADH,  GH dan ACTH, glukokortikoid serta aldosteron.

DAFTAR  PUSTAKA
 
Berne, R.M., M.N. Levy. 1990.  Principles of Physiology.Wolfe  Publication, Ltd.  USA.
Campbell, N.A., J.B. Reece., L.G. Mitchell.  2004.  Biologi. 5th  ed. Alih bahasa : Wasmen Manalu.
Penerbit Erlangga.  Jakarta.
Despopoulos, A. dan S. Silbernagl.  1991. Color Atlas of Physiology.  Georg Thieme Verlag.
Stuttgart, Germany.

Guyton, A.C. 1991.  Fisiologi kedokteran. 5th  ed. Alih bahasa A. Dharma dan P. Lukmanto.  Penerbit
Buku Kedokteran jakarta
Hainsworth, F.R. 1981. Animal Physiology Adaptation in Function.  Adison-Wesley Publishing
Company. Inc. Philippines.
Martini, F.H. and Judi, L. N.  2009.  Fundamental of Anatomy and Physiology.  Pearson
International.  USA.
Hadley, M. E.  1992.  Endocrinology.  3th ed. Prentice-Hall International, Inc.Arizona.
McDonald, L.E. , M.H. Pineda.  1989.  Veterinary Endocrinology and Reproduction.  Lea and
Febiner.  Philadelphia, London.

Sherwood, L.  2001.  Fisiologi Manusia. 2nd  ed.  Alih bahasa Brahm U.Pendit.  Penerbit Buku
Kedokteran.  Jakarta.
Wilson, J.A.   1979.  Principles of Animal Physiologi.  2nd ed. Macmillan Publishing Co., Inc.  New
York.
Presented by Raldo Rasuh
Special thank’s to : Dr. Eline Adelien sebagai dosen dan pemberi materi

Anda mungkin juga menyukai