Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH OTITIS MEDIA KRONIS


Kelas 2A
Oleh :
Hana Eka P 201304032
Maharani Nur A 201304043
Nike A 201304053
Feby Ragiliana 20130499
M. Arif Fandi 201304151
Abd. Wafi 201304060
Kiki L W 201304012
Abd Aziz Z 201304047
Hanan 201304012
Definisi
- Otitis media kronik adalah perforasi pada gendang telinga.
( warmasif, 2009)
- Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis
di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus
atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,
bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai gangguan
pendengaran.
(Arif Mansjoer, 2001 : 82)
Jadi,OMK adalah peradangan pada telinga tegah dengan
perforasi membrane timpani dimana ditandai dengan
secret yang keluar dengan konsistensi encer maupun
kental baik secara terus menerus atau hilang timbul.
Selama > 2bulan atau paling sedikit 1 bulan
Klasifikasi
- Otitis media kronik ada 2 tipe :
a. Tipe tubotimpani (tipe mukosa)Tipe ini ditandai adanya
perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang
bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses
peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada mukosa
saja, biasanya tidak mengenai tulang.
b. Tipe Atikoantral (tipe bahaya) Tipe ini ditandai dengan
perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan
kolesteatom. Kolesteatom merupakan media untuk
pertumbuhan kuman (infeksi), akan memicu proses
peradangan lokal dapat menekan dan mendesak organ
disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang
dari proses pembusukan bakteri
(Brunner and Suddart : 2000)
Etiologi
- Bakteri stapilococcus
- Suatu benda asing yang masuk sehingga terjadinya
penyumbatan
- Alergi (kuman anaerob), timbulnya infeksi akibat
peradangan karna alergi
- Status ekonomi, pasien cenderung membiarkan
penyakitnya karna ekonomi
- Riwayat oma, otitis media akut dibiarkan sehingga
menjadi kronik
- Daya tahan tubuh menurun, memudahkan
pertumbuhan bakteri
(Mediastore,2009)
Manefestasi Klinis
- Gangguan pendengaran, karena penumpukan sekret
- Nyeri telinga, karena peradangan
- Telinga berair (otorrhoe)
- Keluarnya pus akibat bakteri
- Vertigo, karena peradangan ke daerah sereblum
- Terdapat lubang ditengah gendang telinga
- Berbau khas
- Kotor sekitar telinga dalam
- Bisa terjadi ketulian
(Brunner and Suddart : 2000)
Patofisiologi
Patofisiologi OMK merupakan stadium kronis dari otitis media
akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti
dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya
OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang.
OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi
bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh,
lingkungan, social ekonomi, berenang, benda asing. kadang
infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah
melalui perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi.
Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung
mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat
dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya
proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan
kembali normal
(Brunner and Suddart : 2000)
Pohon masalah
Bakteri benda asing
Masuk telinga tengah

Oma
Kekebalan tubuh menurun lingkungan,sosial ekonomi
Omk

Peradangan infeksi pus

Gangguan pendengaran

ketulian
Komplikasi
a. Komplikasi di telinga tengah :
- Perforasi membran timpani persisten
- Erosi tulang pendengaran
- Paralisis nervus fasialis
b. Komplikasi di telinga dalam :
- Fistula labirin
- Labirinitis supuratif
- Tuli saraf (sensorineural)
c. Komplikasi ekstradural :
- Abses ekstradural
- Trombosis sinus lateralis
- Petrositis
d. Komplikasi ke susunan saraf pusat :
- Abses otak
- Meningitis
- Hidrosefalus otitis

(Adam dkk , 2002)


Pemeriksaan diagnostik
a. Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
b. Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
c. Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani
d. Pemeriksaan Radiologi
(Brunner and Suddart : 2000)
Penatalaksanaan
a. Pembersihan telinga secara teratur
b. Pemberian obat anti mikroba
c. Kaji tanda-tanda alergi
d. Kaji nyeri
e. Kompres hangat sekitar telinga luar
f. Intruksi kepada keluarga tentang komunikasi yang efektif
g. Berikan antibiotik
h. Berikan informasi terkait omk
(Mills, 2003)
Kasus
Seorang pasien Tn. A usia 32th datang ke rumah sakit
dengan keluhan nyeri pada telinga sebelah kanan, pusing
hanya sebelah, dan telinga mengeluarkan cairan. Pasien
sudah 1bulan menderita, pasien mengatakan selama ini
berobat hanya minum obat sakit kepala biasa untuk
meredakan rasa nyeri. Pasien juga mempunyai riwayat
oma. Pekerjaan pasien seorang petani, riwayat
pendidikan tamat SMP. Hasil pemeriksaan terdapat pus
pada telinga sebelah kanan, kemerahan daerah sekitar
telinga. Ttv 130/80mmHg, rr 19x/mnit, suhu 38 ºC
Askep
a. Pengkajian :
Nama : Tn. A
Usia : 32th
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : petani
b. Keluhan utama : pasien datang dengan keluhan nyeri pada telinga
kanan, pusing sebelah, telinga mengeluarkan cairan.
c. Riwayat kesehatan : pasien dahulunya oma
d. Pengkajian persistem :
Ttv : 130/80mmHg
Suhu : 38ºC
RR : 19x/menit
Terdapat kemerahan pada daerahtelingan kanan
Terdapat pus pada telinga kanan
Diagnosa keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan peradangan dan infeksi
- Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang
- Kriteria hasil : Klien mengungkapkan bahwa nyeri berkurang
- Intervensi :
a. Kompres dingin di sekitar area telinga
R/ : Kompres dingin bertujuan mengurangi nyeri karena rasa nyeri
teralihkan oleh rasa dingin di sekitar area telinga

b. Atur posisi klien


R/ : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa nyaman

c. kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruksi, beri sedatif


sesuai indikasi
R/: Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien
untuk  mengurangi sensasi nyeri dari dalam
2. Hipertermi b/d adanya proses infeksi.
Tujuan : suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : tidak adanya hipertermi akibat infeksi
a. Kaji penyebab hipertermi
R/ Hipertermi merupakan salah satu gejala/kompensasi
tubuh terhadap adanya infeksi baik secara lokal maupun
secara sistemik

b. Beri kompres dingin


R/: agar suhu pasien menurun dan kembali normal

c. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik, analgesik


R/ Obat antipiretik dapat menurunkan panas dan analgesik
meredakan rasa nyeri
3. Gangguan komunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran
- Tujuan : Tidak adanya gangguan komunikasi
- Kriteria hasil : Klien menerima pesan melalui metode pilihan ( misal:
komunikasi lisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada
telinga yang baik
- Intervensi :
a. Pantau kemampuan klien untuk menerima pesan secara verbal.
R/: Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat
diterima dengan baik oleh klien.

b. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan


pemahaman
R/ : Memungkinkan komunikasi dua arah antara perawat dengan klien
dapat berjalan dengan baik dan klien dapat menerima pesan perawat
secara tepat
4.  Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan
kekambuhan
- Tujuan : Klien akan mempunyai pemahaman yang baik tentang
pengobatan dan cara pencegahan kekambuhan.
- Kriteria hasil : Klien paham mengenai pengobatan dan pencegahan
kekambuhan
- Intervensi keperawatan :
a. Ajarkan klien mengganti balutan dan menggunakan antibiotik secara
kontinyu sesuai aturan.
R/: meningkatkan pemahaman klien sehingga dapat berpartisipasi dalam
pencegahan kekambuhan

b. Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana cara


melaporkannya
R/ : pemahaman tentang komplikasi yang dapat terjadi pada klien dapat
membantu klien dan keluarga untuk melaporkan ke tenaga kesehatan
sehingga dapat dengan cepat ditangani.

(George L, Adams.1997.Buku Ajar Penyakit THT.Edisi 6.EGC:Jakarta)


Terima kasih ^^v

Anda mungkin juga menyukai