Anda di halaman 1dari 15

PERMASALAHAN “SALAM” DITENGAH HARMONISASI KEAGAMAAN DI

INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum

OLEH : RULI PUTRI PRATAMA

NIM : 4305019032

PROGAM STUDI DIII FARMASI REGULER SORE

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


Abstrak

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memaparkan permasalahan yang ada di
Indonesia yang sedang mendapatkan masalah keagamaan yang dikeluarkan MUI Jawa Timur
yang menghimbau umat islam (Pejabat) tidak mengucapkan imbuhan salam pembuka dalam
sebuah pertemuan. Dan MUI Jawa Timur menyarankan hanya mengucapkan salam
“Assalamualaikum Wr.Wb”. Dengan himbauan tersebut dapat menimbulkan perpecahan
toleransi antar umat beragama karena di Indonesia terdapat berbagai macam agama, tidak
hanya islam dan himbauan tersebut dapat menimbulkan terpojoknya umat beragama selain
islam. Dengan permasalahan tersebut diharapkan negara dapat berpartisipasi untuk
menyelesaikan masalah tersebut karena jika masalah ini dibiarkan saja akan menimbulkan
pecahnya kesatuan dan persatuan Indonesia. Dengan perbedaan yang ada di Indonesia
diharapkan tidak menjadikan permasalahan yang dapat menyebabkan lunturnya nilai toleransi
dan solidaritas antar umat beragama di Indonesia dan seharusnya kita harus dapat
menghormati dan menghargai perbedaan agama yang ada di dalam negara Indonesia.

Kata kunci : Negara, Agama, Salam


BAB I

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia merupakan bangsa dengan berbagai macam agama dan keyakinan
yang terdiri dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Seperti yang
tercantum pada Sila ke 1 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa yang artinya setiap rakyat
Indonesia berhak menganut satu agama yang diyakininya. Setiap agama memiliki ajaran
tersendiri dan keyakinan yang berbeda-beda, semua agama mengajarkan hal-hal yang baik
untuk kehidupan manusia untuk kedepannya agar manusia tidak terjerumus ke jalan yang
tidak benar. Bangsa Indonesia tidak melarang rakyatnya menganut agama yang diyakini oleh
rakyatnya. Setiap rakyat Indonesia hanya boleh menganut satu keyakinan dan menjalani
kehidupan sesuai dengan ajaran di dalam agamanya.

Ini menunjukkan bahwa Indonesia negara dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika“
yang artinya “berbeda-beda tetapi tetap satu jua“. Dalam perbedaan ini rakyat Indonesia
harus tetap menjalin kerukunan dan saling menghargai satu sama lainnya. Hal seperti itulah
yang harus tetap dijaga oleh semua rakyat Indonesia agar di dalam negara kesatuan ini tidak
terjadi hal-hal yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
perbedaan agama yang ada di Indonesia diharapkan Indonesia dapat menjadi teladan negara-
negara lainnya yang ada di muka bumi ini untuk saling menghargai dan menghormati
perbedaan agama yang ada di dunia ini.

Dalam sebuah perbedaan agama tersebut ada juga sebuah perbedaan salam yang
diajarkan oleh agama-agama yang ada di Indonesia. Dengan perbedaan salam tersebut MUI
Jawa Timur memberi himbauan kepada Umat Islam (Pejabat) tidak mengucapkan salam
pembuka dalam sebuah pertemuan resmi. Kebiasaan mengucapkan salam tersebut dianggap
dapat merusak kemurnian yang ada dalam agama islam. Umat Islam (Pejabat) disarankan
hanya mengucapkan salam “Assalamualaikum Wr. Wb“. Dalam sebuah pertemuan dan
dinilai himbauan tersebut dapat memojokkan umat beragama lain yang ada di dalam bangsa
Indonesia.

MUI Jawa Timur berpendapat bahwa salam agama Islam mengandung doa kepada
Allah SWT. Sementara itu salam agama dari agama lain menunjukkan keyakinan pada Tuhan
yang diyakininya. Dalam himbauan tersebut MUI Jawa Timur mengatakan bahwa Islam
memiliki tradisi bertoleransi yang sangat tinggi antar umat beragama yang ada di dalam
bangsa Indonesia, namun hal itu harus ada batasannya dalam menerapkannya supaya tidak
merusak kesucian agama Islam.

Secara agama mungkin itu benar, tetapi secara publik dan etika himbauan ini akan
menjadikan permasalahan yang serius karena dapat menyebabkan kelompok umat beragama
di luar agama Islam akan merasa terpojok hanya karena sebuah salam, “ungkap Wahyudi
Akmaliah“. Menurutnya mengucapkan salam kepada umat beragama baik itu satu agama
ataupun berbeda agama itu sudah menjadi suatu tradisi yang melekat di masyarakat Indonesia
dan itu dianggap bentuk toleransi dan penghormatan antar sesama umat beragama di
Indonesia.

Dengan berbagai macam perbedaan di Indonesia ini seharusnya kita dapat bersatu
tanpa membedakan keyakinan agama lainnya, karena hal tersebut dapat menimbulkan
perpecahan yang akan melunturkan rasa kesatuan dan persatuan yang sudah lama terbentuk
ini. Sehingga dalam hal tersebut kita harus dapat saling menghormati dan menghargai
keyakinan agama yang dipilih oleh setiap orang. Karena salam juga memiliki arti penting
bagi masyarakat Indonesia yaitu hal yang perlu dikembangkan dan dilestarikan karena salam
adalah kata untuk mengawali suatu kegiatan (pertemuan) agar semua umat beragama dapat
bersatu, bertoleransi, dan saling berpegang erat satu sama lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

Himbauan salam yang akhir-akhir ini diajukan oleh MUI Jawa Timur dapat
menyebabkan terpojoknya ajaran agama selain islam yang ada di Indonesia. Mengapa?
Karena Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam perbedaan agama dan ada 6
agama yang diakui oleh Undang- Undang di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Konghucu.

Perbedaan yang ada di Indonesia bukan hanya pada agama saja melainkan Indonesia
adalah negara dengan berbagai perbedaan meliputi pulau, suku, ras, budaya, bahasa, dan adat
istiadat. Hal tersebut memiliki arti bahwa perbedaan berasal dari Tuhan. Seharusnya kita
sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita harus dapat saling menerima dan menghargai perbedaan
yang berasal dari Tuhan, karena hal tersebut merupakan anugerah dari Tuhan yang patut kita
syukuri sebab dengan berbagai macam perbedaan kita dapat saling bertukar pikiran satu sama
lain.

Dengan Himbauan salam yang diajukan oleh MUI Jawa Timur tersebut yang
menghimbau Umat Islam (Pejabat) tidak mengucapkan salam pembuka dalam sebuah
pertemuan akan menjadikan permasalahan keagamaan yang dapat memojokkan ajaran agama
lainnya di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, rakyat Indonesia mempunyai pendapat yang
berbeda-beda, khawatirnya rakyat Indonesia ada yang berpendapat yang bisa menimbulkan
turunnya toleransi dan keakraban antar agama yang ada di Indonesia ini. Dengan masalah itu
juga rasa persatuan dan kesatuan di Indonesia dapat menjadi turun karena rakyat Indonesia
sangat sensitif terhadap agama yang diyakini masing-masing masyarakat Indonesia, mereka
menganggap agama yang diyakininya adalah agama yang paling benar padahal semua agama
itu sama, namun ajarannya memang berbeda tetapi dengan maksud yang sama untuk
menuntut manusia menuju jalan yang benar.

Seharusnya rakyat Indonesia tidak berpikir negatif di dalam masalah keagamaan dan
menganggap semua ajaran agama itu benar dan menjunjung tinggi kesatuan bangsa untuk
memajukan bangsa Indonesia. Dengan demikian perkembangan bangsa Indonesia ini dapat
berkembang lebih baik karena masyarakat memiliki rasa kesatuan dan persatuan yang tinggi
dan tidak berpikiran negatif di dalam masalah keagamaan. Diharapkan rakyat Indonesia juga
tenang menghadapi permasalahan ini dan memecahkan masalah dengan musyawarah dan
menyelesaikan dengan kepala dingin.

Salam pembuka yang sudah menjadi tradisi di Indonesia sudah turun temurun
dilakukan dari dulu sampai sekarang, dengan adanya himbauan yang diajukan oleh MUI
Jawa Timur akan terasa berat dilakukan oleh Umat Islam (Pejabat). Secara agama memang
himbauan itu benar, tetapi ada juga sisi yang lain karena Indonesia bukanlah negara dengan
satu agama melainkan ada bermacam-macam agama di dalamnya seperti berikut Salam
Agama Islam “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”, Agama Kristen “salam
sejahtera bagi kita semua”, Agama Katolik “Shalom”, Agama Hindu “ Om Swastiastu”,
Agama Budha “Namo Buddhaya”, dan Agama Konghucu “Salam Kebajikan”. Itulah urutan
berbagai salam yang diajarkan oleh agama-agama yang ada di Indonesia. Tempat ibadah
agama di Indonesia pun juga berbeda meliputi Islam : Masjid, Kristen Protestan dan Kristen
Katolik : Gereja, Hindu : Pura, Buddha : Vihara, Konghucu : Klenteng. Sebagai warga
negara Indonesia kita harus saling menghormati dan menghargai perbedaan agama dan salam
yang diajarkan oleh masing-masing agama.

Walaupun memiliki keanekaragaman agama dan kepercayaan di dalam negara


Indonesia kita harus menjaga dan melestarikannya. Agar budaya toleransi antar agama di
negara ini tidak luntur dan selalu kuat serta diharapkan tidak ada lagi permasalahan
keagamaan di Indonesia supaya negara kita ini semakin maju dan berkembang karena
perbedaan ini. Perbedaan ini dapat dijadikan senjata yang kuat untuk melawan penjajah pada
era globalisasi pada saat ini.

Indonesia adalah bangsa yang dilandasi oleh Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka
Tunggal Ika. Maka dari itu bangsa Indonesia adalah bangsa untuk semua perbedaan yang ada
didalam-Nya. Tetapi ada juga yang menyalahkan kata kebangsaan ini yang menurutnya
bangsa Indonesia adalah bangsa agama Islam karena mayoritas warga negara Indonesia
memeluk agama Islam. Walaupun mayoritas warga negara Indonesia memeluk agama Islam
kita seharusnya juga menghormati agama lainnya yang ada di negara Indonesia. Seperti yang
dikemukakan Soekarno. " Kita mendirikan negara Indonesia.... Semua buat semua! Bukan
Kristen buat Indonesia, Bukan Islam buat Indonesia...tetapi Indonesia buat Indonesia, semua
buat semua!.... Negara yang kita dirikan haruslah negara gotong royong!".

Seperti yang tercantum pada UUD 1945 pada alenia ketiga yang di dalamnya
membahas tentang masyarakat Indonesia yang berketuhanan yang bermaksud memberi
kebebasan terhadap rakyatnya untuk memeluk keyakinan yang diyakininya. Kebangsaan
yang bebas bukanlah bangsa yang bebas atas segala-galanya namun negara Indonesia juga
mempunyai peraturan-peraturan yang harus kita jalani dan hormati. Kebebasan menganut
agama di Indonesia adalah kebebasan untuk memilih dan menganut agama serta tidak
memaksa warga Indonesia untuk memeluk satu agama saja.

Negara seharusnya juga dapat berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah


keagamaan yang terjadi di negara Indonesia ini karena negara adalah salah satu aspek yang
bisa memecahkan masalah keagamaan yang ada di negeri kita tercinta ini. Dengan demikian,
jika negara Indonesia ikut turun dalam memecahkan masalah keagamaan yang terjadi di
Indonesia maka saya yakin bahwa negara Indonesia akan menjadi negara yang aman dan
damai tanpa ada masalah keagamaan lainnya. Sehingga negara Indonesia akan berkembang
lebih baik lagi dan menjadi negara yang aman dan damai.

Gotong royong adalah salah satu cara untuk dapat mempersatukan perbedaan
masyarakat agar dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya yang
memiliki keyakinan agama yang berbeda. Gotong royong merupakan salah satu cara untuk
menanamkan rasa solidaritas antar agama yang akan menjadikan Indonesia negara yang aman
dan damai. Dengan gotong royong rakyat Indonesia dapat saling mengenal, saling bertemu
dan saling bekerja sama tanpa memandang perbedaan yang ada pada diri kita dan tanpa
melihat status kita. Gotong royong merupakan kegiatan hal yang positif yang dianjurkan
untuk dilakukan oleh rakyat Indonesia untuk mempererat tali silahturahmi.

Negara Indonesia adalah negara gotong royong yang didalam-Nya memiliki


kandungan tidak membeda-bedakan agama, ras, suku, bahasa, budaya dan adat istiadat.
Semua warga di Indonesia disatukan dalam hal gotong royong karena kegiatan tersebut dapat
menjadikan kekuatan persatuan bangsa Indonesia. Gotong royong tidak membeda-bedakan
derajat kaya atau miskin, semua sama dan untuk Indonesia. Dan gotong royong adalah
kegiatan untuk menjalin hubungan antar umat beragama di negara Indonesia ini. Tidak ada
kata berbeda di dalam rakyat Indonesia adalah sama. Sama satu tujuan untuk memajukan
bangsa Indonesia.

Kita sebagai warga negara Indonesia sebaiknya harus dapat menjaga keutuhan negara
ini, supaya tidak terjadi perpecahan karena merasa terpojok dengan hal yang tidak seharusnya
di permasalahkan dengan serius. Permasalahan-permasalahan yang serius dan tidak ada
hentinya akan mengakibatkan lunturnya tali silahturahmi antar sesama. Kita seharusnya
sebagai warga negara harus mencegah hal itu terjadi karena dapat merusak kemajuan bangsa
kita karena anak dan cucu kita pasti akan meniru hal yang tidak baik tersebut. Seharusnya
kita menanamkan hal yang baik untuk anak cucu kita di masa mendatang. Seperti
menanamkan toleransi pada umat beragama, saling menghargai dan menghormati ajaran
agama lainnya yang ada di Indonesia, saling tolong menolong dan lain sebagainya. Dengan
begitu pastilah anak cucu kita akan tumbuh menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan
bangsa ini. Dan membuat Indonesia menjadi negara yang aman dan damai di masa
selanjutnya.

Kegunaan salam di dalam masyarakat sangatlah penting meliputi untuk salam


pembuka dalam sebuah acara, rapat, hajatan dan lain sebagainya. Di dalam lingkungan
pemerintah sendiri salam juga digunakan untuk pembukaan sebuah acara ataupun rapat para
pemerintah. Dengan itu salam adalah hal yang tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat
karena dengan salam dan saling menyapa masyarakat akan merasa lebih akrab dan dekat.

Dalam mengawali kegiatan ataupun acara pastilah kita mengucapkan salam walaupun
yang mengikuti acara tersebut bukanlah satu agama melainkan ada berbagai agama yang ikut
serta dalam sebuah acara tersebut. Bukan hanya dalam acara, saat kita bertamu ke rumah
orang yang agamanya berbeda dengan kita pastilah kita juga mengucapkan salam agar kita
datang ke rumah orang tersebut dengan sopan. Pastilah pemilik rumah itu akan marah ketika
kita bertamu tidak mengucapkan salam terlebih dahulu karena hal tersebut adalah hal yang
menilai kesopanan pada diri kita masing-masing.

Jadi ketika kita menghadiri acara ataupun kita sedang bertamu ke rumah seseorang
sudah kewajiban kita untuk mengucapkan salam. Ketika kita berkunjung ke rumah orang
yang agamanya berbeda dengan kita boleh saja kita mengucapkan salam dari agama kita
masing-masing yang telah diajarkan dalam agama yang kita yakini. Akan enak rasanya jika
kita bertamu ke rumah orang dengan mengucapkan salam, pastilah pemilik rumah tersebut
akan menyambut kita dengan senang hati. Begitu pun sebaliknya ketika kita datang bertamu
dengan salam sebaiknya kita pamit pulang dengan salam juga.

Himbauan yang dinyatakan MUI Jawa Timur itu bukanlah menghimbau umat Islam
(Pejabat) tidak mengucapkan salam pada saat pertemuan yang dihadiri oleh orang-orang yang
agamanya berbeda-beda tetapi MUI Jawa Timur menyarankan hanya mengucapkan
"Assalamualaikum Wr. Wb" dan tidak ada imbuhan salam lagi. Jadi kalau dijabarkan
menurut saya itu akan memojokkan umat agama lain karena salam tersebut salam yang
diajarkan agama Islam. Dan akan menyinggung perasaan umat beragama lain dan merasa
sungkan karena menghadiri acara dengan mayoritas di dalamnya pemeluk agama Islam.
Seharusnya tidak begitu karena Indonesia adalah negara untuk semua agama tidak untuk satu
agama, jadi semua harus saling merangkul demi kemajuan bangsa.

Biasanya pada pertemuan umat Islam (Pejabat) mengucapkan salam


"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" dan di belakang salam itu ada imbuhan
"Salam Sejahtera Bagi Kita Semua" hal tersebut bermaksud karena yang menghadiri acara
tersebut bukan hanya umat agama islam melainkan ada agama lain yang menghadiri
pertemuan tersebut. Dan imbuhan salam tersebut mencakup semua agama yang ada dalam
pertemuan tersebut. Jika yang menghadiri pertemuan tersebut hanyalah agama Islam tidak
masalah jika tidak ada imbuhan salam tersebut. Dengan imbuhan salam tersebut umat
beragama lain tidak akan merasa terpojok dengan salam dari agama umat muslim.

Jadi kalau menurut saya lebih baik menyesuaikan dengan keadaan pertemuan itu,
dengan melihat yang menghadiri acara itu dihadiri oleh umat beragama Islam atau ada
berbagai umat beragama lainnya yang menghadiri acara tersebut. Dengan begitu umat
beragama lain tidak akan merasa terpojok dengan masalah tersebut.

Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada Pancasila yang di dalam
Pancasila itu mengandung makna-makna tersendiri, dalam keagamaan makna tersebut
terdapat pada sila ke 1 yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa" yang mengandung
pengertian bahwa bangsa Indonesia memiliki kebebasan beragama dan menjalankan ibadah
sesuai dengan ajaran agama yang diyakini oleh warga Indonesia. Makna sila 1 sebagai
berikut: Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki arti warga Indonesia
harus yakin terhadap Tuhan yang diajarkan dalam agamanya masing-masing, kebebasan
memeluk agama berdasarkan keyakinan masing-masing yang memiliki arti warga Indonesia
bebas dalam memilih keyakinannya tetapi warga Indonesia hanya boleh menganut satu
agama yang diyakininya, kebebasan dalam menjalankan ibadah yang memiliki arti warga
Indonesia bebas menjalankan ibadah menurut agamanya dan dimana saja boleh menjalankan
ibadah asal tidak mengganggu ibadah umat beragama lainnya. Dan masih banyak lagi makna-
makna yang terdapat dalam isi Pancasila. Sebagai warga Indonesia kita sudah sepatutnya
mengamalkan apa yang ada di dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, karena
Pancasila merupakan dasar negara kita sehingga kita harus dapat menjaganya dengan sebaik-
baiknya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Isi yang ada di dalam Pancasila
sendiri mengajarkan hal untuk memajukan bangsa dan mempersatukan bangsa dengan
keadilan yang tidak memandang sebelah mata ajaran atau keyakinan yang ada di Indonesia.
Berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia seharusnya kita dapat menjaganya dan
melestarikannya karena itu dapat menjadikan pembeda negara Indonesia dengan negara
lainnya yang ada di dunia ini.

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia salam sudah menjadi tradisi yang sudah turun
temurun dilakukan masyarakat di Indonesia yang harus kita lestarikan karena hal tersebut
menunjukkan kesopanan pada diri kita sendiri. Menurut saya salam adalah kata yang
bermakna besar di dalam negara yang kita cintai ini. Karena salam, kita dapat saling
mengenal dan saling bertoleransi dengan masyarakat di Indonesia. Salam adalah hal yang
dapat mempererat hubungan antar sesama di dalam negara yang kita cintai ini, dengan tidak
memandang status, budaya, derajat dan lain sebagainya. Rakyat Indonesia wajib
mengucapkan salam kepada sesama umat beragama.

Ada berbagai contoh solidaritas antar agama di Indonesia, sangat banyak menurut
yang saya ketahui sebagai berikut: Pada saat hari raya Idul Fitri umat Kristen membantu
menyediakan tempat parkir di halaman gereja untuk umat Islam yang lokasi masjid dan
gereja berdekatan, selain itu pada saat hari raya Natal umat Islam juga turut membantu
mengamankan jalannya ibadah yang sedang dilakukan umat Kristen dan Katolik di Gereja,
dan pada saat umat Hindu merayakan hari raya Nyepi semua umat juga menghormati dan
tidak mengganggu hari raya umat Hindu tersebut dengan cara tidak melakukan kegiatan yang
menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu umat Hindu yang sedang melakukan
ibadah.

Jadi kita sebagai warga negara Indonesia yang memiliki berbagai macam-macam
agama kita harus dapat saling menghargai dan menghormati satu sama lain antar umat
beragama dan tidak memandang rendah agama yang telah diyakini seseorang serta saling
tolong-menolong sesama manusia tanpa membeda bedakannya. Sebagai mana yang diajarkan
dalam agama yang kita yakini masing-masing.

Di dalam agama juga diajarkan peraturan dan saling menghormati ajaran agama
lainnya. Tidak ada agama yang menjelek-jelekkan agama lainnya karena ajaran agama
merupakan ajaran yang mulia yang di dalamnya mengajarkan manusia untuk saling
menghormati agama lainnya. Dan mengajarkan manusia untuk melakukan perbuatan yang
positif dan meninggalkan hal-hal yang negatif. Di dalam agama juga mengajarkan cara
menghormati orang yang beragama lain agar kehidupan orang-orang beragama menjadi
rukun dan tidak saling menyalahkan ajaran agama yang lainnya.

Kasus permasalahan sila 1 yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa“ menunjukkan
kurangnya kesadaran warga Indonesia akan saling menghargai dan menghormati sesama.
Karena kita tahu semua agama yang ada di Indonesia tidak mengajarkan saling membeda-
bedakan tetapi semua agama di Indonesia mengajarkan untuk saling berpegang erat dan
bertoleransi antar sesama. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini menunjukkan negara Indonesia
adalah negara yang di dalamnya memiliki berbagai agama bukan satu agama. Kita sebagai
makhluk ciptaan Tuhan seharusnya kita dapat bersatu dan saling menghargai antar agama
yang berbeda. Dan menjalani kehidupan sesuai ajaran yang diajarkan oleh agama kita
masing-masing tanpa menghina ajaran lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Soekarno.
"Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang
Indonesia hendaknya ber-Tuhan, Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah tuhan menurut
petunjuk Isa Almasih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad S.A.W, orang Budha
menjalankan ibadahnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya
ber-Tuhan. Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat
menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan
secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme agama." (Setneg:77).

Keberagaman kebudayaan dan keagamaan di negara Indonesia harusnya menjadikan


sebuah pondasi yang kokoh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kekuatan perbedaan di Indonesia ini dapat dijadikan senjata yang kuat untuk menjamin
kesejahteraan masyarakat Indonesia dari serangan penjajah yang ingin merusak kedaulatan
negara Indonesia. Keberagaman ini menjadi persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia.
Pendidikan agama seharusnya adalah pendidikan yang mengajarkan perdamaian karena
dalam ilmu agama telah diajarkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan kita. Selain itu,
pendidikan agama seharusnya juga mampu mengangkat manusia ke taraf yang makin insani
dan makin illahi.

Berbagai perbedaan yang ada di Indonesia seperti pulau, bahasa, ras, suku, adat
istiadat dan agama merupakan pondasi yang kokoh yang dapat membuat Indonesia kuat
karena kesatuan dan persatuannya. Dengan perbedaan itu Indonesia menjadikan negara yang
didalam-Nya di huni berbagai perbedaan tersebut. Walaupun ada perbedaan di negara ini
warga Indonesia dapat hidup berdampingan dan saling berpegang erat untuk memajukan
bangsa Indonesia. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang meyakini ajaran
agamanya masing-masing tentu ingin menjalin kehidupan yang rukun antar umat ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, karena dalam ajaran masing-masing agama mengajarkan untuk
menjalin kerukunan antar umat beragama. Selain itu, dengan suatu landasan bahwa kita
sama-sama berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan.

Indonesia adalah negara bermayoritas warganya memeluk agama Islam. Indonesia


menjamin kebebasan kepada warganya untuk memilih dan memeluk agama yang diyakini
menurut keyakinan sendiri-sendiri. Ini yang membuktikan bahwa negara Indonesia memiliki
berbagai macam agama yang menjadi pedoman hidup masyarakatnya. Agama dikatakan
memberi pandangan dunia seseorang karena agama senantiasa memberi penerangan
mengenai dunia. Agama merupakan pegangan umat manusia, agama juga mengajarkan
kepada kita untuk meningkatkan kesadaran yang paling luhur di dalam jiwa manusia. Tetapi
tidak banyak agama yang tidak dapat mempertanggung jawabkan atas berbagai kesalahan,
sehingga dalam hal tersebut terkadang dapat dijadikan pemahaman bahwa agama sering
digunakan sebagai motivasi berperang.

Agama Islam memang agama yang terbesar di negara Indonesia dapat dilihat dari
setiap sudut desa atau kota-kota di Indonesia pasti dapat ditemukan Masjid dan pada saat
waktu solat tiba adzan pasti menggema di seluruh penjuru nusantara ini. Tetapi sebagai
agama terbesar di Indonesia agama Islam tetap menghormati dan menghargai ajaran agama
lainnya dan tidak mengganggu umat beragama lainnya yang sedang melaksanakan ibadah di
tempat ibadahnya masing-masing. Karena di dalam ajaran agama Islam diajarkan untuk tidak
saling membenci satu sama lainnya dan saling bertoleransi, bergotong-royong antar sesama
umat manusia.

Dengan mayoritas warga Indonesia memeluk agama Islam tetapi Indonesia tetap
mengizinkan warganya untuk memilih agama yang diyakini masing-masing, warga Indonesia
yang memeluk agama Islam juga harus menghormati dan menghargai ajaran agama lainnya.
Dengan menghormati ajaran lainnya pasti agama lain akan senang dapat diterima dengan baik
di negara yang kita cintai ini. Sehingga jikalau ada permasalahan keagamaan di negara kita
ini, kita dapat memecahkan masalah bersama dengan musyawarah mufakat dan secara adil.

Dengan berbagai macam perbedaan agama yang ada di negara Indonesia ini
diharapkan tidak menjadikan suatu permasalahan yang dapat menimbulkan perpecahan antar
umat beragama yang dapat melunturkan nilai kesatuan dan persatuan di negara Indonesia ini.
Jadi dengan perbedaan tersebut kita harus dapat saling menghormati dan menghargai
perbedaan yang ada di negara Indonesia ini.
BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN
Himbauan salam yang diajukan oleh MUI Jawa Timur tersebut yang
menghimbau Umat Islam (Pejabat) tidak mengucapkan imbuhan salam dalam
sebuah pertemuan resmi. MUI Jawa Timur menyarankan umat Islam (Pejabat)
hanya mengucapkan “Assalamualaikum Wr.Wb”. Dengan himbauan tersebut
dapat menyebabkan terpojoknya umat beragama selain Islam. Selain itu himbauan
tersebut dapat menimbulkan pecahnya rasa solidaritas antar umat beragama.

II. SARAN
Dalam permasalahan ini diharapkan peranan pemerintah negara untuk ikut
berpartisipasi menyelesaikan permasalahan ini. Negara Indonesia bukan negara
dengan satu agama melainkan dengan berbagai macam agama alangkah baiknya
jika himbauan tersebut tidak dilaksanakan karena dapat memecah rasa solidaritas
antar umat beragama yang ada di Indonesia. Masalah keagamaan ini harus
diselesaikan dengan adil dengan cara bermusyawarah. Dalam permasalahan ini
peranan pemerintah harus diandalkan untuk mempersatukan kembali umat
beragama yang ada di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

https://www.tempo.co/abc/4945/pejabat-muslim-indonesia-dihimbau-tidak-ucapkan-salam-
lintas-agama

https://m.facebook.com/notes/klenteng-agama-kong-hu-cu/salam-salam-keagamaan-di-
indonesia/903929266356309

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

Dewantara, A. (2018). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (indonesia Dalam


Kacamata Soekarno).

Dewantara, A. W. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan Agama Di


Indonesia. CIVIS, 5(1/Januari).

Dewantara, A. W. (2019). RADIKALISME AGAMA DALAM KONTEKS INDONESIA


YANG AGAMIS DAN BERPANCASILA. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 19(1),
1-14.

Pembahasan, I. Nama: Tresa Maila Ully Persia NPM: 16903 Makul: Perbandingan Agama
Dosen: Dr. Agustinus Wisnu Dewantara M. Hum.

Panjaitan, S. C., & Dewantara, A. (2019). Gotong Royong sebagai Prinsip Masyarakat
Indonesia untuk Menanggapi Konflik Multikulturalisme.

Anda mungkin juga menyukai