Anda di halaman 1dari 7

NAMA : ELLYKA SURYANINGRUM

KELAS : XI-7

ABSEN : 13

BAB X SISTEM REPRODUKSI

 SIKLUS MENSTRUASI

Siklus menstruasi adalah perubahan yang terjadi pada tubuh seorang perempuan yang
telah mengalami pubertas. Proses siklus ini terjadi untuk mempersiapkan kehamilan. Dalam
waktu yang sama, menjelang proses ovulasi, terjadi perubahan hormon pada tubuh perempuan.
Hal ini menyebabkan dinding rahim menebal untuk mempersiapkan pembuahan sel telur. Jika
terjadi ovulasi, tetapi sel telur tersebut tidak dibuahi, maka lapisan dinding rahim yang menebal
tersebut akan meluruh dan keluar melalui vagina. Proses inilah yang dikenal sebagai menstruasi.
Fase-fase dalam Siklus Menstruasi

 Fase Menstruasi ( Luluh dan Keluarnya Dinding Rahim)

Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus


luteum (massa jaringan kuning di dlama ovarium) akan menghentikan produksi hormon
yang bernama estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal (endometrium). Setelah
ovum lepas, endometrium menjadi sobek dan meluruh, sehingga dindingnya juga menjadi
menipis. Karena dinding endometrium banyak mengandung pembuluh darah, maka
terjadilah pendarahan pada fase menstruasi. Pada umumnya, proses pendarahan ini
berlangsung selama 5 hari dengan rata-rata pengeluaran volume darah sebanyak
50ml.

 Fase Pra – Ovulasi ( Masa Pembentukan dan Pematangan Ovum di dalam


Ovarium dipicu dengan Meningkatnya Kadar Esterogen)

Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus (bagian otak yang
terdiri dari sejumlah nukleus) mengeluarkan hormon gonadotropin yang merangsang
hipofisis mengeluarkan (follicle stimulating hormone) FSH. Adanya FSH merangsang
pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer.
Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi
matang atau disebut folikel de Graff dengan ovum di dalamnya.

Selama pertumbuhannya, folikel juga melepas hormon estrogen yang menyebabkan


pembentukan kembali sel-sel penyusun dinding dalam uterus atau endometrium. Proses
pembentukan kembali tersebut disebut dengan proliferasi. Peningkatan estrogen selama
pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat
basa. Lendir tersebut berfungsi untuk menetralkan sifat asam basa serviks agar lebih
menyesuaikan lingkungan hidup sperma yang ideal.
 Fase Ovulasi (Masa Subur Seorang Wanita)

Pada saat mendekati fase ovulasi terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan


kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan terjadinya hambatan terhadap
pelepasan lanjutan FSH dari hipofisis. Turunnya konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis
melepaskan (luteinizing hormone) LH yang merangsang pelepasan oosit sekunder
dari folikel de Graff. Kondisi tersebut disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graff dan siap dibuahi oleh sperma. Umumnya ovulasi terjadi
pada hari ke-14. 

 Fase Pasca – Ovulasi (Fase Kemunduran Ovum karena tidak dibuahi Sperma)

Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graff yang ditinggalkan oleh oosit sekunder akan


berkerut dan berubah menjadi korpus luteum dan tetap memproduksi hormon estrogen
dan progesteron. Meskipun korpus luteum memproduksi estrogen, tetapi estrogen yang
diproduksi tidak sebanyak yang diproduksi oleh folikel de Graff.  Progesteron
mendukung kerja estrogen dengan menebalkan endometrium. Progesteron juga
merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara.
Keseluruhan fungsi tersebut berguna untuk menyiapkan implantasi zigot pada uterus bila
terjadi pembuahan atau kehamilan.

Proses pasca ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila
sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan menua berubah menjadi
korpus albikan sehingga tidak menghasilkan hormon lagi. Korpus albikan ini memiliki
kemampuan produksi hormon estrogen dan progesteron yang rendah, oleh karena itu
konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun.
● SPERMATOGENESIS

Spermatogenesis adalah proses gametogenesis pada pria dengan cara pembelahan


meiosis dan mitosis. Spermatogenesis pada sperma biasa terjadi di tubulus
semeniferus/testis. Sedangkan tempat menyimpan sperma sementara, terletak di
epididimis.

Tahapan spermatogenesis secara berurutan yaitu:

1.) Mitosis → Spermatogonium berkromosom diploid (2n) yang terletak berdekatan


dengan membran basalis tubulus seminiferus berproliferasi melalui pembelahan
secara mitosis dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer (2n).

2.) Meiosis I → Setiap spermatosit primer (2n) membelah pada meiosis I dan
membentuk dua spermatosit sekunder (n).

3.) Meiosis II → Dua spermatosit sekunder (n) membelah pada meiosis II menjadi  
empat spermatid (n).
4.) Spermiogenesis → Masing-masing spermatid (n) mengalami maturasi
(pematangan) menjadi spermatozoa (sperma) berkromosom haploid (n). Sperma
berukuran 60 μm dan terdiri atas kepala, leher, dan ekor.
5.) Spermiasi → Sperma yang sudah dewasa bergerak ke lumen tubulus seminiferus,
menuju ke tubulus rekti (tubulus lurus), anyaman saluran testis, dan duktus eferen.
Sperma selanjutnya akan disalurkan ke epididimis.

● OOGENESIS

Oogenesis atau oögenesis adalah penciptaan ovum merupakan proses dari bentuk betina
gametogenesis yang setara dengan jantan yakni spermatogenesis. Oogenesis berlangsung
melibatkan pengembangan berbagai tahap reproduksi telur sel betina yang belum
matang. 

Urutan Pembelahan Sel pada Oogenesis.

Oogenesis merupakan tahapan awal dari serangkaian proses reproduksi wanita. Sel telur berasal
dari sel induk telur yang disebut oogonium. Dalam oogonium terkandung kromoson sebanyak 23
pasang. Sel – sel oogonium yang terdapat pada ovarium bersifat diplod dan membelah secara
mitosis.

Proses oogenesis dimulai dari oogonium yang bersifat diploid yang membelah secara mitosis
menjadi oosit primer yang bersifat diploid. Selanjutnya, oosit primer yang bersifat diploid akan
melakukan pembelahan meiosis I menghasilkan oosit sekunder (haploid) dan polosit primer
(haploid).

Oosit sekunder yang bersifat haploid akan melakukan pembelahan meiosis II menjadi ootid
(haploid) dan polosit sekunder (haploid). Sedangkan polosit primer akan membelah menjadi dua
polosit sekunder (haploid). Ootid yang bersifat haploid akan mengalami diferensiasi atau
pendewasaan menjadi ovum yang bersifat haploid. Sedangkan 3 polosit sekunder akan
mengalami degenerasi atau peluruhan. Hasil akhir dari oogenesis adalah 1 sel ovum (haploid)
dan 3 polosit sekunder (haploid).

Urutan perubahan yang terjadi pada oogenesis:

Oogonium → oosit primer → oosit sekunder dan 1 badan polar → ootid dan 3 badan
polar → ootid menjadi ovum dan badan polar mengalami degenerasi
Tahapan oogenesis pada pembentukan sel telur:

 Tahap Penggandaan

Tahan penggandaan terjadi dalam ovarium janin ketika masih dalam kandungan. Pada saat
tahap ini, sel primordial (bakal calon ovum) mengalami pembelahan mitosis membentuk
oogonium yang bersifat diploid (2n).

 Tahap Pertumbuhan

Berikutnya, tahapan pertumbuhan pada oogensis terjadi pada ovarium bayi. Pada tahap
pertumbuhan, oogonium mengalami pembelahan mitosis membentuk oosit primer yang
bersifat diploid. Selajutnya, oosit primer berada dalam keadaan dorman (istirahat) sampai
anak perempuan mengalami masa puber yang ditandai dengan menstruasi.

 Tahap Pematangan
Tahapan yang terakhir adalah tahap pematangan, tahapan ini dimulai pada masa puber. Pada
tahapan pematangan terjadi perubahan hormonal dalam tubuh anak perempuan. Perubahan
ini mengakibatkan oosit primer membelah secara meiosis I menghasilkan oosit sekunder dan
badan polar/badan kutub.

Hormon yang Mempengaruhi Oogenesis

Proses yang terjadi pada oogenesis dipengaruhi oleh berbagai jenis hormon. Hormon – hormon
tersebut dihasilkan oleh hipofisis dan ovarium. Beberapa hormon yang berperan dalam proses
oogenesis beserta fungsinya diberikan sepeti berikut.

 FSH (Follicle Stimulating Hormone): memberi sinyal kepada folikel – folikel di dalam
ovarium agar membuat ovum
 Estrogen: menunjukkan ciri – ciri sekunder pada wanita yang telah masuk pubertas/dewasa
 Progesteron: mempertebal dinding rahim untuk mempersiapkan kehamilan jika terjadi
pemuahan sel telur/ovum
 LH (Luteinizing Hormone): membentuk korpus luteum setelah pelepasan sel telur (ovulasi)

Anda mungkin juga menyukai