DISUSUN OLEH:
A. Pengertian
i
sekunder) sehingga sperma dapat melekat pada ovum. (Soenardirahardjo,
2011)
B. Tahap Fertilisasi :
1. Penetrasi Korona Radiata, oleh sperma dengan bantuan enzim
hialurodinase yang melarutkan senyawa hiauuronid pada korona radiata.
2. Penetrasi Zona Pelusida, oleh sperma dengan bantuan enzim akrosin untuk
menghancurkan glikoprotein. Penetrasi ini memicu sel-sel granulosit di
bagian korteks oosit sekunder untuk mengeluarkan senyawa tertentu yang
menyebabkan sel-sel di zona pelusida berikatan satu sama lain membentuk
suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh sperma lain. Proses
ini mencegah ovum dibuahi oleh lebih dari satu sperma (polispermia).
3. Fusi membran sel sperma dan oosit, setelah menembus zona pelusida
spermatozoa masuk ke ruang perivitelin (ruang antara zona pelusida
dengan membran vitelin/membran plasma, kemudian menempel dan terjadi
fusi (peleburan) membran spermatozoa dengan membran plasma oosit.
Peleburan ini memungkinan nukleus spermatozoa masuk ke sitoplasma,
kemudian berkondensasi dan membesar sehingga menjadi pronukleus pria.
Sedangkan ekor spermatozoa terlepas dan berdegenerasi. Akibat masuknya
nukleus spermatozoa ini akan mengaktivasi oosit sekunder menyelesaikan
pembelahan meiosis II menjadi oosit dan 2 polar body, sehingga
nukleusnya berkondensasi menjadi pronukleus wanita, kedua pronukleus
bergerak ke tengah, lalu terjadi fusi (peleburan) pronukleus wanita dan
pronukleus pria (syngami). Peleburan ini mengembalikan jumlah
kromosom dari haploid menjadi diploid dan sel baru hasil peleburan ini
disebut zygot. Kemudian zigot bergerak menuju uterus san melewati
oviduk sambil membelah (miosis). Selanjutnya zigot mengalami
perkembangan menjadi embrio. (Soenardirahardjo, 2011)
ii
C. Peran Korpus Luteum
Pada saat mendekati fase ovulasi terjadi perubahan produksi hormon.
Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan terjadinya
hambatan terhadap pelepasan lanjutan FSH dari hipofisis. Turunnya
konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan
(luteinizing hormone) LH yang merangsang pelepasan oosit sekunder
dari folikel de Graff. Kondisi tersebut disebut ovulasi, yaitu saat terjadi
pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graff dan siap dibuahi oleh sperma.
Umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
Kemudian pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graff yang
ditinggalkan oleh oosit sekunder akan berkerut dan berubah menjadi korpus
luteum dan tetap memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Meskipun
korpus luteum memproduksi estrogen, tetapi estrogen yang diproduksi tidak
sebanyak yang diproduksi oleh folikel de Graff.
1. Peran Korpus Luteum
Korpus luteum berperan penting dalam persiapan endometrium untuk
implantasi. Fungsi utamanya adalah mensekresikan progesteron yang
menginduksi transformasi fase sekresi dari kelenjar endometrium sehingga
implantasi dapat terjadi.
2. Asal Korpus Luteum
Korpus luteum adalah massa jaringan kuning di dalam ovarium yang
dibentuk oleh sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan
ovumnya. Dalam rahim, korpus luteum akan menghasilkan
hormon progesteron yang berguna untuk mengatur siklus menstruasi,
mengembangkan jaringan payudara, menyiapkan rahim pada waktu
iii
kehamilan dan melindungi dari kanker endometrium pada wanita
pasca menopause.
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
v
1