Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH EMBRIOLOGI

RESUME MATERI PROSES FERTILISASI

DISUSUN OLEH:

Candra Rizki Hakiki (P07124321069)

KELAS B ALIH JENJANG IBI


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2021/2022
PROSES FERTILISASI

A. Pengertian

Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan ovum dan sperma,


terjadi di daerah ampula uterina. Fertilisasi mempunya dua fungsi utama
yaitu:
a. Fungsi reproduksi, yang memungkinkan pemindahan unsur-unsur genetik
dari orangtua kepada keturunan.
b. Fungsi perkembangan, ketika fertilisasi memicu oosit sekunder untuk
melanjutkan atau menyelesaikan proses pembelahan meiosis.
Fertilisasi memerlukan oosit sekunder (ovum) yang telah matang dan siap
dibuahi. Dalam satu kali ejakulasi terdapat 200-300 juta spermatozoa yang
disemprotkan kedalam liang vagina, akan tetapi hanya sekitar 300-500
spermatozoa yang berhasil mencapai ampula dan hanya satu spermatozoa
yang akan membuahi ovum. Sebagaian besar sperma yang berjalan dari
vagina menuju uterus dan masuk ke tuba fallopi dihancurkan oleh mukus
(lendir) di dalam uterus dan tuba. Untuk mendukung aktivitas sperma, ovum
mengeluarkan senyawa fertilizin yang tersusun dari glikoprotein yang
berfungsi untuk : (1). Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat, (2)
menarik sperma secara kemotaksis positif (3) mengumpulkan sperma
disekeliling ovum.
Disisi lain, akrosom di bagian kepala sperma menghasilkan enzim-
enzim yang membantu sperma dalam menembus ovum, yaitu (1)
hialuronidase, enzim yang dapat melarutkan hialuronid pada sel-sel korona
radiata, (2) akrosin, enzim protease yang dapat menghancurkan glikoprotein
pada zona pelusida dan (3) anti fertilizin, antigen terhadap ovum (oosit

i
sekunder) sehingga sperma dapat melekat pada ovum. (Soenardirahardjo,
2011)
B. Tahap Fertilisasi :
1. Penetrasi Korona Radiata, oleh sperma dengan bantuan enzim
hialurodinase yang melarutkan senyawa hiauuronid pada korona radiata.
2. Penetrasi Zona Pelusida, oleh sperma dengan bantuan enzim akrosin untuk
menghancurkan glikoprotein. Penetrasi ini memicu sel-sel granulosit di
bagian korteks oosit sekunder untuk mengeluarkan senyawa tertentu yang
menyebabkan sel-sel di zona pelusida berikatan satu sama lain membentuk
suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh sperma lain. Proses
ini mencegah ovum dibuahi oleh lebih dari satu sperma (polispermia).
3. Fusi membran sel sperma dan oosit, setelah menembus zona pelusida
spermatozoa masuk ke ruang perivitelin (ruang antara zona pelusida
dengan membran vitelin/membran plasma, kemudian menempel dan terjadi
fusi (peleburan) membran spermatozoa dengan membran plasma oosit.
Peleburan ini memungkinan nukleus spermatozoa masuk ke sitoplasma,
kemudian berkondensasi dan membesar sehingga menjadi pronukleus pria.
Sedangkan ekor spermatozoa terlepas dan berdegenerasi. Akibat masuknya
nukleus spermatozoa ini akan mengaktivasi oosit sekunder menyelesaikan
pembelahan meiosis II menjadi oosit dan 2 polar body, sehingga
nukleusnya berkondensasi menjadi pronukleus wanita, kedua pronukleus
bergerak ke tengah, lalu terjadi fusi (peleburan) pronukleus wanita dan
pronukleus pria (syngami). Peleburan ini mengembalikan jumlah
kromosom dari haploid menjadi diploid dan sel baru hasil peleburan ini
disebut zygot. Kemudian zigot bergerak menuju uterus san melewati
oviduk sambil membelah (miosis). Selanjutnya zigot mengalami
perkembangan menjadi embrio. (Soenardirahardjo, 2011)

ii
C. Peran Korpus Luteum
Pada saat mendekati fase ovulasi terjadi perubahan produksi hormon.
Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan terjadinya
hambatan terhadap pelepasan lanjutan FSH dari hipofisis. Turunnya
konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan
(luteinizing hormone) LH yang merangsang pelepasan oosit sekunder
dari folikel de Graff. Kondisi tersebut disebut ovulasi, yaitu saat terjadi
pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graff dan siap dibuahi oleh sperma.
Umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
Kemudian pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graff yang
ditinggalkan oleh oosit sekunder akan berkerut dan berubah menjadi korpus
luteum dan tetap memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Meskipun
korpus luteum memproduksi estrogen, tetapi estrogen yang diproduksi tidak
sebanyak yang diproduksi oleh folikel de Graff.
1. Peran Korpus Luteum
Korpus luteum berperan penting dalam persiapan endometrium untuk
implantasi. Fungsi utamanya adalah mensekresikan progesteron yang
menginduksi transformasi fase sekresi dari kelenjar endometrium sehingga
implantasi dapat terjadi.
2. Asal Korpus Luteum
Korpus luteum adalah massa jaringan kuning di dalam ovarium yang
dibentuk oleh sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan
ovumnya. Dalam rahim, korpus luteum akan menghasilkan
hormon progesteron yang berguna untuk mengatur siklus menstruasi,
mengembangkan jaringan payudara, menyiapkan rahim pada waktu

iii
kehamilan dan melindungi dari kanker endometrium pada wanita
pasca menopause.

D. Permasalahan Pada Fertilisasi


1. Penyebab Primer Infertilitas Pada Pria Dan Wanita
Infertilitas adalah gangguan kesuburan yang bisa menyebabkan seseorang
sulit hamil. Kondisi ini terbagi menjadi dua, yaitu infertilitas primer dan
infertilitas sekunder.
Infertilitas primer adalah kondisi ketidaksuburan saat seseorang belum
hamil sama sekali. Sementara infertilitas sekunder adalah kondisi
ketidaksuburan seseorang yang sudah pernah melahirkan atau pernah hamil
namun mengalami keguguran.
Penyebab ketidaksuburan wanita dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu
Gangguan lendir serviks ( leher rahim), Gangguan ovulasi, Endometriosis,
Kelainan anatomi. Sedangkan Penyebab kemandulan pada pria yaitu
Infeksi Menular Seksual (IMS), Saluran sperma Tersumbat, Gangguan
ejakulasi, Cairan Mani, Impotensi, Varikokel.

2. Kemungkinan Yang Terjadi Pada Wanita Yang Telah Mengalami Radang


Panggul
Seorang wanita telah mengalami beberapa kali penyakit radang panggul
dan kini ingin memiliki anak, namun ia mengalami kesulitan untuk hamil,
Kemungkinan besar masalahnya adalah infeksi bakteri akibat infeksi
menular seksual. Sebagai bidan yang akan saya lakukan adalah
memberikan konseling kepada pasien tentang perjalanan infeksi serta
dikaitkan dengan kemungkinan infeksi bakteri dan melakukan rujukan ke
RS/ dokter obsgyn agar kondisi dapat segera tertangani.

iv
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA

Soenardirahardjo Bambang Poernomo Buku Ajar Embriologi [Book]. - Surabaya : Pusat


Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP), 2011.

v
1

Anda mungkin juga menyukai