DISUSUN OLEH:
MEUTY SHINTA SYAFIERA
P07124321138
Penulis
A. KORPUS LUTEUM
Korpus luteum adalah massa jaringan kuning di dalam ovarium yang dibentuk oleh
sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan ovumnya. Dalam rahim, korpus luteum
akan menghasilkan hormon progesteron yang berguna untuk mengatur siklus menstruasi,
mengembangkan jaringan payudara, menyiapkan rahim pada waktu kehamilan dan
melindungi dari kanker endometrium pada wanita pasca menopause. Korpus luteum akan
berhenti memproduksi hormon progesteron pada saat ovum tidak dibuahi dan berkembang
menjadi korpus albikan. Pada saat ini, lapisan rahim akan meluruh keluar dari rahim.
1. Peran
Korpus luteum berperan penting dalam persiapan endometrium untuk implantasi.
Fungsi utamanya adalah mensekresikan progesteron yang menginduksi transformasi
fase sekresi dari kelenjar endometrium sehingga implantasi dapat terjadi. Selain itu
korpus luteum juga menyediakan dukungan yang diperlukan pada tahap awal
kehamilan. Korpus luteum merupakan kelenjar endokrin sementara yang berkembang
dari folikel yang mengalami ovulasi, melalui sejumlah perubahan morfologis dan
biokimiawi. Setelah terjadi ovulasi, sel-sel granulosa yang tertinggal akan mengalami
luteinisasi akibat pengaruh luteinizing hormone (LH). Korpus luteum memerlukan
rangsangan dari LH untuk mempertahankan produksi progesteron yang adekuat. Baik
LH maupun HCG dapat mengaktivasi reseptor LH di korpus luteum untuk memulai
sintesis progesteron.
2. Terjadinya Korpus Luteum
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan
folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen
ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu
LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones
yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran rh dipengaruhi oleh mekanisme
umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan
LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung
estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh
LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi.
Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus
luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu
hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka
korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan
pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat
pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
3. Reaksi akrosom
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pelusida dan diinduksi oleh
protein- protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzimenzim yang
diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa
tripsin.
Reaksi tersebut terjadi sebelum sperma masuk ke dalam ovum. Reaksi akrosom
terjadi pada pangkal akrosom, karena pada lisosom anterior kepala sperma terdapat
enzim digesti yang berfungsi penetrasi zona pelucida. Mekanismenya adalah reseptor
pada sperma akan membuat lisosom daninti keluar sehingga akan merusak zona
pelucida. Reaksi tersebut menjadikanakrosom sperma hilang sehingga fusi sperma dan
zona pelucida sukses.
D. Kasus
Seorang wanita telah mengalami beberapa kali penyakit radang panggul dan kini ingin
memiliki anak, namun, ia mengalami kesulitan untuk hamil. Apa kemungkinan besar
masalahnya? Sebagai bidan apa yang akan dianjurkan?
Jawaban:
Kemungkinan besar masalahnya :
Radang panggul adalah kondisi dimana organ reproduksi wanita mengalami
infeksi.Selain disebut sebagai radang panggul, penyakit ini memiliki nama lain, yaitu pelvic
inflammatory disease (PID). Penyakit ini biasanya disebabkan oleh bakteri dari suatu infeksi
menular seksual menyebar dari Miss V kerahim (uterus), tuba falopi atau saluran indung,
serviks atau leher rahim, dan sel telur/ovarium. Penyakit radang panggul disebabkan oleh
bakteri yang ditularkan ketika berhubungan intim dan lebih cepat menyebar ketika wanita
mengalami menstruasi. Sebagian besar radang ini menyerang perempuan dengan usia 15–24
tahun yang sudah aktif secara seksual. Jika tidak segera mendapat penanganan, risiko nyeri
panggul kronis, infertilitas, sulit hamil karena kehamilan etopik dan berkembangnya fetus di
tuba falopi bisa terjadi karena radang panggul.(Julina Br Sembiring, Dalimawaty Kadir,
2021).
Jika tidak segera ditangani, radang panggul dapat menyebabkan beberapa komplikasi
serius. Salah satu komplikasi yang bisa timbul ketika radang panggul terjadi berkepanjangan
adalah infertilitas atau kemandulan. Selain itu, risiko komplikasi lainnya yang juga bisa
terjadi adalah munculnya abses, dan kehamilan ektopik, yaitu kehamilan yang berkembang di
luar rahim,biasanya di dalam tuba falopi (Julina Br Sembiring, Dalimawaty Kadir, 2021).
Sebagai Bidan yang dianjurkan :
Menyampaikan kepada pasien bahwa radang panggul didiagnosa melalui riwayat
kesehatan dan aktivitas seksualnya. Tes yang dilakukan sebagai pendukung utama adalah
pengambilan sampel dari cairan Miss V atau leher rahim untuk mendeteksi infeksi bakteri
dan mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi. Tes penunjang yang dilakukan adalah tes
darah, tes urine, tes kehamilan, dan USG. Jika terdapat indikasi radang panggul, khususnya
setelah berhubungan intim, dokter menyarankan agar kedua pasangan diperiksa untuk
mendeteksi risiko penularan.
Setelah diagnosis ditetapkan, radang panggul diobati dengan pemberian antibiotik
untuk mengobati infeksi bakteri, setidaknya selama 14 hari. Bidan mungkin memberikan obat
pereda sakit jika pengidap merasakan nyeri di area perut atau panggul. Jika radang panggul
disebabkan oleh penggunaan alat kontrasepsi jenis IUD, bidan akan menyarankan alat
tersebut dicabut, terlebih jika gejala tak kunjung membaik setelah beberapa hari pengobatan
dilakukan. Rujuk ke dokter spesialis jika maslah radang panggul di lihat membutuhkan
penanganan lebih lanjut. Prosedur operasi dilakukan oleh dojter jika abses telah muncul pada
organ yang terinfeksi dan terdapat jaringan parut yang menyebabkan nyeri.Oleh karena
penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual, upaya pencegahan yang bisa
dilakukan adalah dengan menerapkan seks aman, yaitu tidak berganti-ganti pasangan seksual
dan menggunakan kondom saat berhubungan intim.
Lakukan pemeriksaan ke bidan jika Anda mengalami gejala-gejala yang telah
disebutkan di atas. Pemeriksaan diperlukan agar kondisi dapat segera ditangani sehingga
mencegah terjadinya komplikasi.Segera periksakan diri ke bidan bila gejala yang Anda alami
tidak kunjung sembuh atau justru semakin parah. Menunda pemeriksaan ke bidan dapat
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi.
Lakukan pemeriksaan ke bidan secara berkala bila Anda memiliki risiko terjadinya
radang panggul, seperti pernah menderita infeksi menular seksual atau sering berganti-ganti
pasangan seksual.
Bila menderita radang panggul, dianjurkan untuk mengajak pasangan turut melakukan
pemeriksaan. Hal ini diperlukan untuk mencegah berulangnya infeksi dan radang
panggul.Sebagai bidan kita menyarankan untuk konsultasi langsung ke dokter kandungan jika
ingin program kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
dr. Ariefandy Pambudi, Sp.OG. 2019. Ini Penyebab Infertilitas pada Wanita. https://rs-
alirsyadsurabaya.co.id/ini-penyebab-infertilitas-pada-wanita/
dr. Kevin Adrian. 2021. Inilah penyebab Infertilitas Pria yang Perlu Diketahui.
https://www.alodokter.com/penyebab-infertilitas-bagi-kaum-pria
Muhammad Jumliadi, Dkk. 2020. Research Gap Dan Model Faktor Yang Mempengarui
Tingkat Fertilitas: Review Literature. Web:
Https://Jurnal.Poltekkespalembang.Ac.Id/Index.Php/Jpp/Article/View/467/258. Diakses
Tanggal 18 Agustus 2021. Pukul 09:24 Wib.X
Villela, lucia maria aversa. Pengantar Asuhan Kehamilan. J. Chem. Inf. Model. 53, 1689–
1699 (2013).