Anda di halaman 1dari 6

1.

LO 1
memperlihatkan organ-organ utama
traktus reproduksi perempuan, meliputi ovarium, tuba fallopi
(juga dinamakan tuba uterina), uterus, dan vagina. Reproduksi
dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium. Pada
pertengahan setiap siklus seksual bulanan, satu ovum dikeluarkan
dari folikel ovarium ke dalam rongga abdomen di dekat
ujung-ujung berfimbria yang terbuka pada kedua tuba fallopi.
Ovum ini kemudian bergerak melewati salah satu tuba fallopi
menuju uterus; jika ovum tersebut sudah dibuahi oleh sperma,
akan tertanam dalam uterus, tempat ovum tersebut berkembang
menjadi fetus, plasenta, dan membran fetus dan akhir nya
menjadi bayi.

2. LO 2 (Guyton)
Spermatogenesis
Peran hormon dalam reproduksi akan dibahas kemudian, tetapi pada saat ini, marilah kita
perhatikan bahwa terdapat beberapa hormon yang berperan penting dalam spermatogenesisi.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Testosteron, yang disekresi oleh sel-sel Leydig yang terletak di interstisium testis (lihat
Gambar 80-2), penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel-sel germinal testis,
yangmerupakan tahap pertama pembentukan sperma.
2. Hormon luteinisasi (luteinizing hormone), yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior,
merangsang sel-sel Leydig untuk menyekresi testosteron.
3. Hormon perangsang-folikel (FSH), yang juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis
anterior, merangsang sel-sel Sertoli; tanpa rangsangan ini, pengubahan spermatid menjadi
sperma (proses spermiogenesis) tidak akan terjadi.
4. Estrogen, dibentuk dari testosteron oleh sel-sel Sertoli ketika sel Sertoli dirangsang oleh
hormon perangsang-folikel, mungkin juga penting untuk spermatogenesis.
5. Growth hormone (dan sebagian besar hormon tubuh lainnya) diperlukan untuk mengatur
latar belakang fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara spesifik meningkatkan
pembelahan awal spermatogonia; bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, seperti pada
dwarfisme hipofisis, spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama sekali sehingga
menyebabkan infertilitas.
Sistem Hormon Perempuan
Sistem hormon perempuan, seperti pada laki-laki, terdiri atas tiga hierarki hormon sebagai
berikut.
1. Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, hormon pelepasgonadotropin (GnRH).
2. Hormon eks hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinisasi
(LH), keduanya disekresi sebagai respons terhadap pelepasan GnRH dari hipotalamus.
3. Hormon-hormon ovarium, estroen Ādan progesteron, yang disekresi oleh ovarium sebagai
respons terhadap kedua
4. hormon seks perempuan dari kelenjar hipofisis anterior.
3. LO 3
4. Lo 4 (Guyton)
"Kapasitasi" Spermatozoa Dibutuhkan untuk Fertilisasi Ovum
Walaupun spermatozoa dianggap menjadi "matang" saat meninggalkan epididimis, aktivitasnya
diatur oleh berbagai faktor penghambat yang disekresi oleh epitel duktus genitalia. Oleh karena
itu, saat pertama kali dikeluarkan di dalam semen, spermatozoa tidak dapat membuahi ovum.
Akan tetapi, sewaktu bersentuhan dengan cairan dari traktus genitalia perempuan, terjadi
berbagai perubahan yang mengaktifkan sperma untuk proses akhir fertilisasi. Kumpulan
perubahan ini disebut kapasitasi spermatozoa. Kapasitasi ini biasanya membutuhkan waktu 1
sampai 10 jam.
Beberapa perubahan yang diyakini terjadi adalah sebagai berikut.
1. Getah uterus dan tuba fallopi mencuci bersih bermacammacam faktor penghambat yang
menekan aktivitas sperma di dalam duktus genitalia laki-laki.
2. Sementara ada dalam cairan duktus genitalia laki-laki, spermatozoa secara terus-menerus
terpapar pada banyak vesikel yang mengapung dari tubulus seminiferus, yang mengandung
sejumlah besar kolesterol. Kolesterol ini terusmenerus ditambahkan ke membran sel yang
menutupi akrosom sperma, yang akan memperkuat membran sel dan mencegah pelepasan
enzim. Setelah ejakulasi, sperma yang terdapat di dalam vagina berenang menjauhi vesikel-
vesikel kolesterol menuju rongga uterus, dan secara berangsur-angsur sperma kehilangan
sebagian besar kelebihan kolesterolnya dalam waktu beberapa jam kemudian. Sementara itu,
membran di bagian kepala sperma (akrosom) menjadi lebih lemah.
3. Membran sperma juga menjadi jauh lebih permeabel terhadap ion kalsium, sehingga
sekarang ion kalsium memasuki sperma dalam jumlah banyak dan mengubah aktivitas flagel,
serta menimbulkan gerakan cambuk yang kuat yang berlawanan dengan gerakan sebelumnya
yang lemah dan bergelombang. Selain itu, ion-ion kalsium menyebabkan
perubahanperubahan di dalam membran sel yang menutupi bagian ujung akrosom, membuat
akrosom dapat melepaskan enzimnya dengan cepat serta mudah saat sperma menembus
massa sel granulosa yang mengelilingi ovum, dan bahkan lebih dari itu, yaitu saat sperma
berusaha untuk menembus zona pelusida ovum.
Jadi, berbagai perubahan terjadi selama proses kapasitasi. Tanpa kapasitasi ini, sperma tidak
dapat masuk ke bagian dalam ovum untuk menimbulkan fertilisasi.

Enzim-Enzim Akrosom, "Reaksi Akrosom," dan Penetrasi Ovum


Enzim hialuronidase dan proteolitik disimpan dalam jumlah besar dalam akrosom sperma.
Hialuronidase mendepolimerisasi polimer-polimer asam hialuronat dalam semen antar-sel yang
mengikat sel granulosa ovarium bersama-sama. Enzim-enzim proteolitik mencerna protein dalam
elemen-elemen struktur sel
jaringan yang masih menempel pada ovum. Saat dikeluarkan dari folikel ovarium ke dalam tuba
fallopi,
ovum masih membawa serta sejumlah lapisan sel granulosa. Sebelum dapat membuahi ovum,
sperma harus melarutkan lapisan sel granulosa tersebut, dan kemudian harus menembus
selubung tebal ovum, yaitu zona pelusida. Untuk itu, enzimenzim yang tersimpan di akrosom
mulai dilepaskan. Diyakini bahwa hialuronidase yang terdapat di antara enzim-enzim ini
terutama penting untuk membuka jalan di antara sel-sel granulosa sehingga sperma dapat
mencapai ovum. Saat sperma mencapai zona pelusida ovum, membran anterior sperma berikatan
secara khusus dengan protein reseptor di zona pelusida. Kemudian, seluruh akrosom dengan
cepat larut dan semua enzim akrosom dilepaskan. Dalam waktu beberapa menit, enzim-enzim
tersebut membuka suatu jalur penetrasi untuk masuknya kepala sperma melewati zona pelusida
ke bagian dalam ovum. Dalam waktu 30 menit selanjutnya, membran sel kepala sperma dan
oosit bersatu satu sama lain untuk membentuk sebuah sel tunggal. Pada saat yang sama, materi
genetik sperma dan oosit bergabung untuk membentuk suatu genom sel yang baru, yang
mengandung kromosom dan gen dengan jumlah yang sama yang berasal dari ibu dan ayah.
Proses ini disebut fertilisasi; kemudian embrio mulai berkembang, seperti yang dijelaskan.

5. LO 5

Bio Problem- Bagaimanakah proses terjadinya bloking polispermi?


Polispermi merupakan suatu peristiwa masuknya multisperma (lebih dari 1 sperma) ke dalam
ovum (Sel telur) ketika fertilisasi terjadi. Terdapat 2 macam polispermi, yaitu:
 Blokade Polispermi Cepat 
         Peritiwa ini terjadi ketika sperma dan ovum bertemu. Pros blokade cepat polispermi
dilakukan dengan mengubah potensial listrik pada membran telur (Ovum). Membran sel telur
tersebut memiliki barier selektif antara sitoplasma dengan lingkungan lua, sehingga hali ini
meyebabkan kadar ion di dalam sel telur berbeda dengan kadar ion di luar sel.. Di dalam sel telur
tersebut terdapat kadar ion Na dan K.  Ion Na memiliki kadar yang relatif rendah sedangkan ion
K memiliki kadar yang tinggi. perbedaan kadar ion ini dikendalikan oleh membran sel yang
berfungsi mencegah masuknya ion Na kedalam sel, dan mencegah lepasnya ion K ke luar sel.
Blokade cepat polispermi ini juga dapat ditahan dengan menurunkan kadar Na di lingkungan luar
sel. Bila suplai ion seodium tidk mencukupi karena potensial membran berubah menjadi positif
maka dapat terjadi Polispermi (Gould.SOmero dkk.1979.Jeffe.1980)

 Blokade Polispermi Lambat


         Pelepasan sperma dilakukan dengan reaksi granula kortikel. Enzim-enzim dari granula
memisahkan lapisan vitalin dari membran plasma dan mukopolisakarida menghasilkan gradien
osmotik, yang menarik air ke dalam ruang perivitalin dan membengkakkan daerah tersebut.
Pembengkakan itu mendorong lapisan vitelin menjauhi membran plasma, dan lapisan lain
mengeraskan daerah tersebut. Ketika voltase yang mengalir di sepanjang membran plasma telah
kembali normal, dan pemblokiran cepat polispermi tidak lagi berfungsi. Akan tetapi
membranfertilisasi itu bersama sama dengan perubahan lain pada permukaan sel telur berfungsi
sebagai pemblokiran lambat terhadap polis. Reaksi ini adalah mekanisme blokade polispermi
secara lambat dan proses ini mulai aktif sekitar 1 menit setelah fusi antara sel  sperma dan sel
telur pertama. Reaksi ini ditemukan hampir di semua spesies mamalia.  (Campbell jilid 2)
6. LO 6
7. LO 7

Anda mungkin juga menyukai