• Fertilisasi atau pembuahan adalah bersatunya sperma (gamet jantan)
dengan ovum (gamet betina) membentuk zigot. • Zigot kemudian berkembang menjadi embrio kemudian lahirlah anak. • Kata fertilisasi berasal dari “fruitful” yang berarti berhasil atau berbuah. Sebab dengan fertilisasilah awal terbentuknya anak (secara seksual). • Akan tetapi ada pada individu seperti rotifer, crustacea, dan insekta, ovumnya dapat berkembang biak tanpa melalui proses fertilisasi yang di kenal dengan proses partenogenesis (secara aseksual). • Pada saat fertilisasi berlangsung sperma dan ovum harus berada dalam keadaan maturasi (pematangan) yang cukup dan sesuai. • Selama proses pendahuluan fertilisasi, pembelahan meiosis berlangsung secara sempurna. Terdapat 2 komponen penting yang berperan dalam proses fertilisasi yaitu; 1.Sperma/spermatozoa yang terdiri atas; kepala, leher dan ekor. 2.Ovum yang terdiri dari; inti, sitoplasma dan membran sel. KAPASITASI SPERMA • Untuk dapat membuahi ovum terlebih dahulu sperma harus mengalami suatu proses yang disebut kapasitasi. • Selama proses kapasitasi berlangsung, glikoprotein bergerak ke permukaan akrosom. • Proses kapasitasi tidak menyebabkan perubahan morfologi (bentuk) sperma, tetapi merangsang sperma menjadi lebih aktif. • Biasanya proses kapasitasi berlangsung didalam uterus atau saluran uterus dan dibantu oleh bahan-bahan yang dihasilkan oleh saluran kelamin betina. • Selama berlangsungnya koitus, sperma dialirkan menuju uretra jantan oleh gerakan otot polos epididimis dan duktus deferens. • Kemudian sperma bercampur dengan sekresi kelenjar vesikula seminalis, prostat dan bulbouretralis. • Kumpulan komponen-komponen ini disebut semen atau cairan seminalis. Didalam semen terdapat ± 100 juta sperma/ml. Pada saat ejakulasi, jumlah semen yang dikeluarkan ke dalam vagina mencapai 3-5 ml. Didalam semen, sperma menjadi motil sedangkan di dalam tubulus seminiferus sperma non motil. Adanya sekresi mukus alkalin dari serviks uteri, sangat membantu sperma mencapai tempat fertilisasi yaitu ampula tuba fallophii. Perjalanan sperma ke tempat fertilisasi juga dibantu oleh hidrolisis mukus serviks dan enzim-enzim protease seminal. Selain itu sampainya sperma ke tempat fertilasasi juga dibantu oleh kontraksi saluran uterus. Sperma dapat bertahan hidup di dalam saluran kelamin betina kurang dari 24 jam. Namun ada juga ditemukan sperma yang masih mampu membuahi ovum setelah 3 hari koitus. PENETRASI SPERMA Penetrasi Korona Radiata Dari 200 sampai 300 juta sperma yang dikeluarkan ke dalam saluran kelamin betina hanya 300 sampai 500 sperma saja yang mencapai tempat fertilisasi. Selanjutnya hanya 1 dari sekian banyak sperma tersebut yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses fertilisasi, sedangkan sperma yang lain membantu merusak lapis (barier) pelindung ovum yaitu korona radiata. Dewasa ini para ahli meyakini bahwa penembusan korona radiata oleh sperma disebabkan oleh adanya interaksi antara sperma dan enzim-enzim mukosa saluran kelamin betina. Selain itu para ahli telah menemukan bahwa ovum juga menghasilkan bahan kimia yang bersifat menarik kedatangan sperma agar mereka berkerumun mengelilingi ovum. Bahan tersebut disebut kemo-atraktan. PENETRASI ZONA PELLUSIDA Lapis kedua ovum yang akan dimasuki sperma adalah zona pellusida. Pada saat berlangsungnya proses penembusan lapisan ini, sperma dibantu oleh pelepasan enzim-enzim dari akrosom. Ketika spermatozoa (tunggal) menyentuh zona pellusida, maka secara cepat spermatozoa melengketkan diri dengan kuat. Permeabilitas zona pellusida, maka secara cepat setelah pemasukan sperma pertama tersebut. Perubahan reaksi zona ini mungkin disebabkan oleh kontak antara kepala sperma dengan permukaan ovum. Sperma lain terlihat melekatkan diri ke dalam zona pellusida, tetapi tampaknya hanya satu mampu melakukan penetrasi ke dalam ovum secara cepat. PENETRASI MEMBRAN SEL Pada saat spermatozoa bersentuhan dengan membran ovum, maka segera terjadi penggabungan 2 membran plasma. Pada manusia, kepala dan memasuki sitoplasma ovum, tetapi membran plasma berada disamping kiri permukaan ovum ketika spermatozoa telah memasuki ovum, maka ia telah menyelesaikan pembelahan pematangan kedua dan kromosomnya telah menjadi 23 (22+X) dan selajutnya membentuk pronukleus betina. Secara bersamaan ooplasma kemudian menyusut dan membentuk ruang perivitellin yang terletak diantara ovum dan zona pellusida. Selanjutnya spermatozoa membengkak lalu membentuk pronukleus jantan. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa baik ovum maupun sperma menghasilkan zat yang saling mempengaruhi satu sama lain, zat tersebut pada ovum disebut ginogamon dan pada sperma disebut androgamon. Ginogamon ada 2 macam yaitu; 1. Ginogamon I : mempercepat jalannya sperma 2. Ginogamon II : melarutkan dinding sel telur supaya dapat mengadakan penetrasi.
Pada umumnya hanya 1 sperma yang dapat masuk ke tempat fertilisasi,
tetapi ada juga terjadi dimana lebih dari satu sperma yang masuk ke dalam sel telur disebut polispermi. Fenomena ini bersifat abnormal dan akan mati, dengan demikian tidak akan membentuk zigot. GAMBAR : PROSES FERTILISASI GAMBAR : PROSES FERTILISASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILISASI 1. Tidak terjadi pematangan gamet. 2. Kurang dihasilkannya hormon pengatur gonat. 3. Kurang dihasikannya hormon-hormon seks 4. Tersumbatnya saluran gamet 5. Kurang berfungsinya fimbriae. 6. Sukar terjadi implantasi. 7. Terdapat adanya protein pembuahan. 8. Kurang dihasilkannya protein pembuahan. 9. Kurang persentase jumlah gamet normal. 10. Banyaknya gamet yang berbentuk abnormal. 11. Kurang berfungsinya kelenjar lendir. PARTENOGENESIS Berasal dari kata “pathenos”=dara dan “genesis”=kejadian, kelahiran yang berarti pertumbuhan embrio tanpa adanya proses pembuahan oleh sperma. Ada 2 macam proses partenogenesis yaitu: oNatural oArtifisial 1.Natural Partenogenesis Natural partenogenesis adalah partenogenesis yang berlangsung secara alami dan normal. Terdapat pada berbagai jenis arthropoda, seperti lebah, semut, tawon,kutu air (Daphia), kutu daun (aphid). Pada lebah dan tawon, telur yang telah dibuahi jantan akan tumbuh menjadi betina, sedangkan yang tidak dibuahi akan tumbuh menjadi jantan. Jantan bersifat fertil, sedangkan betinanya steril. Betina menjadi pekerja dan jantan untuk mengawini ratu terus menerus. Pada kutu daun dan kutu air, untuk membuat puluhan generasi tidak memerlukan jantan. Betina terus menerus bertelur. Kalau sudah menetas lalu anak menjadi dewasa, akan bertelur lagi secara partenogenesis. Baru pada generasi yang kesekian mereka membutuhkan perkawinan dengan jantan. 2. Artifisial Partenogenesis Artifisial partenogenesis adalah partenogenesis yang dilakukan secara tiruan. Ini dilakukan manusia dalam suatu eksperimen. Berbagai jenis hewan dipakai sebagai objek artifisial partenogenesis mulai dari avertebrata sampai mamalia. Metodenya adalah sebagai berikut : - Mengganggu tekanan osmosa cairan lingkungan ovum. - Goncangan atau shock. - Menusuk ovum. Zat yang sering dipakai untuk mengganggu tekanan osmosa lingkungan ovum adalah bebagai jenis garam klorida dari K, Na, Ca, dan Mg. Juga asam organik lemah seperti asam butirat, asam laktat, asam oleat, dan dengan zat pelarut lemak seperti toluen, ether, alkohol, benzene, aceton, urea dan juga bisa dengan sukrosa. Goncangan atau shock ialah berupa shock suhu. Umpamanya dengan menurunkan suhu lingkungan ovum mendadak mencapai 10 oC, atau menaikkannya mendadak sampai 32 oC. Ada juga shock dengan menggunakan aliran listrik. Pada partenogenesis, susunan kromosom sel-sel tubuh embrio dan anak tetap diploid (2n). Hal ini disebabkan karena kromosom telur yang haplodi (n) akan berduplikasi menjadi diploid (2n). GAMBAR : HEWAN YANG MENGALAMI PARTENOGENESIS GAMBAR : DAPHNIA PULEX (WATER FLEA)