Anda di halaman 1dari 19

Fertilisasi

MK. Ilmu Reproduksi Ternak


KELOMPOK 1 (SATU)
Caecaria Septa Wulandana 2114141009

Raihana Nabila 2114141027

Brigita Nur Aulia 2114141031

Sherina Putri Anisha 2114141053

Suci Rahmayuni 2114141057

Rachel Esti Mahendra 2114141059


Fertilisasi
Kehidupan baru dimulai pada waktu
pembuahan atau fertilisasi, yaitu pada
waktu bersatunya dua sel kelamin, sel
telur dan spermatozoa, yang berasal
dari individu yang berlainan jenis dan
merupakan sel-sel yang sangat khusus.
FUNGSI FERTILISASI
Dalam prosesnya, fertilisasi mempunyai dua fungsi utama (Puja et al., 2010), yaitu:
- Fungsi Reproduksi
Pada fungsi ini fertilisasi memungkinkan terjadinya pemindahan unsure-unsur genetik
dari orang tua atau induk. Jika pada proses pembentukan gamet terjadi reduksi unsur
genetik dari diploid menjadi haploid, maka pada proses fertilisasi kemungkinan terjadi
pemulihan kembali unsure genetiknya, sehingga diperoleh individu normal 2n.
- Fungsi Perkembangan
Pada fungsinya dalam perkembangan, fertilisasi menyebabkan rangsangan pada sel telur
untuk menyelesaikan proses meiosis kemudian membentuk pronukleus betina yang akan
melakukan zyngami dengan pronukleus jantan, dan akan membentuk zygot akhirnya
akan berkembang menjadi embryo dan fetus.
PROSES SPERMA MENUJU TEMPAT
FERTILISASI
1. Fertilisasi dalam tubuh jantan
Sperma yang keluar dari tubulus seminiferus akan masuk kedalam vas deferens, yang
kemudian akan bergerak perlahan bahkan bisa memakan waktu berhari-hari. Dari
vas deferens, spermatozoa akan masuk ke ductus epididimis. Di bagian ini
spermatozoa akan mengalami kapasitasi (pematangan) secara fisiologis dan siap
untuk diejakulasikan sewaktu-waktu. Dari ductus epididimis, spermatozoa akan
masuk ke vas defferen. Sperma mampu bergerak karena kerutan otot yang
disebabkan oleh rangsangan yang sangat kuat. Vas deferens pada beberapa jenis
hewan berfungsi sebagai penyimpan mani. Pada vas deferens akan bermuara
vesicula seminalis yang memberikan plasma pada sperma. Dengan rangsangan yang
kuat sperma akan dikeluarkan melalui urethra.
2. Fertilisasi di luar tubuh jantan
Proses ini dapat ditemukan pada hewan-hewan tertentu. Pada avertebrata, pisces,
dan amphibi, mani diejakulasikan di dekat telur yang dikeluarkan oleh betina
secara serentak. Sperma akan bergerak ke dalam media yang dalam hal ini
adalah air, kemudian membuahi sel telur.

3. Fertilisasi dalam tubuh betina


Pada proses fertilisasi ini, sperma disalurkan ke tubuh betina melalui media yang
dimasukkan atau kontak langsung dengan kelamin betina. Spermatozoa harus
mempunyai kemampuan untuk mencapai tempat terjadinya fertilisasi di
bagian ampula dari uterus. Beberapa faktor fisiologis yang berpengaruh
terhadap kecepatan perjalanan spermatozoa adalah volume ejakulat, tempat
deposisi, dan anatomi saluran reproduksi betina.
Fertilisasi merupakan proses yang
melibatkan dua aspek
Aspek embriologik Aspek Genetik

Fertilisasi meliputi pengaktifan


ovum oleh spermatozoa. Tanpa Fertilisasi meliputi
rangsangan fertilisasi, ovum tidak pemasukan faktor-faktor
akan memulai cleavage atau hereditas pejantan ke
pembelahan dan tidak ada ovum.
perkembangan embrionik.
Tempat fertilisasi pada hewan
menyusui ditentukan dengan
melokalisasikan ovum yang dibuahi
di dalam tuba fallopii beberapa jam
setelah ovulasi.
Pada spesies dengan pengangkutan sel telur yang sangat
cepat seperti pada kelinci, pembuhaan terjadi pada daerah
pertemuan ampula dan isthmus.

Sewaktu masuk ke dalam ampula, selubung ovum, zona


pellucida, masih dikelilingi oleh sekelompok sel-sel
granulosa yaitu sel-sel cumulus oophorus. Pada ternak-
ternak mamalia kecuali babi, sel-sel cumulus menghilang
dari ovarium dalam beberapa jam sesudah ovulasi.
Walaupun spermatozoa diletakkan ke dalam
saluran kelamin betina dalam jumlah berjuta-juta,
tetapi yang mencapai tuba fallopii tidak melebihi
1.000.

Beberapa spermatozoa mencapai tempat fertilisasi


dalam waktu yang lebih singkat, kira-kira 15 menit
sesudah perkawinan
Ovum tiba di ampula dalam waktu yang cukup
lama sesudah tibanya spermatozoa untuk
menjamin terlaksananya kapasitasi. Umur ovum
hanya pendek, umumnya kurang dari 24 jam,
demikian pula umur sperma.

Oleh karena itu, waktu terbaik untuk inseminasi


harus benar-benar diperhatikan agar fertilisasi
berhasil.
Contoh

Pada sapi, yang secara normal berovulasi


kira-kira 14 jam sesudah akhir esterus,
angka konsepsi dari inseminasi yang
dilakukan pada waktu ovulasi sangat
rendah, dan waktu terbaik untuk
inseminasi adalah dari 6 – 24 jam sebelum
ovulasi.
Fertilisasi terdiri dari serangkaian langkah yang dimulai
dengan penembusan lapisan sel telur oleh spermatozoa diikuti
oleh masuknya spermatozoa ke dalam sitoplasma mengikat
sel telur dan pengaktifan sel telur.

Transformasi inti spermatozoa dan kromosom haploid


menghasilkan terbentuknya pronukleus jantan dan betina.

Pronukleus saling mendekat dan kromosom memisah ke


dalam masing-masing pronukleus dan berpasangan, langkah
terakhir ini terjadi paling lambat 12 jam setelah spermatozoa
memasuki sel telur.
Untuk masuk ke dalam ovum, spermatozoa
pertama-tama harus menembus

masa cumulus a b zona pellusida

membran vitellina c
Sperma menerobos massa cumulus oophorus dengan
pergerakannya sendiri sambil melarutkan selubung
asam hyaluronik pada masa tersebut dengan enzim
hyaluronidase yang dikandungnya.
Dengan depolimerisasi enzim tersebut akan menetralisasi
asam hyaluron, yaitu bahan perekat yang dapat menyatukan
sel-sel satu sama lain.

Penghapusan materi perekat, menghancurkan corona,


menelanjangi ovum dan mengupas zona.

Bukti-bukti inilah yang menyebabkan adanya pendugaan


bahwa enzim hyaluronidase memegang peranan sangat
penting dalam fertilisasi ovum mamalia
Hambatan berikutnya adalah zona pellusida. Bila spermatozoa
dikatakan bahwa ovum mengeluarkan satu zat yaitu fertilizin yang
akan bereaksi dengan sperma dan terjadilah aglutinasi.

Proses aglutinasi tidak dapat mengimobilizer sperma karena sperma


terus berenang melalui zona pellusida. Pada saat ini acrosoma yang
melonggar sewaktu kapasitas akhirnya menghilang dan mengekspos
perforatorium.

Mungkin aktivitas suatu enzim tertentu berhubungan dengan


perforatorium yang memungkinkan penerobosan zona pellusida.
Fase terakhir penetrasi ovum meliputi pertautan kepala
sperma ke permukaan vittelus. Periode tersebut sangat penting
karena pada saat inilah terjadi aktivasi ovum yang terangsang
oleh pendekatan sperma, ovum terbangkit dari keadaan
tidurnya dan terjadilah perkembangan.

Membran plasma sperma dan ovum pecah dan kemudian


bersatu membentuk selubung bersama.

Sebagai akibatnya, sperma memasuki vittelus. Pada alternatif


lain, plasma sperma dapat pecah. Pada kedua kejadian
tersebut kepala sperma secara telanjang memasuki ovum.
KESIMPULAN
Fertilisasi pada mamalia Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan vivipar (kecuali
Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat internal. Mammalia
jantan mengawini mammalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin
betina (vagina). Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah
uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina. Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas
deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar
prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat hidup sperma. Ovum yang dibuahi sperma akan membentuk
zigot. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Lamanya fertilisasi dari penetrasi sel spermatozoa sampai
waktu pembelahan sel pertama, kemungkinan besar memerlukan waktu tidak lebih dari 24 jam. Lama pembuahan
dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan sejak masuknya sel sperma ke dalam sel telur sampai dimulainya
pembelahan zigot. Pada mammalia, satu sel spermatozoa diperlukan untuk pembuahan, oleh karena itu untuk mencegah
masuknya sel spermatozoa yang lain, sel telur mempunyai dua sistem pertahanan, yaitu zona pellusida dan membran
vitelin. Zona pellusida akan mengalami perubahan akibat melekatnya sel spermatozoa ke dalam membran vitelin.
Perubahan ini mengakibatkan butir-butir korteks (cortical granules) yang terdapat pada membran vitellin dilepaskan ke
arah zona pellusida, sehingga ruang perivitelin makin lama makin meluas dan perluasannya dimulai dari tempat sel
spermatozoa masuk.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai