Anda di halaman 1dari 3

1.

1 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya pratikum ini adalah, sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui macam-macam tanda keberadaan satwa secara tidak
langsung.
2. Untuk mempelajari teknik mengidentifikasi keberadaan satwa liar secara tidak
langsung.

1.2 Manfaat
Mengetahui dan memahami tata cara identifikasi satwa liar secara tidak langsung.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman


hayati tertinggi di dunia, bahkan oleh pakar dunia dikatakan sejajar dengan
negara Brasil di benua Amerika dan Zaire di benua Afrika. Apabila ketiga
negara disatukan maka jumlah keanekaragaman hayatinya lebih dari 50% dari
kekayaan dunia. Keanekaragaman yang ada seperti satwa liar merupakan aset
negara indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan karena merupakan salah
satu mata rantai penting yang saling berkaitan antara ekosistem satu dengan
ekosistem yang lain (Rizal dan Situmeang, 2020).

Satwa adalah segala jenis hewan yang hidup didarat, air, dan di udara yang
masih mempunyai atau mempertahankansifat-sifat liarnya, baik itu yang hidup
di alam bebas maupun yangsudah dipelihara oleh manusia.Menurut PP No. 7
tahun 1999, pengenalan jenis satwa adalah upaya untuk mengenal jenis,
keadaan umum, status, populasi dan tempat hidupnya yang dilakukan di
dalam habitatnya (Asean, 2012).

Diperkirakan 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat
di Indonesia, walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia,
Indonesia nomor satu dalam hal kekayaan mamalia (515 jenis) dan menjadi
habitat dari sekitar 1539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia hidup
di perairan Indonesia. Daftar spesies baru yang ditemukan di Indonesia
itu akan terus bertambah, seiring dengan intensifnya penelitianatau eksplorasi
alam. Namun Indonesia juga dikenal sebagai Negara pemilik daftar panjang
tentang satwa liar yang terancam punah. Saat ini jumlah satwa liar yang
terancam punah adalah 147 jenis mamalia, 114 jenis burung, 28 jenis reptil,
91 jenis ikan dan 28 jenis invertebrata. Faktor utama yang mengancam
punahnya satwa liar tersebut adalah berkurang atau rusaknya habitat mereka
dan perburuan untuk diperdagangkan (Telnoni, 2016).

Jejak satwa merupakan tanda-tanda yang ditinggalkan oleh satwa yang terdiri
dari tapak, kotoran, bekas makan, cakaran, goresan, kubangan dan lain-lain.
Dari setiap jejak tersebut memiliki perbedaan karakteristik dan tingkat
ketelitian dalam identifkasi spesies. Jejak dari tapak kaki pada umumnya
dapat diidentifkasi hingga spesies, namun jejak dari kotoran terkadang lebih
sulit diidentifkasi pada speises yang hamper sama. Berikut adalah aturan
umum dalam identifkasi spesies dari masing-masing tipe jejak (Direktorat
Konservasi, 2018).
Beberapa ciri dari tapak yang harus diperhatikan ketika mengidentifkasi tapak
adalah Jumlah jari : Jumlah jari pada tapak satwa bervariasi antar spesies,
tapak spesies dari kelompok kucing, anjing yang tercetak di tanah memiliki 4
jari baik dari kaki depan dan kaki belakang. Beberapa satwa dari kelompok
rodentia (tikus) memiliki 4 jari untuk kaki depan dan 5 jari untuk kaki
belakang. Untuk melihat jumlah jari harus dilakukan secara hati-hati dan
seksama. Sering kali tapak bertumpuk antara kaki depan dan kaki belakang
sehingga membuat cetakan tapak terlihat aneh. Tapak merupakan jejak yang
tercetak dari bekas kaki satwa yang tercetak di permukaan tanah. Dalam
proses identifkasi spesies dari tapak terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti bentuk pada (bantalan kaki), jumlah jari, cakar dan
ukuran.Terdapat tiga betuk dasar tapak mamalia yaitu: plantigrade, digitigrade
dan unguligrade. Sebagai catatan terdapat spesies yang bentuk tapaknya dapat
berupa plantigrade, digitigrade, dan unguligrade.

a. Plantigrade : Hampir keseluruhan tapak kaki rata di tanah termasuk tumit.


Bentuk tapak ini ditemukan pada manusia, beruang, dan tikus.
b. Digitigrade : Bentuk tapak yang bertumpu pada jari, sedangkan bagian
tumit jarang menyentuh tanah. Jejak ini terlihat pada berbagai spesies kucing
dan anjing.
c. Unguligrade : Bentuk tapak yang bertumpu pada kuku. Bentuk jejak ini
ditemukan pada spesies babi hutan, rusa, dan lain-lain.
(Putra, dkk,2012).
Satwa liar adalah binatang yang hidup di dalam ekosistem alam. Sedangkan
menurut UU No. 5 tahun 1990 tentang KSDAHE, satwa liar adalah semua
binatang yang hidup di darat dan atau di air dan atau di udara yang masih
mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara
oleh manusia Satwa liar merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke
dalam golongan yang dapat diperbaharui. Jumlah satwa liar pada habitatnya di
alam bebas (hutan), merupakan salah satu bentuk kekayaan dan
keanekaragaman sumber daya alam hayati, karena itu perlu dilakukan
perlindungan dan pelestarian alam. Untuk dapat melakukan perlindungan dan
pelestarian perlu diketahui jumlah dan sebarannya pada habitat satwa liar
(Arief, dkk. 2015).

Anda mungkin juga menyukai