Oleh:
RIKA. M
NIM. 60300121085
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara geografis Indonesia membentang dari 6o LU sampai 11o LS dan 92o
sampai 142o BT, merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar di dunia, yang
wilayahnya terdiri dari daratan dan perairan. Berdasarkan data dari Badan Informasi
Geospasial, Indonesia memiliki wilayah daratan seluas 1.905 juta km2, dan wilayah
perairan sekitar 3.257 juta km2, sehingga total wilayah di Indonesia sekitar 5.180 juta
km2. Melalui Deklarasi Djuanda, pada tanggal 13 Desember 1957, Indonesia
menyatakan diri kepada dunia sebagai Negara kepulauan dan bahwa laut Indonesia
(Laut sekitar dan diantara serta di dalam kepulauan Indonesia) menjadi satu kesatuan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut telah diakui dunia
internasional melalui konvensi hukum laut PBB yang ketiga, United National
Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982), yang kemudian diratifikasi
oleh Indonesia dengan Undang-Undang No.17 Tahun 1985.
Indonesia memiliki luas daratan yang tidak kalah luasnya dengan daratan.
Tahun 2017, luas daratan Indonesia sekitar 1.916.862,20 km2, dan mencakup 34
provinsi (BPS-Statistik Indonesia, 2019). Luas tersebut 3,2 kali Negara terluas eropa
selatan (Yunani), 4,3 kali luas Negara terluas di eropa Utara (Swedia), dan 4 kali luas
Negara eropa Barat (Prancis). Sesuai dengan letak geografisnya I ndonesia memiliki
tingkat keanekaragaman spesies yang tidak diragukan lagi. Menurut Setiawan (2022)
Indonesia memiliki 31.750 jenis tumbuhan yang telah ditemukan dan 25.000
diantaranya merupakan tumbuhan berbunga (LIPI, 2021). Sejalan dengan
keanekaragaman flora, Indonesia juga memiliki keanekaragaman fauna yang tinggi.
Indonesia memiliki 115 spesies mamalia, 1.500 spesies spesies burung, 600 spesies
reptile, dan 270 spesies Amphibi (LIPI, 2021). Indonesia merupakan salah satu
Negara yang menjadi pusat konsentrasi keanekaragaman hayati di dunia. Salah satu
1
2
famili faktor pertumbuhan yang secara khusus menargetkan sel endotel dengan
melonggarkan sambungan antara sel endotel untuk memulai angiogenesis dan
memungkinkan sel endotel bermigrasi dan menginvasi daerah yang berdekatan
dengan kanker.
Selain itu, tokek bergaris juga dijadikan sebagai hewan peliharaan
dikarenakan spesies ini tidak seagresif spesies tokek lainnya, sehingga dapat
dijadikan hewan peliharaan yang baik bagi kolektor tokek yang kurang
berpengalaman. Masyarakat lokal seperti halnya masyarakat Suku Tobelo yang
mendiami hutan Taman Nasional Aketajawe Lolobata pun memanfaatkan spesies ini
untuk dikonsumsi (Kurniawan, 2014). Maraknya pemanfaatan tokek rumah (Gekko
gecko) yang telah berlangsung cukup lama telah meningkatkan kategori spesies
tersebut menjadi Appendiks II berdasarkan CITES (Convention on International
Trades in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) pada tahun 2019. Status ini
memiliki pengertian bahwa tokek saat ini belum terancam kepunahan, tetapi mungkin
terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya regulasi
perdagangan. Dalam konteks CITES, perdagangan satwa dan tumbuhan liar harus
memenuhi asas legal, traceability, serta non-detriment finding (tidak merusak
populasi di alam) (CITES, 2019).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan praktikum unit 4 untuk
mengetahui struktur morfologi dan anatomi serta fisiologis pada organisme yang
tergolong Reptilia.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengamati struktur morfologi,
anatomi dan morfometrik dari spesies yang tergolong kelas Reptilia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ٌ ٌ ُْ َ َ َ َ ٰ ََْ
١٠٧ ۖفالقى عص ُاه ف ِاذا ِه َي ثع َبان ُّم ِب ْين
Terjemahnya:
Maka, dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia (tongkat itu) menjadi
ular besar yang nyata (Kementrian Agama RI, 2019).
Menurut Tafsir Al-Misbah maka Musa pun segera dilemparkan tongkat yang
ada di tangan kanannya kehadapan Fir’aun dan kaumnya. Tiba-tiba tongkat itu
menjadi ular yang merayap dengan cepat kesana kemari, yang menunjukkan bahwa
ular itu memang benar-benar hidup (Shihab, 2019).
Berdasarkan ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah swt telah menciptakan
beranekaragam hewan yang salah satunya adalah Reptil. Dari ayat tersebut juga
menjelaskan bahwa Allah Swt menciptakan berbagai macam makhluk hidup mulai
dari beraneka ragam bentuk, warna, cara berjalan bahkan peranan makhluk hidup di
dalam lingkungannya. Dari ayat diatas kita dapat menyimpulkan bahwanya setiap
makhluk hidup memiliki cara berjalan yang berbeda-beda, ada yang berjalan dengan
perur, dua kaki bahkan empat kaki. Salah satu contoh dari hewan yang berjalan
dengan 4 kaki (Tetrapoda) adalah jenis Reptil.
4
B. Tinjauan Umum tentang Reptil
Reptil berasal dari kata “Reptum” artinya melata. Jadi kelompok reptil
merupakan hewan yang melata. Reptilia merupakan hewan vertebrata berdarah dingin
(Poikilothermic) yang dapat menyesuaikan suhu tubuh dengan lingkungan sekitarnya.
Reptilia tidak dapat mengatur suhu internal layaknya hewan mamalia yang berdarah
panas (Homoiothermic) sehingga mereka bergantung pada lingkungan sekitar untuk
dapat mengatur suhu tubuh mereka. Berjemur di bawah sinar matahari merupakan
upaya reptilia dalam menghangatkan diri dan meningkatkan metabolisme tubuh,
sedangkan untuk mendinginkan suhu tubuh, reptilia biasanya berpindah ke tempat
yang teduh atau berpindah ke kawasan perairan. Tubuh reptilia tertutup oleh sisik
yang tesusun oleh keratin dan berbentuk rata maupun berduri. Fungsi sisik dari tubuh
reptilia adalah untuk mengatur sirkulasi air yang memungkinkan agar reptilia
terhindar dari ancaman dehidrasi saat jauh dari wilayah perairan (McDiarmid
dkk.,2012). Reptilia tidak memiliki telinga eksternal dan rambut maupun bulu. Pada
umumnya reptilia merupakan hewan karnivora. Jenis kura-kura dan beberapa jenis
kadal seperti iguana merupakan herbivora, sedangkan chameleon merupakan jenis
reptil pemakan serangga atau insektivora. Sistem reproduksi reptilia adalah ovipar
dan sebagian ovivipar, contoh pada jenis ular boa (Boa constrictor) yang merupakan
salah satu jenis ular dengan reproduksi ovivipar
Terdapat beberapa ordo dan sub ordo dari kelas reptilia yang tersebar di
seluruh dunia kecuali daerah kutub. Indonesia memiliki tiga dari keempat ordo
tersebut yaitu Ordo Testudinata, Crocodylia dan Squamata. Sedangkan Tuarata
merupakan reptil primitif yang terdiri dari satu jenis dan hanya terdapat di Selandia
Baru. Reptil merupakan salah satu fauna penyusun ekosistem dan merupakan bagian
keanekaragaman hayati yang menghuni habitat perairan, daratan hingga arboreal
(Yani et al., 2015).
Reptil adalah salah satu satwa yang memiliki daya tari yang cukup menarik
atau atraktif (Subeno, 2018). Belum banyaknya penelitian yang dilakukan mengenai
reptil dikarenakan kelompok hewan ini memiliki beberapa jenis yang sulit ditemukan
5
6
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu pertama-tama disiapkan alat
dan bahan berupa spesies dari Amphibi. Kemudian diletakkan di atas papan seksi dan
diamati bagian morfologinya, kemudian dilanjutkan pengamatan anatomi. Gecko
gecko diletakkan di atas papan seksi dalam keadaan ventral lalu dibentangkan kedua
tungkai depan dan belakang. Selanjutnya difiksasi dengan jarum pentul pada bagian
tungkai depan dan belakang. Kemudian kulit Gecko gecko dijepit menggunakan
pinset di bagian pertengahan perut lalu digunting hingga membentuk sobekan.
Sobekan tersebut digunting hingga ke arah kerongkongan Gecko gecko lalu fiksasi
menggunakan jarum pentul. Selanjutnya selaput Gecko gecko di jepit pada bagian
tengah dan digunting hingga ke arah kerongkongan lalu fiksasi menggunakan jarum
7
8
pentul. Setelah itu diamati struktur anatominya lalu dicatat dan digambar di lembar
laporan sementara.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1) Tokek (Gecko gecko)
a. Morfologi
9
10
b. Anatomi
c. Sistem Pencernaan
Keterangan:
1. Kerongkongan (Esophagus)
2. Lambung (Ventrikulus)
3. Usus kecil (Interstinum minor)
4. Usus besar (Intestinum major)
5. Kloaka (Cloaca)
d. Sistem Pernapasan
e. Sistem Reproduksi
Keterangan:
1. Testis
2. Vas deferens
3. Kloaka (Cloaca)
f. Sistem Ekskresi
B. Pembahasan
Reptil merupakan hewan vertebrata berdarah dingin (ektotermal) yang
bernafas dengan paru-paru, hal itulah yang menyebabkan reptil sering dijumpai
berjemur di tempat-tempat yang terkena sinar matahari. Sebagian besar reptil
memiliki kulit bersisik yang tidak saling terpisah, dengan warna kulit beragam dan
menyerupai lingkungannya hingga berwarna khas. Semua reptil tidak memiliki
telinga eksternal. Salah satu jenis spesies yang tergolong dalam kelas Reptil adalah
tokek (Gecko gecko). Adapun morfologi dan anatomi serta sistem fisiologi dari
spesies tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tokek (Gecko gecko)
a. Morfologi
Adapun morfologi dari tokek (Gecko gecko) yaitu terdiri dari Mulut (Oris)
13
b. Anatomi
Adapun anatomi dari tokek (Gecko gecko) yaitu terdiri dari kerongkongan
(Esophagus), lambung (Ventrikulus), usus (Interstinum), jantung (Cor), paru-paru
(Pulmo), hati (Hepar), ginjal (Ren), pankreas (Pancreas), testis, dan kantong empedu
(Corpusvesika). Kerongkongan (Esophagus) merupakan saluran yang
menghubungkan ke lambung (Ventrikulus), lambung pada tokek dibedakan menjadi
dua yaitu sebagai tempat makanan dari kerongkongan dan tempat keluarnya makanan
menuju usus (Intestinum). Fungsi lambung juga sebagai pemecah makanan hingga
menjadi partikel-partikel dan terjadi pencernaan secara kimiawi. Usus halus
menerima makanan dari lambung melanjutkan pencernaan secara kimiawi. Usus
tokek terbagi menjadi daerah pencernaan dan daerah penyerapan. Sebagian besar
proses pencernaan berlangsung dalam usus halus. Kloaka merupakan lubang posterior
yang berfungsi sebagai satu-satunya lubang untuk saluran pencernaan, urin dan
genital. Ginjal (Ren) sebagai alat penyaring akan mengeluarkan zat sisa seperti
garam-garam mineral dan cairan darah (Kurniawan, 2014).
c. Fisiologi
Pada anatomi tokek (Gecko gecko) memiliki beberapa sistem fisiologis yang
mempunyai peran dan fungsinya masing-masing bagi tubuh tokek. Beberapa sistem
fisiologis yang terdapat pada tokek (Gecko gecko) terdiri dari:
1. Sistem Digesti (Pencernaan)
Adapun sistem pencernaan pada tokek (Gecko gecko) yaitu terdiri atas mulut
(Oris), esofagus (Esophagus), lambung (Ventrikulus), ginjal (Ren), hati (Hepar),
pankreas (Pancreas), usus (Intestine), rectum (Rectum) dan kloaka (Cloaca). Proses
pencernaan tokek dimulai makanan masuk ke mulut, kemudian dari mulut akan
melewati pharynx kemudian menuju ke esofagus (Esophagus), dimana esofagus
(Esophagus) adalah saluran yang menghubungkan antara mulut (Oris) dan lambung
(Ventrikulus). Selanjutnya menuju ke lambung, dimana lambung merupakan organ
yang berperan dalam pengelohan makanan dan terjadi pencernaan secara kimiawi
yang dibantu oleh enzim. Dari lambung (Ventrikulus) makanan dibawah masuk
15
kedalam usus (Intestine) yang merupakan lanjutan dari lambung berfungsi sebagai
tempat penyerapan makanan, selanjutnya menuju ke kloaka sebagai saluran akhir dari
sistem pencernaan (Ningsih, 2018)
2. Sistem Respirasi (Pernapasan)
Adapun sistem respirasi pada tokek (Gecko gecko) yaitu terdiri dari lubang
hidung (Nostril), trakea (Tracea), bronkus, paru-paru kiri (Pulmo sinistra) dan kanan
(Pulmo dextra) serta Alveolus. Secara umum tokek (Gecko gecko) bernapas dengan
menggunakan paru-paru, dibantu oleh lapisan kulit luar disekitar kloaka. Pada
umumnya udara luar yang masuk akan melalui hidung, trakea, bronkus dan akhirnya
ke paru-paru. Lubang hidung terdapat di ujung kepala. Udara keluar dan masuk ke
dalam paru-paru karena gerakan tulang rusuk. Dinding laring dibentuk oleh tulang.
Trakea dan bronkus berbentuk panjang dan dibentuk oleh cincin-cincin tulang rawan.
Tempat percabangan trakea menjadi bronkus disebut bifurkatio trakea. Bronkus
masuk ke dalam paru-paru dan tidak bercabang-cabang lagi. Laringnya terletak di
ujung anterior trakea, dinding laring ini disokong oleh kartilago cricoidea dan
kartilago anytonoidea, kearah posterior trakea mambentuk percabangan menjadi
bronkus kanan dan bronkus kiri, yang masing-masing menuju pulmo kanan dan
pulmo kiri. Mekanisme pernapasan pada tokek (Gecko-gecko) yaitu dimulai ketika
udara masuk melalui hidung kemudian masuk ke bronkus melewati trakea dan
selanjutnya ke alveolus, dan terjadi pertukaran zat antara oksigen dan karbon dioksida
(Pariyati, 2020).
3. Sistem Reproduksi
Adapun sistem reproduksi dari tokek (Gecko gecko) yaitu sistem reproduksi
kataka jantan terdiri atas testis , vas deferens, vesika seminalis dan corpus adiposum.
tokek jantan mempunyai sepasang testis yang bentuknya oval warnanya putih
kemerah-merahan yang berada di dalam kloakanya, terletak disebelah atas ginjal.
Testis terdapat saluran yang disebut vas deferens yang bermuara di kloaka.
Sedangkan sistem reproduksi katak betina terdiri dari ovarium yang mengalir melalui
oviduk. Oviduk merupakan saluran yang menjulur kebagian anterior rongga tubuh
16
menuju bagian posterior tepatnya pada kloaka.oviduk mempunyai sel kelenjar yang
menyeskresikan lapisan lunak di sekitar sel telur, dsn pada bagian posteriornya
melebar untuk penamungan telur sementara (Primiani, 2021).
4. Sistem Ekskresi (Pengeluaran)
Adapun sistem ekskresi pada tokek (Gecko gecko) yaitu: terdiri dari tiga
macam yaitu ginjal (Ren), paru-paru (Pulmo) dan kulit (Dermis). Paru-paru dan kulit
digunakan oleh reptil sebagai sarana sistem pernapasan. Hasil ekskresi pada reptile
berupa asam urat. Tokek hanya menggunakan sedikit air untuk membilas sampah
nitrogen dalam darahnyakarena sebagian besar sisa metabolisme diekskresikan dalam
bentuk asam urat yang tidak beracun (Primiani, 2021).
d. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tokek (Gecko gecko) yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Classis : Reptilia
Ordo : Squamata
Familia : Gekkonidae
Genus : Gecko
Species : Gecko gecko (Eprilurahman, 2012).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan setelah dilakukan praktikum ini yaitu ditemukan jenis
spesies yaitu tokek (Gecko gecko) yang memiliki ukuran tubuh yang lebih besar
daripada cecak. Panjang total mencapai (30 cm), hampir setengahnya adalah panjang
ekornya. Warna dasar tubuhnya abu-abu kecokelatan dan terkadang kehijauan,
dengan kulit perut berwarna lebih muda . morfologi dari tokek (Gecko gecko) yaitu
terdiri dari Mulut (Oris) Lubang hidung (Nostril), Mata (Oculis), Telinga, Kepala,
Jari-jari (Digiti), Ekstremitas posterior, Ekor (Caudal), Betis (Tibia), Bantalan perekat
(Scencor), Sisik, Badan, dan Eksteremitas depan. Tokek juga mempunyai organ
anatomi yang terdiri dari kerongkongan (Esophagus), lambung (Ventrikulus), usus
(Interstinum), jantung (Cor), paru-paru (Pulmo), hati (Hepar), ginjal (Ren), pankreas
(Pancreas), testis, dan kantong empedu (Corpusvesika). Spesies yang ditemukan
termasuk dalam ordo Squamata yang termasuk kelas Reptilia.
B. Saran
Adapun saran dari saya adalah sebelum para praktikan melakukan kegiatan
praktikum, alangkah baiknya membaca dan memahami penuntun praktikum agar
lebih mudah mengetahui prosedur kerja dan tujuan praktikum serta alat dan bahan
yang akan dipraktikumkan dalam setiap unit. Lakukan secara seksama dan
konsentrasi dalam menjalani praktikum dengan ikhlas. Selain itu, pada saat kegiatan
praktikum berlangsung agar kiranya para praktikan lebih aktif dan mematuhi aturan
dalam kegiatan praktikum.
17
KEPUSTAKAAN
Amanda, F., Riyanto, A., Mumtazah, F.D. “ Dua Kelompok Besar Spesies Gekko di
Indonesia Berdasarkan Spesimen Meseum Zoologicum Bogoriense Puslit
Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)”. Jurnal Pendidikan
Biologi Undiksha 8 no. 2 (2021): 70-82.
CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora). 2019. Appendices I, II, and III valid from 26 November 2019.
[Internet]. Tersedia pada: cites.org/eng/app/appendices.php. Diakses pada 25
Januari 2020.
DeVoe, Ryan S. (2015). Lacertilia (Lizards, Skinks, Geckos) and Amphisbaenids
(Worm Lizards).
Eprilurahman, R. “Cicak dan Tokek di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Fauna
Indonesia 11 no. 2 (2012): h. 23-27.
GBIF Backbone Taxonomy. (2019). Gekko monarchus (Schlegel, 1836). [Internet].
Tersedia pada: gbif.org/species/2447303. Diakses pada 29 Februari 2020.
Kementrian Agama Republik Indonesia. Tafsir dan Terjemahan Al-Qur’an
Departemen Agama. Jakarta: Departemen Agama RI, 2019.
Kurniati, Hellen. (2017). Laboratorium Herpetologi Museum Zoologicum Bogoriense
Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Kurniati. H,. Phadmachanty. R,. “Macro and Micro Anatomy of Tokay Gecko’s
Reproductive Organs and Growth of Exterbal Body in Support on
Reproduction Activies (Squamata: Gekkonidae: Gekko gecko)”. Jurnal
Veteriner. 22 No. 3 (2021): p. 429-441.
Kurniawan, Heru. “Cerita Ekspedisi Surili KPH Himakova di Tanah Halmahera
Taman Nasional Akatajawe Lolobata”. Warta Herpetofauna Media Publikasi
dan Infrormasi Dunia Reptil dan Amfibi. 7 No 3 (2014): p. 12-15.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2021). Letak Geografis Indonesia.
Ningsih, Irian Murni. Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Jakarta: PT. Mediantara
Semesta, 2018.
Pariyanti, Rahmi, Antarsyah, D. “Keanekaragaman Jenis Reptilia di Kecamatan
Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan”. Jurnal Simbiosa. 9 no. 2 (2020): 90-
96.
Primiani, N, C. Keragaman Katak Dan Reptil Lokal. Universitas PGRI Madiun:
UNIPMA Press, 2021.
18
19
Rosler H., Ivan Ineich, Thomas M. Wilms. dan Wolfgang Bohme. “Studies on
Taxonomy of the Gekko vittatus Houttuyn, 1782 Complex (Squamata:
Gekkonidae) I. On the Variability of G. vittatus Houttuyn sensu lato, with the
Description of A New Species from Palau Islands, Micronesia”. Bonn
Zoological Bulletin. 61 No 2 (2012): p. 241-254.
Setiawan.A. “Keanekaragaman Hayati Di Indonesia: Masalah Dan Upaya
Konservasinya”. Indonesian Journal of Conservation. 11 No. 1 (2022): h. 13-
21.
Shahrudin, Shahriza. ”Notes on Gekko smithii Gray, 1842 (Reptilia: Gekkonidae)
from Sungai, Kedah, Malaysia”. Herpetology Notes. 6 No. 1 (2013): p. 83-84
Shihab M.Q. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2019.
Yunizarrakha, E.M., Supramono, Soendjoto, A.M. “Reptil (Filum Squamata dan
Chelonia) di Desa Malintang, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar,
Indonesia: Studi Pendahuluan”. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan
Lahan Basah 3 no. 1 (2018): 224-226.