Anda di halaman 1dari 21

ACC

LAPORAN LAPANGAN
BIOSISTEMATIKA
AVERTEBRATA

MODUL I ANNELIDA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III

SRI UTAMI G40120004


LELA RESTI G40120009
MUH. IHSAN APRIANSYAH G40120013
SUMARNI ABD. MAJID G40120018
MUAFIA ASTUTI JAMAL G40120024
SALMA G40120034
SYAHRU RAMADHAN G40120036
NENI KARLINA G40120038
VEBI NADILA G40120045
SINDY CLAUDIA G40120056

DESA MATAUE
KECAMATAN KULAWI KABUPATEN SIGI
SULAWESI TENGAH

NOVEMBER, 2021
BAB I

PENDAHULUA

1.1 Latar Belakang

Desa Mataue merupakan salah satu dari 69 desa di kawasan Taman Nasional
Lore Lindu (TNLL) yang masih menjalankan tradisi Suku Kulawi. Desa ini
termasuk dalam wilayah Kecamatan Kulawi Kab. Sigi Sulawesi Tengah
terletak pada ketinggian 800 hingga 1.500 m.dpl. Suku Kulawi di Desa
Mataue merupakan salah satu suku bangsa Indonesia, dan adat istiadatnya
masih sangat terjaga hingga saat ini (Balai Besar TNLL., 2013).

Invertebrata adalah kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang.


Invertebrata membentuk 95% dari spesies hewan yang diketahui. Invertebrata
mendiami hampir setiap habitat di bumi, mulai dari air mendidih yang
dikeluarkan oleh mata air hidrotermal di laut dalam hingga daratan berbatu
dan es di Antartika. Mereka sangat bervariasi, menghasilkan variasi bentuk
yang luar biasa, dari spesies yang hanya terdiri dari sel-sel berlapis ganda yang
pipih hingga spesies lain dengan kelenjar pemintal sutra, pemintal, lusinan
kaki cakar, atau yang setara dengan tutup hisap (Nurma, 2021).

Dalam bahasa Prancis, Anelida berasal dari kata“anneles”berarti dikelilingi


orang, sedangkan dalam bahasa Latin yaitu“anellus”yang artinya cincin
kecil. Anelida juga sering disebut cacing gelang, karena tubuhnya bersegmen-
segmen seperti gelang (Wiwik, 2010). Terdapat sekitar 15.000 spesies filum
Annelida, yang panjangnya berkisar antara kurang dari 1 mm sampai 3 m pada
cacing tanah Australia. Anggota filum Annelida hidup di laut, sebagian besar
habitat air tawar dan tanah lembab. Kita dapat menjelaskan anatomi filum
Annelida menggunakan anggota filum yang terkenal, yaitu cacing tanah.
Selom cacing tanah terpartisi oleh septa, tetapi saluran pencernaan, pembuluh
darah longitudinal, dan tali saraf menembus septa itu dan memanjang di
sekujur tubuh hewan itu (pembuluh utama memiliki cabang bersegmen)
(Campbell, 2003).

Filum Annelida atau cacing beruas terdiri dari tiga kelas yaitu, kelas
Oligochaeta atau kelompok cacing tanah; 2. kelas Hirudinea atau kelompok
lintah; dan 3. kelas Polychaeta. Kelas Oligochaeta dan Hirudinea ini hidup di
darat dan air tawar, sedangkan kelas Polychaeta terutama hidup di laut.
Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya
yang bersegmen. Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit.
Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya
(Barnes,1982).

Cacing tanah merupakan kelompok hewan dari kelas annelid Oligochaeta


yang ciri-ciri tubuhnya menunjukkan cincin annelid (Edwards dan Lofty,
1977).

Cacing tanah memiliki lebih sedikit seta, dengan prostomium di ujung anterior
dan klitoris (di belakang prostomium). Criterum adalah daerah penebalan
segmental yang terjadi pada daerah tertentu ketika cacing menjadi dewasa
(Stephenson, 1930).

Epidemi cacing tanah sangat meluas di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.


Genus Archipheretima menempati seluruh wilayah Kalimantan dan pulau-
pulau Filipina. Beberapa genus Metaferetima terdapat di pulau Papua dan
Lombok, dan genus Polyferetima terdapat di seluruh Sulawesi dan Kalimantan
di Sumatera bagian tengah. Genus Planapheretima terdapat di wilayah tengah
dan selatan Kalimantan dan Sulawesi (Easton, 1979).

Contoh spesies dari Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.
Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah, karena tidak memiliki tulang
belakang (invertebrata). Tubuh hewan ini terdiri dari cincin-cincin atau
segmen-segmen. Cacing tanah dikelompokkan dalam ordo Oligochaeta.
Oligochaeta dalam bahasa yunani yaitu oligo yang artinya sedikit, chaetae
artinya rambut kaku, maka Oligochaeta merupakan annelida berambut sedikit.
Oligochaeta terdiri atas dua sub ordo yakni Archioligochaeta memiliki jumlah
seta tidak sama setiap segmen, saluran jantan membuka pada satu segmen
eksterior. Sub ordo Neooligochaeta (seta lumbricin atau perichaetin, lubang
jantan tidak teratur pada segmen belakang saluran). Jenis cacing tanah antara
lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia
(Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia
(Digaster longmani) (Satheeshkumar, 2011).

Berdasarkan uraian diatas yang melatarbelakangi laporan praktikum ini adalah


untuk mengetahui karakteristik anggota filum Annelida kelas Oligochaeta
yang penting dalam proses identifikasi serta belajar mengidentifikasi
menggunakan kunci determinasi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mengenal karakteristik anggota filum


Annelida kelas Oligochaeta yang penting dalam proses identifikasi serta
belajar mengidentifikasi menggunakan kunci determinasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hewan-hewan annelida mempunyai sistem digesti, saraf, ekskresi, dan reproduksi


yang majemuk. Sistem-sistem tersebut biasanya bersifat metameric baik
seluruhnya atau sebagian. Sistem perototan biasanya diatur segmental. Sebagian
besar annelida mempunyai sistem pembuluh yang di dalamnya terdapat darah
yang bersikulasi. Hewan-hewan itu bersifat diesius atau hermafrodit. Walaupun
pada beberapa jenis terjadi reproduksi aseksul. Kebanyakan annelida
menghasilkan larva yang bersilia disebut larva trokofor (Pelczar, 2008).

Tubuh cacing terdapat 5 pembuluh darah besar, yang berperan sebagai jantung,
menghubungkan pembuluh darah ventral dan pembuluh darah dorsal yang
memberikan akses ke seluruh tubuh. (Prawasti dan Hidayat, 1992).

Saluran pencernaan makanan (saluran pencernaan) cacing tanah sudah lengkap


dan sudah terpisah dari cardiovaskular. Saluran pencernaan ini terdiri dari mulut,
pharink, esophagus, proventriculus, ventriculus, intestin, dan anus. Mulut cacing
tanah terletak di dalam rongga oris atau rongga buccale. Faring terdapat di dalam
sigmen, bersifat muscular dan berguna untuk menghisap partikel - partikel
makanan. Esophagus terletak di ujung faring memanjang. Proventriculus
merupakan bagian ujung esophagus yang membesar, dan di bagian ini makanan di
simpan, dinding proventriculus tipis (Kastawi, 2001).

Sistem saraf (sistem nervosum) cacing tanah, terletak di sebelah dorsal faring di
dalam segmen yang ke 3 dan terdiri atas: ganglion cerebrale, yang tersusun atas 2
kelompok sel- sel saraf dengan comissura, berkas saraf ventralis dengn cabang -
cabangnya. Ganglion cerebrale terletak di sebelah dorsal faing, di dalam segmen
ke tiga. Dari tiap kelompok sel-sel tersebut terdapat: saraf-saraf yang
menginnervasi daerah mulut dan berpangkal pada ujung anterior tiap kelompok
sel-sel tersebut, cabang saraf yang menuju ke ventral dan melingkari faring. Saraf
ini disebut comissura circum pharyngeale, yang berhubungan dengan berkas saraf
ventralis (Kastawi, 2001).

Annelida merupakan hewan yang berkembang biak secara seksual, pada cacing
proses penyatuan kedua gamet (fertilisasi) dilakukan di dalam tubuh (internal) dan
ada pula yang terjadi di luar tubuh (eksternal). Beberapa annelida ada yang
mempunyai dua alat kelamin dalam satu tubuh (hemaprodit) dan adaa pula yang
berkelamin terpisah. Cacing tanah bersifat hemafrodit dan fertilisasi secara
internal, di mana suatu organisme cacing melakukan pembuahan dengan cacing
lainnya di mana sperma cacing lain akan masuk ke dalam klitellum, dan
kemudian tiap-tiap cacing akan menghasilkan telur yang akan didorong ke
segmen untuk dibuahi. Setelah fertilisasi terjadi maka telur akan dilindungi oleh
lendir yang disebut kokos. Lalu kokon akan dilepaskan dan menjadi individu
cacing yang baru (Wiwik, 2010).

Distribusi cacing tanah sangat luas di seluruh dunia. Akan tetapi, didaerah gurun,
kutub, pegunungan dan daerah dengan sedikit tanah dan vegetasi, cacing tanah
jarang ditemukan. Beberapa spesises cacing tanah yang terdidstribusi secara luas
dikenal dengan istilah perigrin. Cacing tanah yang tersebar di seluruh dunia
berjumlah sekitar 1.800 spesies. Cacing tanah yang terdapat di Indonesia
tergolong ke dalam famili Enchytraeidae, Glassocolicidae, Lumbricidae,
Moniligastridae, Megascolicidae. Genus yang pernah ditemukan ialah
Enchytraeus, Fridericia, Drawida, Dichogaster, Eudichaster, Pontoscolex,
Pheretima, Megascolex, Perionyx dan Allolobophora. Meskipun memiliki sebaran
yang luas di permukaan bumi ini, cacing tanah dikenal cukup sensitif terhadap
beberapa kondisi lingkungan tertentu, seperti kondisi tanah yang terlalu basah atau
terlalu kering, terlalu panas atau terlalu dingin dan terlalu asam (Yulipriyanto,
2010).

Penyebaran cacing tanah secara aktif dapat dilihat dari adanya cacing tanah yang
hidup diberbagai lapisan tanah, baik di atas permukaan tanah (epigeic), di bawah
permukaan tanah (aneciq), maupun cacing tanah yang bergerak dari dalam tanah
ke permukaan tanah (endogeic). Adanya perubahan musim dapat menyebabkan
terjadinya migrasi cacing tanah secara masal. Cacing tanah akan pindah ke
dataran rendah pada musim dingin dan ke dataran tinggi pada musim hujan. Hal
ini merupakan cara cacing tanah untuk bertahan dalam menghadapi perubahan
musim, meskipun beberapa cacing tanah dapat mengalami kematian akibat
sengatan sinar matahari dan predator (Yulipriyanto, 2010).

Habitat cacing tanah hidup di tanah yang mengandung kelembapan yang cukup
karena ia menggunakan dinding badan yang lembap untuk pertukaran gas.
Namun, jika air hujan memenuhi lubang tanahnya, cacing tersebut akan bergerak
ke permukaan dan terus tinggal di atas hingga air terus ke bawah dan tidak
langsung dalam lubang dan tanah di sekeliling cacing tersebut (Sylvia, 1985).

Habitat cacing ini pada tanah yang lembap dan air. Ada yang hidup bebas dan ada
juga yang hidup sebagai parasit. Annelida, anggota filum Annelida, adalah
kelompok cacing dengan sekitar 18.000 spesies, termasuk cacing tanah yang biasa
kita kenal. Annelida memiliki catatan fosil yang membentang dari zaman
Kambrium, dan dibedakan dari organisme lain yang disebut “cacing” dengan
adanya rongga tubuh (coelom) dan segmentasi sejati, yang keduanya memberikan
keuntungan evolusi (Kastawi, 2001).

Pada habitatnya, cacing tanah menempati bagian-bagian permukaan tanah yang


didominasi dengan bahan organik hingga kedalaman tanah tertentu yang
didominasi dengan sedikit bahan organik. Cacing tanah yang terdapat di tanah
memiliki jenis yang berbeda sehingga distribusi cacing tanah dapat berupa
distribusi horizontal, vertikal maupun temporal. Distribusi horizontal merupakan
faktor-faktor di dalam tanah yang mempengaruhi distribusi cacing tanah seperti
physico-chemical (suhu, kelembaban, pH, aerasi dan temperatur), ketersediaan
makanan (seresah dan bahan organik), serta potensi reproduksi dan kemampuan
migrasi. Faktor-faktor ini saling terkait satu sama lainnya. Selain itu, senyawa-
senyawa dari hasil dekomposisi bahan organik tanah dan jenis tanah dapat
mempengaruhi distribusi cacing tanah secara horizontal. Distribusi vertikal
merupakan penyebaran cacing tanah yang dipengaruhi oleh kondisi habitat dan
ketersediaan makanan. Distribusi temporal merupakan penyebaran cacing tanah
yang dipengaruhi oleh musim (Yulipriyanto, 2010).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan ini dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2021 bertempat di


Desa Mataue Kec. Kulawi Kab. Sigi Sulawesi Tengah.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah toples sosis 10 buah, botol
specimen 10 buah, pacul/sekop, box alat besar, drawing pen, GPS (Global
positioning system), mistar 30 cm, meteran, dan kotak sampel. Bahan yang
digunakan adalah isolasi bening dan hitam, kertas kalkir, alkohol 96%,
formalin 2% dan 4%, buku lapangan dan label gantung, tisu, spidol
permanent, benang katen, dan handskun.

3.3 Prosedur Kerja

Pengambilan sampel menggunakan metode purposive random sampling


dengan pertimbangan tertentu seperti melihat kotoran cacing tanah (casting),
habitat yang basah atau lembab dan ditutupi tajuk atau kanopi pohon.
Pengambilan sampel dilakukan pada sore hari (pukul 14.00-17.00). Setelah
itu, pengambilan gambar specimen dilakukan specimen di preservasi dengan
formalin tujuannya agar dapat dibedakan antara specimen hidup dan setelah di
preservasi. Sampel yang didapatkan disortir terlebih dahulu, hal tersebut
disebabkan karena pengambilan sampel yang terjadi secara kasar, sehingga
sebagian sampel terkadang tidak utuh/rusak. Maka dari itu perlu dilakukannya
sortir sampel. Sortir sampel dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan
sampel yang utuh dan rusak. Langkah terakhir yaitu pengawetan
(preservation), cacing tanah yang telah dikoleksi dimasukkan ke dalam botol
sampel dengan pengawetan bertingkat yaitu formalin 2% (sekitar 30 menit
hingga 1 jam sampai cacing tanah tidak aktif bergerak), formalin 4% untuk
fiksasi 12 jam, kemudian formalin 4% bau untuk pengawetan yang lebih lama
dalam mempelajari morfologinya.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Table 1. Habitat cacing tanah

Kode Tanggal Koordinat Permukaan Tekstur Tumbuhan


Elevasi Serasa
Sampel Koleksi S E Tanah Tanah Sekitar
01 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon coklat
02 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon coklat
03 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon kelapa
04 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon kelapa
05 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon coklat
06 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon coklat
07 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon kelapa
08 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon coklat
09 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon kelapa
010 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon coklat
011 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon coklat
012 26-10-2021 1º22’37.0” 119º55’41.1” 661 Lembab Berpasir Tidak Pohon kelapa

Table 2. Morfologi cacing tanah

Warna Ukuran Perilaku


No. Kode Sampel
Dorsal Ventral Klitellum Panjang Diameter Aktif Pasif
1. 01 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 27 cm 0,4 cm 
2. 02 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 16 cm 0,5 cm 
3. 03 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 30 cm 0,6 cm 
4. 04 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 18 cm 0,5 cm 
5. 05 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 32 cm 0,5 cm 
6. 06 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 30 cm 0,5 cm 
7. 07 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 27 cm 0,5 cm 
8. 08 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 14 cm 0,5 cm 
9. 09 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 27 cm 0,4 cm 
10. 010 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 30,1 cm 0,5 cm 
11. 011 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 30 cm 0,4 cm 
12. 012 Merah muda pucat Coklat kehitaman Merah muda 6,5 cm 0,3 cm 
4.2 Pembahasan

Pada sampel cacing 01 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon coklat, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 27 cm dan berdiameter 0,4 cm serta bergerak secara aktif,
pada tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas
(Dorsal) berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing
(Ventral) berwarna coklat kehitaman.

Pada sampel cacing 02 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon coklat, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 16 cm dan berdiameter 0,5 cm serta bergerak pasif, pada
tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas (Dorsal)
berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing (Ventral)
berwarna coklat kehitaman.

Pada sampel cacing 03 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon kelapa, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 30 cm dan berdiameter 0,6 cm serta bergerak secara aktif,
pada tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas
(Dorsal) berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing
(Ventral) berwarna coklat kehitaman.

Pada sampel cacing 04 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon kelapa, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 18 cm dan berdiameter 0,5 cm serta bergerak pasif, pada
tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas (Dorsal)
berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing (Ventral)
berwarna coklat kehitaman.

Pada sampel cacing 05 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon coklat, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 32 cm dan berdiameter 0,5 cm serta bergerak secara aktif,
pada tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas
(Dorsal) berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing
(Ventral) berwarna coklat kehitaman.

Pada sampel cacing 06 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon coklat, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 30 cm dan berdiameter 0,5 cm serta bergerak secara aktif,
pada tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas
(Dorsal) berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing
(Ventral) berwarna coklat kehitaman.

Pada sampel cacing 07 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon coklat, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 27 cm dan berdiameter 0,5 cm serta bergerak secara aktif,
pada tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas
(Dorsal) berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing
(Ventral) berwarna coklat kehitaman.

Pada sampel cacing 08 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon kelapa, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 14 cm dan berdiameter 0,5 cm serta bergerak pasif, pada
tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas (Dorsal)
berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing (Ventral)
berwarna coklat kehitaman.

Pada sampel cacing 09 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon kelapa, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 27 cm dan berdiameter 0,4 cm serta bergerak secara aktif,
pada tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas
(Dorsal) berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing
(Ventral) berwarna coklat kehitaman.

Pada sampel cacing 10 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon coklat, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 30,1 cm dan berdiameter 0,5 cm serta bergerak secara aktif,
pada tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas
(Dorsal) berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing
(Ventral) berwarna coklat kehitaman.

Pada sampel cacing 011 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,


119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon coklat, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 30 cm dan berdiameter 0,4 cm serta bergerak secara aktif,
pada tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas
(Dorsal) berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing
(Ventral) berwarna coklat kehitaman.
Pada sampel cacing 012 memiliki titik koordinat yaitu 1º22’37.0”S,
119º55’41.1”E dengan elevasi 661M. Ditemukan pada permukaan tanah yang
lembab dengan tekstur tanah yang berpasir, ditempat pengambilan sampel
terdapat pohon kelapa, dan keadaan sekitar yang bersih dari dedaunan. Cacing
memiliki panjang 6,5 cm dan berdiameter 0,3 cm serta bergerak pasif, pada
tubuh cacing klitellum berwarna merah muda, dan tubuh bagian atas (Dorsal)
berwarna merah muda pucat sedangkan tubuh bagian bawah cacing (Ventral)
berwarna coklat kehitaman.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum lapangan yang telah dilakukan dapat diambil


kesimpulan bahwa annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling
sederhana. Filum annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti cacing
tanah. Pada hasil sampel yang didapatkan, memiliki ukuran tubuh dan perilaku
yang berbeda-beda karena spesimen yang tersebut berada pada tempat yang
berbeda-beda, adapun persamaan pada cacing yang ditemukan yaitu berupa
titik koordinat, elevasi, permukaan tanah, tekstur tanah, serta warna dorsal,
ventral dan klitellum, karena specimen yang diambil berada dalam satu
ekosistem yang sama.

5.2 Saran

Sebaiknya para praktikan harus lebih berkonsentrasi dan fokus dalam


pengambilan sampel agar sampel yang diambil tidak terjadi kerurasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar TNLL, 2013. Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu Wil. I Saluki
Resort Mataue. Palu.

Barnes, R.D. 1982. Invertebrate Zoology. Holt-Saunders International Editions.


Tokyo, Japan : 1089 pp.

Campbell, N.A. (2003). Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta : Erlangga

Easton, E.G. 1979. A revision of the 'acaecate' earthworms of the Pheretima


Group (Megascolecidae: Oligochaeta): Archipheretima, Metapheretima,
Planapheretima, Pleionogaster and Polypheretima. London.

Edwards, C.A. and Lofty, J.R. 1977. Biology of earthworms, second ed. Chapman
and Hall Ltd., London. P:1-71

Kastawi, Yusuf. (2001). Zoologi Invertebrata. Malang : Jicaimstep.

Nurma, Y. (2021). Modul Taksonomi Invertebrata (Doctoral Dissertation,


Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung).

Pelczar, Jr Michael J. (2008). Dasar Dasar Mikrobiologi. Univeritas Indonesia


Jakarta.

Satheeshkumar, P, dkk. (2011). Annelida, Oligochaeta, Megascoleadae,


Pontodrilus Litoralis (Grupe, 1985): First Record From Pondicherry
Mangroves, Southeast Coast Of India. International Journal Of Zoological
Research. Vol. 7, No. 6: 406-409.

Stephenson, JM.BD.Sc. 1930. The Oligochaeta. Inggris: Oxford at the Clarendon


Press.

Sylvia S. Mader. (1985). Biologi Evolusi, Keanekaragaman dan Lingkungan Edisi


ke 2. Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur, hal. 108.

Yulipriyanto, Hieronymus. (2010). Biologi tanah dan strategi pengelolaannya.


Graha Ilmu.

Wiwik, E. M. (2010). Mengenal Hewan Invertebrata. Bekasi: Mitra Utama.


LAMPIRAN

Gambar 1.1 Pengambilan Sampel Gambar 1.2 Pengambilan Sampel Gambar 1.3 Pengambilan Sampel
Cacing Cacing Cacing

Gambar 2.1 Pengukuran Sampel Gambar 2.2 Pengukuran Sampel Gambar 3.1 Sampel Cacing

Gambar 4.1 Pemberian Formalin Gambar 4.2 Pemberian Formalin Gambar 4.3 Pemberian Formalin
2% Pada Sampel 2% Pada Sampel 4% Pada Sampel
Gambar 4.4 Pemberian Formalin Gambar 4.5 Pemberian Formalin Gambar 4.6 Pemberian Formalin
4% Pada Sampel 4% Pada Sampel 4% Pada Sampel
LEMBAR ASISTENSI

KELOMPOK : III (TIGA)


ASISTEN : TRY STAR GABRIEL

NO. Hari/Tanggal Koreksi Paraf

1. 03 November 2021 Perbaiki lagi

2. 04 November 2021 AC

3. 09 November 2021 ACC

Anda mungkin juga menyukai