LAPORAN LAPANGAN
BIOSISTEMATIKA
AVERTEBRATA
MODUL I ANNELIDA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
DESA MATAUE
KECAMATAN KULAWI KABUPATEN SIGI
SULAWESI TENGAH
NOVEMBER, 2021
BAB I
PENDAHULUA
Desa Mataue merupakan salah satu dari 69 desa di kawasan Taman Nasional
Lore Lindu (TNLL) yang masih menjalankan tradisi Suku Kulawi. Desa ini
termasuk dalam wilayah Kecamatan Kulawi Kab. Sigi Sulawesi Tengah
terletak pada ketinggian 800 hingga 1.500 m.dpl. Suku Kulawi di Desa
Mataue merupakan salah satu suku bangsa Indonesia, dan adat istiadatnya
masih sangat terjaga hingga saat ini (Balai Besar TNLL., 2013).
Filum Annelida atau cacing beruas terdiri dari tiga kelas yaitu, kelas
Oligochaeta atau kelompok cacing tanah; 2. kelas Hirudinea atau kelompok
lintah; dan 3. kelas Polychaeta. Kelas Oligochaeta dan Hirudinea ini hidup di
darat dan air tawar, sedangkan kelas Polychaeta terutama hidup di laut.
Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya
yang bersegmen. Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit.
Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya
(Barnes,1982).
Cacing tanah memiliki lebih sedikit seta, dengan prostomium di ujung anterior
dan klitoris (di belakang prostomium). Criterum adalah daerah penebalan
segmental yang terjadi pada daerah tertentu ketika cacing menjadi dewasa
(Stephenson, 1930).
Contoh spesies dari Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.
Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah, karena tidak memiliki tulang
belakang (invertebrata). Tubuh hewan ini terdiri dari cincin-cincin atau
segmen-segmen. Cacing tanah dikelompokkan dalam ordo Oligochaeta.
Oligochaeta dalam bahasa yunani yaitu oligo yang artinya sedikit, chaetae
artinya rambut kaku, maka Oligochaeta merupakan annelida berambut sedikit.
Oligochaeta terdiri atas dua sub ordo yakni Archioligochaeta memiliki jumlah
seta tidak sama setiap segmen, saluran jantan membuka pada satu segmen
eksterior. Sub ordo Neooligochaeta (seta lumbricin atau perichaetin, lubang
jantan tidak teratur pada segmen belakang saluran). Jenis cacing tanah antara
lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia
(Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia
(Digaster longmani) (Satheeshkumar, 2011).
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Tubuh cacing terdapat 5 pembuluh darah besar, yang berperan sebagai jantung,
menghubungkan pembuluh darah ventral dan pembuluh darah dorsal yang
memberikan akses ke seluruh tubuh. (Prawasti dan Hidayat, 1992).
Sistem saraf (sistem nervosum) cacing tanah, terletak di sebelah dorsal faring di
dalam segmen yang ke 3 dan terdiri atas: ganglion cerebrale, yang tersusun atas 2
kelompok sel- sel saraf dengan comissura, berkas saraf ventralis dengn cabang -
cabangnya. Ganglion cerebrale terletak di sebelah dorsal faing, di dalam segmen
ke tiga. Dari tiap kelompok sel-sel tersebut terdapat: saraf-saraf yang
menginnervasi daerah mulut dan berpangkal pada ujung anterior tiap kelompok
sel-sel tersebut, cabang saraf yang menuju ke ventral dan melingkari faring. Saraf
ini disebut comissura circum pharyngeale, yang berhubungan dengan berkas saraf
ventralis (Kastawi, 2001).
Annelida merupakan hewan yang berkembang biak secara seksual, pada cacing
proses penyatuan kedua gamet (fertilisasi) dilakukan di dalam tubuh (internal) dan
ada pula yang terjadi di luar tubuh (eksternal). Beberapa annelida ada yang
mempunyai dua alat kelamin dalam satu tubuh (hemaprodit) dan adaa pula yang
berkelamin terpisah. Cacing tanah bersifat hemafrodit dan fertilisasi secara
internal, di mana suatu organisme cacing melakukan pembuahan dengan cacing
lainnya di mana sperma cacing lain akan masuk ke dalam klitellum, dan
kemudian tiap-tiap cacing akan menghasilkan telur yang akan didorong ke
segmen untuk dibuahi. Setelah fertilisasi terjadi maka telur akan dilindungi oleh
lendir yang disebut kokos. Lalu kokon akan dilepaskan dan menjadi individu
cacing yang baru (Wiwik, 2010).
Distribusi cacing tanah sangat luas di seluruh dunia. Akan tetapi, didaerah gurun,
kutub, pegunungan dan daerah dengan sedikit tanah dan vegetasi, cacing tanah
jarang ditemukan. Beberapa spesises cacing tanah yang terdidstribusi secara luas
dikenal dengan istilah perigrin. Cacing tanah yang tersebar di seluruh dunia
berjumlah sekitar 1.800 spesies. Cacing tanah yang terdapat di Indonesia
tergolong ke dalam famili Enchytraeidae, Glassocolicidae, Lumbricidae,
Moniligastridae, Megascolicidae. Genus yang pernah ditemukan ialah
Enchytraeus, Fridericia, Drawida, Dichogaster, Eudichaster, Pontoscolex,
Pheretima, Megascolex, Perionyx dan Allolobophora. Meskipun memiliki sebaran
yang luas di permukaan bumi ini, cacing tanah dikenal cukup sensitif terhadap
beberapa kondisi lingkungan tertentu, seperti kondisi tanah yang terlalu basah atau
terlalu kering, terlalu panas atau terlalu dingin dan terlalu asam (Yulipriyanto,
2010).
Penyebaran cacing tanah secara aktif dapat dilihat dari adanya cacing tanah yang
hidup diberbagai lapisan tanah, baik di atas permukaan tanah (epigeic), di bawah
permukaan tanah (aneciq), maupun cacing tanah yang bergerak dari dalam tanah
ke permukaan tanah (endogeic). Adanya perubahan musim dapat menyebabkan
terjadinya migrasi cacing tanah secara masal. Cacing tanah akan pindah ke
dataran rendah pada musim dingin dan ke dataran tinggi pada musim hujan. Hal
ini merupakan cara cacing tanah untuk bertahan dalam menghadapi perubahan
musim, meskipun beberapa cacing tanah dapat mengalami kematian akibat
sengatan sinar matahari dan predator (Yulipriyanto, 2010).
Habitat cacing tanah hidup di tanah yang mengandung kelembapan yang cukup
karena ia menggunakan dinding badan yang lembap untuk pertukaran gas.
Namun, jika air hujan memenuhi lubang tanahnya, cacing tersebut akan bergerak
ke permukaan dan terus tinggal di atas hingga air terus ke bawah dan tidak
langsung dalam lubang dan tanah di sekeliling cacing tersebut (Sylvia, 1985).
Habitat cacing ini pada tanah yang lembap dan air. Ada yang hidup bebas dan ada
juga yang hidup sebagai parasit. Annelida, anggota filum Annelida, adalah
kelompok cacing dengan sekitar 18.000 spesies, termasuk cacing tanah yang biasa
kita kenal. Annelida memiliki catatan fosil yang membentang dari zaman
Kambrium, dan dibedakan dari organisme lain yang disebut “cacing” dengan
adanya rongga tubuh (coelom) dan segmentasi sejati, yang keduanya memberikan
keuntungan evolusi (Kastawi, 2001).
METODE PRAKTIKUM
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Balai Besar TNLL, 2013. Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu Wil. I Saluki
Resort Mataue. Palu.
Campbell, N.A. (2003). Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta : Erlangga
Edwards, C.A. and Lofty, J.R. 1977. Biology of earthworms, second ed. Chapman
and Hall Ltd., London. P:1-71
Gambar 1.1 Pengambilan Sampel Gambar 1.2 Pengambilan Sampel Gambar 1.3 Pengambilan Sampel
Cacing Cacing Cacing
Gambar 2.1 Pengukuran Sampel Gambar 2.2 Pengukuran Sampel Gambar 3.1 Sampel Cacing
Gambar 4.1 Pemberian Formalin Gambar 4.2 Pemberian Formalin Gambar 4.3 Pemberian Formalin
2% Pada Sampel 2% Pada Sampel 4% Pada Sampel
Gambar 4.4 Pemberian Formalin Gambar 4.5 Pemberian Formalin Gambar 4.6 Pemberian Formalin
4% Pada Sampel 4% Pada Sampel 4% Pada Sampel
LEMBAR ASISTENSI
2. 04 November 2021 AC