Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Informasi reptil


Indonesia memiliki jenis Reptil yang berbeda pada setiap wilayah dengan

total 511 jenis dan 150 yang endemik (Santosa ,2017). Penelitian reptil pertama kali

dilakukan oleh Roiij dikutip dalam (Putra et al., 2017), yang mendeskripsikan 267

jenis kadal. Selanjutnya Penelitian lain di wilayah Indonesia yang telah dilakukan

peneliti di antaranya, Iskandar dikutip dalam Rosadi et al., (2017) menemukan 407

jenis kadal dari sembilan Familli di Sumatera, Jawa, Borneo, Nusa Tenggara,

Sulawesi, Maluku, dan New Guinea.

Reptil merupakan kelompok hewan ectothermic, yaitu hewan yang suhu

tubuhnya sangat tergantung pada suhu lingkungan di sekitarnya menurut Ario

dikutip dalam (Rahman dkk, 2017). Indonesia merupakan salah satu dari tujuh

negara mega biodiversitas yang dikenal sebagai pusat konsentrasi keanekaragaman

hayati dunia (Santosa et al., 2008). Beragam jenis satwa yang ada merupakan salah

satu kekayaan alam tersendiri bagi negara Indonesia. Akan tetapi sifat manusia yang

merusak hutan semakin lama semakin merugikan, sehingga perlu perhatian lebih

terhadap satwa yang ada di habitat aslinya menurut Maulana dikutip dalam (Putra

et al., 2017). Pengetahuan mengenai reptil dan perhatian terhadap reptil di Indonesia

masih kurang. Hal ini terlihat dari belum banyaknya informasi dan penelitian di

Indonesia yang khusus mengkaji reptil menurut Yusuf dikutip dalam (Putra et al.,

2017).

5
Gambar 2.1 Reptil (Kusrini, n.d.)

(Sumber : Buku Amfibi dan Reptil Sumatra Selatan)

2.1.1 Morfologi Reptil

Morfologi Reptilia meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor,

angggota tubuh berukuran pendek dengan sejumlah jari yang pada bagian ujungnya

dilengkapi cakar dan begitupun ada juga sebagaian sub ordo yang lain yang tidak

memiliki jari. Mulutnya yang panjang dilengkapi dengan gigi. Buaya mialnya di

dekat ujung moncong terdapat dua lubang hidung. Mata berukuran besar dan

terletak lateral, dengan kelopak atas dan bawah, serta membrane nictatin transparan

yang dapat bergerak di bawah kelopak mata, telinga berukuran kecil terletak

dibelakang mata. Anus terletak longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang. Di

sekujur tubuh reptile terdapat sisik yang menutupi seluruh tubuh yang memiliki

fungsi untuk melindungi diri dari kekeringan.

6
Reptil yaitu suatu komponen penting sebagai jaring makanan disebagian

ekosistem. Hal ini berperan penting baik sebagai pemangsa predator yang ada.

Spesies herbivora juga bisa menjadi penyebar biji yang penting, terutama pada

habitat pulau. Penghapusan spesies dari ekosistem yang drastis dapat mengubah

populasi organisme lain, tetapi mereka yang memiliki peran yang sangat

berpengaruh dalam suatu ekosistem dikenal sebagai spesies kunci. Predator

puncak, seperti buaya, sering sebagai jenis kunci, meskipun mereka juga

berkontribusi pada rantai makanan sebagai mangsa saat mereka masih muda.

Beberapa spesies dianggap penting untuk cara mereka memodifikasi habitat

mereka.

Satwa reptil terdiri dari 48 famili, sekitar 905 genus dengan 6,547 spesies

menurut Halliday dikutip dalam (Kurniawan, 2019). Jumlah ini terus berubah

seiring dengan berkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan jenis-jenis baru.

Indonesia sebagian besar memiliki beberapa ordo, yaitu Ordo Squamata,

Crocodylia dan Testudinata. Tuatara (Ordo Rhynchocephalia) merupakan reptil

primitif yang memiliki 1 jenis dan hanya terdapat di Selandia Baru menurut

Srinivasan dikutip dalam (Jimi, 2020).

Reptil berbeda dengan Amfibi yang tidak bersisik, seluruh Reptil

merupakan hewan bersisik dan telurnya mempunyai cangkang (Calcareous)

menurut Mistar dikutip dalam (Pradana, 2013) .Warna kulit pada Reptil beragam

dari warna yang menyerupai lingkungannya sampai warna yang membuat Reptil

mudah terlihat. Terdapat perbedaan ukuran dan bentuk maupun warna tubuh antara

Reptil jantan dan betina dan sebagian Reptil tidak tergantung pada air sehingga

7
dapat bebas beraktifitas di daratan. Reptil terbagi dalam 4 ordo yaitu ordo

Rhyncocephalia (Tuatara), Crocodylia (Buaya), Testudinata (Kura-kura dan

penyu), Squamata (Ular dan kadal).

Kadal memiliki dua bagian rahang yang terbagi sama rata dengan ukuran

pembukaan mulut yang terbatas, lidah pada kadal juga berkembang dengan baik.

membran timpani biasanya terlihat jelas dan kelopak mata yang dapat digerakkan

serta dapat melepaskan ekornya sendiri (autotomi) dan meregenerasinya. Kadal

memiliki beragam bentuk, ukuran dan warna. Sebagian besar memiliki empat

kaki, walaupun terdapat beberapa jenis yang tidak berkaki. Ukuran Snout-Vent

Length (SVL) kadal berkisar dari 1,5 - 145 cm, tetapi sebagian besar berkisar

antara 6-20 cm, seperti pada jenis Mabouya multifasciata. Ular

adalah hewan dengan bentuk tubuh memanjang, tidak memiliki kaki dan tulang

dada, memiliki lidah panjang, bercabang, dan dapat dijulurkan. Tubuh ular

dilindungi oleh sisik seperti pada tubuh kadal, tetapi tulang tengkorak pada ular

berbeda dari kadal. Ular memiliki ikatan antar tulang rahang dan tulang cranial yang

longgar sehingga dapat memisah. Dua bagian tulang rahang bawah tidak menyatu

tetapi dihubungkan oleh ligament, hal ini yang menjadikan ular dapat melebarkan

mulutnya dan menelan benda yang lebih besar dari ukuran tubuhnya menurut Goin

dalam (Pradana, 2013).

2.1.2 Persebaran Reptil

Persebaran reptil yang terdapat di Indonesia berasal dari ordo Squamata,

Testudinata dan Crocodylia. Sebagian besar reptil yang sering ditemukan jenis ordo

Squamata yaitu jenis jenis kadal dan ular. Pola persebaran reptil di Indonesia

8
dipengaruhi oleh letak geografis dan pengaruh persebaran fauna dari benua

Australia dan Asia. Kelebihan reptil dalam beradaptasi sangat baik sehingga reptil

dapat dijumpai dihabitat seperti rawa, hutan hujan, sungan dan laut. Indonesia yang

merupakan negara kepulauan memiliki endemisitas fauna disetiap pulaunya, untuk

jenis reptil tingkat endemisitas tertinggi berada di Papua dengan tingkat endemisitas

53,6 % (Schulz, 1996).

2.2 Informasi Amfibi


Amfibi terbagi dalam 3 (tiga) ordo yaitu Urodela (Salamander),

Gymnophiona (Sesilia) dan Anura (katak dan kodok). Ordo Urodela (Salamander)

merupakan kelompok Amfibi yang berekor. Ordo ini mempunyai ciri bentuk

tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki

tympanium. Urodela memiliki 3 sub ordo dan 9 famili dengan terdapat kurang

lebih 400 jenis di seluruh dunia, tetapi tidak terdapat anggota jenis yang

ditemukan di indonesia. Daerah persebaran terdekat adalah Vietnam, Laos dan

Thailand. Ordo Gymnophiona atau dikenal dengan nama Sesilia, terdiri dari 34

genus dan 5 (lima) famili, terdapat 163 jenis atau 3,5 % dari seluruh jenis Amfibi.

Jenis ini sulit dijumpai karena hidup di sungai-sungai kecil maupun besar, pada

perkembangannya saat stadium larva terdapat sirip pada bagian ekor dan

kemudian akan mereduksi setelah dewasa kemudian hidup dalam liang-liang

tanah menurut Mistar kutipan dalam (Hariani, 2013). Satwa ini dianggap langka,

empat dari tujuh suku dikenal secara luas, hanya salah satunya, yaitu Ichtyophiidae,

yang telah tercatat di Asia Tenggara menurut Iskandar dalam kutipan (Pradana,

2013).

9
Kata amfibi berasal dari amphi ganda dan bios hidup , artinya bahwa amfibi

merupakan hewan yang dapat hidup didua alam yaitu air dan darat. Tubuh amfibi

memiliki suhu yang tergantung lingkungan atau ectotern (Rahman et al., 2017).

Iklim, vegetasi dan topografi tanah sangat mempengaruhi keberadaan amfibi, dalam

areal luas ataupun sempit selalu berhubungan dan membentuk komunitas biotik

menurut Kurniawan dalam kutipan (Amiliyatul Hidayah, 2018). Amfibi memiliki

ciri ciri kulit yang licin, berkelenjar dan tidak bersisik. Sebagaian besar

menggunkan jari untuk bergerak.

Sebagian besar orang mengenali katak dan kodok sebagai amfibi, namun

sebenarnya amfibi terbagi dalam 3 Ordo, yaitu Caudata (salamander), Anura (katak

dan kodok) dan Gymnophiona (amfibi tak berkaki) menurut zug dalam kutipan (DS

Yudha, R Eprilurahman, 2015) . Amfibi adalah vertebrata yang memiliki dua fase

kehidupan pada dua lingkungan yang berbeda. Ketika menetas hidup di air dan

bernafas dengan insang, kemudian saat dewasa hidup di darat dan bernafas dengan

paru-paru menurut Pough dalam kutipan (DS Yudha, R Eprilurahman, 2015).

Ordo Anura (katak dan kodok), merupakan Amfibi yang terbesar dan

sangat beragam, terdiri lebih dari 4.100 jenis katak dan kodok. Katak dan kodok

berbeda dari ciri katak yang memiliki kulit tipis dan halus, tubuh ramping, kaki

yang lebih kurus dan panjang. Ciri-ciri katak memiliki tubuh yang lebih gemuk

dan pendek dengan kulit kasar dan tertutup bintil-bintil. Katak sendiri memiliki

warna katak bervariasi, dari Coklat, merah dan hijau, hitam, oranye, kuning dan

10 putih. Ukuran SVL (Snout Vent Length) Anura berkisar dari 1-35 cm, tetapi

kebanyakan berkisar antara 2-12 cm. Morfologi katak berbeda tergantung pada

10
habitatnya. Katak pohon seperti famili Rhacophoridae memiliki piringan (discs)

pada ujung jarinya untuk membantu dalam memanjat. Katak akuatik atau semi-

akuatik seperti famili Ranidae memiliki selaput diantara jari-jarinya untuk

membantu dalam berenang. Katak terestrial tidak memiliki selaput ataupun

piringan, tetapi cenderung memiliiki warna yang menyerupai serasah atau

lingkungan sekelilingnya, seperti pada genus Bufonidae dan genus Megophrys

menurut Kusrini dalam kutipan (Pradana, 2013).

Gambar 2.2 Amfibi (Kusrini, n.d.)

(Sumber :Buku Amfibi dan Reptil Sumatra Selatan)

2.2.1 Morfologi Amfibi

Amfibi secara fisik mengembangkan dua pasang tungkai sebagai alat gerak,

memiliki kulit dengan permukaan lembab, dari yang licin sampai yang kasar dan

bergranula. Ciri khas klas ini adalah tidak adanya kuku dan sisik. Seluruh ordo

Anura kehilangan ekornya pada masa dewasa, kepalanya langsung bersambung

11
dengan tubuhnya tanpa butuh leher yang bisa mengerut seperti penyu dan

tungkainya suda cukup berkembang dengan kaki belakang lebih panjang.

2.2.2 Persebaran Amfibi

Amfibi banyak hidup diberbagai tipe habitat mulai dari hutan pantai, hutan

dataran rendah hingga penggunungan yang sangat ekstrim kecuali di daerah kutub

dan gurun. Pada Ordo Gymnophiona sering ditemukan didaerah tropis dan subtropis

(Amiliyatul Hidayah, 2018). Indonesia memiliki Ordo Gymnophiona di Pulau

Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Ordo Anura terdapat diseluruh Indonesia dan

Sumatra sampai Papua menurut Iskandar dalam kutipan (Ginting, 2018).

2.2.3 Reptil dan Amfibi di Kampung Wisata Blekok

Katak yang memiliki genus Rana termasuk anggota kelas Amphibia yang

dikenal sangat dekat dengan manusia. Keberadaan katak genus Rana sangat

mempunyai peran yang besar antara lain (1) Aspek ekologi membantu menjaga

terciptanya keseimbangan ekosistem secara alami karena mengonsumsi serangga

seperti wereng dan hama pengganggu lainya (2) hewan jenis katak bisa sebagai

hewan laboratorium untuk menunjang perkembangan ilmu pengetahuan (3) yang

terakhir yaitu untuk sumber makanan karena mengandung protein.

Varanus salvator bivittatus merupakan sub spesies dari Varanus salvator

atau yang dikenal dengan hewan biawak air. Hewan ini merupakan subspesies

biawak endemik Indonesia yang hanya ditemukan di Jawa ,Bali dan Nusa Tenggara

(keculai Pulau Timor) (A. W. Mahfud, 2015).

12
Biawak termasuk appendiks II dalam daftar CITES (The Convention on

Inernational Trade in Endangered Species of wild Fauna and Flora) (Prameswari et

al., 2020). Jadi biawak air dapat diperdagangkan dipasar internasional dengan kuota

yang telah diterapkan. Hasil survei menunjukkan bahwa lebih dari satu juta biawak

V. salvator diambil dari alam setiap tahun untuk dibunuh dan dikuliti, dengan

jumlah terbesar berasal dari Indonesia, khususnya Sumatera dan Kalimantan

menurut Jenkins and Broad dalam (M. Mahfud et al., 2017). Jika eksploitasi V.

salvator terus terjadi, akan mengakibatkan penurunan jumlah populasi hewan ini di

alam dan tidak menutup kemungkinan V. salvator akan dikategorikan dalam

Appendiks I CITES seperti halnya pada V. komodoensis.

2.3 Profil Kampung Wisata Blekok


Kampung blekok merupakan hutan mangrove yang menjadi habitat burung

air terutama jenis ardiedae dan jenis hewan herpetofauna dengan luas 6,3 hektar.

Untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan habitat hewan dan tumbuhan sebagai

upaya menjamin kelestarian fungsi ekologi dan mencegah kepunahan pada area

tersebut maka Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo Menyusun

biodiversity kampung Blekok pada anggaran tahun 2008. Masyarakat disekitar

Blekok merupakan kawasan wisata yang terdiri dari pengrajin kerang, juga wisata

alam yang berupa hamparan mangrove dengan keaneragaman ekosistem.

13

Anda mungkin juga menyukai