Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati terkaya di dunia.
Sampai saat ini telah diketahui bahwa sekitar 12% mamalia, 17% aves, 25%
pisces, 15% insekta dan 15% tumbuhan berbunga ditemukan di Indonesia.
Menurut Biodiversity Action Plan for Indonesian, 16% dari amphibi dan reptil
dunia terdapat di Indonesia dengan jumlah lebih dari 1100 jenis, sehingga
Indonesia menjadi negara yang mempunyai jumlah amphibi dan reptil terbesar di
dunia. Tetapi jumlah tersebut diperkirakan masih jauh di bawah keadaan yang
sebenarnya (Hamdani et al., 2013).
Kelompok hewan reptil dan amfibi lebih dikenal dengan herpetofauna.
Kelompok hewan ini perlu dipelajari, karena manfaatnya bagi lingkungan dan
manusia. Amfibi dan reptil juga sering dimanfaatkan sebagai makanan dan
sumber senyawa obat. Selain itu, sebagian besar juga dimanfaatkan sebagai hewan
percobaan dalam penelitian. Reptil merupakan vertebrata yang bersisik, fertilisasi
internal, telur bercangkang, dan kulit tertutup sisik. Kulit yang ditutupi sisik akan
meminimalkan kehilangan cairan tubuh, sehingga reptil dapat bertahan di
lingkungan darat yang kering (Yudha et al., 2015).
Reptil adalah salah satu fauna yang banyak terdapat di wilayah Indonesia.
Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki kekayaan
jenis reptil paling tinggi di dunia, lebih dari 600 jenis reptil terdapat di Indonesia.
Satwaliar ini telah lama dimanfaatkan, bahkan telah menjadi komoditas ekonomi
yang bernilai tinggi. Pemanfaatan reptil sebagai binatang peliharaan maupun
untuk konsumsi serta obat-obatan telah berkembang ke berbagai negara, bahkan
dalam dua dekade terakhir Indonesia dikenal sebagai salah satu pengekspor reptil
terbesar di dunia. Eksploitasi reptil yang berlebihan dan tidak terkontrol akan
menimbulkan ancaman terhadap kelestarian satwa tersebut (Endarwin, 2006).
Reptil adalah hewan vertebrata berdarah dingin atau ektotermal yang bernafas
dengan paru-paru. Hewan ektotermal adalah hewan yang memerlukan sumber
panas eksternal untuk melakukan kegiatan metabolismenya, hal itulah yang

Universitas Sriwijaya
menyebabkan reptil sering dijumpai berjemur di tempat-tempat yang terkena sinar
matahari. Sebagian besar reptil memiliki kulit bersisik yang tidak saling terpisah,
dengan warna kulit beragam dari menyerupai lingkungannya hingga berwarna
khas. Semua reptil tidak memiliki telinga eksternal (Wahyuni, 2012).
Tiga ordo reptilia hidup yang terbesar dan paling beraneka ragam adalah
Chelonia atau kura-kura, Squama atau kadal dan ular, dan Crocodila atau buaya
dan alligator. Kura-kura berkembang selama zaman mezoikum dan hanya sedikit
berubah sejak saat itu.Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang
beraneka bentuk, terkecuali suku Amphisbaenidae yang tak bersisik (Jasin, 2002).
Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar atau epidermis yang
mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di
lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm. Perbedaan bentuk dan
komposisi sisik-sisik ini pada berbagai bagian tubuh reptil biasa digunakan untuk
mengidentifikasi spesies hewan tersebut. Integument pada Reptilia umumnya juga
tidak mengandung kelenjar keringat (Radiopoetro, 2008).
Lapisan terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel
saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas.
Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang
apabila hewan berganti kulit. Calotes atau bunglon integument mengalami
modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment
dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang bermacam-
macam (Campbell et al., 2008).
Kelas reptilia suatu kelompok yang beraneka ragam dengan banyak garis
keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000 spesies, sebagian
besar kadal, ular, penyu atau kura-kura dan buaya ini adalah pengelompokan
tradisional dan didasarkan pada kemiripan semua tetrapoda tersebut. Reptilian
memiliki beberapa adaptasi untuk kehidupan didarat yang umunya tidak
ditemukan pada amphibian (Putranto et al., 2016).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari ciri-ciri Reptilia yang penting
untuk identifikasi.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Reptil


Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia
merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas
dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakannya dengan kelas yang
lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini
menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-
ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit secara total yaitu
pada anggota sub-ordo Ophidia dan pengelupasan kulit sebagian pada anggota
sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya
hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil
memiliki sedikit sekali kelenjar kulit (Campbell et al., 2008).
Reptilia merupakan sekelompok vertebrata yang menyeseuaikan diri ditempat
yang kering di tanah. Penandukan  atau cornificatio kulit dan squama atau carpace
untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kering atau
panas. Nama kelas ini diambil dari model cara hewan berjalan Latin reptum
artinya melata atau merayap dan studi tentang reptilian di sebut Herpetology yang
artinya jelata atau merayap dan studi tentang reptilian di sebut Herpetology
Yunani creptes yaitu reptil (Radiopoetro, 2008).

2.2. Ciri-Ciri Reptil


Reptilia memiliki ciri khusus, yaitu tubuhnya dibungkus oleh kulit yang
menanduk atau tidak licin biasanya dengan sisik atau bercarapace; beberapa ada
yang memiliki kelenjar permukaan kulit. Mempunyai dua pasang anggota, yang
masing-masing 5 jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk lari, mencengkram dan
naik pohon. Pada yang masih hidup di air kakinya mempunyai bentuk dayung,
dan pada ular bahkan tidak memilikinya. Skeletonnya mengalami penulangan
secara sempurna; tempurung kepala mempunyai satu condylusoccipitalis
(Jasin, 2002).

Universitas Sriwijaya
Jantung tidak sempurna, terdiri atas 4 ruangan, dua auricular dan sebuah
ventericulus pada crocodalia menjadi dua tapi masih berlubang yang disebut
foramen panizzae. Terdapat oval biconvex dan dengan nukleus. Pernapasannya
selalu dengan paru-paru pada penyu bernapas juga dengan kloaka, memiliki 12
nevricranialis, fertilisasi terjadi di dalam tubuh, biasanya mempunyai alat
kopulasi telur besar dengan banyak yolk, berselaput kulit lunak atau becangkok
tipis. Telur biasanya diletakkan di suatu tempat dibiarkan menetas sendiri, tapi
pada beberapa hewan misalnya kadal dan ular dierami oleh sang betina
(Putranto et al., 2016).
Secara eksternal, dalam hubungannya dengan skeleton, penyu berspesialisasi
tinggi, namun secara internal berpola sederhana seperti nenek moyang mamalia.
Tubuh terlindungi di antara karapaks dan plastron. Plastron itu terbagi-bagi
transversal sehingga memudahkan bergerak, sedang karapaks kurang
memungkinkan  pergerakan. Panjang tubuh kurang lebih 1 m, dengan berat
kurang lebih 200 kg, kepala dengan leher, ekor dan kaki semuanya menonjolke
luar di antara karapaks dan plastron. Dua lubang hidung di dekat ujung anterior
kepala. Mata lateral, dengan kelopak mata atas dan bawah, mempunyai membrane
niktitans (Jasin, 2002).
Reptilia mempunyai kepala, hidung, badan, ekor, dan 4 kaki. Tiap kaki
terdapat 5 jari cakar dan memiliki indera penglihatan dan pendengaran yang baik.
Telinga terdiri dari membran timpani dan pada telinga tengah terdapat tulang
kolumela. Reptil mempunyai 3 kelopak mata yang dapat bergerak dan lidah yang
tak bercabang (Radiopoetro, 2008).

2.3. Klasifikasi Reptil


Terdapat lebih dari 8.000 jenis di dunia, terbagi atas 4 ordo yaitu ordo
Testudinates, ordoRhynchocephalia, ordo Squamata, ordo Crocodylia.
Reptil Ordo Testudinatesmerupakan ordo reptil yang memiliki cangkang sebagai
tempat berlindung maupun menjadi bagian tubuhnya. Cangkang tersebut terbagi
menjadi 2 yaitu karapaks pada bagian atas dan plastron sebagai perisai dada.
Cangkang ini menjadi tameng yang melindungi hewan ini dari pemangsa dan juga

Universitas Sriwijaya
dari sengatan matahari. Yang termasuk ke dalam ordo ini adalah segala jenis kura-
kura dan penyu (Yudha et al., 2016).
Penyu merupakan hewan reptil yang termasuk ordo testudinates. Pada fase
berkembang biak, Penyu menuju tepi pantai untuk bertelur. Penyu laut
mempunyai cangkang yang ringan dan datar sehingga dapat bergerk dengan lebih
mudah di dalam air. Penyu dan kura-kura adalah anggota kuno dari dunia reptil
dan mampu bertahan hidup hingga 150 tahun. Habitat kura-kura adalah gurun,
padang rumput, hutan, rawa, sungai dan laut. Sedangkan habitat penyu yaitu di
laut dan tepi laut. Makanannya adalah tumbuhan yang hidup di dalam air
(Amri et al., 2015).
Reptil Ordo Rhynchocephalia merupakan ordo reptil yang anggotanya
merupakan kadal-kadal purba. Salah satu contohnya adalah tuatara. Hewan ini
hanya tersisa dua jenis di dunia dan merupakan spesies endemik di Selandia Baru.
Selain itu, kadal ini merupakan bukti peninggalan zaman dinosaurus yang hidup
pada 200 juta tahun yang lalu (Campbell et al., 2008).
Tuatara nampak mirip dengan kadal biasa, namun terdapat perbedaan yang
menyebabkan tuatara tidak digolongkan pada ordo Squamata seperti kadal.
Tulang dada tuatara memiliki engsel yang berbeda dengan kadal, tuatara memiliki
paruh pada rahang atasnya dan tuatara berumur panjang. Habitat tuatara adalah di
hutan. Makanan tuatara adalah serangga (Putranto et al., 2016).
Reptil Ordo Squamatamerupakan ordo reptil yang mengalami pergantian
kulit atau sisik secara periodik. Tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari
bahan tanduk. Squamata sendiri diklasifikasikan menjadi tiga sub-ordo,
yaitu Sauria contohnya kadal, iguana, Ophidia atau bangsa ular-ularan,
dan Amphisbaenia atau Squamata tak bertungkai, sisik tersusun seperti
cincin-cincin. Ordo Squamata seperti ular masih bisa sering ditemukan di
pemukiman warga (Yudha et al., 2016).
Ular memiliki pendengaran dan penglihatan yang lemah namun kelemahan
tersebut dapat ditutupi oleh kelebihan ular yang dapat menemukan mangsa dengan
menangkap getaran yang merambat di tanah. Sebagian ular mempunyai lubang di
wajah untuk mendeteksi panas dari mangsanya. Kulit ular tidak tumbuh bersama
tubuhnya sehingga ular harus mengganti kulitnya saat pertumbuhan (Jasin, 2002).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu pukul 08.00 WIB. sampai dengan
pukul 10.00 WIB. Pelaksanaan praktikum Taksonomi Hewan bertempat di
Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa bak preparat. Sedangkan
bahan yang digunakan pada praktikum ini berupa Gecko gecko, Hemidactylus
frenatus, Cuora amboinensis, Python molurus dan Mabouya multifasciata.

3.3. Cara Kerja


Digambar morfologi dan di deskripsikan sampel spesies. Di identifikasi
spesies dan di klasifikasikan.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai


berikut.
4.1. Hemidactylus frenatus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Gekkonidae
Genus : Hemidactilus
Spesies : Hemidactylus frenatus
Nama Umum: Cicak
Keterangan :
1. Caput 4. Organon visus
2. Abdomen 5. Rima oris
3. Caudal

Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan mengenai morfologi Hemidactylus frenatus,
didapatkan bahwa Hemidactylus frenatus memiliki Caput, Abdomen, Caudal,
Organon visus dan Rima oris. Menurut Radiopoetro (2008), Eutropis multifaciata
masuk kedalam famili Scincidae, termasuk ordo Squamata yang kulitnya tertutup
oleh lapisan epidermal yang menanduk, kadang dibagian bawah disokong oleh
lapisan lamina derminalis yang menulang. Kadal ini mempunyai dua anggota
badan yang bersifat pentadactil. Memiliki membran tympani yang tidak cembung
dan celah auris externadapat digerakkan juga membran nictitans. Extrimitas
caudalis terletak disebelah caudal lateral. Basis caudal terdapat cloaca bertipe
palgiotremata yaitu berupa celahan melintang.

Universitas Sriwijaya
4.2. Varanus salvator
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus salvator
Nama Umum:Biawak

Keterangan :
1. Caput 4. Organon visus
2. Abdomen 5. Rima oris
3. Caudal

Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan mengenai morfologi Varanus salvator,
didapatkan bahwa Varanus salvator memiliki Caput, Abdomen, Caudal, Organon
visus dan Rima oris. Menurut Amri et al. (2015), kulit Varanus berfungsi untuk
penyerapan cahaya matahari di siang hari dimana radiasi matahari diserap pada
kulit daerah dorsal. Varanus mempunyai mata, bentuk kepala  lonjong dilengkapi
dengan rahang yang kuat serta lidah yang panjang dan bercabang dua. Hewan ini
memiliki kaki yang kokoh serta kuku yang tajam yang biasanya digunakan hewan
ini untuk memanjat pohon, menggali sarang di bawah tanah dan untuk
mempertahankan diri.

Universitas Sriwijaya
4.3. Mabouya multifasciata
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Scincidae
Genus : Mabouya
Spesies : Mabouya multifasciata
Nama Umum: Kadal

Keterangan :
1. Caput 4. Organon visus
2. Abdomen 5. Rima oris
3. Caudal

Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan mengenai morfologi Mabouya multifasciata,
didapatkan bahwa Mabouya multifasciata memiliki Caput, Abdomen, Caudal,
Organon visus dan Rima oris. Menurut Riyanto dan Mumpuni (2013), kadal
berukuran sedang, tubuh relatif gemuk. Panjang total mencapai 300 mm, panjang
moncong hingga anus mencapai 100 mm. Sisik punggung berlunas tiga, pada sisik
yang besar hingga lima.Warna dan polanya sangat bervariasi. Umumnya coklat
baik dengan maupun tanpa garis hitam dipunggung. Sisi tubuh dengan variasi
warna dari oranye, kuning hingga merah. Termasuk kosmopolit, dapat dijumpai
disekitar pemukiman hingga dalam hutan. Aktif di pagi hari hinga senja.

Universitas Sriwijaya
4.4. Phyton morulus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Phytonidae
Genus : Phyton
Spesies : Phyton morulus
Nama Umum: Ular Sanca Bodo

Keterangan :
1. Caput 4. Organon visus
2. Abdomen 5. Rima oris
3. Caudal

Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan mengenai morfologi Phyton morulus,
didapatkan bahwa Phyton morulus memiliki Caput, Abdomen, Caudal, Organon
visus dan Rima oris. Menurut Riyanto dan Mumpuni (2013), ular ini berukuran
sangat besar dan berotot. Panjang total mencapai 10 m, namun umumnya sekitar 3
m. Warna coklat kekuningan dengan pola yang unik seperti batik. Mangsa berupa
mamalia, burung dan kadal. Sebagian besar waktunya dihabiskan dalam aktivitas
di daratan atau tanah, namun jenis ini juga baik dalam memanjat dan berenang.
Dapat dijumpai di lahan pertanian dan hutan munson.

Universitas Sriwijaya
4.5. Gecko gecko
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Geckonidae
Genus : Gecko
Spesies : Gecko gecko
Nama Umum: Tokek

Keterangan :
1. Caput 4. Organon visus
2. Abdomen 5. Rima oris
3. Caudal

Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan mengenai morfologi Gecko gecko, didapatkan
bahwa Gecko gecko memiliki Caput, Abdomen, Caudal, Organon visus dan Rima
oris. Menurut Amri et al. (2015), mata pada tokek sudah berkelopak sehingga.
Terdapat membran tymphani yang dapat digunakan untuk pendengaran yang
sangat akurat.

Universitas Sriwijaya
4.6. Cuora amboinensis
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Geomydidae
Genus : Cuora
Spesies : Cuora amboinensis
Nama Umum : Kura-Kura Batok

Keterangan :
1. Caput 4. Organon visus
2. Abdomen 5. Rima oris
3. Caudal

Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan mengenai morfologi Cuora amboinensis,
didapatkan bahwa Cuora amboinensis memiliki Caput, Abdomen, Caudal,
Organon visus dan Rima oris. Menurut Setiadi (2015), Cuora amboinensis
mempunyai bentuk karapas yang lonjong dan tinggi, berwarna hitam gelap
dengan tiga buah lunas pada keping vertebral serta pinggiran yang halus dan rata.
Plastron bisa ditutup rapat, berwarna putih kotor atau krem dengan bercak
berwarna hitam pada bagian tepi keping.

Universitas Sriwijaya
4.7. Crocodylus porosus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Crocodila
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylus porosus
Nama Umum : Buaya Muara

Keterangan :
1. Caput 4. Organon visus
2. Abdomen 5. Rima oris
3. Caudal

Deskripsi :
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan mengenai morfologi
Crocodylus porosus, didapatkan hasil bahwa Crocodylus porosus memiliki Caput,
Abdomen, Caudal, Organon visus dan Rima oris. Menurut Setio et al. (2010),
individu dewasa warna tubuh buaya muara lebih gelap daripada saat masih
remaja. Bagian ventral tubuhnya berwarna kuning gading kecuali di bagian ekor
yaitu abu-abu. Ukuran maksimal pada individu jantan mampu mencapai 5-6 m,
sedangkan individu betina memiliki kisaran 2,5-3 m. Kematangan seksual pada
buaya muara biasanya dicapai pada umur 10 tahun. Individu jantan mampu
mencapai ukuran tubuh kurang lebih 3,2 m. Berbeda dengan individu jantan,
individu betina memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil pada saat matang seksual.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan kesimpulan


sebagai berikut.
1. Mabouya multifaciata termasuk dalam famili Scincidae, termasuk ordo
Squamata yang kulitnya tertutup oleh lapisan epidermal yang menanduk.
2. Hemidactylus frenatus memiliki tubuh yang pipih dorsolateral, bagian dorsal
berwarna abu-abu keputihan berbintik-bintik atau kehitaman.
3. Gecko Gecko memiliki tubuh yang pipih dorsolateral, bagian dorsal kasar,
dengan banyak bintil besar-besar berwarna abu-abu kebiruan sampai
kecoklatan.
4. Varanus spmemiliki ekor yang panjang dan sangat kuat dan kokoh.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Amri, S., Bachrun, N dan Sarma, S. 2015. Keanekaragaman Jenis Reptil


OrdoSquamata Dikawasan Hutan Lindung Gunung Semahung Desa Sebah
Kecamatan Sengah TemilakaBupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari.
1(3):30-34.

Campbell, Neli, Jane, Reece, dan Lawrence. 2008. Biologi Edisi KeV Jilid II.
Jakarta: Erlangga.

Endarwin, W. 2006. Keanekaragaman Jenis Reptil Dan Biologi Cyrtodactylus Cf


Fumosus Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung-Bengkulu.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Hamdani, R., Djong H. T., dan Henny H. 2013. Potensi Herpetofauna Dalam
Pengobatan Tradisional Di Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas
Andalas. 2(2): 110-117.

Jasin, M. 2002. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Sinar


Jaya.

Putranto, I, D., Pramana, Y dan Felicia, Z. 2018. Keanekaragaman Reptil Impor


Di Jogyakarta. Jurnal Biota. 3(1): 117-125.

Radiopoetro. 2008. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Riyanto, A. Dan Mumpuni. 2013. Herpetofauna Di Taman Nasional Bali Barat.


Prosiding Seminar Nasional Biologi-IPA. ISBN: 978-979-028-573-6.

Setiadi, A. E. 2015. Identifikasi Dan Deskripsi Karakter Morfologi Kura-Kura Air


Tawar Dari Kalimantan Barat. Majalah Ilmiah Al Ribaath, Universitas
Muhammadiyah Pontianak. 12(1): 29-34.

Setio, P., A. Fanani M., Subekti P., Tony F. Q., A. Prima N., dan Rury E. 2010.
Perilaku Harian Buaya Muara (Crocodylas porosus, Schneider 1801) di Pusat
Penyelamatan Satwa Jogia. Biota. 15 (2): 188-194

Yudha, D. S., Eprilurahman, R., Muhtianda, I. A., Ekarini, D.F., Dan Ningsih, O.
C. 2015. Keanekaragaman Spesies Amfibi Dan Reptil Di Kawasan Suaka
Margasatwa Sermodaerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Mipa. 38(1): 7-12.

Yudha, S, D., Rury, E., Herdhanu, J dan Ikhsan, F, W. 2016. Keanekaragaman


Jenis Kadal Dan Ular (Squamata Reptilia) Di Sepanjang Sungai Code Daerah
Istimewah Yogyakarta. JurnalBiota. 1(1): 31-38.

Universitas Sriwijaya
Wahyuni, R. S. 2012. Keanekaragaman Jenis Dan Sebaran Spasial Reptil Di
Pulau Padar Taman Nasional Komodo. Skripsi. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gecko gecko Mabouya multifaciata

Sumber: (dokumen pribadi, 2018) Sumber: (dokumen pribadi, 2018)

Cuora amboinensis Python molurus

Sumber: (dokumen pribadi, 2018) Sumber: (dokumen pribadi, 2018)

Varanus salvator Hemidactylus frenatus

Sumber: (dokumen pribadi, 2018) Sumber: (dokumen pribadi, 2018)

Crocodylus porosus

Sumber: (dokumen pribadi, 2018)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai