PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
simultan diharapkan menghasilkan vinegar dengan aroma baik dan prosedur
operasional yang lebih mudah dan lebih disukai oleh konsumen (Moradi et al.,
2014).
Asam cuka memilki pH rendah yang berarti menandakan bahwa cuka yang
telah di buat memilki kadar asam yang cukup, dengan bertambahnya jumlah asam
laktat selama proses fermentasi maka pH juga akan semakin menurun. Fermentasi
dilakukan melalui konversi karbohidrat ke glukosa kemudian glukosa
difermentasi melalui jalur heksosa difosfat untuk memproduksi asam lakta. Asam
asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung etanol, yang dapat diperoleh
dari berbagai macam bahan seperti buah-buahan, nira, kulit nanas, pulp kopi, dan
air kelapa (Naibaho et al., 2017).
Salah satu bakteri asam asetat yang dominan dalam fermentasi asam asetat
adalah Acerobacter aceti. Fermentasi asam asetat menggunakan substrat air
kelapa tanpa pasteurisasi dan langsung inokulasi dengan bakteri asam asetat
Acerobacter pasteurianus INT-7 menghasikan asam asetat dengan konsentrasi
lebih tinggi dibandingkan dengan air kelapa yang di pasteurisasi kemudian
diinokulasi dengan bakteri (Caturryanti et al., 2012).
Semakin lama fermentasi kadar alkohol akan meningkat, namun bila
fermentasi terlalu lama nutrisi dalam substrat akan habis dan khamir
Saccaromyces cerevisiae tidak lagi dapat memfermentasi bahan. Semakin tinggi
konsentrasi alkohol pada medium untuk fermentasi asam asetat maka jumlah asam
asetat yang dihasilkan juga semakin tinggi. Peningkatan asam yang semakin
tinggi diduga karena bakteri dalam cairan, yang difermentasi telah mengalami fase
pertumbuhan logaritmik, bersamaan dengan itu bakteri yang mensintesis alkohol
menjadi asam semakin banyak sehingga total asam yang dihasilkan juga semakin
tinggi. Semakin lama waktu fermentasi maka Acetobacter aceti akan lebih aktif
untuk mengubah alkohol menjadi asam asetat (Putri, et al., 2016).
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
dianggap lebih efektif (Nurika dan Nur, 2011).
Fermentasi asam asetat harus dilakukan seara aerob karena metabolisme
bakteri Acetobacter aceti yang bersifat aerobik, untuk melakukan oksidasi alkohol
menjadi asam asetat. Fermentasi asam asetat dibagi menjadi dua, yaitu fermentasi
akohol dan fermentasi asam asetat. Gua yang terdapat dalam bajhan baku diubah
oleh khamir menjadi alkohol dan CO2 pada fermentasi alkohol. Fermentasi asam
setat dilakukan setelah alkohol dihasilkan, dimana bakteri asam asetat mengubah
alkohol menjadi asam asetat secara aerob. Fermentasi harus dihentikan setelah
terbentuk asam asetat, agar tidak terjadi fermentasi lebih lanjut oleh bakteri-
bakteri pembusuk yang mnyebabkan kerusakan (Wigyanto dan
Hidayat, 2017).
Universitas Sriwijaya
didorong kepermukaan (Rizal et al., 2013).
2.5. Faktor yang Memengaruhi Fermentasi
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses fermentasi adalah potensi kultur
di dalam memproduksi asam asetat, daya tahan atau resistensinya terhadap etanol
sebagai substrat maupun asam asetat sebagai produk, dan kondisi proses yang
meliputi konsentrasi substrat, pH awal media, aerasi, suhu serta waktu fermentasi.
Waktu fermentasi yang terlalu pendek akan menghasilkan produk yang sedikit
karena substrat tidak seluruhnya terdegradasi sedang waktu fermentasi yang
terlalu lama menyebabkan asam asetat akan teroksidasi menjadi karbondioksida
dan air (Nurika et al., 2012).
pH pada saat fermentasi diperhaikan, keadaan pH dalam waktu fermentai
akan semakin asam. Keadaan asam menandakan bahwa proses fermentasi
berhasil. Kondisi pH akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas dari asam asetat
atau asam cuka yang akan diproduksi. pH awal air kelapa umumnya berkisar 5,
setelah dilakukan fermentasi pH akan semakin menurun yang menandakan bahwa
pH sudah menjadi lebih asam (Hardoyo et al., 2017).
Salah satu faktor yang mempengaruhi fermentasi asam asetat yaitu lama
fermentasi. Lama fermentasi akan mempengaruhi produk fermentasi yang
dihasilkan. Secara mikrobiologis bila alkohol kontak langsung dengan udara dan
dibiarkan selama waktu tertentu akan berubah menjadi asam. Asam cuka
dihasilkan oleh kegiatan Acetobacter aceti. Bakteri tersebut bersifat aerob dimana
untuk mendapatkan energi, mikroba menggunakan glukosa atau zat organik
lainnya sebagai substrat untuk dioksidasi menjadi karbondioksida dan air. Waktu
fermentasi yang terlalu pendek akan menghasilkan produk yang sedikit karena
substrat tidak seluruhnya terdegradasi sedang waktu fermentasi yang terlalu lama,
asam asetat akan teroksidasi menjadi karbon dioksida dan air (Leasa dan
Nur, 2015).
Faktor pengaruh substrat, asam asetat melalui kondisi optimal pada waktu
tertentu aktivitas bakteri sudah mulai berkurang seiring dengan berkurangnya
substrat sehingga terjadi penurunan kadar asam asetat karena asam asetat telah
dioksidasi lebih lanjut menjadi CO2 dan H2O. Substrat yang digunakan harus
mengandung karbohidrat dan glukosa dengan jumlah yang tinggi, murah, mudah
Universitas Sriwijaya
didapatkan dan tersedia sepanjang tahun (Effendi, 2012).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
3.3.4. Analisis kimia
Penentuan asam total dengan titrasi, diambil 5 ml bahan atau sampel,
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer (25 ml), ditambahkan akuades netral 10 ml
dan 2-3 tetes indikator phenolphetalin 1%. Titrasi dengan NaOH 0,1 N dari
kemerahan (rose) sampai warna tepat hilang. Tentukan kandungan total asam
berdasarkan jumlah (ml) NaOH yang dipakai untuk titrasi dan dinyatakan sebagai
asam cuka (asam asetat) dengan persamaan. Catat semua data atau hasil
penentuan kadar asam total dalam daftar.
3.3.5. Penentuan pH
Bahan dasar dan produk selama fermentasi diukur pHnya menggunakan pH
meter atau kalau tidak ada gunakan kertas lakmus atau indikator pH.
3.3.6. Penentuan populasi bakteri total
Sampel diambil sebanyak 1 ml lalu disuspensikan ke dalam 99 ml akuades
steril kemudian dihomogenkan menggunakan vortex. Suspensi ini berarti dengan
pengenceran 10-2. Penentuan jumlah bakteri total digunakan pengenceran ke 3 (10 -
3
), ke 4 (10-4) dan ke 5 (10-5). Ambil 1 mL dari tiap pengenceran sebanyak 0,1 mL,
teteskan di atas cawan petri dan kemudian tuangi dengan media. Semua koloni
yang tumbuh pada lempeng agar dihitung. Hitung jumlah bakteri tiap mL sampel
dengan memperhatikan syarat perhitungan bakteri secara tidak langsung.
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai
berikut.
4.1.1. Pengamatan Fermentasi
Tabel 4.1. Pengamatan Fermentasi
Tanggal Hari ke- Sampel pH
Tabung I 5
Tabung II 5
Tabung III 5
17-September-2018 1
Tabung IV 5
Tabung V 5
Tabung VI 5
Tabung I 4
Tabung II 4
Tabung III 4
19-September-2018 3
Tabung IV 4
Tabung V 4
Tabung VI 4
Tabung I 3
Tabung II 3
Tabung III 3
21-September-2018 5
Tabung IV 3
Tabung V 3
Tabung VI 3
Universitas Sriwijaya
dalam kondisi anaerob pada pH 3,5-6,0 , suhu tumbuh yang efisien 28-35 0C,
sedangkan proses kedua melibatkan aktivitas bakteri Acetobacter acetii yang
mengubah alkohol dengan kadar tertentu menjadi sejumlah asam asetat dalam
kondisi aerob, pada suhu optimum 15-34 0C, pH 3,0-4,0. Kriteria mutu cuka yang
utama adalah kandungan asam asetatnya.
Bahan pembuatan asam asetat memiliki kriteria yakni mengandung pati
ataupun glukosa, bahan yang dipakai pada praktikum kali ini yaitu air kelapa yang
mengandung glukosa. Menurut Caturryanti et al. (2008), komponen gula dan
asam merupakan media yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri asam asetat.
Asam asetat atau asam cuka yang dihasilkan dalam fermentasi menggunakan
bakteri asam asetat dari bahan dasar apel disebut juga cider atau lebih dikenal
dengan nama cuka apel. Cuka apel memiliki berbagai manfaat seperti penambah
rasa, pengawet bahan makanan bahkan untuk pengobatan sehari-hari dalam rumah
tangga sudah dikenal sejak beberapa kurun waktu. Manfaat kesehatan yang
khasiatnya untuk mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan.
Keteranga
1
n:
1. Titran (NaOH)
2. Titrat (aquadest, indicator pp dan
air kelapa)
Universitas Sriwijaya
Tabung I 10,3
Tabung II 5,5
28-September-2018 Tabung III 5,8
Tabung IV 6,5
Tabung V 5,7
Tabung VI 6,9
Tabung I 11,4
Tabung II 10,6
03-Oktober-2018 Tabung III 7,2
Tabung IV 8,1
Tabung V 8
Tabung VI 9,7
Universitas Sriwijaya
Sampel yang telah melewati tahap fermentasi alkohol dan mengalami
oksidasi lanjutan dengan berhubungan langsung dengan udara bebas (aerob) akan
masuk ke tahap fermentasi asam cuka dengan bantuan mikroorganisme penghasil
asam cuka. Menurut Nurika dan Hidayat (2011), pembuatan asam asetat dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sintesis/khemis dan secar mikrobiologis
atau fermentasi, namun demikian cara fermentasi lebih disukai, karena lebih
murah, lebih praktis dan resiko kegagalan relatif lebih kecil. Pada fermentasi asam
asetat dari substrat cair umumnya hanya dilakukan dua tahap fermentasi yaitu
fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat. Fermentasi alkohol dilakukan jika
bahan yang digunakan kaya akan gula namun tidak mengandung alkohol.
Universitas Sriwijaya
10-3 0
Tabung I
10-4 0
10-5 1
-3
10 339
Tabung II
10-4 0
Universitas Sriwijaya
untuk dioksidasi menjadi karbondioksida dan air mikroba banyak tumbuh dan
membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan cepat. Semakin lama waktu
fermentasi maka Acetobacter aceti akan lebih aktif untuk mengubah alkohol
menjadi asam asetat, dalam pembuatan cuka melibatkan proses fermentasi alkohol
dan fermentasi asam asetat secara berkesinambungan.
Faktor yang mempengaruhi fermentasi yaitu waktu, pH, suhu, konsentrasi
alkohol dan pengadukan. Asam asetat menyebabkan terjadinya perubahan pH
pada proses fermentasi asam cuka. Selain itu waktu, waktu fermentasi yang
pendek menghasilkan produk yang sedikit karena substrat tidak seluruhnya
terdegradasi. Menurut Masyitah et al. (2016), asam asetat menyebabkan
perubahan pH, kadar air. Penambahan asam berarti menurunkan pH yang disertai
dengan naiknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dan pH rendah lebih besar
penghambatannya pada pertumbuhan mikroba. Waktu fermentasi yang pendek
menghasilkan produk yang sedikit karena substrat tidak seluruhnya terdegradasi
sedang waktu fermentasi yang terlalu lama, asam asetat akan teroksidasi jadi air.
Selain faktor lama fermentasi dan pH terdapat faktor lain yaitu suhu dan
suplai makanan mempengaruhi pertumbuhan. Suplai makanan dengan unsur
karbon, nitrogen, oksigen sulvur, fosfor, magnesium. Sumber energi pada mikroba
dapat diperoleh dari gula. Menurut Nugroho (2013), mikroorganisme
membutuhkan suplai makanan yang menjadi sumber energi yang menyediakan
unsur-unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel. Unsur-unsur dasar tersebut
adalah karbon, nitrogen, oksigen, sulvur, fosfor, magnesium, zat besi, dan
sejumlah kecil logam lainnya. Karbon dan sumber energi untuk hampir semua
mikroorganisme yang berhubungan dengan bahan pangan dapat diperoleh dari
jenis gula karbohidrat.
Universitas Sriwijaya
1
Keterangan :
1. Bacillus
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Caturryanti, D., Sri, L., dan Siti, T. 2012. Pengaruh Varietas Apel dan Campuran
Bakteri Asam Asetat Terhadap Proses Fermentasi Cider. Jurnal Agritech.
28(2) :70-75.
Effendi, M., S. 2012. Kinetika Fermentasi Asam Asetat (Vinegar) oleh Bakteri
Acetobacter aceti B127 dari Etanol Hasil Fermentasi Limbah Cair Pulp
Kakao. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 13(2) : 12-135.
Hardoyo, Agus, E. T., Dyah, P., Hartono, dan Musa. 2017. Kondisi Optimum
Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Acetobacter aceti B166. Jurnal
Sains MIPA. 13(1): 17-20.
Masyitah, A, Rahma., dan Suryanti. 2016. Kandungan Gizi Dan Organoleptik Sie
Reuboh Dengan Penambahan Cuka Aren (Arenga pinnata) Dan Daun
Jeruk Purut (Citrus hystrix) Pada Konsentrasi Yang Berbeda. Jurnal
Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 4(1) : Hal 239.
Naibaho, N. M., Achmad, F. R., Andi, L., Mujibu, R., dan Elisa, G. P. 2017.
Fermentasi Sistem Aerob dan Anaerob dalam Pembuatan Cuka dari Nira
Aren (Arenga pinnata). Buletin Loupe. 14 (1) : 13-19.
Nugroho, A,T. 2013. Studi Waktu Fermentasi Dan Jenis Aerasi Terhadap Kualitas
Asam Cuka Dari Nira Aren (Arenga pinnata). Skripsi. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta : 16.
Nurika, I. dan Hidayat, N. 2011. Pembuatan Asam Asetat dari Air Kelapa Secara
Fermentasi Kontinyu Menggunakan Kolom Bio-Oksidasi. Jurnal
Teknologi Pertanian. 2(1): 51-57.
Universitas Sriwijaya
Cuka Fermentasi dari Cairan Pulpa Hasil Samping Fermentasi Biji
Kakao (Theobrama Cacao L.). Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri. 4(3) : 71-84.
Rizal, H., M., Dewi, M., P., dan Abdullah, S. 2013. Pengaruh Penambahan Gula,
Asam Asetat dan Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Nata De Corn.
Jurnal Teknik Kimia. 1(9) : 34-39.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Sampel Air
Kelapa
Hasil
Titrasi
Universitas Sriwijaya