Anda di halaman 1dari 31

ZOOLOGI VERTEBRATA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri
umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup
oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada
beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian
kulit baik secara total maupun sebagain. Pengelupasan secara total misalnya pada anggota
sub-ordo ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota sub-ordo lacertilia. Sedangkan
pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau
pengelupasan. Kulit pada Reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit

Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada
beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada
serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya
memiliki 5 jari atau Pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada Reptilia
mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru.

Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada Reptil memiliki 4 lobi, 2
atrium dan 2 ventrikel. Pada beberapa Reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri
tidak sempurna sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil
merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan
atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, Reptil melakukan mekanisme basking
yaitu berjemur di bawah sinar matahari. Saluran ekskresi Kelas Reptilia berakhir pada kloaka.
Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang
terdapat pada ordo squamata yaitu sub-ordo lacertilia dan sub-ordo ophidia. kloaka dengan
celah membujur yaitu terdapat pada ordo chelonia dan ordo crocodilia.
Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri
penting untuk identifikasi. Semua Reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada
saat jouvenile, Reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang
kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa
jenis reptil memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar ataupun
tidak. Pada beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada Reptil ada
yang berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada
yang dapat digerakkan dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah
menjadi lapisan transparan.

Kelas Reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara),


Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya: Serpentes,
Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator, Senyulong, dan
Caiman).

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam makalah ini hanya sedikit dijelaskan yakni
beberapa sub-sub ordo saja dan dari sekian banyak sub-ordo reptile yang ada di bumi ini.
Semoga makalah ini memberikan pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana habitat, penyebaran, perikehidupan dan karakteristik Kelas Reptilia


ditinjau dari morfologi, fisiologi, dan ekologi.

2. Apa peranan (manfaat) Reptilia bagi kehidupan manusia,

3. Apa saja contoh-contoh spesies dari Kelas Reptilia

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan berbagai aspek kehidupan Reptilia yang meliputi aspek morfologi,


fisiologi, dan ekologi.

2. Memberikan pemahaman mengenai karakterisitik, perikehidupan, penyebaran,


habitat, peranan (manfaat) bagi manusia, dan contoh penting dari kelas reptilia.

D. Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai ulasan materi dalam perkuliahan
Zoologi Vertebrata yang dalam hal ini, secara khusus membahas mengenai pokok
bahasan tentang Kelas Reptilia

2. Mahasiswa dapat mengaktualisasi dan mengembangkan dirinya melalui proses


pembuatan makalah dan penyampaian gagasan dalam bentuk presentasi yang
harapannya dapat membantu mempersiapkan calon pengajar yang professional
BAB II

PEMBAHASAN

1. Reptilia

1.1 Karakteristik

1.1.1 Ciri Umum Reptilia

Reptilia (dalam bahasa latin, reptil = melata) memiliki kulit bersisik yang terbuat dari
zat tanduk (keratin). Sisik berfungsi mencegah kekeringan. Ciri lain yang dimiliki oleh
sebagian besar reptil adalah anggota tubuh berjari lima, bernapas dengan paru-paru, jantung
beruang tiga atau empat, menggunakan energi lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya
sehingga tergolong hewan eksoterm, fertilisasi secara internal, menghasilkan telur sehingga
tergolong ovipar dengan telur amniotik bercangkang.

Reptilia merupakan kelompok vertebrata yang beradaptasi untuk hidup di darat yang
lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah hilangnya
kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup di permukaan yang kasar. Nama kelas
Reptilia menunjukkan cara berjalan (latin: retum=melata). Reptilia tersebar baik di daerah
teropis maupun daerah subtropics. Pada daerah-daerah yang mendekati kutub dan tempat-
tempat yang lebih tinggi jumlah dan jenisnya makin sedikit. Reptile menempati macam-
macam habitat. Phyton misalnya terdapat di daerah-daerah tropis, hanya terdapat di rawa-
rawa, sungai atau sepanjang pantai. Penyu terbesar teradapat dilaut dan kura-kura darat
raksasa terdapat di kepulauan. Kadal dan ular umumnya terrestrial, tetapii ada yang
menempati karang-karang atau pohon.

Secara umum reptilia memiliki karakteristik sebagai berikut :

Tubuh ditutupi kulit kering bertanduk (tidak licin), biasanya dilengkapi sisik
atau kuku, dan kelenjar dipermuakaan hanya sedikit.

Memiliki dua pasang anggota badan, masing-masing dengan lima jari yang
pada bagian ujungnya terdapat cakar dan dapat digunakan untuk berlari,
merayap atau memanjat. Anggota badan menyerupai dayung pada penyu,
memendek pada kadal, dan tidak ada anggota badan pada beberapa jenis kadal
dan semua jenis ular.

Kerangka terdiri dari tulang keras, tengkorak dilengkapi rongga oksipital.

Jantung terdiri dari empat ruang yang belum terpisah sempurna, dua serambi
dan vertikel yang sebagian saling terpisah, satu pasang berkas aorta, sel darah
merah oval bikonkaf dengan inti.

Resppirasi dengan paru-paru, pada kura-kura air dilengkapi dengan respirasi


kloaka.

Terdapat 12 pasang saraf cranial.

Suhu tubuh berubah-ubah bergantung suhu lingkungan (poikilothermis).

Fertilisasi internal, menggunakan organ kopulasi, telurnya besar mengandung


kuning telur yang terbungkus cangkang licin atau berkulit, biasanya telur
ditetaskan tetapi pada beberapa jenis ular dan kadal embrio berkembang
didalam tubuh betina.

Hewan Reptilia lebih maju dibanding amphibi karena memiliki diantaranya:

Penutup tubuh yang kering dan bersisik sebagai adaptasi terhadap kehidupan di
darat.

Anggota tubuh memungkinkan hewan untuk berlari.

Pemisahan darah bersih dan kotor di jantung.

Skeleton terdiri dari tulang sejati.

Telur dilengkapi dengan membrane dan cangkang sebagai pelindung embrio


sehingga memungkinkan untuk berkembang di darat.

1.1.2 Ukuran
Fosil Reptilia ditemukan dalam ukuran yang bervariasi, dari kecil sampai berukuran
besar. Dari Reptilia yang ada pada masa sekarang, anaconda di Amerika Serikat dapat
tumbuh sampai 990 cm, komodo (varanus komodoensis) memiliki panjang tubuh 285 cm.
Beberapa jenis kura-kura darat dari pulau Galapagos mencapai panjang 120 cm. Buaya yang
ditemukan tahun 1821 di Luzzon Philipina mencapai panjang 610 cm. Ular Laptotyphlops
dari Siria berukuran seperti jarum renda, dan ada pula kadal Lepidoblepharis dari Panama
yang panjangnya 5 cm. sebagian besar di Amerika Utara berukuran 20 120 cm, dan kadal
dengan panjang di bawah 30 cm.

1.1.3 Struktur Morfologi (Eksternal)

Morfologi Reptilia meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor, angggota
tubuh berukuran pendek dengan sejumlah jari yang pada bagian ujungnya dilengkapi cakar
dan begitupun ada juga sebagaian subordo yang lain yang tidak memiliki jari. Mulutnya yang
panjang dilengkapi dengan gigi. Buaya mialnya di dekat ujung moncong terdapat dua lubang
hidung. Mata berukuran besar dan terletak lateral, dengan kelopak atas dan bawah, serta
membrane nictatin transparan yang dapat bergerak di bawah kelopak mata, telinga berukuran
kecil terletak dibelakang mata. Anus terletak longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang.

1.1.4 Penutup Tubuh

Semua Reptilia memiliki kulit yang kering yang terdiri dari epidermis berlapis dan
dermis kompleks. Epidermis menghasilkan beberapa lapisan sel yang tumbuh kearah luar.
Mengalami kornifikasi dan menutup seluruh bagian tubuh. Sel-sel epidermis saling melekat
dengan kuat sehingga tahan terhadap gangguan mekanik. Lapisan dermis terdiri dari jaringan
ikat dan mengandung pigmen, pembuluh darah dan saraf, pada jenis tertentu dilengkapi
dengan tulang dermal. Serat jaringan ikat berupa lapisan kuat yang membatasi permukaan,
saling menumpuk membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu tubuh. Selain itu terdapat
serat yang lebih halus yang melekatkan dermis ke lapisan epidermis. Struktur dermis dan
epidermis seperti ini memberikan kekuatan mekanis yang sifatnya elastis sehingga kulit dapat
meregang, seperti yang diperlukan ular jika menelan mangsa yang besar. Pola sisik dermal
pada satu spesies selalu sama, sehingga bentuk dan susunannya digunakan untuk melakukan
klasifikasi.
Ular dan kadal mengalami pergantian kulit 2-6 kali dalam setahun. Pada pergantian
kulit, lapisan epidermis luar yang mengalami kornifikasi terlepas dan digantikan.
Sebelumnya, sel epidermal menghasilkan kutikula dibawah lapisan yang akan lepas.
Kemudian dihasilkan secret diantara lapisan baru dan lama, sehingga sel-sel di bagian bawah
lapisan epidermis yang akan melepas melarut, dan epidermis lama menjadi longgar. Pada
ular, secret yang dihasilkan menutupi kutikula di bagian mata sehingga dapat mempengaruhi
pandangan. Pada ular dan beberapa jenis kadal, selongsong kulit terlepas secara utuh, tetapi
ada juga kadal yang melepaskan kulitnya dalam beberapa potongan. Ujung ekor rattlesnake
mengalami kornifikasi lebhi serta tidak terlepas pada saat ganti kulit. Kura-kura dan buaya
tidak mengalami pergantian kulit, tapi permukaan luarnya dapat terlepas.

Ular dan bebrapa jenis kadal memiliki pola motif dan warna yang menarik, garis-garis
atau pita dengan macam-macam warna, dengan penanda bintik-bintk, bentuk wajik atau segi
empat. Bunglon dapat berubah warna secara terus menerus. Control pigmen pada Reptilia
ditentukan oleh peranan kelenjar adrenalin.

Kulit yang keras membungkus tubuh dan ekor buaya. Sisik berbaris melebar secara
transversal dengan diantaranya terdapat celah dan kulit yang lunak. Hewan dengan penutup
tubuh terkornifkasi tidak mengalami pergantian kulit, tapi ada proses pergantian dengan
lapisan baru yang terkornifikasi yang berasal dari epidermis di bawahnya. Buaya dewasa
memiliki eksoskeleton berupa keping dermal dan leher sampai ekor dan terletak dibawah
sisik dorsal. Keping dermal ada yang berbentuk segi empat ada yang oval atau meruncing.
Terdapat tiga pasang kelenjar di bagian bawah kepala, di dalam mulut dan di dalam kloaka

1.1.5 Skeleton

Tengkorank buaya meliputi moncong yang panjang, dan sejumlah tulang. Rahang
bawah memanjang sampai ke batas posterior tengkorak. Di bagian ventral cranium terdapat
tulang palatal keras, tepat diatas saluran pernafasan. Kolom vertebra terdiri lima tipe vertebra,
yaitu 9 sevical, 10 toraks, 5 lumbar, 2 sacral, dan sekitar 39 caudal. Pada vertebra servical
terdapat rusuk servical bebas. Vertebra toraks dan sternum dihubungkan oleh rusuk toraks
yang mengandung kartilago pada bagian ventral. Diantara sternum dan tulang pubis terdapat
tujuh pasang rusuk abdominal berbentuk V.

1.1.6 Sistem Otot


jika dibandingkan dengan katak, otot buaya lebih variatif untuk membantu pergerakan
di darat dan di air. Otot bagian kepala, leher dan kaki sudah mengalami diferensiasi
sempurna.

1.1.7 Sistem Pencernaan

Mulut Reptilia misalnya, buaya berukuran besar dapat terbuka lebar dengan
dilengkapi gigi yang digunakan untuk menyerang dan mempertahankan diri, selain itu juga
untuk menarik dan memutar mangsa yang berukuran besar. Lidah tipis terdapat di dasar
rongga mulut. Pada bagian belakang lidah, terdapat lipatan melintang, yang berhadapan
dengan lipatan yang terdapat pada langit- langit mulut, jika kedua lipatan menempel, maka
rongga mulut tertutup kearah faring, sehingga ketika buaya berada di dalam air mulutnya
dapat terbuka tanpa ada air yang masuk ke paru-paru. Diatas faring terdapat esofgus, berupa
saluran panjang menuju lambung. Lambung terdiri dari fundus yang berbentuk bulat
berukuran besar, dan pylorus yang berukuran lebih kecil di sebelah kanannya. Selanjutnya
terhubung ke usus halus dan rectum menuju kloaka dan anus. Hati terdiri dari dua lobus
terletak anterior dari lambung. Pancreas merupakan terdapat pada lekukan duodenum dari
usus halus. Saluran hati dan pancreas bermuara ke usus halus bagian awal. Kloka merupakan
bagian akhir dari saluran pencernaan, eksresi dan reproduksi.

1.1.8 Sistem Sirkulasi

Jantung buaya terdapat pada bagian anteroventral dari toraks, terdiri dari satu sinus
venosus kecil, dua serambi dan dua bilik. Pada buaya kedua bilik terpisah dengan sempurna,
tetapi tidak demikian pada hewan Reptilia lainnya. Darah dari vena mengalir dengan arah
sebagai berikut:

1) Sinus venosus

2) Serambi kanan

3) Bilik kanan

4) Arteri pulmonary ke setiap lobus paru-paru

5) Vena pulmonary dari paru-paru


6) Serambi kiri

7) Bilik kiri

Selanjutnya darah keluar dari jantung melalui sepasang pembuluh aorta yang
melewati dorsal esofagus, pembuluh bagian bawah bercabang menjadi dua arteri carotid yang
menuju leher dan kepala, sedangkan pembuluh aorta satunya berlanjut ke kiri depan. Kedua
pembuluh aorta bergabung di bagian dorsal sebagai aorta dorsal dan bercabang ke berbagai
organ di dalam rongga badan dan ke kaki belakang serta ekor.

Darah kotor mengalir dari :

1) Vena cava anterior di setiap sisi kepala

2) Vena cava posterior yang mengumpulkan darah dari ginjal dan organ reproduksi

3) Vena porta hepatica mengumpulkan darah dari saluran pencernaan yang ke kapiler
di hati dan berperan sebagai vena hepatica yang pendek

4) Vena epigastrik yang terdapat di setiap sisi rongga perut, mengumpulkan darah dari
kaki belakang, ekor dan tubuh. Keempat vena mengalirkan darah ke sinus
venosus.

1.1.9 Sistem Respirasi

Udara masuk ke lubang hidung, melewati bagian atas langit-langit keras menuju
rongga hidung yang terdapat di bawah velum, melewati glottis pada faring yang terletak di
belakang lidah. Glottis terdiri dari tiga tulang katilago dan pita suara, dan selanjutnya
terhubung ke trakea yang berupa cicin kartilago. Trakea memanjang ke bagian depan toraks,
selanjutnya bercabang menjadi dua bronchi pendek, menuju lobus paru-paru kanan dan kiri.
Paru-paru terdiri dari kapiler pulmonary.

1.1.10 Sistem Ekskresi

Terdapat dua ginjal berbentuk bulat pipih pada buaya, yang terletak pada rongga
tubuh bagian dorsal posterior. Dari setiap ginjal terdapat ureter yang memanjang ke kloaka.
1.1.11 Sistem Saraf dan Alat Indera

Otak Reptilia contohnya buaya memiliki dua lobus olfaktori yang panjang, yang
terhubung ke cerebral hemispher yang berukuran besar. Dibelakang cerebral hemisphere
terdapat lobus optikus. Berikutnya cerbellum berbentuk buah pir dan terletak di tengah, yang
ukurannya lebih besar daripada yang terdapat pada hewan Amphibia. Medula oblongata
terletak di bawah cerebellum, dan memanjang ke sumsum tulang belakang. Di bagian ventral,
terdapat saraf optic dilanjutkan infundibilum dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf cranial
dan saraf spinal berpasangan.

Di lidah terdapat saraf pengecap (laste bud), dan di setiap lubang hidung terdapat
organ olfaktori. Pada mata terdapat kelenjar lachrymal yang menjaga kornea atau permukaan
bola mata tetap lembab, ketika hewan berada dipermukaan air. Telinga buaya memiliki tipe
telinga vertebrata darat. Setiap telinga memiliki saluran auditori eksternal yang pendek, yang
terdapat dibawah daun telinga. Saluran telinga berlanjut ke membrane timpani, didalam
rongga timpani atau telinga tengah terdapat tiga saluran semisirkuler dan organ pendengar.
Dari setiap rongga timpani, terdapat tabung eustachian di bagian tengah yang terhubung ke
rongga bagian atas faring di belakang rongga hidung.

1.1.12 Sistem Reproduksi

Pada buaya yang masih muda, gonad jantan dan betina tampak serupa. Pada jantan
dewasa, dua testis berbentuk bulat terdapat sebuah vasdeferens menuju kloaka, yaitu
disebelah anterior dan ureter, yang berlanjut ke penis tunggal yang terdapat pada bagia yang
sama, yang melekat dekat ventral kloaka. Pada betina dewasa terdapat dua ovarium yang
sama melekat dekat dengan ginjal. Disebelah anterior dari setiap ginjal terdapat saluran
oviduct, yang merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Selanjutnya telur yang sudah di
fertilisasi akan di selaputi albumin, membrane dan cangkang, kemudian dikeluarkan dari
tubuh betina untuk ditetaskan.

1.1.13 Habitat

Habitat dari kelas reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik
seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu ordo Crocodilia dan beberapa
anggota ordo Chelonia, beberapa sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-
kelas Lacertilia dan Ophidia, beberapa anggota ordo Testudinata, sub terran pada sebagian
kecil anggota sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil sub-ordo Ophidia dan
Lacertilia.

Reptilia hidup di rawa atau di sungai, atau di tapi laut. Untuk tempat perlindungan,
misalnya buaya menggali lubang di tepi sungai. Makanan terdiri dari berbagai hewan.
Reptilia mencakup empat ordo besar yaitu Chelonia atau Testudines, Squamata atau
Lepidosauria, Rhynchocephalia, dan Crocodilia.

2. Pembagian Kelas Reptilia

Berikut dipaparkan dari keempat ordo dari Kelas Reptilia, dan beberapa subordo
berikut contoh spesiesnya:

(1) Ordo Chelonia

Chelonia adalah reptilia yang memiliki cangkang. Cangkang bagian atas disebut
karapaks, sedangkan bagian bawahnya disebut plastron. Cangkang merupakan bagian dari
tulang belakang dan modifikasi tulang rusuk yang berfungsi sebagai pelindung dari
pemangsanya. Chelonia yang hidup di laut adalah penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu
belimbing (Dermochelys coriacea) yang memiliki kaki berbentuk dayung untuk berenang.
Cangkang chelonia lebih tipis dibandingkan Chelonia darat. Contoh chelonia darat adalah
kura-kura paua (Chelodina novaeguineae). Chelonia termasuk hewan berumur panjang
hingga mencapai 200 tahun.

(2) Ordo Squamata

Squamata adalah reptilia yang umumnya memiliki kulit bersisik. Reptil yang
termasuk golongan ini adalah kadal dan ular. Kadal memiliki sisik yang licin dan berbentuk
membulat, tubuhnya kebanyakan berkaki empat, bertubuh kecil, dan memiliki ekor. Contoh
hewan kadal bertubuh kecil misalnya, kadal kebun (Mabuya multifasciata), cecak dinding
(Cosymbotus paltyurus) dan bunglon kebun (Bronchocela jubata), hingga kadal yang
bertubuh besar seperti biawak komodo (Varanus komodoensis).

Ular tidak memiliki kaki dan bertubuh panjang serta memiliki sisik. Tulang rahang
ular bersambungan secara longgar sehingga memungkinkan menelan mangsa yang lebih
daripada tubuhnya. Gigi di mulut ular memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan untuk
memegang mangsanya agar tidak mudah lepas. Ular berbisa memiliki sepasang gigi
berlubang dan tajam untuk menyuntikkan bisa ke mangsanya. Lidahnya dapat dijulurkan
untuk mengipas bau ke arah organ penciumannya. Ular memiliki kepekaan terhadap getaran
yang berperan untuk mencari mangsanya, ular tertentu memiliki kepekaan terhadap suhu
mangsanya, dan sebagian jenis ular bersifat ovovivipar, yaitu telur menetas di dalam tubuh
induk. Contohnya adalah ular sendok (Naja sumatrana), ular kobra (Ophiophagus hannah),
dan ular sanca (Phyton sp.) dll.

Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu :

1. Subordo Lacertilia/ Sauria

2. Subordo Serpentes/ Ophidia

3. Subordo Amphisbaenia

Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh
sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang
disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kutikula
baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara
keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan
susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung
tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik
mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat,
memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa
spesies Ordo Lacertilia.

Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi


internal. Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik,
Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania.

Subordo Lacertilia/ Sauria

Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan sisik
yang bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang sisiknya
termodifikasi membentuk tuberkulum. Dan sebagian lagi menjadi spina. Sisik-sisik ini dapat
mengelupas. Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artinya tidak semua sisik
mengelupas pada saat yang bersamaan.

Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang
bersatu pada rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada Lacertilia mereka
memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu pada beberapa anggota Subordo
Lacertilia, ada yang dapat melepaskan ekornya. Contohnya pada Mabouya sp. Lidah
Lacertilia panjang dan adapula yang bercabang. Pada beberapa spesies lidah ini dapat
ditembakkan untuk menangkap mangsa seperti pada Chameleon sp.

Klasifikasi:

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Superkelas : Tetrapoda

Kelas : Reptilia

Subkelas : Diapsida

Supraordo : Lepidosauria

Ordo : Squamata

Subordo : Lacertilia

- Famili Eublepharidae

- Famili Gekkonidae

- Famili Agamidae

- Famili Chameleonidae

- Famili Iguanidae
- Famili Anguidae

- Famili Helodermatidae

- Famili Varanidae

- Famili Xenosauridae

- Famili Cordylidae

- Famili Dibamidae

- Famili Gymnophthalmidae

- Famili Lacertidae

- Famili Scincidae

- Famili Teiidae

- Famili Xantusiidae

Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu
Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae.

Agamidae

Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutupi sisik bentuk bintil atau yang
tersusun seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik. Lidahnya
pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli. Jari-jarinya kadang bergerigi atau
berlunas tipe gigi acrodont. Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk dengan
lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak.

Scincidae

Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar,
demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris. Lidahnya
tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting. Tipe
giginya pleurodont. Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata yang jelas.
Ekornya panjang dan rapuh. Contoh spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata.

Varanidae

Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian
dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan kulit di
bagian leher dan badannnya. Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang
berbentuk polygonal. Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont. Pupil
matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata.

Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang
panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil
di Nusa Tenggara. Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda, yaitu
marga Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh dunia) dan marga Lanthanous
yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis yang berasal dari kalimantan. Marga
Lanthanous ini merupakan biawak yang bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga.

Gekkonidae

Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang


berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko yang
lain. Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi
membrane transparan yang dibersihkan dengan cara dijilat. Banyak spesies anggota
gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi untuk memudahkannya memanjat
permukaan vertikal maupun melewati langit-langit dengan mudah Kebanyakan gecko
berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang. Beberapa spesies dapat mengubah
warna kulitnya untuk membaur dengan lingkungannya ataupun dengan temperature
lingkungannya. Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga beberapa
spesies betina dapat berkembang biak tanpa pembuahan

Habitat dan persebaran

Kebanyakan kadal tinggal di atas tanah (terrestrial), sementara sebagiannya hidup


menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas atau
di batang pohon. Untuk komodo sangatlah endemik yaitu terbatas persebarannya di beberapa
pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti pulau Komodo, Padar, Rinca dan di ujung barat pulau
Flores.

Biawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepi danau, pantai, dan
rawa-rawa. Di perkotaan, biawak sering temukan hidup di gorong-gorong saluran air yang
bermuara ke sungai. Sedangkan cecak hidup di dinding dan atap rumah. Di alam cecak
biasanya hidup pada tempat teduh. Persebaran lacertilia sangat hampir setiap tempat dapat
ditemukan kecuali di daerah Arktik, Antartika dan Greenland.

Reproduksi

Lacertilia secara umum berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara
internal. Biawak berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini betinanya, biawak
jantan biasanya berkelahi terlebih dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya. Telur-telur
biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai bercampur dengan daun-daun busuk
dan ranting. Panas dari matahari dan proses pembusukan sarasah akan menghangatkan telur
sehingga menetas.

Kunci pengenalan spesies

Ciri-ciri yang dapat digunakan untuk identifikasi lacertilia adalah pola sisik dorsal
kepala, jumlah sisik lateral tubuh, susunan sisik pada ekor dan panjang ekor.

Subordo Ophidia/ Serpentes

Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang


seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa
semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh
anggotanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh
sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang lain,
pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastic.

Keunikan lain yang dimiliki oleh Subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya
termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya
vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang
disebut organ jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan thermosensor.
Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan
mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah mangsa.

Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :

Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.

Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan).
Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.

Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak
dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.

Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya.


Contohnya pada Famili Hydrophiidae

Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan
mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu :

Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara
menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae
dan Viperidae.

Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang
jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan
akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik.
Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.

Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah


sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili
Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini.

Adapun klasifikasi Subordo serpentes adalah sebagai berikut

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata
Superkelas : Tetrapoda

Kelas : Reptilia

Subkelas : Diapsida

Supraordo : Lepidosauria

Ordo : Squamata

Subordo : Serpentes

- Superfamili Xenophidia:

- Acrochordidae

- Atractaspididae

- Colubridae

- Elapidae

- Hydrophiidae

- Viperidae

- Superfamili Henophidia

- Aniliidae

- Anomalepididae

- Boidae

- Pythonidae

- Bolyeriidae

- Cylindropiidae
- Loxocemidae

- Tropidopiidae

- Uropeltidae

- Xenopeltidae

- Superfamili Typhlopidia

- Anomalepidae

- Leptotyphlopidae

- Typhlopidae

Diantara famili-famili di atas, yang terdapat di Indonesia antara lain:

Typhlopidae

Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata
yang vestigial. Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya terdapat sisik
yang mengalami penandukan. Secara keseluruhan badannya pun berbentuk bulat dan
panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm. Hidupnya di bawah tanah, di dalam serasah,
atau meliang. Genusnya yang paling dikenal adalah dari Genus Typhlops sedangkan yang
lainnya adalah Xenotyphlops, Acutotyphlops, dll. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies.
Umumya ditemukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan Amerika.

Boidae

Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan
persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah dan organ
pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang vestigial. Moncongnya
dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki genus diantaranya: Acrantophis,
Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia.

Hydropiidae
Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi.
Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini kebanyakan proteroglypha dengan tipe bisa
neurotoxin. Biasanya warnanya belang-belang dan sangat mencolok. Bagian ekor
termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsi untuk membantu
pergerakan di air. Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanyakan di
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Untuk spesies Pelamis platurus
persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung untuk
hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke
permukaan untuk bernafas

Elapidae

Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak
ditemukan di daerah tropis dan subtropics, terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies yang
telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe solenoglypha dan ketika menutup gigi
bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin. Dekat
kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata membulat karena kebanyakan
merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan
biasanya ovipar namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus).

Colubridae

Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain diantaranya
sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya.
Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis. Ekor
umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies ular di
dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu
mematikan bagi manusia. Gigi bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya
antara. lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan Elaphe.

Viperidae

Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili ini
kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup di
daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi
lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai
thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan
beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri
dari 18 genus dan 151 spesies.

Pythonidae

Python merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya


sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae karena
mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling depan dan
tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis. Merupakan ular
yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python reticulatus). Beberapa
spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai belakang yang vestigial berupa taji di
kanan dan kiri kloaka. Tapi ini lebih besar pada yang jantan dan berguna untuk merangsang
pasangannya pada saat kopulasi.

Xenopeltidae

Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila
terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah
permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya Xenopeltis
unicolor merupakan binatang peling yang mengahabiskan waktunya di dalam tanah. Banyak
ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara.

Habitat dan Persebaran

Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Ular dapat
diketemukan di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan
pemukiman, sampai ke lautan. Sebagaimana hewan berdarah dingin, ular semakin jarang
diketemukan di tempat-tempat yang dingin seperti puncak-puncak gunung dan daerah padang
salju atau kutub. Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan
dan hampir tidak pernah menyentuh tanah. Ada jenis lainnya yang hidup melata di atas
permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan.
Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi akuatik di sungai-sungai, rawa, danau
dan laut.
Reproduksi

Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa
beberapa butir saja hingga puluhan dan ratusan. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang
tanah, gua, lubang kayu lapu, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular
diketahui menunggui telurnya hingga menetas. Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular
pucuk dan ular bangkai laut, melahirkan anaknya. Melahirkan disini tidak seperti pada
mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya
(ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil.

Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus,
sejauh ini hanya diketahui yang betinanya saja. Ular kecil yang seperti cacing ini diduga
mampu bertelur dan berkembang biak tanpa ular jantan.

Kunci Pengenalan Spesies

Untuk mengidentifikasi ular yang paling akurat adalah dengan melihat sisik di
kepalanya. Cara lain adalah dengan melihat bentuk morfologi tubuhnya dan motif pada
sisiknya.

Subordo Amphisbaenia

Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak berkaki
namum memiliki kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu merah muda dan
sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaannya dan kehidupannya yang malang
menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini. Kepalanya tidak
memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras, memiliki gigi median di bagian
rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya tersembunyi oleh sisik dan kulit.
Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya hampir menyerupai kepalanya.

(3) Ordo Rhynchocephalia

Ordo ini diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara 210-
220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid.
Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30 cm.
Anggota ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari. Habitat hidupnya di
air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi secara ovipar dengan fertilisasi
internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu lubang seperti kebanyakan anggota Kelas
Reptilia lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun.

Anggota Ordo Rhynchocephalia mempunyai satu familia yaitu Sphenodontidae dan


hanya satu genus Sphenodon. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu Sphenodon punctatus
dan Sphenodon guntheri (Tuatara). Keduanya merupakan hewan endemik Selandia Baru.

(4) Ordo Crocodyllia

Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil
lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun
teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal.
Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral
berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-
gigi runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke
dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang
membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung
terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang
dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat.
Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan
berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput

Crocodilia memiliki sisik tebal dari keratin dan diperkuat dengan lempengan tulang
yang disebut skuta sebagai pelindung, sisik rontok satu persatu tidak seperti ular. Contoh
spesies dari ordo ini adalah buaya. Buaya memiliki ekor tebal berotot, kaki depannya berjari
lima, sedangkan kaki belakang berjari emapat sebagian berselaput untuk berenang. Lubang
hidung terletak di ujung moncongnya yang memungkinkan untuk bernapas saat di dalam air,
jantungnya beruang empat namun memiliki pori di antara bilik kiri dan kanan. Contoh spesies
buaya adalah buaya muara (Crocodylus porosus).

Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak
sempurna yang menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki
foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan
berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari,
Crocodilia dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim
kering teritori tersebut dilupakan karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan.

Adapun klasifikasi Ordo Crocodylia adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Superkelas : Tetrapoda

Kelas : Reptilia

Subkelas : Diapsida

Ordo : Crocodylia

Familia : Alligatoridae

Familia : Crocodylidae

Familia : Gavialidae

Famili Alligatoridae

Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan


deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada
deretan rahang atas sehingga pada saat moncongnya mengatup hanya deretan gigi pada
rahang atasnya saja yang terlihat. Dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan
terhadap suhu rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah
memiliki sisik dari bahan tanduk yang lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik. Beberapa
spesies yang termasuk famili ini adalah :

Genus Alligator

- Alligator mississippiensis

- Alligator sinensis
Genus Caiman

- Caiman crocodiles

- Caiman latirostris

- Caiman yacare

Genus Melanosuchus

- Melanosuchus niger

Genus Paleosuchus

- Paleosuchus palpebrosus

- Paleosuchus trigonatus

Famili Crocodylidae

Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang


hampir segitiga dan pada saat mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua
tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar. Terdapat pula
baris tunggal sisik balakang kepala yang melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian
tengkuk.

Famili Crocodilidae dibagi menjadi:

Subfamily Crocodylinae

Genus Crocodylus

- Crocodylus acutus

- Crocodylus cataphractus

- Crocodylus intermedius

- Crocodylus johnstoni

- Crocodylus mindorensis
- Crocodylus moreletii

- Crocodylus niloticus

- Crocodylus novaeguineae

- Crocodylus palustris

- Crocodylus porosus

- Crocodylus rhombifer

- Crocodylus siamensis

- Osteolaemus tetraspis

Subfamily Tomistominae

Genus Tomistoma

Famili Gavialidae

Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat
moncong tersebut menangkup, kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan rahang
bawah terlihat berseling. Ujung moncongnya melebar dan bersegi 8, sekilas bentuknya mirip
dengan Tomistoma schlegelii.

Spesies anggota Famili Crocodilidae yang ada di Indonesia adalah :

1. Crocodylus novaguineae (Buaya Irian)

Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang lain
berdasarkan ukuran sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik belakang
kepalanya berjumlah 4-7 buah. Sisik D.C.W (Double Crest Whorl) sejumlah 17-20 pasang,
sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah. Jumlah sisik ventral
terdiri atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum dapat mencapai 3350 mm
untuk jantan dan 2650 mm untuk betina.

Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal musim
kemarau, hal ini berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur-telur ini dijaga oleh induk
sampai mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini menempati habitat yang
sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke pedalaman dengan
persebaran meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS Memberamo, sampai
semenanjung selatan Papua Nugini.

2. Crocodylus porosus (Buaya Muara)

Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang
tujuh meter. Buaya ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang
kepalanya yang kecil ataupun tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17
baris dari depan ke belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau tua
terutama pada yang dewasa sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak
hitam, dan pada ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam.

Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan.
Buaya ini bertelur pada awal musim penghujan. Telur-telur ini akan terus dijaga oleh induk
sampai menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya jenis ini menempati
habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas. Makanan utamanya adalah ikan
walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang mendekati sungai untuk minum.
Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesa.

3. Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar)

Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang
berjumlah 2-4 buah. Moncongnya tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara
kedua matanya.. Panjang moncongnya satu setengah sampai satu tiga perempat kali lebarnya.
Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya dapat
mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan berwarna
lebih muda dengan bercak-bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada ekor
umumnya tidak utuh. Buaya air tawar betina bertelur pada awal musim penghujan. Buaya ini
hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa. Makanan utamanya
adalah ikan. Jenis ini juga dikenal sebagai buaya siam. Persebarannya meliputi Kalimantan
Timur,dan Jawa.

4. Tomistoma Schlegelii ( Buaya Senyulong)


Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya yang
sangat sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki selaput, dan
sisi kakinya berlunas. Matanya memiliki iris yang tegak. Betinanya bertelur pada awal musim
penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan sampah tetumbuhan.

Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam, rawa-
rawa, hingga ke pedalaman. Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet. Persebaran
buaya ini meliputi Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

Habitat dan Persebaran

Persebaran buaya muara terluas di dunia. Buaya muara memiliki wilayah perantauan
mulai dari perairan teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia
(Kepulauan Fiji Vanuatu) termasuk perairan Indonesia dan Australia serta negara lain di
sekitar indonesia. Habitat kesukaan mereka tentu saja perairan Indonesia dan Australia.

Sedangkan Aligator hanya terdapat di dua negara yaitu Amerika Serikat dan Cina.
Alligator Cina terancam punah dan tinggal jenis yang berada di lembah Yangtze. Alligator
amerika ditemukan di Amerika Serikat dari Carolina sampai Florida dan Sepanjang Gulf
Coast. Mayoritas Alligator Amerika tinggal di Floroda dan Lousiana. Di Floroda sendiri
terdapat lebih dari 1 juta Alligator. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang
memiliki Alligator dan Buaya. Alligator Amerika tinggal di Air tawar, seperti kolam, rawa-
rawa, daratan basah dan sungai.

Reproduksi

Famili Crocodylidae merupakan hewan yang berkembang biak secara musiman. Masa
kawin pada musim semi ketika air hangat. Famili ini berkembang biak dengan bertelur dan
fertilisasinya secara internal. Setelah melahirkan, induk buaya melakukan parental care.

Kunci Pengenalan Spesies

Ciri-ciri yang dapat digunakan untuk identifikasi jenis buaya adalah melalui bentuk
cranial dan perkatupan gigi. Dapat juga dilihat dari kulit ada tidaknya dan bentuk tonjolan di
belakang mata (protuberance). Kemudian dilihat bentuk, ukuran dan jumlah sisik nuchal,
sisik dorsal, sisik ventral dan tonjolan sisik ekor serta bagian colar.
3. Peranan ReptiliaTerhadap Manusia

Banyak jenis kadal dan ular yang menguntungkan manusia karena memakan serangga
dan rodentia. Kulit buaya, ular, dan biawak serta penyu yang diperdagangkan sebagai bahan
baku pembuatan tas, sepatu dll. Bagi sebgian orang daging ular di jadikan makanan karena
dipercaya memiliki khasiat sebagai obat. Bisa ular juga sebagai penawar gigitan ular.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Reptilia merupakan kelompok vertebrata yang beradaptasi untuk hidup di darat yang
lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah hilangnya
kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup di permukaan yang kasar.

Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh
tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan
tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau
melakukan pergantian kulit baik secara total maupun sebagain.

Kelas Reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara),


Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya: Serpentes,
Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator, Senyulong, dan
Caiman) dll.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniati, M.Pd. Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung. UIN SGD

Bandung

Brotowijoyo.Djarubito Mukayat. 1994. Zoologi Dasar.

Bandung: Erlangga

http://gurungeblog.files.wordpress.com/2008/11/reptilia

http://www.kesimpulan.com/2010/05/populasi-kadal-menuju-kepunahan-oleh.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Reptilia

Anda mungkin juga menyukai