(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Taksonomi Hewan Vertebrata)
Oleh:
Kelompok 6:
1. Solikha (130210103007)
2. Candra Pratama H. (130210103031)
3. Yofin Aprilia Rizki (130210103090)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama
Islam, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Struktur, Fungsi, dan
Klasifikasi Reptilia” ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kita peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan Struktur, Fungsi, dan Klasifikasi Reptilia serta
infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Struktur, Fungsi, dan Klasifikasi
Reptilia, tak lupa kita ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Taksonomi Hewan
Vertebrata atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Struktur, Fungsi, dan Klasifikasi
Reptilia, khususnya bagi tim penyusun. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka tim penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.
Tim Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata yang memiliki anggota yang cukup
besar dan paling dikenal. Tubuh dibagi menjadi tiga bagian yang cukup jelas: kepala,
badan, dan ekor. Kepala dengan rangka dalam, cranium, di dalamnya terdapat otak,
karena mempunyai cranium. Vertebrata terbagi menjadi enam kelas, yaitu kelas
Cyclostomata, kelas Pisces, Kelas Amfibi, kelas Reptilia, kelas Aves, dan kelas
Mamalia.
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru.
Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh
tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan
tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas
atau melakukan pergantian kulit baik secara total maupun sebagain. Pengelupasan
secara total misalnya pada anggota sub-ordo ophidia dan pengelupasan sebagian pada
anggota sub-ordo lacertilia. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya
hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada Reptil
memiliki sedikit sekali kelenjar kulit
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi
pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali
seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi
tungkai umumnya memiliki 5 jari atau Pentadactylus dan setiap jarinya bercakar.
Rangkanya pada Reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-
paru.
1.3 Tujuan
Mengetahui karakteristik dan struktur tubuh dari kelas Reptilia.
Mengetahui struktur anatomi dan fisiologi dari kelas Reptilia.
Mengetahui fungsi atau manfaat Reptilia bagi kehidupan manusia.
Mengetahui klasifikasi dari kelas Reptilia?
BAB II PEMBAHASAN
1. Tubuh ditutupi oleh tonjolan epidermal berupa sisik dengan penambahan lempeng
tulang dari lapisan dermal.
2. Terdapat tungkai, biasanya terdiri dari 5 jari. (digunakan untuk menyesuaikan diri
dalam memanjat, berlari atau berenang). Kecuali pada ular.
3. Skeletonnya sangat keras, tulang rusuk dengan sternum membentuk rongga dada,
tengkorak dengan satu kondilus oksipital.
4. Bernapas dengan paru-paru, tidak ada insang, kloaka digunakan untuk respirasi
pada beberapa hewan, adanya lengkung branchi pada fase embrio.
5. Peredaran darahnya tertutup dan jantungnya terdiri atas 4 ruang (2 auricula dan 2
ventrikel yang terbagi belum sempurna)
6. hewan ektotermik
7. Rusuk membentuk sternum sejati
8. Respirasi menggunakan paru-paru
9. Jantung terbagi atas 2 auricula dan 2 ventrikel yang terbagi belum sempurna.
10. Alat ekskresi berupa sepasang ginjal metanephros, hasil ekskresinya berupa asam
urat.
11. Sistem saraf dilengkapi dengan lobus optik pada bagian dorsal otak, 12 pasang
saraf cranial pada tambahan saraf terminalis.
12. Alat kelamin terpisah, fertilisasi internal
13. Telur ditutupi oleh cangkang kapur, selaput ekstraembrionik (amnion, korion dan
allantois) , tidak ada fase larva yang hidup di air
14. Semua reptil bergigi kecuali kura-kura. Perlekatan gigi-gigi itu ada yang
acrodont, pleurodont, thecodont.
15. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan telinga luar dan ada yang tidak.
16. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak, ada pula yang kelopaknya tidak
dapat bergerak serta berubah menjadi bangunan transparan.
Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenil,
reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang
kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya hingga dewasa
(Hidayat, 2009 dalam http://ksh.biologi.ugm.ac.id).
Rahang reptil memiliki desain atau bentuk yang sesuai untuk meremukkan dan
mencengkeram kuat mangsanya. Otot pada rahang reptil lebih besar dan lebih
panjang dari pada ikan atau amphibi sehingga pergerakan secara mekanik
rahang pada reptil lebih baik dari keduanya (Mirajuddin et al, 2006:
93-94).
Pada ular, paru-paru sederhana dengan struktur seperti kantung kecil atau
alveoli di dindingnya. Pada buaya, beberapa kadal dan kura-kura, wilayah
permukaan meluas karena perkembangan adanya pelekukan dan memiliki alveoli.
Mekanisme pernapasan pada sebagian besar reptil diawali dengan mengubah
volume rongga tubuh. Kontraksi otot-otot mampu menggerakkan tulang dada
dengan demikian, volume rongga tubuh meningkat dan tekanan udara menurun
sehingga udara dari lingkungan masuk ke paru-paru. Kemudian, dengan kontraksi
otot-otot tubuh, volume rongga tubuh dikurangi sehingga mengakibatkan udara
keluar dari paru-paru. Sistem pernapasan di atas terjadi pada semua reptil modern
kecuali pada kura-kura karena adanya penyatuan tulang dada dengan cangkang
kaku dan keras sehingga tidak bisa melakukan pernapasan seperti reptil pada
umumnya. Kura-kura akuatik memiliki kulit yang lebih lentur dan sama dengan
insang di bagian awal untuk beberapa spesies (www.adrijovin.space.com).
Keterangan:
Lr :larynx
R gl :Rima glottidis
Tr :Trachea
Btr :Bifurcatio tracheae
Br :Bronchus
Plm :Pulmo
keterangan
A. facies dorsalis
B. facies ventralis
C. facies lateralis
Ep : epiphyse
Inf : infundibulum
l op : lobus opticus
hyp : hypophyse
Cer :cerebellum
Gambar 2.6 Organ Jacobson pada ular (www.rcreptiles.com)
Ular mengenali bau mangsa atau bau benda yang lain dengan cara
menjulurkan lidahnya. Pada saat lidahnya menjulur kemudian ditarik kembali ke
dalam mulut, terdapat partikel-partikel yang menempel di permukaan lidahnya.
Kemudian partikel bau tersebut dilewatkan melalui dua rongga kecil yang
mengarah ke organ Jacobson. Rongga yang mengarah ke organ Jacobson dilapisi
dengan jaringan sensitif yang membantu daam proses keseluruhan proses
penciuman ular. Setelah partikel dilewatkan ke rongga dan organ Jacobson,
komposisi partikel dipecah dan dikirim ke otak melalui serangkaian struktur saraf
yang kompleks. Otak kemudian menerjemahkan partikel-partikel ini dan
mengidentifikasi apakah partikel tersebut milik mangsa, feromon dari ular yang
lain atau bersumber dari benda-benda yang dikenal atau tidak dikenal. Lidah pada
ular bercabang karena disesuaikan dengan fungsinya yaitu untuk menyalurkan
partikel ke kedua lubang yang mengarah ke organ Jacobson. Adanya dua lubang
itulah yang mengharuskan ular untuk melewatkan partikel secara bersamaan ke
dalam lubang tersebut (Crawford, 2006)
Reptil yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau
pentadactylus dan setiap jarinya bercakar (Zug 1993
dalam http://ksh.biologi.ugm.ac.id)
Gambar 2.8 Sistem ekskresi pada Reptilia, menggunakan tipe ginjal metanefros
(http://budisma.web.id/).
Orbit tengkorak
Gambar 3.1 Tengkorak anapsida tanpa lubang atau bukaan temporal dibelakang orbit
tengkorak (http://www.bionet-skola.com)
2) Synapsida (Gr. Syn = bersama, apsis = lengkung) yaitu amniota yang memiliki ciri-
ciri primitif tengkorak dengan satu pasang lubang atau bukaan temporal di belakang
orbit tengkorak (Hickman, 2001:577).
Gambar 3.2 Tengkorak sinapsida dengan 1 pasang lubang atau bukaan temporal di
belakang orbit tengkorak (http://www.bionet-skola.com)
3) Diapsida (Gr. Di = dua, apsis = lengkung) yaitu amniota yang memiliki ciri-ciri
primitif tengkorak dengan dua pasang lubang atau bukaan temporal di belakang orbit
tengkorak (Hickman, 2001:577).
Gambar 3.3 Tengkorak sinapsida dengan 2 pasang lubang atau bukaan temporal di
belakang orbit tengkorak (http://www.bionet-skola.com)
Menurut Hickman et al. (2001), kelas reptil dapat diklasifikasikan sebagai berkut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Subkelas :
1.) Anapsida
Ordo : Captorhinida
Ordo : Testudines (Chelonia)
2.) Diapsida
Super Ordo : Lepidosauria
Ordo : Sphenodonta
Ordo : Ichthyosauria
Ordo : Squamata
Sub Ordo : Lacertilia
Sub Ordo : Amphisbaenia
Sub Ordo : Serpentes
Super Ordo : Sauropterygia
Ordo : Plesiosauria
Super Ordo : Archosauria
Ordo : Thecodontia
Ordo : Pterosauria
Ordo : Saurischia
Sub Ordo : Sauropodomorpha
Sub Ordo : Theropoda
Ordo : Ornithischia
Ordo : Crocodilia
3.) Synapsida
Ordo : Pelycosauria
Ordo : Therapsida
Captorhinida
Pelycosauria
Therapsida
Sphenodonta
Ichthyosauria
Plesiosauria
Thecodontia
Pterosauria
Saurischia
Ornithischia
Sedangkan kelompok reptil yang masih bertahan hingga saat ini adalah reptil yang
termasuk ke dalam ordo-ordo berikut:
Testudines (Chelonia)
Squamata
SphenodontaRhynchocephalia
Crocodilia
(a) (b)
Gambar 3.6 Brachyrhinodon, salah satu contoh hewan yang termasuk dalam ordo
Sphenodonta (en.wikipedia.org)
Gambar 3.7 Contectopalatus, salah satu contoh hewan yang termasuk dalam ordo
Ichthyosauria (en.wikipedia.org)
(a) (b)
Gambar 3.8 (a) Varanus komodoensis (Komodo) (b) Mabouya multifasciata (Kadal)
Gambar 4.0 (a) Ophiophagus hannah (Ular King Cobra) (b) Xenopeltis unicolor
(Ular Pelangi)
Gambar 4.1 Plesiosaurus, salah satu contoh hewan yang termasuk dalam ordo
Plesiosauria (en.wikipedia.org)
Gambar 4.3 Pterosaurus, salah satu contoh hewan yang termasuk dalam ordo
Pterosauria (en.wikipedia.org)
Gambar 4.4 (a) Omeisaurus tianfuensis dan (b) Theropod merupakan contoh hewan
yang termasuk dalam ordo Saurischia (en.wikipedia.org)
a. Famili Alligatoridae
Karakteristik:
Bentuk moncong tumpul.
Deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat
pada rongga pada deretan rahang atas. Pada saat mengatup, hanya deretan
gigi rahang atas yang terlihat.
Tahan terhadap suhu rendah.
Memiliki lempeng tulang punggung dan bagian perut bawah memiliki
sisik dari bahan tanduk yang lebar berjumlah 6 sisik.
Memiliki 2 genus yaitu genus Alligator dan genus Caiman.
Genus Alligator
Karakteristik:
Kurang agresif bila dibandingkan dengan buaya.
Habitat di perairan yang bersih.
Aligator besar dan sangat kuat, kepala lebih pendek dan lebih lebar dari pada
buaya, moncongnya tumpul, gigi yang lebih besar.
Alligator mampu mengeluarkan suara tertentu, biasanya digunakan pada saat
musim kawin pada hewan dewasa, pada hewan yang baru menetas, suara
digunakan untuk memberi tahu induknya bahwa dia menetas sehingga induk
akan membuka sarangnya.
Memiliki moncong yang lebih lebar, ketika mulutnya ditutup gigi keempat
yang ada pada rahang bawah tidak tampak, memiliki lempeng tulang pada
punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang
lebar yang berjumlah lebih dari 6 sisik.
Contoh : Alligator mississipiensis
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Famili : Alligatoridae
Genus : Alligator
Spesies : Alligator mississipiensis
Genus Caiman
Karakteristik:
Tidak memiliki tulang sekat antara lubang hidung dan adanya sisik yang
tumpang tindih dan menebal.
Caiman lebih lincah dari pada alligator, cara bergerak mirip dengan buaya,
giginya lebih panjang dan lebih tajam dari pada gigi alligator. Pada saat
menutup, gigi yang terlihat hanya gigi bagian atas
Memiliki hidung bulat dan daerah kepala yang pipih, datar dan luas.
Garis punggung lebih jelas
Habitatnya adalah lingkungan terestrial, danau, sungai, hutan bakau, rawa.
Lebih toleran terhadap kondisi yang lebih dingin
Contoh: Caiman latirostris
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Crocodylia
Family : Alligatoridae
Genus : Caiman
Species : Caiman latirostris
b. Famili Crocodylidae
Karakteristik:
Moncong meruncing dengan bentuk yang hampir segitiga, saat mengatup
kedua deret gigi terlihat jelas
Kedua tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka
lebar
Terdapat baris tunggal sisik belakang kepala yang melintang di bagian
tengkuk
Contoh : Buaya muara dan buaya air tawar
(a) (b)
Gambar 4.8 (a) Crocodylus porosus (Buaya Muara) (b) Crocodylus siamensis
(Buaya Air Tawar)
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylus porosus
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
c. Famili Gavillidae
Karakteristik:
Hewan semi-akuatik
Memiliki moncong yang sangat sempit dan memanjang, namun ujungnya
melebar. Pada hewan jantan dewasa, terdapat ghara di ujung moncongnya
Pada saat moncong menangkup, deretan gigi pada rahang atas dan bawah
tersusun berseling.
Pemangsa utama ikan.
Contohnya adalah Gavialis gangeticus
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Superorder : Crocodylomorpha
Order : Crocodylia
Superfamily : Gavialoidea
Family : Gavialidae
Genus : Gavialis
(a) (b)