Anda di halaman 1dari 29

STRUKTUR, FUNGSI DAN KLASIFIKASI REPTILIA

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Taksonomi Hewan Vertebrata)

Oleh:

Kelompok 6:

1. Solikha (130210103007)
2. Candra Pratama H. (130210103031)
3. Yofin Aprilia Rizki (130210103090)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama
Islam, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Struktur, Fungsi, dan
Klasifikasi Reptilia” ini dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kita peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan Struktur, Fungsi, dan Klasifikasi Reptilia serta
infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Struktur, Fungsi, dan Klasifikasi
Reptilia, tak lupa kita ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Taksonomi Hewan
Vertebrata atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Struktur, Fungsi, dan Klasifikasi
Reptilia, khususnya bagi tim penyusun. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka tim penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.

Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata yang memiliki anggota yang cukup
besar dan paling dikenal. Tubuh dibagi menjadi tiga bagian yang cukup jelas: kepala,
badan, dan ekor. Kepala dengan rangka dalam, cranium, di dalamnya terdapat otak,
karena mempunyai cranium. Vertebrata terbagi menjadi enam kelas, yaitu kelas
Cyclostomata, kelas Pisces, Kelas Amfibi, kelas Reptilia, kelas Aves, dan kelas
Mamalia.

Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru.
Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh
tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan
tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas
atau melakukan pergantian kulit baik secara total maupun sebagain. Pengelupasan
secara total misalnya pada anggota sub-ordo ophidia dan pengelupasan sebagian pada
anggota sub-ordo lacertilia. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya
hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada Reptil
memiliki sedikit sekali kelenjar kulit

Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi
pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali
seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi
tungkai umumnya memiliki 5 jari atau Pentadactylus dan setiap jarinya bercakar.
Rangkanya pada Reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-
paru.

Kelas Reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya:


Tuatara), Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya:
Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator,
Senyulong, dan Caiman).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah karakteristik dan struktur tubuh dari kelas Reptilia?
Bagaimanakah struktur anatomi dan fisiologi dari kelas Reptilia?
Apa sajakah fungsi atau manfaat Reptilia bagi kehidupan manusia?
Apa sajakah klasifikasi dari kelas Reptilia?

1.3 Tujuan
Mengetahui karakteristik dan struktur tubuh dari kelas Reptilia.
Mengetahui struktur anatomi dan fisiologi dari kelas Reptilia.
Mengetahui fungsi atau manfaat Reptilia bagi kehidupan manusia.
Mengetahui klasifikasi dari kelas Reptilia?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Kelas Reptilia


Reptilia (dalam bahasa latin, reptil = melata) memiliki kulit bersisik yang terbuat
dari zat tanduk (keratin). Sisik berfungsi mencegah kekeringan. Ciri lain yang dimiliki
oleh sebagian besar reptil adalah anggota tubuh berjari lima, bernapas dengan paru-
paru, jantung beruang tiga atau empat, menggunakan energi lingkungan untuk
mengatur suhu tubuhnya sehingga tergolong hewan eksoterm, fertilisasi secara
internal, menghasilkan telur sehingga tergolong ovipar dengan telur amniotik
bercangkang.
Reptilia merupakan kelompok vertebrata yang beradaptasi untuk hidup di darat
yang lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah
hilangnya kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup di permukaan yang
kasar. Nama kelas Reptilia menunjukkan cara berjalan (latin: retum=melata). Reptilia
tersebar baik di daerah teropis maupun daerah subtropics. Pada daerah-daerah yang
mendekati kutub dan tempat-tempat yang lebih tinggi jumlah dan jenisnya makin
sedikit. Reptile menempati macam-macam habitat. Phyton misalnya terdapat di
daerah-daerah tropis, hanya terdapat di rawa-rawa, sungai atau sepanjang pantai.
Penyu terbesar teradapat dilaut dan kura-kura darat raksasa terdapat di kepulauan.
Kadal dan ular umumnya terrestrial, tetapii ada yang menempati karang-karang atau
pohon.
Reptilia pertama kali muncul pada jaman Karbon dari ansestor amfibia
labyrinthodontia. Reptilia yang masih hidup sekarang ini berkisar 5000 spesies yang
sudah dikenali. Reptilia merupakan hewan tetrapoda berdarah dingin yang hidup
terrestrial atau akuatik. Umumnya mereka memiliki eksoskeleton berupa sisik-sisik
epidermal kering yang terdiri dari lempeng-lempeng dermal bertulang.

Secara umum, reptilia memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Tubuh ditutupi oleh tonjolan epidermal berupa sisik dengan penambahan lempeng
tulang dari lapisan dermal.
2. Terdapat tungkai, biasanya terdiri dari 5 jari. (digunakan untuk menyesuaikan diri
dalam memanjat, berlari atau berenang). Kecuali pada ular.
3. Skeletonnya sangat keras, tulang rusuk dengan sternum membentuk rongga dada,
tengkorak dengan satu kondilus oksipital.
4. Bernapas dengan paru-paru, tidak ada insang, kloaka digunakan untuk respirasi
pada beberapa hewan, adanya lengkung branchi pada fase embrio.
5. Peredaran darahnya tertutup dan jantungnya terdiri atas 4 ruang (2 auricula dan 2
ventrikel yang terbagi belum sempurna)
6. hewan ektotermik
7. Rusuk membentuk sternum sejati
8. Respirasi menggunakan paru-paru
9. Jantung terbagi atas 2 auricula dan 2 ventrikel yang terbagi belum sempurna.
10. Alat ekskresi berupa sepasang ginjal metanephros, hasil ekskresinya berupa asam
urat.
11. Sistem saraf dilengkapi dengan lobus optik pada bagian dorsal otak, 12 pasang
saraf cranial pada tambahan saraf terminalis.
12. Alat kelamin terpisah, fertilisasi internal
13. Telur ditutupi oleh cangkang kapur, selaput ekstraembrionik (amnion, korion dan
allantois) , tidak ada fase larva yang hidup di air
14. Semua reptil bergigi kecuali kura-kura. Perlekatan gigi-gigi itu ada yang
acrodont, pleurodont, thecodont.
15. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan telinga luar dan ada yang tidak.
16. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak, ada pula yang kelopaknya tidak
dapat bergerak serta berubah menjadi bangunan transparan.

2.2 Struktur Morfologi Kelas Reptilia


Morfologi Reptilia meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor,
angggota tubuh berukuran pendek dengan sejumlah jari yang pada bagian ujungnya
dilengkapi cakar dan begitupun ada juga sebagaian subordo yang lain yang tidak
memiliki jari. Mulutnya yang panjang dilengkapi dengan gigi. Buaya misalnya di
dekat ujung moncong terdapat dua lubang hidung. Mata berukuran besar dan terletak
lateral, dengan kelopak atas dan bawah, serta membrane nictatin transparan yang
dapat bergerak di bawah kelopak mata, telinga berukuran kecil terletak di belakang
mata. Anus terletak longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang.

2.3 Struktur Anatomi Kelas Reptilia


1. Sistem Integumen Reptilia
Reptil memiliki kulit yang ditutupi oleh sisik yang keras, kering sebagai
proteksi atau pelindung dari serangan yang bisa melukai tubuhnya. Kulitnya
tersusun atas epidermis yang tipis yang dapat mengelupas secara periodik dan
lapisan dermis yang sangat tebal dan berkembang baik. Pada lapisan dermis
terdapat kromatofor, sel-sel yang memberi warna sehingga beberapa kadal dan
ular bisa memiliki warna yang menarik. Karakteristik sisik pada reptil adalah
sebagian besar dibentuk oleh keratin. Sisik-sisik tersebut merupakan derivat atau
modifikasi dari lapisan epidermis sehingga sisik pada reptil berbeda dengan
sisik pada ikan yang merupakan struktur dari lapisan dermis. Pada beberapa reptil
seperti alligator, sisik bertahan selama hidupnya, tumbuh secara bertahap.
Sedangkan pada beberapa hewan yang lain seperti ular dan kadal, sisik baru
tumbuh di bawah sisik yang lama, yang kemudian akan lepas sewaktu-waktu.
Pada kura-kura lapisan baru dari keratin di bawah lapisan yang lama memipih, ini
merupakan bentuk modifikasi dari sisik. Pada ular, kulit lama (epidermis dan
sisik) dilepas secara terbalik; kadal membagi kulit lama dan masih meninggalkan
sebagian besar kulitnya tersebut di sebelah kanan tubuhnya. Buaya dan kadal
pada umumnya memiliki lempengan tulang yang disebut osteoderm yang ada di
bawah sisik keratin (Hickman, 2001: 563).

2. Selaput Ekstra Embrio pada Telur Reptilia


Cangkang (amnion) dari telur reptil mengandung makanan dan membran
pelindung untuk mendukung perkembangan embrio di daratan. Reptil
menyembunyikan telur-telur mereka di tempat tersembunyi di daratan. Hewan
muda yang baru menetas bernapas menggunakan paru-paru muda bukan sebagai
larva akuatik. Embrio berkembang di dalam amnion yang dilengkapi dengan
cairan amnion. Makanan disediakan oleh kuning telur (yolk) dari kantung yolk
dan sisa metabolisme akan disimpan di bagian allantois. Selanjutnya allantois
akan menyatu dengan korion, yaitu membran tipis di bagian dalam cangkang,
kedua membran memiliki pembuluh darah yang membantu pertukaran oksigen
dan karbon dioksida yang akan dikeluarkan melalui pori-pori pada cangkang.
Karena jenis telur ini tertutup dan memiliki sistem yang berdiri sendiri maka
sering disebut sebagai telur cleidoic (Gr. Kleidoun: terkunci). (Hickman, 2001:
564).
Gambar 2.2 Telur beramnion (Hickman, 2001: 564)

3. Sistem Pencernaan Reptilia


Sistem pencernaan reptil lengkap meliputi saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging). Sistem pencernaan
pada reptil dimulai dari rongga mulut. Bagian rongga mulut disokong oleh rahang
atas dan bawah. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang
lidah dengan ujung bercabang dua (Mirajuddin et al, 2006: 93-94).

Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenil,
reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang
kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya hingga dewasa
(Hidayat, 2009 dalam http://ksh.biologi.ugm.ac.id).

Rahang reptil memiliki desain atau bentuk yang sesuai untuk meremukkan dan
mencengkeram kuat mangsanya. Otot pada rahang reptil lebih besar dan lebih
panjang dari pada ikan atau amphibi sehingga pergerakan secara mekanik
rahang pada reptil lebih baik dari keduanya (Mirajuddin et al, 2006:
93-94).

Dari mulut, makanan akan diteruskan ke esofagus (kerongkongan), ventrikulus


(lambung), intestinum. Intestinum terdiri atas usus halus dan usus tebal. Di dalam
intestinum, makanan dicerna secara kimiawi dan terjadi proses penyerapan sari-
sari makanan. Sisa makanan akan dikeluarkan melalui kloaka (Mirajuddin et al,
2006: 93-94).
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas.
Hati pada reptilia memiliki dua lobus (gelambir dan berwarna kemerahan).
Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara
lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan
(www.undiksha.ac.id/e-learning/staff/dsnmateri/4/1-125.pdf ).

Gambar 2.3 Alat Pencernaan Reptil (Mikrajuddin et al, 2006)

4. Sistem Pernapasan Reptilia


Reptil bernapas menggunakan paru-paru. Paru-paru pada reptil berkembang
lebih baik daripada hewan amphibi. Reptil secara khusus menggunakan paru-paru
untuk pertukaran udara, dilengkapi oleh membran paringeal pada beberapa hewan
akuatik seperti kura-kura. Reptil menghirup udara kemudian dimasukkan ke paru-
paru melalui saluran torakalis yang besar yang diperoleh dengan cara
mengembangkan rusuk dadanya (ular dan kadal) atau menggerakkan organ-organ
dalamnya (kura-kura dan buaya). Reptil tidak memiliki otot diafragma (Hickman
et al., 2001: 564).

Pada ular, paru-paru sederhana dengan struktur seperti kantung kecil atau
alveoli di dindingnya. Pada buaya, beberapa kadal dan kura-kura, wilayah
permukaan meluas karena perkembangan adanya pelekukan dan memiliki alveoli.
Mekanisme pernapasan pada sebagian besar reptil diawali dengan mengubah
volume rongga tubuh. Kontraksi otot-otot mampu menggerakkan tulang dada
dengan demikian, volume rongga tubuh meningkat dan tekanan udara menurun
sehingga udara dari lingkungan masuk ke paru-paru. Kemudian, dengan kontraksi
otot-otot tubuh, volume rongga tubuh dikurangi sehingga mengakibatkan udara
keluar dari paru-paru. Sistem pernapasan di atas terjadi pada semua reptil modern
kecuali pada kura-kura karena adanya penyatuan tulang dada dengan cangkang
kaku dan keras sehingga tidak bisa melakukan pernapasan seperti reptil pada
umumnya. Kura-kura akuatik memiliki kulit yang lebih lentur dan sama dengan
insang di bagian awal untuk beberapa spesies (www.adrijovin.space.com).

Kura-kura menggunakan kontraksi otot-otot sisi tubuhnya yang memperbesar


rongga tubuhnya sehingga terjadi inspirasi. Kontraksi dua otot yang lain
bersamaan dengan relaksasi, kekuatan dari organ viscera untuk naik ke atas ke
arah paru-paru menyebabkan exhalasi. Kecepatan bernapas reptil sepertinya
banyak dipengaruhi oleh aktivitas reptil dan temperatur lingkungan.

Keterangan:
 Lr :larynx
 R gl :Rima glottidis
 Tr :Trachea
 Btr :Bifurcatio tracheae
 Br :Bronchus
 Plm :Pulmo

5. Sistem Peredaran Darah Reptilia


Peredaran darah pada reptil adalah peredaran darah tertutup dan ganda. Sistem
peredaran darahnya terdiri atas jantung dan pembuluh-pembuluh darah. Jantung
pada reptil memiliki dua atrium dan dua ventrikel namun belum tersekat secara
sempurna (kecuali pada buaya). Peredaran darah paru-paru dan sistemik hanya
terpisah secara parsial. Kedua lengkung aorta kanan dan aorta kiri berfungsi
dengan baik. Pada buaya, sekat ventrikel kanan dan ventrikel kiri terdapat suatu
lubang yang disebut foramen panizzae yang memungkinkan pemberian oksigen ke
alat pencernaan dan untuk keseimbangan tekanan dalam jantung sewaktu
menyelam di dalam air (http://www.scribd.com/doc/19194050/Sistem-Sirkulasi-
Pada-Hewan-Lengkap).

Reptil merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung


pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil
melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari (Zug,
1993 dalam http://ksh.biologi.ugm.ac.id).

Darah dari seluruh tubuh yang mengandung karbondioksida mengalir ke sinus


venosus, kemudian masuk ke atrium kanan menuju ventrikel. Dari ventrikel,
darah menuju arteri pulmonalis lalu masuk ke paru-paru. Di paru - paru terjadi
pertukaran gas. Selanjutnya darah keluar dari paru-paru menuju atrium kiri
melalui vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah memasuki ventrikel. Dari
ventrikel terdapat dua aorta yang membelok ke kiri dan ke kanan. Aorta kanan
berasal dari ventrikel kiri dan berfungsi membawa darah ke kepala dan seluruh
bagian depan tubuh. Aorta yang lain berasal dari tempat antara ventrikel kanan
dan kiri yang berfungsi membawa darah ke bagian belakang tubuh. Kedua aorta
ini bercabang-cabang ke arteri yang menuju ke organ-organ tubuh (Aryulina,
2004: 136) .

Gambar 2.4 Macam-macam Jantung pada Reptil. Gambar menunjukkan tipe-tipe


jantung pada kadal, ular, buaya dan kura-kura(Britannica.org)

6. Sistem Saraf Reptilia


Sistem saraf pada reptil lebih maju dibandingkan dengan amphibi. Meskipun
reptil memiliki otak yang kecil, otak depan atau serebrum relatif lebih besar bila
dibandingkan dengan bagian otak yang lain. Buaya merupakan hewan pertama
yang memiliki serebral korteks (neopallium) yang sebenarnya. Hubungan ke
sistem saraf pusat lebih maju. Dengan pengecualian indera pendengaran, organ
sensori pada umumnya berkembang dengan baik. Organ jacobson adalah organ
khusus untuk penciuman yang ada pada beberapa tetrapoda, sangat berkembang
pada kadal dan ular. Rangsangan bau diterima oleh organ Jacobson melalui lidah
hewan reptil.
Gambar 2.5 Otak pada reptil (www.britannica.com)

keterangan

A. facies dorsalis

B. facies ventralis

C. facies lateralis

b.olf : bulbus olfactorius

f.Rh : fossa rhomboidea

t olf : tractus olfactorius

m.Obl : medulla oblongata

Hmsp : hemisphaerium cerebri

c.n.opt : chiasma nervi optici

Ep : epiphyse

Inf : infundibulum

l op : lobus opticus

hyp : hypophyse

Cer :cerebellum
Gambar 2.6 Organ Jacobson pada ular (www.rcreptiles.com)

Ular mengenali bau mangsa atau bau benda yang lain dengan cara
menjulurkan lidahnya. Pada saat lidahnya menjulur kemudian ditarik kembali ke
dalam mulut, terdapat partikel-partikel yang menempel di permukaan lidahnya.
Kemudian partikel bau tersebut dilewatkan melalui dua rongga kecil yang
mengarah ke organ Jacobson. Rongga yang mengarah ke organ Jacobson dilapisi
dengan jaringan sensitif yang membantu daam proses keseluruhan proses
penciuman ular. Setelah partikel dilewatkan ke rongga dan organ Jacobson,
komposisi partikel dipecah dan dikirim ke otak melalui serangkaian struktur saraf
yang kompleks. Otak kemudian menerjemahkan partikel-partikel ini dan
mengidentifikasi apakah partikel tersebut milik mangsa, feromon dari ular yang
lain atau bersumber dari benda-benda yang dikenal atau tidak dikenal. Lidah pada
ular bercabang karena disesuaikan dengan fungsinya yaitu untuk menyalurkan
partikel ke kedua lubang yang mengarah ke organ Jacobson. Adanya dua lubang
itulah yang mengharuskan ular untuk melewatkan partikel secara bersamaan ke
dalam lubang tersebut (Crawford, 2006)

7. Sistem Reproduksi Reptilia


Jenis kelamin pada reptil terpisah antara hewan jantan dan hewan betina. Pada
hewan jantan, organ reproduksi terdiri atas testis, vas deferent dan bermuara di
kloaka. Saluran pengeluarannya menjadi satu dengan saluran pengeluaran dari
ginjal metanephros. Semua reptil, kecuali tuatara memiliki organ kopulasi yang
fungsional. Strukturnya bervariasi pada tiap kelompok hewan, tetapi semuanya
memiliki jaringan ereksi yang merupakan bagian terpenting dalam mekanisme
fertilisasi internal. Organ kopulasinya berupa satu pasang hemipenis. Pada kadal
dan ular, hemipenis memanjang seperti ekor. Hanya satu hemipenis yang akan
masuk ke organ fertilisasi hewan betina, tetapi keduanya masuk secara
bergantian.
Gambar 2.7 Alat Reproduksi pada reptil (a) alat reproduksi reptil jantan.(b) alat
reproduksi betina. (http://fembrisma.wordpress.com/ science/sistem-reproduksi/sistem-
reproduksi-hewan)

8. Alat Gerak pada Reptilia


Semua reptil memiliki tungkai yang berpasangan, kecuali anggota tanpa
tungkai, memiliki struktur tubuh yang lebih baik dari pada amphibi dan memiliki
desain atau bentuk tungkai yang sesuai untuk berjalan di daratan. Sebagian besar
reptil modern berjalan dengan tungkai-tungkai yang meregang ke bagian luar dan
perut mereka begitu dekat dengan tanah atau daratan. Sebagian dinosaurus, dan
beberapa kadal, berjalan dengan tungkai yang tegak menopang tubuhnya,
perubahan yang disesuaikan untuk pergerakan yang cepat dan mendukung berat
tubuhnya. Beberapa dinosaurus berjalan hanya dengan tungkai belakang yang
sangat kuat (Hickman et al., 2001).

Reptil yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau
pentadactylus dan setiap jarinya bercakar (Zug 1993
dalam http://ksh.biologi.ugm.ac.id)

9. Sistem Ekskresi pada Reptilia


Organ ekskresi pada reptilia adalah dua ginjal kecil metanephros. Pada sub
kelas Diapsida, sisa metabolisme nitrogen dibuang dalam bentuk asam urat, pada
kura-kura sisa metabolisme utama yang diekskresikan adalah urea. Ginjal pada
reptil tidak bisa menghasilkan urine cair yang lebih pekat daripada cairan tubuh
mereka. Hal ini karena tidak adanya struktur khusus di nephros ginjal yaitu
lengkung Henle, sehingga beberapa reptil menggunakan usus besar dan kloaka
untuk membantu reabsorbsi air. Beberapa hewan juga bisa mengambil dan
menyimpan air dalam suatu kantung. Kelebihan garam juga diekskresikan oleh
beberapa reptil melalui lubang hidung (nasal) dan kelenjar garam
(http://adrijovin.000space.com).
Saluran ekskresi pada reptil berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang
spesifik untuk ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada
ordo Squamata dan kloaka dengan celah membujur terdapat pada ordo Chelonia
dan Ordo Crocodilia (Hidayat, 2009 dalam http://ksh.biologi.ugm.ac.id).

Gambar 2.8 Sistem ekskresi pada Reptilia, menggunakan tipe ginjal metanefros
(http://budisma.web.id/).

10. Sistem Otot pada Reptilia


Reptilia memiliki sistem otot daging lebih kompleks bila dibandingkan dengan
amphibia, karena otot daging harus mendukung tubuh di daratan yang bersifat
lebih berat dari pada di dalam air. Kecuali itu juga untuk gerakan-gerakan yang
sifatnya harus cepat.

2.4 Klasifikasi dari Kelas Reptilia


Berdasarkan bentuk tengkorak, kelas reptil dibagi menjadi tiga sub kelas yaitu:
1) Anapsida (Gr. An=tanpa, apsis = lengkung), yaitu amniota yang memiliki beberapa
ciri primitif yaitu tengkorak tidak memilki bukaan temporal di belakang orbit
tengkorak (Hickman, 2001:577).

Orbit tengkorak

Gambar 3.1 Tengkorak anapsida tanpa lubang atau bukaan temporal dibelakang orbit
tengkorak (http://www.bionet-skola.com)

2) Synapsida (Gr. Syn = bersama, apsis = lengkung) yaitu amniota yang memiliki ciri-
ciri primitif tengkorak dengan satu pasang lubang atau bukaan temporal di belakang
orbit tengkorak (Hickman, 2001:577).
Gambar 3.2 Tengkorak sinapsida dengan 1 pasang lubang atau bukaan temporal di
belakang orbit tengkorak (http://www.bionet-skola.com)

3) Diapsida (Gr. Di = dua, apsis = lengkung) yaitu amniota yang memiliki ciri-ciri
primitif tengkorak dengan dua pasang lubang atau bukaan temporal di belakang orbit
tengkorak (Hickman, 2001:577).

Gambar 3.3 Tengkorak sinapsida dengan 2 pasang lubang atau bukaan temporal di
belakang orbit tengkorak (http://www.bionet-skola.com)
Menurut Hickman et al. (2001), kelas reptil dapat diklasifikasikan sebagai berkut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Subkelas :
1.) Anapsida
Ordo : Captorhinida
Ordo : Testudines (Chelonia)

2.) Diapsida
Super Ordo : Lepidosauria
Ordo : Sphenodonta
Ordo : Ichthyosauria
Ordo : Squamata
Sub Ordo : Lacertilia
Sub Ordo : Amphisbaenia
Sub Ordo : Serpentes
Super Ordo : Sauropterygia
Ordo : Plesiosauria
Super Ordo : Archosauria
Ordo : Thecodontia
Ordo : Pterosauria
Ordo : Saurischia
Sub Ordo : Sauropodomorpha
Sub Ordo : Theropoda
Ordo : Ornithischia
Ordo : Crocodilia

3.) Synapsida
Ordo : Pelycosauria
Ordo : Therapsida

Untuk memudahkan mempelajari klasifikasi reptil, maka penjelasan dalam makalah


ini disusun berdasarkan keberadaan hewan reptil saat ini, sehingga dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok reptil yang telah punah
dan kelompok reptil yang masih bertahan. Adapun kelompok reptil yang telah punah
adalah reptil yang termasuk ke dalam ordo-ordo berikut:

 Captorhinida
 Pelycosauria
 Therapsida
 Sphenodonta
 Ichthyosauria
 Plesiosauria
 Thecodontia
 Pterosauria
 Saurischia
 Ornithischia

Sedangkan kelompok reptil yang masih bertahan hingga saat ini adalah reptil yang
termasuk ke dalam ordo-ordo berikut:
 Testudines (Chelonia)
 Squamata
 SphenodontaRhynchocephalia
 Crocodilia

1. Sub Kelas Anapsida


a) Ordo Captorhinida (Gr.Kapto= untuk menangkap, rhinos = hidung)
Karakteristik:
 Hidup pada masa awal Permian
 Tengkoraknya sangat keras
 Memiliki pelvis yang pipih atau datar
 Rahang dan gigi kurang berkembang
 Merupakan reptil yang sudah punah
 Ukuran 30 - 300 cm
 Contohnya adalah Labidosaurus dan Milleretta

(a) (b)

Gambar 3.4 (a) Labidosaurus (b) Milleretta (en.wikipedia.org)

b) Ordo Testudines (Chelonia)


Karakteristik:
 Hidup di darat atau perairan
 4 alat gerak yang masing-masing memiliki 5 jari
 Tubuh tertutupi cangkang berupa tulang yang terdiri dari karapaks di bagian
dorsal dan plastron di bagian ventral
 Memiliki ekor
 Rahang tanpa gigi, tetapi memiliki struktur dari zat tanduk yang mirip gigi
 Memiliki tulang kuadrat
 Lidah yang kecil
 Leher dapat ditarik
 Tulang belakang dan tulang rusuk biasanya menyatu dengan cangkang
 Organ sanggama yang tidak berpasangan
 Bukaan kloaka yang letaknya membujur
 Contohnya adalah penyu dan kura-kura
(a) (b)

Gambar 3.5 (a) Chelonia mydas (Penyu) (b) Serpentina (Kura-kura)


2. Sub Kelas Diapsida
A. Super ordo Lepidosauria (Gr. Lepidos = sisik; sauros = kadal)
Karakteristik:
 Kelompok Diapsid secara garis keturunan muncul di zaman Permian.
 Dicirikan oleh postur tubuh yang luas (besar),
 Tidak berjalan dengan dua kaki (bipedal spesialisasi).
 Tengkorak diapsid termodifikasi, kehilangan salah satu atau kedua
lengkungan temporal (temporal arches).

a) Ordo Sphenodonta (Gr. Sphen = pasak, odontos = gigi)


Karakteristik:
 Memiliki tengkorak diapsid yang primitif

Gambar 3.6 Brachyrhinodon, salah satu contoh hewan yang termasuk dalam ordo
Sphenodonta (en.wikipedia.org)

b) Ordo Ichthyosauria (Gr. Ichtys = ikan, sauros = kadal)


Karakteristik:
 Hewan laut yang menyerupai lumba-lumba dengan sirip yang tereduksi

Gambar 3.7 Contectopalatus, salah satu contoh hewan yang termasuk dalam ordo
Ichthyosauria (en.wikipedia.org)

c) Ordo Squamata (L. Squamatus = bersisik; ata = memiliki karakteristik)


Karakteristik:
 Kulitnya bersisik menanduk atau pipih yang kuat terhadap perubahan
temperatur.
 Tengkorak yang dapat bergerak (kecuali amphisbaenians).
 Bagian depan vertebrae biasanya cekung atau konkaf.
 Memiliki organ kopulasi yang berpasangan.
 Digolongkan menjadi tiga sub ordo yaitu:
- Sub ordo Lacertilia (Sauria)
- Sub ordo Amphisbaenia
- Sub ordo Serpentes (Ophidia)

 Sub ordo Lacertilia (Sauria)


Karakteristik:
 Tubuh berbentuk silindris
 mempunyai 2 pasang extremitas atau tereduksi
 makanan hewan ini dapat berupa insecta atau Invertebrata lainnya, namun
ada juga yang herbivora
 Lidah dapat dijulurkan
 Kelopak mata dapat dipejamkan

(a) (b)

Gambar 3.8 (a) Varanus komodoensis (Komodo) (b) Mabouya multifasciata (Kadal)

 Sub Ordo Amphisbaenia


Karakteristik:
 Tubuhnya panjang
 Diameternya hampir sama, tidak mempunyai kaki (kecuali, salah satu genus
dengan kaki depannya yang pendek)
 Tulang tengkorak bertautan (tidak bergerak)
 Mata tersembunyi di bawah kulit
 Mempunyai satu paru-paru

Gambar 3.9 Amphisbaenia sp.

 Sub Ordo Serpentes (Ophidia)


Karakteristik:
 Tubuh tidak memiliki extremitas, tidak berkaki
 Lidah bercabang dua
 Gigi melengkung ke dalam sebagai alat pencengkeram mangsa.
 Kelenjar parotis ada yang menghasilkan racun.
 Mulut dapat dibuka lebar-lebar untuk menelan mangsa
 Penciuman tajam karena mempunyai organ Jacobson yang peka rangsangan
kimia di rongga hidungnya.
 Hanya memiliki satu paru-paru, yaitu paru-paru kiri.
 Kopulasi dengan sepasang hemipenis.
(a) (b)

Gambar 4.0 (a) Ophiophagus hannah (Ular King Cobra) (b) Xenopeltis unicolor
(Ular Pelangi)

B. Super ordo Sauropterygia (Gr. Sauros = kadal; ptryginos = bersayap)


Karakteristik:
 Merupakan reptil laut pada masa mesozoik

a) Ordo Plesiosauria (Gr. Plesios = dekat; sauros = kadal)


Karakteristik:
 Habitat di laut, pada masa mesozoik
 Berleher panjang dengan tungkai mirip sirip

Gambar 4.1 Plesiosaurus, salah satu contoh hewan yang termasuk dalam ordo
Plesiosauria (en.wikipedia.org)

C. Super ordo Archosauria (Gr. Archon = penguasa; sauros = kadal)


Karakteristik:
 Hewan terestrial, tetapi beberapa terspesialisasi untuk terbang

a) Ordo Thecodontia (Gr.Theke = diselubungi; dontos = gigi)


Karakteristik:
 Gigi diatur dalam rongga
 Memiliki kecenderungan berjalan dengan 2 kaki
Gambar 4.2 Ornithosuchus longidens, salah satu contoh hewan yang termasuk
dalam ordo Thecodontia (en.wikipedia.org)

b) Ordo Pterosauria (Gr. Pteron = bersayap; sauros = kadal)


Karakteristik:
 Hidup pada masa mesozoik
 Memiliki sayap membraneus
 Penyebarannya luas

Gambar 4.3 Pterosaurus, salah satu contoh hewan yang termasuk dalam ordo
Pterosauria (en.wikipedia.org)

c) Ordo Saurischia (Gr.Sauros = kadal, ischion = bentuk)


Karakteristik:
 Merupakan dinosaurus masa mesozoik
 Hewan yang berjalan dengan 2 kaki bersifat karnivora, hewan yang berjalan
dengan 4 kaki bersifat herbivora
 Memiliki struktur pinggang reptil primitif
(a) (b)

Gambar 4.4 (a) Omeisaurus tianfuensis dan (b) Theropod merupakan contoh hewan
yang termasuk dalam ordo Saurischia (en.wikipedia.org)

d) Ordo Ornithischia (Gr.Ornis = burung, ischion = bentuk)


Karakteristik:
 Merupakan dinosaurus masa mesozoik
 Hewan herbivora berparuh
 Bentuk menyerupai burung
Gambar 4.5 Stegosaurus merupakan contoh hewan yang termasuk dalam ordo
Ornithischia ( en.wikipedia.org)

e) Ordo Crocodilia (L. Crocodilus = buaya, Gr. Croco = batu;deilos = cacing).


Karakteristik:
 Bentuk tubuh memanjang dan kuat, tengkorak yang kuat, memanjang dan
otot-otot rahang yang masif yang tersusun untuk dapat menganga dengan
lebar dan dapat ditutup dengan kuat (Hickman et al., 2001)
 Gigi-giginya tersusun dalam socket dan tipe giginya disebut thecodon yang
khas dari semua archosaurus atau kelompok moyang burung (burung purba).
Adanya langit-langit sekunder yang sempurna, sehingga buaya dapat
bernapas ketika mulut diisi dengan air atau makanan atau keduanya
(Hickman et al.,2001)
 Memiliki jantung dengan 4 ruang, memiliki foramen panizzae
 Dapat tumbuh hingga mencapai ukuran yang sangat besar dan beratnya dapat
mencapai 1000 kg, bergerak cepat dan agresif, termasuk hewan karnivora
yang berburu pada malam hari dan hewan ovipar (Goodisman, dalam
ksh.biologi.ugm.ac.id)
 Di bagian punggung, sisik-sisik itu tersusun teratur berderet ke arah
transversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik
pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian
ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat,
dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi tecodont
(ksh.biologi.ugm.ac.id).
 Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil
vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang
membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah
(ksh.biologi.ugm.ac.id).
 Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi
dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada
saat buaya menyelam (ksh.biologi.ugm.ac.id).
 Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai
belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5
tanpa selaput (ksh.biologi.ugm.ac.id).
 Habitat : perairan tawar, air payau

Adapun klasifikasi ordo Crocodylia adalah sebagai berikut


(ksh.biologi.ugm.ac.id):
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Subclass : Diapsida
Super ordo : Archosauria
Ordo : Crocodylia
- Familia : Alligatoridae
- Familia : Crocodylidae
- Familia : Gavialidae

a. Famili Alligatoridae
Karakteristik:
 Bentuk moncong tumpul.
 Deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat
pada rongga pada deretan rahang atas. Pada saat mengatup, hanya deretan
gigi rahang atas yang terlihat.
 Tahan terhadap suhu rendah.
 Memiliki lempeng tulang punggung dan bagian perut bawah memiliki
sisik dari bahan tanduk yang lebar berjumlah 6 sisik.
 Memiliki 2 genus yaitu genus Alligator dan genus Caiman.

 Genus Alligator
Karakteristik:
 Kurang agresif bila dibandingkan dengan buaya.
 Habitat di perairan yang bersih.
 Aligator besar dan sangat kuat, kepala lebih pendek dan lebih lebar dari pada
buaya, moncongnya tumpul, gigi yang lebih besar.
 Alligator mampu mengeluarkan suara tertentu, biasanya digunakan pada saat
musim kawin pada hewan dewasa, pada hewan yang baru menetas, suara
digunakan untuk memberi tahu induknya bahwa dia menetas sehingga induk
akan membuka sarangnya.
 Memiliki moncong yang lebih lebar, ketika mulutnya ditutup gigi keempat
yang ada pada rahang bawah tidak tampak, memiliki lempeng tulang pada
punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang
lebar yang berjumlah lebih dari 6 sisik.
 Contoh : Alligator mississipiensis

Gambar 4.6. Alligator mississipiensis (Hickman et al, 2 0 0 1 )

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Famili : Alligatoridae
Genus : Alligator
Spesies : Alligator mississipiensis

 Genus Caiman
Karakteristik:
 Tidak memiliki tulang sekat antara lubang hidung dan adanya sisik yang
tumpang tindih dan menebal.
 Caiman lebih lincah dari pada alligator, cara bergerak mirip dengan buaya,
giginya lebih panjang dan lebih tajam dari pada gigi alligator. Pada saat
menutup, gigi yang terlihat hanya gigi bagian atas
 Memiliki hidung bulat dan daerah kepala yang pipih, datar dan luas.
 Garis punggung lebih jelas
 Habitatnya adalah lingkungan terestrial, danau, sungai, hutan bakau, rawa.
Lebih toleran terhadap kondisi yang lebih dingin
 Contoh: Caiman latirostris

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Crocodylia
Family : Alligatoridae
Genus : Caiman
Species : Caiman latirostris

Gambar 4.7 Caiman Latirostris (en wikipedia.org)

b. Famili Crocodylidae
Karakteristik:
 Moncong meruncing dengan bentuk yang hampir segitiga, saat mengatup
kedua deret gigi terlihat jelas
 Kedua tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka
lebar
 Terdapat baris tunggal sisik belakang kepala yang melintang di bagian
tengkuk
 Contoh : Buaya muara dan buaya air tawar

(a) (b)

Gambar 4.8 (a) Crocodylus porosus (Buaya Muara) (b) Crocodylus siamensis
(Buaya Air Tawar)
Klasifikasi ilmiah

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Sauropsida

Ordo : Crocodilia

Famili : Crocodylidae

Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylus porosus

Klasifikasi ilmiah

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Sauropsida

Ordo : Crocodilia

Famili : Crocodylidae

Genus : Crocodylus

Spesies : Crocodylus siamensis

c. Famili Gavillidae
Karakteristik:
 Hewan semi-akuatik
 Memiliki moncong yang sangat sempit dan memanjang, namun ujungnya
melebar. Pada hewan jantan dewasa, terdapat ghara di ujung moncongnya
 Pada saat moncong menangkup, deretan gigi pada rahang atas dan bawah
tersusun berseling.
 Pemangsa utama ikan.
 Contohnya adalah Gavialis gangeticus

Gambar 4.9 Gavialis gangeticus (en.wikipedia.org)


Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Reptilia

Superorder : Crocodylomorpha

Order : Crocodylia

Superfamily : Gavialoidea

Family : Gavialidae

Genus : Gavialis

Species : Gavialis gangeticus

3. Sub Kelas Synapsida


a) Ordo Pelycosauria (Gr. Pelyx= mangkuk; sauros= kadal)
Karakteristik (Hickman et al, 2001):
 Hidup pada masa Karbon dan Permian
 Hewan herbivora dan karnivora
 Berukuran cukup besar, beberapa kecil
 Mengembangkan sirip yang tinggi dari pemanjangan tulang belakang
 Contohnya adalah Dimetrodon dan Edaphosaurus

(a) (b)

Gambar 5.0 (a) Dimetrodon; (b) Edaphosaurus

b) Ordo Therapsida (Gr. Ther = buas; apsis = lengkung, lubang)


Karakteristik (Hickman et al,2001):
 Hidup pada masa Permian dan Triassic
 Memiliki beberapa ciri seperti hewan mamalia dan merupakan moyang dari
mamalia
 Herbivora dan karnivora
 Contohnya adalah Cynognathus
Gambar 5.1 Cynognathus

Anda mungkin juga menyukai