KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Pengertian Repiatil. .3
B. Kelas Reptilia..............4
C. Sejarah Komodo..................................................................................................5
D. Komodo...............................................................................................................6
E. Ciri-ciri Komodo.........9
F. Prilaku Makan Komodo............9
G. Makanan Komodo.11
H. Reproduksi Komodo.........................................................................................11
KESIMPULAN................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reptilia berasal dari bahasa Latin: reptum = melata, yang menunjukkan cara berjalan,iIlmu
yang mempelajari hewan reptilia disebut herpetologi (Yunani: ereptos = reptilia), reptilia
merupakan kelompok Vertebrata yang berdaptasi untuk hidup di darat yang lingkungannya
kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah hilangnya kelembaban tubuh dan
membantu hewan untuk hidup di permukaan yang kasar, terdapat antara 5000 – 6000 spesies
reptil yang telah diketahui.
Salah satu spesisesnya yaitu Komodo atau Biawak Komodo (Varanus komodoensis),
merupakan spesies reptil terbesar di dunia yang terdapat di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili
Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara, Indonesia. Komodo yang ditemukan pertama kali
oleh peneliti barat pada tahun 1910. Komodo (Varanus komodoensis) merupakan satu diantara 3
satwa nasional Indonesia. Komodo sebagai satwa bangsa mendampingi burung elang jawa
(satwa langka) dan ikan siluk merah (satwa pesona). Komodo juga ditetapkan sebagai fauna
identitas provinsi Nusa Tenggara Timur.Komodo dragon, biawak terbesar dan terunik.
Komodo dalam bahasa latin disebut sebagai Varanus komodoensis. Oleh masyarakat
setempat biasa dinamakan Ora. Beberapa nama lain komodo seperti Biawak Komodo, Komodo
Dragon, Komodo Island Monitor, dan Komodo Monitor. Habitat komodo yang hanya terdapat di
beberapa pulau di Nusa Tenggara yang termasuk dalam wilayah Taman Nasional Komodo juga
mendapat apresiasi di dunia internasional dengan lolosnya menjadi salah satu dari 28 finalis New
7 Wonders of Nature.
BAB II
PEMBAHASAN
A. REPTILIA
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok
hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan peru-paru. Ciri umum kelas ini
yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering
atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau
sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada
anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia.
Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami
pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit (Zug,
1993).
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa
diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan
sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau
pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi
sempurna dan bernafas dengan paru-paru (Zug, 1993).
Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan 2
ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna
sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil merupakan hewan berdarah
dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur
suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinarmatahari.
Saluran ekskresi Kelas Reptilia berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk
ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada Ordo Squamata yaitu Sub-ordo
Lacertilia dan Sub-ordo Ophidia. Kloaka dengan celah membujur yaitu terdapat pada Ordo
Chelonia dan Ordo Crocodilia. (Zug, 1993).
Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting
untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenile,
reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang kemudian gigi telur
tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa jenis reptil memiliki
alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar atupun tidak. Pada beberapa jenis
lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada reptil ada yang berkelopak dan ada yang
tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada yang dapat digerakkan dan ada yang
tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah menjadi lapisan transparan.
Ciri – ciri umum dari seekor reptilia adalah:
Berjalan secara melata
Alat pernafasannya berupa paru – paru
Bersifat poikiloterm
Reproduksi secara ovipar ( bertelur), vivipar (beranak), dan juga ovovivipar (bertelur dan
beranak)
Fertilasi secara internal ( pertemuan antara sperma dan ovum terjadi di dalam tubuh induk betina)
Selain itu, Ada juga beberapa jenis reptilia yang kakinya beralat perekat (contohnya
cecak). dan pada beberapa jenis mempunyai sepasang alat tambahan seperti sayap.
Ketika tahun 1910 armada kapal Belanda menemukan makhluk misterius yang diduga "Naga"
mendiami wilayah Kepulauan Sunda Lesser. Selanjutnya oleh Letnan Steyn Van Hensbroek,
seorang penjabat Administrasi Kolonial Belanda di kawasan Flores temuan ini ditindaklanjuti.
Pada tahun 1912, Peter A. Ouwens, direktur Museum Zoologi di Bogor Tentang Komodo
Indonesia | mempublikasikan komodo kepada dunia lewat papernya. Dalam pemberitaannya,
Ouwens memberi saran nama kadal raksasa " Varanus komodoensis" untuk komodo, sebagai
pengganti julukan Komodo Dragon (Naga Komodo). Dipercaya sebagai hewan unik dan langka,
pada tahun 1915 pemerintah Belanda akhirnya menetapkan Pulau Komodo sebagai wilayah
konservasi.
D. Komodo
Komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan panjang tubuh dapat mencapai 3 m.
Dalam bahasa lokal, komodo disebut sebagai “ora”. Saat ini distribusi alami komodo, secara
endemik terbatas pada lima pulau di Nusa Tenggara, yaitu Komodo, Rinca, Gili Motang, Nusa
Kode, dan Flores. Keempat pulau pertama tersebut berada dalam kawasan Taman Nasional
Komodo. Penyebaran komodo di Flores yang merupakan pulau terbesar hanya terbatas pada
daerah barat pulau (Wae Wuul) dan sebelah utara pulau (Riung).
Komodo (Varanus komodoensis) merupakan satwa yang masuk dalam daftar Appendix I
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)
dan dikategorikan sebagai “vulnerable” atau “rentan” oleh International Union for the
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Sejak tahun 1986, komodo ditetapkan
sebagai satwa “rare” atau “langka” oleh IUCN Conservation Monitoring Centre. Oleh
pemerintah Indonesian, komodo termasuk satwa nasional dan dilindungi oleh beberapa aturan
perundangan seperti PP Binatang Liar tahun 1931, SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991, and PP
No. 7 tahun 1999.
Komodo jantan dewasa dapat tumbuh lebih besar daripada betina, sehingga pada usia
dewasa tersebut, komodo jantan dapat dibedakan secara visual. Namun akan cukup sulit
membedakan antara komodo jantan remaja dengan komodo betina dewasa, apalagi pada usia
yang lebih muda. Sampai saat ini belum ditemukan ciri fisik yang dapat memastikan perbedaan
komodo jantan dengan betina, terutama pada usia muda. Komodo jantan dewasa terpanjang yang
pernah diukur adalah 3.05 m, sedangkan komodo terberat yang pernah diukur seberat 100.5 kg.
Komodo terberat tersebut diukur setelah memangsa rusa. Komodo diketahui dapat makan sampai
80% berat tubuhnya. Ukuran komodo jantan dewasa dalam keadaan normal (tidak habis makan)
sekitar 50 sampai 60 kg, sedangkan berat komodo betina jarang yang melebihi 30 kg.
Kerajaan : animalia
Filum : chordate
Kelas : reptilian
Ordo : squamata
Upaordo : autarchoglossa
Famili : varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus Komodensis
Gambar-gambar Komodo
E. Ciri –ciri Komodo( Varanus komodoensis)
Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki sekitar 50 jenis bakteri bakteri
mematikan; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur
ini. Membuat gigitan mereka fatal karena infeksi bakterinya. Biasanya setelah mengigit komodo
akan membiarkan mangsanya dulu sebelum memakannya. Namun tidak seperti hewan lainnya
mereka tahan kepada infeksi bakteri dari gigitan mereka sendiri
Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya
dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini menciptakan
lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka
Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan lalu menelannya
bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran
kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan
Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai,
penelitian menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-
endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu tiba di dekat
tempat sembunyi komodo, hewan ini segera menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau
tenggorokan Komodo dapat menemukan mangsanya dengan menggunakan penciumannya yang
tajam, yang dapat menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.
Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan lalu menelannya
bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran
kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi perut mangsa yang
berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh. Air liur yang kemerahan dan keluar dalam
jumlah banyak amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski demikian, proses
menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor
kambing. Komodo terkadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekankan
daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, agar karkas itu bisa masuk melewati
kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu begitu keras sehingga pohon itu
menjadi rebah Untuk menghindari agar tak tercekik ketika menelan, komodo bernafas melalui
sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung dengan paru-parunya
Rahangnya yang dapat dikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya yang lentur, dan
lambungnya yang dapat melar luar biasa memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar,
hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan. Setelah makan, komodo
menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari sinar matahari untuk berjemur dan mempercepat
proses pencernaan. Kalau tidak, makanan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni
tubuhnya sendiri. Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat bertahan
dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira-kira sekali sebulan. Setelah daging mangsanya
tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-
gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk, gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet.
Setelah itu komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan
sisa-sisa lendir yang masih menempel; perilaku yang menimbulkan dugaan bahwa komodo,
sebagaimana halnya manusia, tidak menyukai bau ludahnya sendiri. Dalam kumpulan, komodo
yang berukuran paling besar biasanya makan lebih dahulu, diikuti yang berukuran lebih kecil
menurut hirarki Jantan terbesar menunjukkan dominasinya melalui bahasa tubuh dan desisannya;
yang disambut dengan bahasa yang sama oleh jantan-jantan lain yang lebih kecil untuk
memperlihatkan pengakuannya atas kekuasaan itu. Komodo-komodo yang berukuran sama
mungkin akan berkelahi mengadu kekuatan, dengan cara semacam gulat biawak, hingga salah
satunya mengaku kalah dan mundur; meskipun adakalanya yang kalah dapat terbunuh dalam
perkelahian dan dimangsa oleh si pemenang. Mangsa biawak komodo amat bervariasi,
mencakup aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil
burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet,babi, kambing,rusa,kuda dan kerbau. Komodo muda
memangsa serannnga, telur, cecak, dan mamalia kecil. Kadang-kadang komodo juga memangsa
manusia dan mayat yang digali dari lubang makam yang dangkal. Kebiasaan ini menyebabkan
penduduk pulau Komodo menghindari tanah berpasir dan memilih mengubur jenazah di tanah
liat, serta menutupi atasnya dengan batu-batu agar tak dapat digali komodo. Ada pula yang
menduga bahwa komodo berevolusi untuk memangsa gajah kerdil stegodon yang pernah hidup
di flores Komodo juga pernah teramati ketika mengejutkan dan menakuti rusa-rusa betina yang
tengah hamil, dengan harapan agar keguguran dan bangkai janinnya dapat dimangsa; suatu
perilaku yang juga didapati pada predator besar di Afrika.
Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo diletakkan pada bulan
September. Selama periode ini, komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan
teritorinya dengan cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki belakangnya.
Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah. Kedua komodo jantan itu dapat
muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk bertempur. Pemenang pertarungan akan
menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina.
Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase
berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh
agar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah jantan
menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung dan menjilat.
Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka betina.
Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk "pasangan," suatu sifat yang langka
untuk kadal.
Betina akan meletakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan
sarang burung gosong berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan
telur-telurnya di sarang yang telah ditinggalkan. Sebuah sarang komodo rata-rata berisi 20 telur
yang akan menetas setelah 7–8 bulan. Betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami
dan melindunginya sampai menetas di sekitar bulan April, pada akhir musim hujan ketika
terdapat sangat banyak serangga.
Proses penetasan adalah usaha melelahkan untuk anak komodo, yang keluar dari cangkang
telur setelah menyobeknya dengan gigi telur yang akan tanggal setelah pekerjaan berat ini
selesai. Setelah berhasil menyobek kulit telur, bayi komodo dapat berbaring di cangkang telur
mereka untuk beberapa jam sebelum memulai menggali keluar sarang mereka. Ketika menetas,
bayi-bayi ini tak
seberapa berdaya dan dapat dimangsa oleh predator.
Pada gambar ini, ekor dan cakar komodo dapat terlihat jelas.
Komodo yang tidur. Perhatikan kukunya yang besar. Kukunya digunakan untuk
Bertempur dan makan.
Partenogenesis
Seekor komodo di Kebun Binatang London, telah bertelur pada awal tahun 2006 setelah
dipisah dari jantan selama lebih dari dua tahun. Ilmuwan pada awalnya mengira bahwa komodo
ini dapat menyimpan sperma beberapa lama hasil dari perkawinan dengan komodo jantan di
waktu sebelumnya, suatu adaptasi yang dikenal dengan istilah superfekundasiPada tanggal 20
Desember 2006, dilaporkan bahwa Flora, komodo yang hidup di Kebun Binatang Chester,
Inggris adalah komodo kedua yang diketahui menghasilkan telur tanpa fertilisasi (pembuahan
dari perkawinan): ia mengeluarkan 11 telur, dan 7 di antaranya berhasil menetas. Peneliti dari
Universitas Liverpool di Inggris utara melakukan tes genetika pada tiga telur yang gagal menetas
setelah dipindah ke inkubator, dan terbukti bahwa Flora tidak memiliki kontak fisik dengan
komodo jantan. Setelah temuan yang mengejutkan ini, pengujian lalu dilakukan terhadap telur-
telur Sungai dan mendapatkan bahwa telur-telur itupun dihasilkan tanpa pembuahan dari luar.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniati, Tuti. 2012. Zoologi Vertebrata, Bandung: HMPB Painting
Richaerd et al.Collage Zoologi. Macmillan Publishing Co.Inc. New York.
Storer at. Al. (1978). General Zoology. Mc Graw-Hill Publishing Company Ltd. New Delhi
Ville. Walker. Barnes. 1984. General Zoology. CBS Collage Publishing
Young, JZ. 1981. Life of Vertebrate. Clarendon Press. Oxford.
http://muslimahsakura90.wordpress.com/2009/12/22/varanus-komodoensis-biawak-
komodo/#more-61
http: http://www.diwarta.com/348/ciri-ciri-komodo-dan-pengetahuannya/
http://tnkomodo.blogspot.com/
http://alamendah.wordpress.com/2010/05/08/komodo-reptil-terbesar-dan-terunik/
http://artikelmakalah.web.id/2011/11/06/tentang-komodo-indonesia/
http://infoting.blogspot.com/2011/10/komodo-hewan-purba-asli-indonesia.html
http://indonesiaindonesia.com/f/37477-sejarah-pulau-komodo/
http://yayanajuz.blogspot.com/2012/03/pengertian-reptil.html
http://endah26.wordpress.com/2011/06/07/ciri-ciri-komodo/
http://irfanfahmi59.blogspot.com/2010/12/pengertian-reptil.htm