Anda di halaman 1dari 8

AMPHIBIA DAN REPTILIA

Oleh :
Nama : Niki Andalusi
NIM : B1A015082
Rombongan : VI
Kelompok :3
Asisten : Dema Rich Luckyana

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang hidup di 2 habitat, yaitu


perairan dan daratan. Amfibi memiliki kelembaban kulit yang tinggi sehingga kulitnya
relatif licin. Kata amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bios yang
berarti hidup. Amfibi didefinisikan sebagai hewan-hewan yang dapat hidup di dua
habitat, terdapat 5.359 jenis amfibi yang terbagi atas bangsa yaitu Caudata, Anura
danGymnophiona. Umumnya ordo anura memiliki siklus kehidupan yang mengalami
metamorfosis (Rinaldy, 2013).
Kelas amphibian kini hanya di wakili sekitar 6.150 spesies salamander (Ordo
Urodela), katak (ordo anura), dan sesilia (Ordo apoda). Hanya terdapat sekitar 550
spesies urodela. Beberapa spesies sepenuhnya aquatic, namun yang lain hidup di daratan
sepanjang hidupnya atau ketika dewasa. Sebagian besar salamander yang hidup di
daratan berjalan dengan tubuh yang meliuk-liuk ke kiri dank e kanan, ciri yang diwarisis
tetrapoda darat awal (Campbell, 2008).
Reptil berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptil merupakan hewan
melata yang tubuhnya dilapisi kulit kering atau sisik dan bernafas menggunakan paru-
paru . Sebagian besar kelas ini merupakan hewan tetrapoda kecuali bangsa ular-ularan.
Kelas ini memiliki ciri khas yaitu tubuh anggota kelas reptil di tutupi oleh sisik atau
memiliki sisik dan memiliki jari kaki bercakar kecuali ular (Rinaldy, 2013). Tiga ordo
reptilia hidup yang terbesar dan paling beraneka ragam adalah Chelonia (kura-kura),
Squama (kadal dan ular), dan Crocodila (buaya dan alligator). Kura-kura berkembang
selama zaman mezoikum dan hanya sedikit berubah sejak saat itu (Kurniawan, 2013).

B. Tujuan

1. Praktikan mengenal beberapa anggota Classis Amphibia dan Reptilia.


2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi
anggota Classis Amphibia dan Reptilia.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang tidak bisa mengatur suhu
tubuhnya sendiri. Amfibi bertelur di tembat lembab atau berair. Habitat amfibi
diantaranya yaitu hutan, kolam, sawah dan danau. Rata-rata amfibi mempunyai kulit
basah dan lembut agar oksigen dapat dengan mudah masuk menembus kulit. Sebagian
besar amfibi dewasa bernafas menggunakan kulit dan juga melalui paru-paru.
Kelembaban kulit amfibi dijaga oleh kelenjar khusus dibawah kulitnya. Banyak amfibi
menjaga kelembaban kulitnya dengan selalu berada di dekat air. Sebagian besar amfibi
lahir dan tumbuh di air tawar kemudian setelah dewasa berpindah ke daratan kering dan
kembali ke air untuk berkembang biak. Sebagian besar amfibi menelurkan telur yang
lembut. Telur tersebut bisa berbentuk untaian atau gumpalan yang sangat kecil
menyerupai jeli (Rinaldy, 2013).
Kelas Amfibi dibagi menjadi tiga ordo yaitu, Ordo Urodela (yang berekor), Ordo
Anura (yang tak berekor), dan Ordo Apoda (yang tak berkaki) (Rinaldy, 2013).
1. Amfibi Ordo Caudata (Urodela)
Caudata merupakan ordo amfibi yang memiliki ekor. Jenis ini memiliki tubuh
yang panjang, memiliki anggota gerak. Spesies Caudata ada yang bernafas dengan
insang dan ada juga yang bernafas dengan menggunakan paru-paru. Salamander yang
tidak mempunyai paru-paru maka bernafas menggunakan kulit dan lapisan mulut.
Tubuhnya terbagi antara kepala, tubuh dan ekor. Pada bagaian kepala terdapat mata
yang kecil.
Ada jenis salamander yang tidak pernah dewasa yaitu aksolot. Jadi salamander
ini tidak pernah berkembang melebihi tahap larva. Habitat dari salamander adalah di
dekat sungai, sungai ataupun kolam. Umumnya salamander memakan serangga.
2. Amfibi Ordo Anura
Anura merupakan amfibi yang tidak berekor pada saat dewasa. Namun pada
siklus hidupnya, ordo Anura atau yang lebih dikenal dengan katak ini memiliki ekor saat
pada fase berudu. Ordo ini sering dijumpai dengan tubuhnya seperti sedang jongkok.
Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, badan, dan anggota gerak (tetrapoda).
Kulitnya cenderung basah karena memiliki kelenjar lendir dibawah kulitnya. Ciri yang
paling mencolok adalah tekstur kulitnya, dimana kulit katak lebih halus dari kodok juga
bentuk tubuh katak yang lebih ramping dari pada kodok. Kodok dan katak menggunakan
kaki belakangnya untuk melompat. Pada pertengahan lompatan, kaki belakang kodok
teregang sepenuhnya, kaki depannya ditahan kebelakang, dan kedua matanya tertutup
untuk perlindungan. Ketika mendarat, tubuhnya melengkung dan kaki depannya
bertindak sebagai rem.
Kodok termasuk ordo anura yang memiliki perbedaan dengan katak dari bentuk
tubuhnya yang lebih ramping dan kakinya yang lebih panjang. Kodok dan katak telah
mempunyai indra organ Jacobson di langit-langit mulut sebagai indra pengecap dan
pembau dunia luar. Kodok dan katak menggunakan kaki belakang untuk melompat.
Katak ataupun kodok mengalami fase metamorfosis sempurna dalam siklus hidupnya.
Habitat dalam siklus hidupnya. Habitat kodok dan katak adalah di sungai, kolam, sawah
ataupun hutan tropis. Makanan katak dan kodok adalah serangga.
3. Amfibi ordo Gymnophiona (Apoda)
Gymnophiona merupakan amfibi yang tidak memiliki anggota gerak dan
beberapa jenis alat geraknya tereduksi secara fungsional. Tubuh menyerupai cacing,
bersegmen, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai mata tertutup oleh kulit.
Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam
air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan
biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Habitat gymnophiona
(saesilia) yaitu tepi-tepi sungai atau parit atau di bawah tumpukan batu. Makanan dari
adalah serangga dan cacing.
Reptil adalah hewan vertebrata yang terdiri dari ular, kadal cacing, kadal, buaya,
Caiman, buaya, kura-kura, penyu dan tuatara. Ada sekitar 7900 spesies reptil hidup
sampai saat ini yang mendiami berbagai tipe habitat beriklim sedang dan tropis termasuk
padang pasir, hutan, lading basah air tawar, hutan bakau, dan laut terbuka (Putranto,
2013). Reptilia merupakan sekelompok vertebrata yang menysuaikan diri di tempat yang
kering. Penandukan untuk menjaga banyak hilangnya cairan tubuh pada tempat yang
kering. Namun kelas ini diambil dari cara hewan berjalan yaitu reptum yang artinya
melata tau merayap. habitatnya, juga tergolong sebagai hewan berdarah dingin. Bedanya
dengan klas Amphibia adalah melakukan pembiakan didarat (bukan diair), tubuh hewan
ini tertutupi oleh sisik-sisik atau plat-plat dari bahan tanduk (Horny scales or plates)
(Jasin, 1992).
Reptilia memiliki ciri ciri khusus yaitu tubuh dibungkus oleh kulit kering yang
menanduk (tidak licin), biasanya dengan sisik atau carapace, beberapa ada yang
memiliki kelenjar dipermukaan kulit, dua pasang anggota extremitas yang masing-
masingnya memiliki lima jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk berlari,
mencengkram dan naik pohon. Golongan reptilian yang masih hidup di air, kakinya
menyerupai bentuk dayung bahkan pada ular tidak memiliki kaki sama sekali. Skeleton
reptilia mengalami penulangan secara sempurna, tempurung kepala mempunyai satu
condylus occipitalis, jantung tidak sempurna, terdiri atas empat ruangan yaitu dua atrium
dan satu ventriculus, sepasang archus aorticus, bererytrosit dengan bentuk oval biconvex
dan pernafasan selalu dengan paru-paru. Pada umumnya reptilia merupakan hewan yang
bersifat ovipar, dimana keturunanya tumbuh di dalam kulit telur. Ada yang perlu dierami
dan ada yang tidak. Namun jenis ular laut memiliki sifat vivipar. Keturunannya langsung
keluar berupa anak ular (Pope, 1956).
Kelas reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu testudinata / chelonia (contohnya:
penyu, kura-kura, dan bulus rhyncocephalia (contohnya: tuatara), squamata (contohnya:
serpentes, lacertilia, dan amphisbaena) dan crocodilia (contohnya: buaya, aligator,
senyulong, dan caiman). Ordo pertama kelas reptil yaitu ordo testudinata memiliki
bentuk tubuh bulat pipih dan umumnya relatif besar, mempunyai cangkang yang keras.
terbungkus oleh perisai. Perisai sebelah dorsal cembung yang disebut carapace, dan
perisai sebelah ventral datar yang disebut plastron. Kedua bagian perisai itu
digabungkan pada bagian lateral bawah, dibungkus oleh kulit dengan lapisan zat tanduk
tebal. Tidak mempunyai gigi, tetapi rahang berkulit tanduk sebagai gantinya. Termasuk
hewan ovipar. Telurnya diletakkan dalam lubang pasir atau tanah. Ekstremitas sebagai
alat gerak baik di darat maupun di air (Brotowidjoyo, 1998).
Ordo testudinata memiliki berapa famili diantaranya yaitu famili testudinidae,
famili geoemydidae, dan famili trionychidae. Famili testudinidae merupakan famili
terbagi menjadi be. Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat
di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Seychelles. Pada kedua kepulauan tersebut
mereka dikenal sebagai kurakura purba dan kura-kura raksasa. Di Indonesia fosilnya
hewan ini dijumpai di Jawa, Flores, Timor dan Sulawesi. Kurakura Kuning di Sulawesi
dan Baning yang terdapat di hutanhutan Sumatera dan Kalimantan merupakan kerabat
kedua anggota familia di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles yang masih
hidup di Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat tiga genus yaitu Indotestudo dan
Manouria yang masih hidup dan diwakili oleh satu jenis saja di Indonesia, dan
Geochelone yang ditemui dalam bentuk fosil di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Contohnya: Geochelone giganten, Testudo hermanii, Testudo elephantopus (Iskandar,
2000).
Ordo yang kedua kelas reptilia yaitu ordo rhynchocephalia. Karakteristik dari
ordo ini yaitu tengkoraknya bersifat diapsid (mempunyai dua cekungan didaerah
temporal ) tulangtulang gostralia (tulangtulang perut) berkembang dengan baik. Celah
kloaka melintang di atap kepala terdapat mata parietal dengan lensa dan retina.
mempunyai 1 famili yaitu sphenodobtidae. Contoh spesies pada famili ini yaitu
Sphenodon punctatus (Radiopoetro, 1996).
Ordo ketiga kelas reptilia yaitu ordo quamata dibedakan menjadi 3 sub ordo
yaitu subordo lacertilia/ sauria, subordo serpentes/ ophidia, subordo amphisbaenia.
Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik
yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang
disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan
kultikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada subordo ophidia, kulit/ sisiknya
terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas
sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi
karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal,
sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota
squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada subordo ophidia,
subordo amphisbaenia, dan beberapa spesies ordo lacertilia. Perkembangbiakan ordo
squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal. Persebaran Squamata
sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia,
Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania (Zug, 1993).
Reptil squamate (kadal dan ular) adalah kelompok vertebrata darat yang penting
dan beragam, dengan> 9.000 spesies. Squamates adalah kelompok yang sangat penting
bagi manusia karena Squamates berbisa menyebabkan puluhan ribu kematian setiap
tahun namun mereka Racun racun adalah sumber penting untuk beragam obat-obatan.
Squamates juga banyak digunakan Sebagai sistem model untuk penelitian ekologi dan
biologi evolusioner, karena beragam ekologi, bentuk tubuh, mode reproduksi (misalnya
spesies vivipara dan ovipara), sistem seksual (misalnya spesies seksual dan aseksual),
dan karakteristik lainnya. Namun, studi tentang squamate biologi saat ini terhambat oleh
ketidakpastian filogeni mereka (Tod, 2015).
Ordo ketiga ordo crocodilia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar
di antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung
sisik-sisik itu tersusun teratur berderet ke arah ternversal dan mengalami penulangan
membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal, pada bagian lateral bulat dan pada
bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat,
dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian
kepala yang menomornjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata,
tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya
nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan
dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada
saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat.
Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa
selaput (Iskandar, 2000).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Bahan yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah beberapa specimen
hewan superclassis Classis Amphibia dan Reptilia.
Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, kaca pembesar, mikroskop
cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves), masker, dan alat tulis.

B. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Diamati, gambar dan mendeskripsikan karakter pada spesimen yang diamati
berdasarkan ciri-ciri morfologi.
2. Diidentifikasi spesimen dengan kunci identifikasi.
3. Dibuat kunci identifikasi sederhana berdasarkan karakter spesimen yang diamati.
4. Dibuat laporan sementara dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Brotowidjojo, M. D. 1998. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.


Campbell N A, Jane B. Reece, Lis A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman,
Peter V. Minorsky, Robert B. Jakson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.
Erlangga: Jakarta.
Iskandar, D. T. 2000. Buaya dan Kura-kura Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.
Indonesia
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya:
Surabaya.
Kurniawan, Anas. 2013. Kelas Reptil. Jakarta : Erlangga.
Pope, CH. 1956. The Reptil World. Routledge and Kegal Paul Ltd. London.
Putranto, Dicky I., Pramana Y., Felicia Z. 2013. Keanekaragaman Reptil Impor Di
Yogyakarta. Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Radiopoetro. 1996. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Rinaldy. 2013. Amfibi dan Reptil. Bandung. Unikom
Tod W. R., Ted M. T., Daniel G. M., Brice P. N., Perry L. W. Jr., Jack W. S., Jr., John J.
W. 2015. Integrated Analyses Resolve Conflicts over Squamate Reptile
Phylogeny and Reveal Unexpected Placements for Fossil Taxa. Resolving Reptile
Phylogeny. PLOS ONE | DOI:10.1371/journal.pone.0118199.
Zug, G. R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptils .
Academic Press. London, p : 357 358.

Anda mungkin juga menyukai