Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN 1

DISUSUN OLEH:

NAMA : IRMA ISMAWATI


NIM : 08041181621015
KELOMPOK : 8 (DELAPAN)
ASISTEN : ROHMAT SUGIYANTO

LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vertebrata adalah istilah untuk menyebut hewan yang bertulang belakang.
Salah satunya amphibi. Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu “amphi” yang
berarti dua dan “bios” yang berarti hidup. Amphibi merupakan hewan yang hidup
dengan dua habitat, termasuk hewan poikiloterm atau berdarah dingin. Pembagian
tubh terdiri atas kepala, badan dan ekor (Abed, 2012).
Amphibi (berasal dari kata Amphibious, yang berarti kedua cara hidup)
mengacu pada tahap-tahap kehidupan dari banyak spesies katak yang awalnya
hidup di air dan kemudian di daratan. Tahap larva katak, disebut kecebong.
Kecebong pada awalnya tidak memiliki kaki, ia berenang dengan mengibas-
ingbaskan dengan ekornya. Selama metamorphosis berlangsung tersebut yang
menujukan kehidupan kedua, kecebong mengembangkan kaki, paru-paru,
sepasang gendang telinga eksternal, dan sistem pencernaan yang teradaptasi untuk
cara makan karnivor. Dalam waktu yang sama, insang menghilang, Sistem gurat
sisi juga menghilang pada sebagian besar spesies. Anak katak merayap menuju
pesisir dan menjadi pemburu terrestrial (Abed, 2012).
Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang tidak bisa mengatur suhu
tubuhnya sendiri. Amfibi bertelur di tembat lembab atau berair. Habitat amfibi
diantaranya yaitu hutan, kolam, sawah dan danau. Rata-rata amfibi mempunyai
kulit basah dan lembut agar oksigen dapat dengan mudah masuk menembus kulit.
Sebagian besar amfibi dewasa bernafas menggunakan kulit dan juga melalui paru-
paru. Kelembaban kulit amfibi dijaga oleh kelenjar khusus dibawah kulitnya.
Banyak amfibi menjaga kelembaban kulitnya dengan selalu berada di dekat air.
Sebagian besar amfibi lahir dan tumbuh di air tawar kemudian setelah dewasa
berpindah ke daratan kering dan kembali ke air untuk berkembang biak. Sebagian
besar amfibi menelurkan telur yang lembut (Rinaldy, 2013).
Ciri-ciri amphibi yaitu memiliki tiga ruang jantung yang terdiri dari dua
atrium dan satu ventrikel. Sirkulasi amphibi disebut sebagai sirkulasi ganda

Universitas Sriwijaya
tertutup, yaitu ganda yang berarti dua kali melewati jantung dan tertutup yang
artinya darah tidak keluar dari pembuluh darah. Amphibia bersuhu poikilotermis
(berdarah dingin) artinya mempunyai suhu yang berubah-ubah sesuai dengan
lingkungannya. Amphibi mempunyai selaput pada kaki “selaput natataria” yang
berfungsi untuk berenang, dan juga memiliki selaput pada matanya “selaput
niktitans” berfungsi untuk melindungi mata dari gesekan air (Prowel, 2010).
Sebagian besar Amphibia ditemukan di habitat yng lembab seperti rawa-
rawa dan hutan hujan. Bahkan Amphibia yang telah beradaptasi terhadap habitat
yang lebih kering masih menghabiskan banyak waktunya di dalam liang atau di
bawah dedaunan lembab yang tingkat kelembapanya tinggi. Amphibia umumnya
sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk pertukaran gas denga
lingkungannya. Beberapa spesies terrestrial tidak memiliki paru-paru dan hanya
bernapas melalui kulit dan rongga mulutnya (Campbell, 2008).
Kelas amfibi kini hanya di wakili sekitar 6.150 spesies salamander (Ordo
Urodela), katak (ordo anura), dan sesilia (ordo apoda). Hanya terdapat sekitar 550
spesies urodela. Beberapa spesies sepenuhnya akuatik, namun yang lain hidup di
daratan sepanjang hidupnya atau ketika dewasa. Sebagian besar salamander yang
hidup di daratan berjalan dengan tubuh yang meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan, ciri
yang diwarisi tetrapoda darat awal (Campbell, 2012).
Amphibi hidup dengan dua habitat yaitu di habitat darat dan habitat air.
Termasuk hewan poikoloterm (berdarah dingin). Pembagian tubuh terdiri atas
kepala dan badan atau kepala, badan, dan ekor. Kulit lembap berlendir, terdiri dari
dermis dan epidermis. Warna kulit bermacam-macam karen aadanya pigmen
didalam dermis (biru, hijau, hitam, coklat, merah, dan kuning) tepat dibawah
epidermis. Mempunyai dua lubang hidung yang berhubungan dengan rongga
mulut. Penghubung antara rongga hidung dan rongga mulut disebut koane,
dikanan kiri tulang vomer yang berbentuk V, penghubung antara rongga mulut
dengan rongga telinga disebut Eustachius. Endokskeleton mempunyai kolumna
vertebralis. Terdapat sepasang rahang, gigi ,lidah, danlangit-langit (Abed, 2012).
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati morfologi dan anatomi anggota
kelas amphibian.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Amphibi


Amphibi (berasal dari kata Amphibious, yang berarti kedua cara hidup).
Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang hidup di 2 habitat, yaitu perairan
dan daratan. Amfibi memiliki kelembaban kulit yang tinggi sehingga kulitnya
relatif licin. Kata amfibi berasal dari kata “amphi” yang berarti ganda dan “bios”
yang berarti hidup. Amfibi didefinisikan sebagai hewan-hewan yang dapat hidup
di dua habitat, terdapat 5.359 jenis amfibi yang terbagi atas bangsa yaitu Caudata,
Anura dan Gymnophiona. Umumnya ordo anura memiliki siklus kehidupan yang
mengalami metamorfosis (Rinaldy, 2013).
Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang tidak bisa mengatur suhu
tubuhnya sendiri. Amfibi bertelur di tembat lembab atau berair. Habitat amfibi
diantaranya yaitu hutan, kolam, sawah dan danau. Rata-rata amfibi mempunyai
kulit basah dan lembut agar oksigen dapat dengan mudah masuk menembus kulit.
Sebagian besar amfibi dewasa bernafas menggunakan kulit dan juga melalui paru-
paru. Kelembaban kulit amfibi dijaga oleh kelenjar khusus dibawah kulitnya.
Banyak amfibi menjaga kelembaban kulitnya dengan selalu berada di dekat air.
Sebagian besar amfibi lahir dan tumbuh di air tawar kemudian setelah dewasa
berpindah ke daratan kering dan kembali ke air untuk berkembang biak. Sebagian
besar amfibi menelurkan telur yang lembut (Rinaldy, 2013).
2.2 Morfologi Amphibi
Salamander mempunyai caput (kepala), cervix dan truncus (badan) yang
silindris atau agak pipih dorso ventral dan mempunyai caput (kepala) dan cauda
yang panjang. Kintel dan katak mempunyai caput dan truncus (badan) tanpa
cervix dan cauda; extrimitas muka kecil, sedangkan yang belakang panjang;
selaput gendang pendengar tampak dari luar. Pada caecilian tidak berkaki dan
berbentuk seperti cacing, badannya seolah-olah tersusun atas gelang-gelang dan
kulitnya mengandung sisik dalam (Jasin, 1984).

Universitas Sriwijaya
Caput (kepala) dan cervix yang lebar bersatu. Pada truncus terdapat rima
oris yang lebar untuk masuknya makanan. Nares eksterna yang mempunyai
peranan dalam pernapasan, dan sepasang organon visus (mata) mata yang bulat.
Dibelakang mata terdapat membran tympani yang berfungsi untuk menerima
getaran suara. Pada akhir tubuh terdapat anus yang berfungsi sebagai pintu
pelepas feses, urin dan sel kelamin (Jasin, 1984).
Extrimitas muka yang berupa kaki atau tangan berukuran yang pendek,
terdiri atas yaitu: brachium (lengan atas), berupa humerus, anti brachium (lengan
bawah) berupa radio ulna, carpus (pergelangan tangan), manus (telapak tangan),
terdiri atas pada metacarpus dan palangus (jari-jari). Extrimitas belakang yang
berupa kaki belakang terdiri atas: femur (paha), crus (bagian kaki bawah), terdiri
atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak), terdiri atas
metatarsus dan phalangus (jari-jari) (Jasin, 1984)
Kulit yang lemas (fleksibel) sebagai penutup tubuh yang berfungsi untuk
menutupi tubuh terhadap gangguan yang bersifat fisis dan bersifat pathologis.
Disamping itu sebagai alat untuk menghisap air karena katak tidak minum. Kulit
tersebut tersusun atas: epidermis, dan dermis yang terbagi atas jaringan lain. Tiap
bulan selama musim hujan dibawah lapisan jangat baru, sehingga setiap waktu
lapisan jangat yang lama terlepas sudah siap penggantinya. Biasanya kulit jangat
yang terlepas ditelan kembali (Jasin, 1984).
Katak memiliki empat kaki dan tubuh yang jongkok. Katak berjalan dengan
melompat, tidak memiliki ekor dan leher yang jelas. Kaki belakang katak lebih
panjang yang berfungsi untuk mencari mangsa. Mata katak sangat besar dan pupil
mata vertikal dan juga horizontal. Jari katak berbentuk silindris dan pipih serta
kadag memiliki lipatan kulit lateral yang lebar. Kulit katak beracam-macam, ada
yang halus dan ada yang kasar. Sisi tubuh beberapa katak terdapat lipatan kulit
lateral lebar dan kelenjar mulai dari belakang mata sampai di atas pangkal paha
yang disebut lipatan dorsal lateral. Terdapat juga lipatan serupa yang disebut
lipatan suprasimponik dimulai dari belakang mata memanjang di atas gendang
telingan dan berakhir dekat pangkal lengan (Iskandar, 1998).
Kulit katak memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin.
Warna kulit katak dapat berubah ssuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh

Universitas Sriwijaya
untuk dapat berubah. Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan
pemangsa. Kulit katak juga berfungsi dalam pertukaran gas (Kastowo, 1984).
2.3 Anatomi Amphibi
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-
paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air.
Selaput rongga mulut dapat sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak
terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga
mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada
di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit,
ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung
banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi (Prawiro, 199).
Katak memiliki sepasang paru-paru berupa kantung elastis yang tipis.
Mekanisme pernapasan paru-paru terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Keduanya
dengan mulut tertutup. Katak memiliki tulang-tulang rusuk dan rongga badan.
Mekanisme pernapasannya diatur oleh otot-otot tulang bawah dan perut yang
saling berhubungan satu sama lain. Paru-paru divertilasi dengan pompatekan.
Kelenjar paru-paru itulah terutama penyebab udara keluar. Amphibi menambah
respirasi paru-paru dengan pertukaran gas melalui kulitnya yang tipis dan basah.
Sebagian besar CO2 dikeluarkan melalui kulit karena laju vertilasi paru-paru tidak
cukup untuk membawa keluar. Sejumah air juga diperlukan dan ditukarkan
melalui kulit. Amphibi tidak dapat hidup di darat sepenuhnya (Prawiro, 1999).
Sistem pencernaan pada katak meliputi bagian saluran pencernaan dan
kelenjar penceranaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah
rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus
besar, dan kloaka. Kelenjar penceranaan katak meliputi hati, kantung empedu, dan
pankreas. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi sejati. Lidah
katak dapat untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga. Saluran
pencernaan mulai dari esophagus yang sangat pendek, terdiri dari konstruksi yang
kecil-kecil, tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu sel-sel secretoris,

Universitas Sriwijaya
kemudian ke usus dua 12 dan usus halus yang berkelok-kelok dan selanjutnya ke
usus besar yang lebar. Setelah ke usus besar langsung ke kloaka (Kastowo, 1984).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 17 Maret 2017, pukul
13.15 WIB sampai dengan 15.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini berupa alat tulis, kertas
catatan, baki, gunting bedah. Bahan yang digunakan dalam kegiatan kali ini yakni
Rana sp, Buffo sp, dan Pollipedates.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum ini, pertama siapkan
bahan yang akan diamati dan diletakan diatas baki. Kedua, amati morfologi yang
menjadi ciri khas dari masing-masing bahan seperti kulit, bentuk rahang, ada
tidaknya web dan lainnya. Ketiga, salah satu bahan dapat dibedah dan diamati
anatomi serta system tubuhnya. Keempat, gambar dan beri keterangan.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI

4.1 Morfologi Rana sp


Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp
Nama Umum : Katak
Keterangan:
1. Rima Oris 3. Femur 5. Truncus
2. Organum Viscus 4. Digiti 6. Caput
Deskripsi:
Secara morfologi Kulitnya selalu basah apabila berada di luar air. Kulit
pada Rana sp dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir
untuk mempertahankan keadaan agar selalu basah. Setiap kelenjar berbentuk
piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya melalui epidermis
bermuara di permukaan kulit. Menurut Kimball (2000) menyatakan bahwa kaki
katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki depan
terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium), tangan
(manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis
(crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti).
Jumlah jari katak tungkai depan 4 jari dan tungkai belakang 5 jari. Pada
tungkai belakang memanjang yang berpotensi untuk melompat. Kulit katak
sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Menurut Kimbal (2000) menyatakan

Universitas Sriwijaya
bahwa kulit yang tipis fleksibel membagi bagian luar badan untuk melindungi
organisme terhadap penyakit, berfungsi dalam pernapasan, dan penyerapan air,
sebab katak tidak pernah minum.
4.2 Anatomi Rana sp
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp
Nama Umum : Katak

Keterangan:
1. Cor 4. Esophagus 7. Ventrikulus 10. Usus besar
2. Pankreas 5. Hepar 8. Kloaka 11. Testinum
3. Pulmo 6. Liver 9. Gradula
Deskripsi:
Pada bagian diperlihatkan organ-organ dalam katak (Rana sp) yang masih
dalam keadaan hidup, maka Rana sp akan dapat dilihat jantung yang masih
berdenyut. Menurut Izza (2014) menyatakan bahwa sistem pernafasan pada katak
sederhana untuk diamati, meliputi bagian saluran dan kelenjar pencernaan.
Saluran pencernaan terdiri dari rongga mulut dan gigi, maxilla, pharynx,
esophagus, gaster, intestinum, rectum, duodenum, dan kloaka.
Menurut Izza (2014) sistem pencernaan pada katak (Rana sp) terdiri dari
mulut, kerongkongan, dari kerongkongan akan masuk ke lambung, usus halus,
usus besar, dan sisa makanan akan dibuang melalui kloaka setelah diserap oleh
tubuh. Pada sistem pernapasan pada katak tersusun atas celah glotis laring,
percabangan paru-paru (bronchus), gelembung paru-paru (alveoli) dan paru-paru.
Sistem pencernaan pada katak (Rana sp) meliputi bagian saluran pencernaan dan

Universitas Sriwijaya
kelenjar penceranaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah
rongga mulut, faring, kerongkongan, Lambung yang berwarna keputih-putihan
yang terletak di sebelah kiri perut katak tersebut.
4.3 Morfologi Buffo sp
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
Famili : Bufonidae
Genus : Buffo
Spesies : Buffo sp
Nama Umum : Kodok

Keterangan:
1. Rima Oris 4. Truncus
2. Organum Viscus 5. Digiti
3. Caput 6. Femur
Deskripsi:
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terlihat bahwa kodok
memiliki bentuk badan yang bulat, punggung hampir rata, dan terbagi atas tiga
bagian utama diantaranya caput (kepala), cervix (leher), truncus (badan), Pada
bagian caput (kepala) memiliki bentuk seperti segitiga dengan ujungnya yang
tumpul dan terdapat organ-organ diantaranya mulut (rima oris) yang terletak pada
ujung rostum, cavum oris, mata (organum visus) yang dilengkapi dengan kelopak
mata atas dan kelopak mata bawah, hidung (nares eksterna) yang merupakan
lubang-lubang kecil yang terdapat di dorsal rima oris, dan membran tympani yang
terdapat di sebelah caudal organon visus (Jasin, 1984).
Menurut Izza (2014) pada bagian truncus (badan) terdapat dua pasang
extrimitas yaitu extrimitas anterior, dengan bagian-bagiannya adalah brachium
(lengan atas), antebrachium (lengan bawah), manus (tangan), dan empat buah

Universitas Sriwijaya
digiti (jari) dan extrimitas posterior, dengan bagian-bagiannya adalah femur
(paha), crus (tungkai bawah), pes/pedes (kaki) dan lima digiti yang dihubungkan
dengan membrane untuk berenang yang berupa kulit tipis antar digiti.
4.4 Morfologi Polypedates iuecomstax
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
Famili : Rachophoridae
Genus : Polypedates
Spesies : P. iuecomstax
Nama Umum : Katak pohon

Keterangan:
1. Rima Oris 4. Femur
2. Organum Viscus 5. Digiti
3. Truncus 6. Caput
Deskripsi:
Menurut Izza (2014) menyatakan bahwa katak pohon (Polypedates
iuecomstax) merupakan nama sejenis kodok yang biasa hidup di pohon. Katak
pohon (Polypedates iuecomstax) ini berukuran sedang, jari melebar dengan ujung
rata. Kulit kepala menyatu dengan tengkorak. Jari tangan setengahnya berselaput,
sedangkan jari kaki hampir sepenuhnya berselaput. Tekstur kulit halus tanpa bintil
dan lipatan. Bagian bawah berbintil granular yang jelas. Warna biasanya coklat
keabu-abuan, satu warna atau dengan bintik hitam atau dengan garis yang jelas
memanjang dari kepala sampai ujung tubuh. Katak ini hidup di antara tetumbuhan
atau sekitar rawa dan bekas tebangan hutan sekunder.
Katak pohon berukuran sedang, jari kaki depan dan belakang melebar
dengan ujung rata, kulit kepala menyatu dengan tengkorak, jari kaki depan
setengahnya berselaput. Tekstur kulit halus tanpa indikasi adanya bintil-bintil atau
lipatan, bagian bawah berbintil halus. Warna coklat kekuningan satu warna atau

Universitas Sriwijaya
dengan bintik hitam atau dengan empat atau enam garis yang jelas memanjang
dari kepala sampai ventral, bagian bawah kuning dengan bintik-bintik coklat,
dagu coklat tua. Ukuran tubuh jantan 50 mm dan Betina 80 mm (Anonim, 2017).
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Perbedaan katak dan kodok yaitu katak tubunya lebih besar, permukaan
kulit lebih licin, memiliki warna yang mencolok, dan memiliki selaput di
kaki nya. Sedangkan kodok memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil,
keempat kakinya berukuran lebih pendek, memiliki permukaan kulit yang
lebih kasar, warnanya kurang mencolok, dan tidak terdapat selaput di
keempat kaki nya.
2. Pada katak jantan memiliki tanda hitam di bagian lehernya dan juga
berukuran lebih kecil dibandingkan katak betina.
3. Sistem respirasi dari amphibi terdiri dari sepasang paru-paru, kulit,
permukaan dinding cavum oris. Pada kulit terdapat banyak kelenjar dan
pembuluh darah yang memungkinkan amphibi bernafas di darat.
4. Bufo sp memiliki racun yang bernama gandula toxicon.
5. Tubuh dilindungi oleh kulit yang menutupi seluruh tubuh berguna untuk
melindungi diri terhadap keadaan luar yang tidak menguntungkan,
disamping juga untuk pernafasan dan absorpsi air.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Anonim .2017. Amphibi. (Online).


http://id.wikipedia.org/wiki/amphibi. (Diakses tanggal 18 Maret 2017).

Brotowidjoyo. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Campbell, et al. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Izza, Qothrun dan Nia Kurniawan. 2014. Eksplorasi Jenis-Jenis Amfibi di


Kawasan OWA Cangar dan Air Terjun Watu Ondo, Gunung Welirang
Tahura R.Soerjo. Jurnal Biotropika. 2 (2) : 103 – 108.

Jasin, Maskoeri.1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Kimball. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Madang, K. 2002. Zoology Vertebrata. Inderalaya: Universitas Sriwijaya.

Slamet, A. 1998. Penuntun Kuliah Zoologi Vertebrata. Inderalaya: UNSRI.

Universitas Sriwijaya
ABSTRAK

Praktikum ini berjudul “Amphibi”. Praktikum ini bertujuan untuk


mengamati morfologi dan anatomi anggota kelas amphibi. Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 17 Maret 2017, pada pukul 13.15 WIB
sampai dengan 15.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas sriwijaya,
Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, baki, gunting
bedah, kertas catatan. Sedangkan bahannya adalah Bufo sp, Rana sp, dan .Hasil
yang diperoleh dalam praktikum ini adalah perbedaan morfologi katak dan kodok,
perbedaan kodok jantan dan betina, serta anatomi dari amphibi, sedangkan
kesimpulan yang diperoleh adalah bagian dari morfologi amphibi adalah caput,
truncus, dan ekstremitas, serta anatomi amphibi meliputi sistim pencernaan,
pernapasan, sirkulasi, eksresi, dan reproduksi.

Kata Kunci: Rana sp. Buffo sp, dan Polypedates.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gambar: Bufo sp Gambar: Rana sp


Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar: Polypedates iuecomstax Gambar: Anatomi Rana sp


Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai