ANATOMI AMPHIBI
OLEH :
NO BP : 1710423024
KELOMPOK :V
3. JULITA 1710423022
ASISTEN : NURSYUHADA
LABORATORIUM PENDIDIKAN II
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018
1
I. PENDAHULUAN
Hewan vertebrata adalah hewan yang memiliki tulang belakang atau tulang
punggung. Tubuh hewan vertebrata telah memiliki sistem kerja yang sempurna, baik
itu sistem pernapasan, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, maupun sistem
reproduksi. Hewan vertebrata dibedakan menjadi hewan berdarah panas
(hoikiloterm) dan hewan berdarah dingin (poikiloterm). Aves dan mamalia tergolong
kedalam hewan berdarah panas, sedangkan hewan berdarah dingin adalah pisces,
reptil, dan amphibi (Affandi, 1992).
Ampibia merupakan salah satu kelas dari sub-fitum vertebrata. Ampibia berasal
dari bahasa yunani, yaitu amphi yang berarti rangkap dan bios yang berarti hidup.
Amphibia merupakan kelompok hewan yang mempunyai fase kehidupan di air dan
di darat. Amphibia terdiri dari empat ordo yaitu ordo uredela, ordo apoda, ordo
anura, dan ordo proanura. Tapi sekarang ini ordo proanura sudah dinyatakan punah
(Kusrini, 2007).
Menurut Iskandar (1998) amphibi merupakan hewan bertulang belakang yang
dapat hidup di dua lingkungan berbeda, yaitu dapat hidup di air dan di darat.
Amphibi berasal dari bahasa Yunani Amphi yang artinya dua, dan bio yang berarti
makhluk hidup. Amfibi bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang
lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air
bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk
(bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di
tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru.
Di Indonesia terdapat sepuluh famili dari Ordo Anura yang ada di dunia.
Famili-famili tersebut adalah Bombinatoridae (Discoglossidae), Megophryidae
(Pelobatidae), Bufonidae, Lymnodynastidae, Myobatrachidae, Microhylidae,
Pelodryadidae, Ranidae, Rhacophoridae dan Pipidae. Salah satu spesies anggota ordo
anura adalah Fejervarya sp. yang merupakan anggota famili Ranidae (Iskandar
1998).
2
Fejervarya sp. dapat ditemukan di tempat-tempat lembab seperti persawahan,
sehingga dikenal sebagai katak sawah. Kurniati (2003) menyebutkan Fejervarya sp.
jantan dewasa berukuran ± 67-69 mm, sedangkan betina dewasa berukuran ± 51-75
mm. Fejervarya sp. memiliki dua pasang extremitas (anggota badan), yaitu
Extremitas Anterior yang lebih pendek dari Extremitas Posterior. Extremitas
digunakan untuk melompat dan berenang. Pada Fejervarya sp. jantan terdapat
bantalan kawin (Nuptial Pad) yang digunakan untuk menempel pada betina saat
kawin.
Amphibi mempunyai beragam warna dari hijau terang, orange dan emas, ada
pula yang berwarna merah dan hijau namun jarang ditemukan. Warna tubuh ini bisa
disebabkan oleh karena pigmen atau secara struktural atau dihasilkan oleh keduanya.
Pigmen pada amfibi terletak pada kromatofora di kulit. Sel pigmen ini biasa
dinamakan menurut jenis pigmen yang dikandung. Melanofora mengandung pigmen
coklat dan hitam dan lipofora mengandung pigmen merah, kuning dan orange.
Amfibi juga mempunyai pigmen yang disebut guanofora, mengandung kristal guanin
yang dapat memproduksi efek putih terang (Amin, 1990).
Katak sawah digunakan sebagai preparat dalam praktikum kali ini untuk
mewakili kelompok Amphibia. Katak sawah dipilih karena aman dari bahaya racun
dan morfologi dan anatominya mudah diamati. Praktikum anatomi amphibi ini
dirasa sangat perlu dilakukan karena kurangnya pengetahuan praktikan tentang
morfologi, anatomi dan mekanisme berbagai sistem dalam tubuh amphibi, serta cara
membedakan amphibi jantan dengan amphibi betina.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai Amphibiini adalah agar praktikan mampu
memahami, menjelaskan tentang morfologi, anatomi dan isstem yang bekerja pada
amfibi terutama Anura.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Amphibi merupakan kelompok hewan dengan fase daur hidup yang berlangsung di
air dan di darat. Amphibi mempunyai kulit yang selalu basah dan berkelenjar, berjari
4-5 atau lebih sedikit, tidak bersirip. Mata mempunyai kelopak yang dapat
digerakkan, mata juga mempunyai selaput yang menutupi mata pada saat berada
dalam air. Pada mulut terdapat gigi dan lidah yang dapat diulurkan. Pada saat masih
kecil (berudu) bernafas dengan insang. Setelah dewasa bernafas dengan
menggunakan paru-paru dan kulit. Suhu tubuh berubah-ubah sesuai dengan keadaan
lingkungan. Reproduksi amphibi berlangsung dengan perkawinan eksternal.
Tubuhnya mempunyai sistem urogenial artinya saluran kelamin dan saluran eksresi
bergabung satu dalam kloaka. Amphibi dibagi menjadi 3 ordo, Stegoephalia,
memiliki tulang tengkorak dan tulang pipi. Kebanyakan sudah punah dan menjadi
fosil. Stegoephalia yang masih hidup sampai sekarang yaitu Ichtyopsis (bentuk
seperti cacing tanpa kaki).Caudata, tubuhnya dapat dibedakan antara kepala leher
dan ekor.Tubuh terdiri atas kepala dan leher yang menyatu. Sering tidak berleher,
tidak berekor. Kaki belakang lebih besar dibandingkan dengan kaki depan (Amin,
1990).
Dalam mempelajari ciri-ciri amphibi, dapat dibedakan menjadi 3 yaitu caput
(kepala), truncus (badan) dan extremitas (anggota gerak).Caput atau kepala
berbentuk segitiga dengan moncong yang tumpul, celah mulut lebar, bentuknya lebih
kurang seperti bulan sabit.Rahang bawah tidak bergerigi sedangkan rahang atas
kadang ada yang bergerigi atau tidak bergerigi.Didalam mulut terdapat lidah yang
melekat pada dasar bawah bagian anterior.Lubang hidung satu pasang terletak dekat
ujung moncong mata besar dan mata atas yang tebal berdaging dan kelopak mata
bawah yang lebih tipis.Disebelah ventro caudal mata terdapat selaput pendengar
yang lebar dan jelas dapat pula tertutup kulit sehingga bentuknya tidak jelas yang
disebut membran timpani (Hasni, 2008).
Pada bagian caput terdapat rima oris (celah mulut), cavum oris (rongga
mulut) yang terdiri dari maxilla (rahang atas), mandibula (rahang bawah), palatum
dan lingua, nares anterior (lubang kecil disebelah dorsal rima oris), organon visus
(alat penglihatan) yang terdiri dari palbebra superior (pelupuk mata atas), palbebra
4
inferior (pelupuk mata bawah), membran nictitans (selaput bening pada mata),
bulbus oculi (bola mata) dan membran timpani (alat pendengaran) (Khaw, 2004).
Truncus atau badan terdapat disebelah caudal caput.Pada betina mempunyai
ukuran yang relatif lebih besar daripada yang jantan. Extremitas atau anggota gerak
terbagi menjadi 2 yaitu extremitas anterior (anggota gerak depan) terdiri dari
branchium (lengan atas), antebranchium (lengan bawah), manus (tangan) dan digiti
(jari-jari). Extremitas posterior (anggota gerak belakang) terdiri dari femur (paha),
crus (tungkai bawah), pedes (kaki), digiti (jari-jari) dan selaput renang untuk
berenang yang merupakan kulit tipis diantara digiti (Yaasin, 1984).
Menurut Jasin (1992), alat pencernaan pada katak tediri dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus, dan kloaka. Makanan dari mulut masuk ke dalam
lambung melalui kerongkongan. Lambung memanjang dan berbelok ke samping kiri
dan berotot. Di dalam lambung makanan dicerna kemudian masuk ke dalam usus. Di
dalam usus makanan diserap, sisa makanan dikeluarkan melalui kloaka. Sistem
pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang amphibi adalah katak.
Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran
pencernaan pada katak meliputi rongga mulut terdapat gigi berbentuk kerucut untuk
memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa, esofagus berupa saluran
pendek, ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi
lebar. lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus
dan intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus
meliputi: duodenum. jejenum, dan` ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaka, kloaka
merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi,
dan urine.
Katak memiliki sepasang paru-paru berupa kantung elastis yang tipis.
Mekanisme pernafasan paru-paru terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Keduanya
dengan mulut tertutup. Katak memiliki tulang-tulang rusuk dan rongga badan.
Mekanisme pernafasannya diatur oleh otot-otot tulang bawah dan perut yang saling
berhubungan satu sama lain. Paru-paru divertilasi dengan pompatekan. Kelenjar
paru-paru itulah terutama penyebab udara keluar. Amphibia menambah respirasi
5
paru-paru dengan pertukaran gas melalui kulitnya yang tipis dan basah. Sebagian
besar dikeluarkan melalui kulit laju vertilasi paru-paru tidak cukup untuk membawa
keluar, sejumlah air juga diperlukan dan ditukarkan melalui kulit. Hal inilah yang
mungkin menyebabkan amphibia tidak dapat di darat sepenuhnya (Prawiro, 1999).
Kulit katak memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin.
Warna kulit katakdapat berubah ssuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh
untuk dapat berubah. Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa.
Kulit katak juga berfungsi dalam pertukaran gas (Saktiono, 1989).
Ren (ginjal) adalah alat ekskresi utama pada katak adalah yang terdapat
sepasang dikanan kiri tulang belakang, berwarna kecoklat-coklatan yang memanjang
kebelakang. Sistem ekskresi pada katak disebut sistem gabungan karena masing-
masing sistem masih bergabung pada cloaka sebagai muara bersama baik untuk
sistem sekresi maupun sistem reproduksi. Sistem ekskresi sebagai sistem
pembuangan zat-zat yang tidak berguna yang dilakukan oleh kulit mensekresikan
keringat, paru-paru mensekresikan karbondioksida dan hati mensekresikan secret
berupa empedu (Satyani, 2001).
Katak memiliki empat kaki dan tubuh yang jongkok. Katak berjalan dengan
melompat, tidak memiliki ekor dan leher yang jelas. Kaki belakang katak lebih
panjang yang berfungsi untuk mencari mangsa. Mata katak sangat besar dan pupil
mata vertikal dan juga horizontal. Jari katak berbentuk silindris dan pipih serta kadag
memiliki lipatan kulit lateral yang lebar. Kulit katak beracam-macam, ada yang halus
dan ada yang kasar. Sisi tubuh beberapa katak terdapat lipatan kulit lateral lebar dan
kelenjar mulai dari belakang mata sampai di atas pangkal paha yang disebut lipatan
dorsal lateral. Terdapat juga lipatan serupa yang disebut lipatan suprasimponik
dimulai dari belakang mata memanjang di atas gendang telingan dan berakhir dekat
pangkal lengan (Iskandar, 1998).
6
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gunting bedah, bak
bedah, pinset, jarum pentul, tisu, plastik, dan alat tulis. Adapun bahan adalah
sepasang Fejervarya cancrivora.
Fejervarya sp. dimatikan dengan cara dibius menggunakan killing bottle yang telah
diberi kapas dan Chloroform. Biarkan beberapa saat hingga hewan pingsan.
Kemudian diletakkan di atas bak bedah dan diamati morfologi dari hewan tersebut.
Lalu dibedah bagian abdomennya dan dikeluarkan seluruh organ yang terdapat pada
abdomen dengan hati-hati dan direntangkan di atas kertas. Pisahkan masing-masing
organ berdasarkan sistemnya. Kemudian ambil bagian otot dan tulang untuk diamati.
Amati organ-organ yang ada beserta bagian otot dan tulang. Catat dan gambarkan
beserta keterangan semua bagian-bagian tubuh yang diamati pada buku kerja dan
buku gambar.
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Fejervarya cancrivora
b
c
d
8
4.2 Anatomi Fejervarya cancrivora
a
b
c
Keterangan: (a) pulmo, (b) cor, (c) ventriculus, (d) intestinum tenue, (e) intestenum
crassum, (f) kloaka
9
a
10
Katak sawah betina memiliki sepasang ovarium yang mengeluarkan telur.
Apabila telur sudah masak, katak betina menuju ke air kemudian katak jantan datang
dan menaiki punggung katak betina. Katak betina mengeluarkan telur ke dalam air
dan bersamaan dengan itu katak jantan mengeluarkan spermanya.Telur yang sudah
dibuahi menyerap air sehingga membesar kemudian berkembang menjadi
embrio. Embrio mendapat makanan dari kuning telur, kurang lebih seminggu setelah
pembuahan embrio berkembang menjadi berudu. Perkembangan katak secara terus
menerus disebut dengan metamorfosis (Soepomo, 1997).
Berdasarkan pengamatan mengenai sistem otot pada katak, didapatkan bahwa otot
pada katak sama dengan pada vertebrata pada umumnya yaitu memiliki tiga macam
struktur otot, yaitu otot polos, otot lurik dan otot jantung. Secara umum dibagi atas
dua bagian yaitu otot epaksial dan otot hipaksial. Otot hepaksial meliputi bagian
bawah tubuh katak, sedangkan epaksial pada baguan atas.
Sistem otot aksial pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan tapi
tampaktanda-tanda aperbedaan. Sekat horizontal membagi antara ventral dan dorsal.
Bagian dari sistem otot epkasila mempengaruhi gerak kepala. Otot ventral adalah
bukti dalam pembagian otot- otot setiap segmen tubuh. Selanjutnya otot hipaksial
11
yang mendukung berbagai pergerakan katak diantaranya berenang, berjalan,
meloncat dan memanjat (Lutterschmidt, 1997).
Kelompok ventral otot-otot distal anggota belakang tediri dari musculus tibialis
yang berupa tiga buah otot di daerah tibio fibula yang bekerja untuk menekuk dan
memutar tumit. Musculus subhyoideus yang terlentang antara rahang bawah kiri dan
kanan, musculus submaxilaris yang melintang antara kedua rami rahang bawah di
depan musculus subhyoideus, musculus rectus abdominis yang terletak medio ventral
pada tubuh dan di tengah-tengah otot ini terdapat suatu urat yang disebut linea alba
dan selanjutnya musculus obliqus externus yang terdapat pada dinding lateral
abdomen (Djuhanda, 1974).
a
b
Gambar 9. Sistem rangka Fejervarya Gambar 10. Literatur sistem rangka Fejervarya
cancrivora cancrivora
Keterangan:
12
trunci yang terdiri dari vertebrae dan sternum dan skeleton appendiculare yang
meliputi extremitas anterior maupun posterior. (Susatyo, 2016)
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian
yang lunak.Pada fase berudu tulang-tulangnya masih lunak dan menjadi keras pada
fase dewasa. Pada sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak dengan
permukaan yang licin. Skeleton pada amphibian terdiri dari Skeleton axiale
tempurung kepala, vertebrae, dan sternum. Skeleton appendiculare, kaki. Tempurung
kepala yang besar dan pipih terdiri atas cranium yang sempit, beberapa pasang
kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengaran dan kapsula yang besar untuk
mata, tulang-tulang rahang , os hyoid dan tulang rawan dari larynx (skeleton viseral),
Amfibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara proporsional. Tengkorak
amfibi modern mempunyai tulang-tulang premaksila, nasal, frontal, parietal, dan
skuamosa.Jumlah vertebra atau ruas tulang belakang pada amfibi bervariasi dan 10
ruas pada Salientia sampai 200 pada Gymnophiona. Tengkorak bersendi dengan
tulang tengkuk, jumlah vertebrata kaudalnya bervariasi (Yaasin, 1984).
Bangsa Amphibia merupakan vertebrata yang pertama mempunyai sternum
(tulang dada) tetapi perkembangannya kurang sempurna.Tulang iga hanya pendek
dan kurang berkembang sehingga tidak berhubungan dengan sternum seperti yang
terjadi pada reptile, burung, atau mamal. Sebagian besar amfibi mempunyai dua
pasang tungkai dengan 4 jari kaki pada kaki depan dan 5 jari pada jari belakang.
Jumlah jari mungkin ada yang berkurang 2 buah.Tungkai belakang berkurang seperti
pada salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia.Tungkai biasanya
tidak mempunyai kuku, tetapi ada semacam tanduk pada jari-jarinya. Tulang
punggung bersambung dengan kepala dan ekstrimitas berfungsi menyokong tubuh
dan melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna vertebralis dan urostyle. Masing-
masing vertebrae merupakan satu segmen pendek yang fleksible.Tiap-tiap vertebrae
terdiri dari centrum atau corpus yang memiliki lengkung atas (archus neuralis)
sebagai tempat semsum.Sebelah atasnya terdapat cuatan neuralis terdapat sepasang
processus articularis yang membuat vertebrae sedikit bergerak.Tulang tempurung
kepala bersenyawa.Tulang-tulang bersenyawa tidak dapat digerak-gerakkan.Pada
tulang yang panjang dibedakan atas bagian central yang disebut diaphyse sedang
kedua ujungnya disebut epiphyse (Prawiro, 1999).
13
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Morfologi Katak terbagi menjadi lima bagian yaitu kepala (caput) yang terdiri dari
mata, lubang hidung, mulut dan telinga. Badan (truncus) yang terdiri dari telinga hingga
kloaka dan yang terakhir yaitu bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat meruncing
ke ujung. Katak mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas anterior), dan sepasang
anggota belakang (extrimitas posterior).
2. Saluran pencernaan pada katak meliputi: rongga mulut, oesophagus, gatrum
(lambung), pylorus, duodenum, intestine, mesenterium, rectum, cloaca, hepar, ductus
hepaticus, vesica felea, ductus cysticus, pankreas, dustus pancreaticus, dan ductus
choleodocus.
3. Sistem urogenital terdiriratas organ ekskresi dan organ kelamin. Organ betina adalah
ovari dan organ jantan adalah testis.
4. Sistem otot katak terdiri atas otot epaksial dan hipaksial.
5. Sistem rangka pada katak terdirir atas rangka aksial, visceral dan apendikular.
5.2 Saran
Dalam praktikum struktur hewan tentang anatomi amfibi ini diharapkan bagi para praktikum
harus mematuhi aturan dan tata tertib yang berlaku, serta menjaga keselamatan kerja, selain
itu harus melakukan praktikum sesuai prosedur supaya memperoleh hasil pengamatan yang
baik dan benar.
14
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat. , Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Amin, M. 1990. Anatomi Hewan. Jakarta: Balai Pustaka.
Amin, M. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan. Balai Pustaka. JakartaCogger G,
Zweifel. 2003. Encyclopedia of reptiles & amphibians California: Lirshner
publisher
Djuhanda, T. 1974. Analisa Struktur Vertebrata. Bandung: Armico.
Djuhanda, T. 1982. Analisis Struktur Vertebrata 1. Bandung.: Armico.
Duellman, W.E. and L.Trueb. 1986.Biology of Amphibians. New York: McGraw –
Hill Book Company
Hasni. 2008. Biologi Umum. Surabaya: Gramedia.
Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure. Fiurth Edition. Canada: John
Wiley and Sons.
Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan. Puslitbang
Biologi-LIPI.
Khaw, P. T., Shah, P., & Elkingkton, A. R. 2004. Fundamental of Fish
Anatomy. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Kurniati, Hellen. 2003. Amphibians & Reptiles of Gunung Halimun National Park,
West Java, Indonesia (Frogs, Lizards and Snakes). Cibinong: Research
Center for Biology-LIPI.
15
Kusrini, M. D. 2007. Konservasi Amphibia Di Indonesia: Masalah Global Dan
Tantangan. Jurnal media konservasi. Vol XII. Hlm. 89-95.
16