PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi,
tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat.
Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua
dan Biosyang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan
yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada
umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus
hidup kedua adalah di daratan. (Zug, 1993). Saat dewasa hewan
amphibi masih memerlukan tempat yang terdapat air atau lembab untuk
hidup. Amphibi selalu hidup berasosiasi dengan air, tetapi hewan ini
menghuni habitat yang cukup beragam mulai dari yang hidup di bawah
permukaan air sampai yang hidup di puncak pepohonan. Kebanyakkan
hewan ini hidup di kawasan berhutan, karena memerlukan kelembaban
untuk melindungi tubuhnya dari kekeringan. Semua amphibi adalah
karnivora,makanannya terutama terdiri dari arthopoda, cacing dan larva
serangga untuk jenis kecil, untuk yang lebih besar dapat memakan
binatang yang lebih kecil seperti ikan kecil, udang, katak kecil, bahkan
kadal kecil ataupun ular kecil. Amfibi tidak memiliki alat fisik untuk
mempertahankan diri seperti taring dan cakar, sebagian besar untuk
jenis katak mengandalkan kaki belakangnya untuk melompat dan
menghindari bahaya, alat pertahanan lain yang cukup efektif adalah
kulitnya yang beracun.
Amphibi berbeda dengan makhluk hidup yang lainnya karena
mempunyai kemampuan untuk melakukan metamorfosis (perubahan
bentuk). Perubahan bentuk ini terjadi mulai ketika masih hidup dalam air
sampai kemudian dewasa yang berpindah kedarat. Spesies katak
didunia ini begitu banyak dan beraneka ragam, namun yang paling
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah kodok sawah
yang habitatnya disawah. Oleh karena itu kami memilih kodok sawah
dalam pembahasan kali ini yang mewakili kelas amphibi.
1.2 Rumusan Masalah
A. Kodok
1.
2.
B. Ikan
1.
2.
1.3 Tujuan
A. Kodok
1.
2.
B. Ikan
1.
2.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Morfologi Kodok
Kodok adalah bilateral simetris, dengan bagian sisi kiri dan
kanan equal. Bagian tengah disebut medial, samping/lateral, badan
muka depan adalah ujung anterior, bagian belakang disebutujung
posterior, bagian punggung atau dorsal, sedang bagian muka ventral.
Bagian badan terdiri atas kepala/ caput, kerongkongan/ cervik, dada/
thorax atau pectoral, perut atau abdomen, pantat pelvis serta bagian
kaudal pendek (Kastowo, 1982: 32).
Ordo anura atau katak mudah dikenali dari tubuhnya yang
seperti sedang berjongkok, leher tidak jelas. Tubuh katak tersususn dari
tiga bagian (1) kepala (2) badan (3) anggota gerak,kepalanya pipih lebar
begitu juga dengan mulutnya memiliki lidah yang panjang dan lengket
yang berfungsi untuk menangkap mangsa , pangkal lidah terdapat di
depan dan ujung lidah di belakang mulut. Giginya terdapat pada langitlangit mulut yang disebut gigi vormer, matanya yang besar menonjol di
sisi kepala, terdapat du kelopak yaitu atas dan bawah tetapi sulit
digerakkan, sebagai gantinya katak memiliki selaput bening tipis yang
disebut selaputniktitans, pada ujung depan atas mulut erdapat lubang
hidung yang dapat menutup saat menyelam di air. Di bagian sisi
belakang mata terdapat selaput gendang telinga yang disebut membran
tympani. Badan katak juga lebar memiliki dua pasang anggota gerak
(kaki), bagian depan lebih kecil dan pendek dari kaki bagian belakang.
Jari kaki depan ada empat sedangkan jari kaki belakang ada lima, untuk
memudahkan berenang pada bagian diantara jari-jarinya terdapat slaput
renang. Kulit katak selalu di basahi oleh kelenjar kulit yang
menghasilkan lendir.
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu: Ascaphidae,
Leiopelmatidae, Bombinatoridae, Discoglossidae, Pipidae,
Rhinophrynidae,
Megophryidae, Pelodytidae, Pelobatidae ,Allophrynidae,
Bufonidae, Branchycephalidae, Centrolenidae, Heleophrynidae,
Hylidae, Leptodactylidae,Myobatrachidae, Pseudidae, Rhinodermatidae,
Sooglossidae, Arthroleptidae, Dendrobatidae, Hemisotidae,
Hyperoliidae, Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae, ( Pough et.
al.,1998). Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae,
Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae.
tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari alat
reproduksi (Kastowo, 1982 ).
Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak
bungkuk. Tubuh kodok menunjukkan keadaan yang serupa dengan
anggota yang lain dalam ordonya yaitu memiliki batas antara caput dan
truncus yang tidak jelas. Caput berbentuk tumpul, tanpa rostrum yang
menonjol, pada dataran rostrumnya terdapat sepasang lubang hidung
yang kecil. Dibagian apex caput terdapat sepasang mata yang
berukuran besar dan menonjol yang masing-masing memiliki Palmebra
superior yaitu lipatan kulit tebal pada tepi atas, Palmebra inferior yaitu
berupa lipatan kulit tebal pada tepi bawah, Membrane nictitans yaitu
berupa lipatan kulit yang transparan terletak pada tepi bawah
mata (Radiopoetro, 1996).
2.1.2 Morfologi kaki
Kaki kodok terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki
belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (bracium), lengan bawah
(antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang
terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti)
(Radiopoetro, 1996).
Secara umum katak jumlah jari tungkai depan biasanya empat jari
dan tungkai belakang lima jari. Pada tungkai belakang memanjang yang
berpotensi untuk melompat. Kadang-kadang dijumpai jari tambahan
sebagai prehaluk pada sisi ventral kaki. Prehaluk ini
pada Spadefoot (katak penggali tanah) berupa tulang -tulang keras
yang digunakan untuk menggali tanah sebagai tempat bersembunyi
(Radiopoetro, 1996).
2.1.3 Morfologi kulit
Kodok umumnya berkulit halus, lembab, dan licin. Kulit
Amphibi berperan penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit terjaga
kelembapanya dengan adanya kelenjar mukosa, bahkan pada spesies
yang hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh.
Sebagian besar Amphibi memiliki kelenjar granular dan kelenjar mukus.
Keduanya mirip dalam beberapa hal antara lain, kelenjar glanular
memproduksi zat abnoxius(menjijikkan) atau racun untuk melindungi diri
dari musuh. Racun yang terdapat pada Amphibi bervariasi (Sukiya,
2005).
Sebagian besar Amphibi contohnya kodok dapat berubah warna
kulitnya. Hal ini terjadi karena perubahan konsetrasi antara pigmen hijau
dan hitam. Perubahan ini terjadi apabila ada musuh. Kulit Amfibi kaya
akan kelenjar. Ada dua tipe kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan kelenjar
racun. Kelenjar mukosa menghasilkan sekret yang membuat kulit kodok
licin yang melindungi diri ketika ada musuh atau bahaya lingkungan.
(Boolootian, 1979).
dental. Ada beberapa Amphibi yang tidak memiliki gigi, atau gigi pada
rahang bawah mereduksi (Sukiya, 2005).
Sistem otot Amphibi, seperti sistem-sistem otot pada organ yang lain
sebagai transisi antara ikan dan reptil. Sistem otot ikan terpusat pada
gerakan tubuh ke lateral, membuka dan menutup mulut serta gill
apertura (operculum atau penutup lubang/celah insang), dan gerakan
sirip yang relatif sederhana. Ada perbedaan antara ikan dengan
amphibi, yaitu sekat horizontal pada amphibi membagi otot dorsal dan
ventral (Sukiya, 2005).
Bagian otot dorsal (epaksial) yaitu mempengaruhi gerakan kepala,
dan pada bagian ventral yaitu menjadi bukti dalam pembagian otot-oto
setiap segmen tubuh Amphibi. Otot hipaksial terbagi menjadi beberapa
lapisan diantaranya: otot oblique eksternal, otot oblique internal,
otot tranversus, sedangkan otot dermal sangat kurang. Ada beberapa
gerakan pada amphibi: berenang, berjalan, meloncat, dan memanjat
dari kesekian gerakan ini melibatkan perkembangan beberapa tipe otot,
yang terletak dalam tungkai itu sendiri dan berupa otot intrinsic (Sukiya,
2005).
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
sangat dekat. Didalam rongga olfactory yang mana rongga ini terletak
disebelah dorsal moncong yang mana seel ini mengandung sel-sel yang
sangat peka terhadap zat kimia yang larut dalam air. Indra perasa pada
ikan terdapat didalam dan disekitar mulut. Linea lateralis berisi sel-sel
yang peka terhadap getaran tekanan air yang berupa gelombang, yang
terakhir yaitu telingga yang mana dalam telingga ini terdapat saluran
setengan lingkaran dan terdapat sebuah otolith yang juga berfungsi
sebagai alat keseimbangan (Sukiya, 2005).
2.3.17 Kelenjar endokrin
Kodok memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan
hormon. Fungsi hormon adalah mengatur tugas-tugas tubuh,
mengontrol pertumbuhan, dan mengaktifkan beberapa macam jaringan
yang berpengaruh terhadap tingkah laku. Pada dasar otak terdapat
kelenjar hipophysa yang menghasilkan hormon pertumbuhan. Fungsi
hormon ini adalah mengontrol pertumbuhan. Bila
kelenjar hipophysa seekor berudu diambil maka berudu tersebut tidak
akan tumbuh menjadi kodok (Jasin, 1984).
Kelenjar berikutnya adalah kelenjar pituataria yang menghasilkan
hormon yang berfungsi untukn merangsang gonad untuk menghasilkan
sel kelamin. Glandulae thyroida terdapat dibelakang tulang rawan yang
menghasilkan hormon thryroid yang berfungsi mengatuir metabolisme
secara umum. Pada pancreas terdapat kelenjar yang menghasilkan
hormon insulin yang berfungsi mengatur metabolisme zat
gula.Glandulae supra renalis menghasilkan hormon adrenalin yang
berfungsi utntuk mengubah glikogen menjadi glukosa. (Jasin, 1984).
2.4 Metamorfosis Katak
Katak melakukan persenyawaan luar yaitu di dalam air. Telur yang
disenyawakan (zigot) kemudian mengalami pebelahan menjadi
satu blastula kemudian pembentukan gastrula dan usus primitive mulai
terbentuk. Gastrula berubah menjadi neurula yang menempatkan sistem
saraf primitive. Perkembangan selanjutnya membentukan larva atau
berudu. Berudu mempunyai insang luar untuk bernafas dalam air, mulut
dan kloaka serta ekor. Berudu mendapat makanan dari tumbuhan
akuatik. Kemudian insang luar digantikan oleh insang dalam dan
anggota-anggota depan serta belakang mula berkembang (Bolkay,
1915).
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas tentangmorfologi dan anatomi
pada kedua spesies pada class amphibi dan pisces, maka dapat kami
simpulkan bahwa:
a. Amphibi merupakan hewan yang hidup didua alam yaitu ketika
masih belum dewasa hidup d iari dan setelah dewasa berpindah
kedarat.
b. Ciri umum dari kodok sawah adalah kulitnya basah dan
berkelenjar, skeleton berupa tulang keras, dan memiliki 2 pasang
kaki.
c. Anatomi kodok sawah meliputi;
d. Sistem rangka pada kodok tersusun atas endoskelaton yang
disokong oleh bagian-bagian yang lunak.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA