Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi,
tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat.
Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua
dan Biosyang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan
yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada
umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus
hidup kedua adalah di daratan. (Zug, 1993). Saat dewasa hewan
amphibi masih memerlukan tempat yang terdapat air atau lembab untuk
hidup. Amphibi selalu hidup berasosiasi dengan air, tetapi hewan ini
menghuni habitat yang cukup beragam mulai dari yang hidup di bawah
permukaan air sampai yang hidup di puncak pepohonan. Kebanyakkan
hewan ini hidup di kawasan berhutan, karena memerlukan kelembaban
untuk melindungi tubuhnya dari kekeringan. Semua amphibi adalah
karnivora,makanannya terutama terdiri dari arthopoda, cacing dan larva
serangga untuk jenis kecil, untuk yang lebih besar dapat memakan
binatang yang lebih kecil seperti ikan kecil, udang, katak kecil, bahkan
kadal kecil ataupun ular kecil. Amfibi tidak memiliki alat fisik untuk
mempertahankan diri seperti taring dan cakar, sebagian besar untuk
jenis katak mengandalkan kaki belakangnya untuk melompat dan
menghindari bahaya, alat pertahanan lain yang cukup efektif adalah
kulitnya yang beracun.
Amphibi berbeda dengan makhluk hidup yang lainnya karena
mempunyai kemampuan untuk melakukan metamorfosis (perubahan
bentuk). Perubahan bentuk ini terjadi mulai ketika masih hidup dalam air
sampai kemudian dewasa yang berpindah kedarat. Spesies katak
didunia ini begitu banyak dan beraneka ragam, namun yang paling
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah kodok sawah
yang habitatnya disawah. Oleh karena itu kami memilih kodok sawah
dalam pembahasan kali ini yang mewakili kelas amphibi.
1.2 Rumusan Masalah
A. Kodok
1.
2.

Bagaimana bentuk morfologi dan anatomi kodok?


Bagaimana metamorfisis kodok ?

B. Ikan
1.
2.

Bagaimana morfologi dan anatomi ikan?


Bagaimana tipe sisik ikan?

1.3 Tujuan
A. Kodok
1.
2.
B. Ikan
1.
2.

Untuk mengetahui morfologi dan anatomi pada kodok.


Untuk mengetahui metamorfisis kodok.
Untuk mengetahui morfologi dan anatomi ikan
Untuk mengetahui tipe sisik ikan tersebut

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Morfologi Kodok
Kodok adalah bilateral simetris, dengan bagian sisi kiri dan
kanan equal. Bagian tengah disebut medial, samping/lateral, badan
muka depan adalah ujung anterior, bagian belakang disebutujung
posterior, bagian punggung atau dorsal, sedang bagian muka ventral.
Bagian badan terdiri atas kepala/ caput, kerongkongan/ cervik, dada/
thorax atau pectoral, perut atau abdomen, pantat pelvis serta bagian
kaudal pendek (Kastowo, 1982: 32).
Ordo anura atau katak mudah dikenali dari tubuhnya yang
seperti sedang berjongkok, leher tidak jelas. Tubuh katak tersususn dari
tiga bagian (1) kepala (2) badan (3) anggota gerak,kepalanya pipih lebar
begitu juga dengan mulutnya memiliki lidah yang panjang dan lengket
yang berfungsi untuk menangkap mangsa , pangkal lidah terdapat di
depan dan ujung lidah di belakang mulut. Giginya terdapat pada langitlangit mulut yang disebut gigi vormer, matanya yang besar menonjol di
sisi kepala, terdapat du kelopak yaitu atas dan bawah tetapi sulit
digerakkan, sebagai gantinya katak memiliki selaput bening tipis yang
disebut selaputniktitans, pada ujung depan atas mulut erdapat lubang
hidung yang dapat menutup saat menyelam di air. Di bagian sisi
belakang mata terdapat selaput gendang telinga yang disebut membran
tympani. Badan katak juga lebar memiliki dua pasang anggota gerak
(kaki), bagian depan lebih kecil dan pendek dari kaki bagian belakang.
Jari kaki depan ada empat sedangkan jari kaki belakang ada lima, untuk
memudahkan berenang pada bagian diantara jari-jarinya terdapat slaput
renang. Kulit katak selalu di basahi oleh kelenjar kulit yang
menghasilkan lendir.
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu: Ascaphidae,
Leiopelmatidae, Bombinatoridae, Discoglossidae, Pipidae,

Rhinophrynidae,
Megophryidae, Pelodytidae, Pelobatidae ,Allophrynidae,
Bufonidae, Branchycephalidae, Centrolenidae, Heleophrynidae,
Hylidae, Leptodactylidae,Myobatrachidae, Pseudidae, Rhinodermatidae,
Sooglossidae, Arthroleptidae, Dendrobatidae, Hemisotidae,
Hyperoliidae, Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae, ( Pough et.
al.,1998). Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae,
Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae.

Gb. Literature morfologi katak


(Anonim, 2009)
2.1.1. Morfologi badan dan kepala
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau
anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit
basah halus lunak. Kepala mempunyai mulut tang lebar untuk
mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang kecil dekat
ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, 2 mata yang besar
spherik, dibelakangnya 2 lubang pipih tertutup oleh membrane tympani
yang berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap
mata mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya
mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi
mata apabila berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan
dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa makananyang

tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari alat
reproduksi (Kastowo, 1982 ).
Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak
bungkuk. Tubuh kodok menunjukkan keadaan yang serupa dengan
anggota yang lain dalam ordonya yaitu memiliki batas antara caput dan
truncus yang tidak jelas. Caput berbentuk tumpul, tanpa rostrum yang
menonjol, pada dataran rostrumnya terdapat sepasang lubang hidung
yang kecil. Dibagian apex caput terdapat sepasang mata yang
berukuran besar dan menonjol yang masing-masing memiliki Palmebra
superior yaitu lipatan kulit tebal pada tepi atas, Palmebra inferior yaitu
berupa lipatan kulit tebal pada tepi bawah, Membrane nictitans yaitu
berupa lipatan kulit yang transparan terletak pada tepi bawah
mata (Radiopoetro, 1996).
2.1.2 Morfologi kaki
Kaki kodok terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki
belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (bracium), lengan bawah
(antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang
terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti)
(Radiopoetro, 1996).
Secara umum katak jumlah jari tungkai depan biasanya empat jari
dan tungkai belakang lima jari. Pada tungkai belakang memanjang yang
berpotensi untuk melompat. Kadang-kadang dijumpai jari tambahan
sebagai prehaluk pada sisi ventral kaki. Prehaluk ini
pada Spadefoot (katak penggali tanah) berupa tulang -tulang keras
yang digunakan untuk menggali tanah sebagai tempat bersembunyi
(Radiopoetro, 1996).
2.1.3 Morfologi kulit
Kodok umumnya berkulit halus, lembab, dan licin. Kulit
Amphibi berperan penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit terjaga
kelembapanya dengan adanya kelenjar mukosa, bahkan pada spesies
yang hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh.
Sebagian besar Amphibi memiliki kelenjar granular dan kelenjar mukus.
Keduanya mirip dalam beberapa hal antara lain, kelenjar glanular
memproduksi zat abnoxius(menjijikkan) atau racun untuk melindungi diri
dari musuh. Racun yang terdapat pada Amphibi bervariasi (Sukiya,
2005).
Sebagian besar Amphibi contohnya kodok dapat berubah warna
kulitnya. Hal ini terjadi karena perubahan konsetrasi antara pigmen hijau
dan hitam. Perubahan ini terjadi apabila ada musuh. Kulit Amfibi kaya
akan kelenjar. Ada dua tipe kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan kelenjar
racun. Kelenjar mukosa menghasilkan sekret yang membuat kulit kodok
licin yang melindungi diri ketika ada musuh atau bahaya lingkungan.
(Boolootian, 1979).

Pergantian kulit pada Amphibi terjadi secara periodik. Proses ini


berlangsung dibawah kontrol hormon. Lapisan luar kulit tidak hanya satu
bagian, tetapi dalam fragmen meskipun tungkai biasanya utuh dan
mengelupas bersamaan (Sukiya, 2005).
Warna tubuh pada amphibi beraneka ragam. Kodok sawah kulitnya
berwarna coklat dan pada punggungya terdapat warna hijau. Warna
tubuh pada amphibi disebabkan oleh pigmen atau secara struktural
atau juga dihasilkan dari keduanya. Pigmen pada Amphibi terletak pada
kromatofora (di dalam kulit). Sel-sel pigmen ini biasanya dinamakan
menurut jenis pigmen yang dikandung. Melanofora mengandung pigmen
coklat, dan hitam, sedangkan lipafora mengandung pigmen merah,
kuning dan orange. Amphibi juga memiliki sel-sel pigmen yang
disebut guanafora, semacam iridosit pada ikan, mengandung
kristal guanine yang dapat memproduksi iridesen atau efek putih terang
(Sukiya, 2005).
2.3 Klasifikasi
A.1 Kodok
Berdasarkan morfologi di atas klasifikasi dari kodok adalah
sebagai berikut:
Kingdom Animalia
Kelas
Amphibia
Ordo
Annura
Famili
Fejervaryadeae
Genus
Fejervarya
Spesies
Fejervarya limnocharis (Merrem,
1982).
A
2.3 Anatomi
2.3.1 Sistem rangka kodok
Amphibi memiliki sistem rangka yang lebih tebal dan luas secara
proporsional, apabila dibandingkan dengan pisces. Tengkorak Amphibi
mempunyai tulang-tulang premaksila, nasal, frontal, parietal, dan
skuamosa. Pada permukaan dorsal dari tubuh annura tidak tertutup
tulang seluruhnya. Bagian kondrokronium belum mengeras, hanya
daerah oksipital dan eksoksipital yang mengeras, dan masing-masing
memiliki kondila bertemu dengan vertebra pertama. Amphibi tidak
memiliki langit-langit (palatum skunder), akibatnya nares
internal lebih maju di dalam langit-langit mulut. Di bagian ventral
otak tertutup oleh tulang dermal dinamakan parasfenoid. Gigi terletak
pada premaksila, maksila, palatine, vomer, parasfenoid, dan tulang

dental. Ada beberapa Amphibi yang tidak memiliki gigi, atau gigi pada
rahang bawah mereduksi (Sukiya, 2005).

Gambar 2: Sistem rangka kodok diambil dari


www. wikipedia.com
Jumlah ruas tulang belakang Amphibi bervariasi dari 10 ruas pada
Salientia 200 ruas pada Gymnophiona. Tengkorak bersendi dengan
tulang tengkuk, jumlah vertebra kaudal bervariasi. Pada Salientia, satu
elemen vertebra mengalami elongasi (memanjang), yang
dinamakan urostile memanjang dari sacrum menuju ke ujung posterior
pelvis. Tulang iga pendek dan kurang berkembang, sehingga tidak
berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi pada Reptil, Aves,
atau pada Mamalia. Sebagian besar Amphibi mempunyai 2 pasang
tungkai dengan 4 jari pada kaki depan, dan 5 jari pada kaki belakang.
Jumlah jari kaki mungkin ada yang berkurang sebanyak 2 jari, tungkai
belakang berkurang seperti pada Salamander, dan pasangan tungkai
tidak ada pada caecillia. Tungkai biasanya tidak mempunyai kuku, tetapi
semacam tanduk pada jari-jarinya (Sukiya, 2005).
2.3.3 Sistem otot kodok

Sistem otot Amphibi, seperti sistem-sistem otot pada organ yang lain
sebagai transisi antara ikan dan reptil. Sistem otot ikan terpusat pada
gerakan tubuh ke lateral, membuka dan menutup mulut serta gill
apertura (operculum atau penutup lubang/celah insang), dan gerakan
sirip yang relatif sederhana. Ada perbedaan antara ikan dengan
amphibi, yaitu sekat horizontal pada amphibi membagi otot dorsal dan
ventral (Sukiya, 2005).
Bagian otot dorsal (epaksial) yaitu mempengaruhi gerakan kepala,
dan pada bagian ventral yaitu menjadi bukti dalam pembagian otot-oto
setiap segmen tubuh Amphibi. Otot hipaksial terbagi menjadi beberapa
lapisan diantaranya: otot oblique eksternal, otot oblique internal,
otot tranversus, sedangkan otot dermal sangat kurang. Ada beberapa
gerakan pada amphibi: berenang, berjalan, meloncat, dan memanjat
dari kesekian gerakan ini melibatkan perkembangan beberapa tipe otot,
yang terletak dalam tungkai itu sendiri dan berupa otot intrinsic (Sukiya,
2005).

Gambar 3: Sistem otot pada kodok bagian dorsal dan ventral


(Boolootian,1979:249-250)
2.3.5 Sistem pencernaan kodok
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris yang diakhiri oleh
anus. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan
akan dibasahi oleh air liur. Katak sedikit mempunyai kelenjar ludah. Dari
cavum oris makanan akan melewati pharynx, oesophagus yang
menghasilkan sekresi alkalin(basis) dan mendorong makanan masuk
dalam ventriculus yang besar, ventriculus yang besar itu
disebutcardiac ,sedangkan bagian posterior mengecil dan berakhir
dengan pyloris. Kontraksi dinding ototventriculus dapat meremas
makanan sampai menjadi hancur dan dicampur dengan
sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau fermen, yang
merupakan katalisator (Jasin,1984).
Di dalam mulut terdapat banyak gigi-gigi kecil disepanjang rahang
atas, dan ada gigi vomerin pada langit-langit mulut. Lidah
berotot, biofurkat (cabang dua) pada ujungnya, dan bertaut pada bagian
anterior mulut (Brotowidjoyo,1989).
Lidah katak berfungsi untuk menangkap mangsa. Sebagian besar
Amphibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan keluar seperti pada
katak dan kodok, kemudian lidah digulung kebelakang jika tidak
digunakan (Sukiya, 2005).
Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri
dari: pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak.
Disamping itu ventriculus menghasilkan asam klorida untuk
mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan bahan
makanan masuk kedalam saluran disebut gerakperistaltis. Beberapa
penyerapan zat makanan terjadi di ventriculus terutama terjadi
di intestinum. Makanan masuk
kedalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris (Jasin,1984).
Kelenjar pencernakan yang besar ialah hepar dan pancreaticum
yang memberikan sekresinya pada intestinum, kecuali itu intestinum
menghasilkan sekresi sendiri. Hepar yang besar terdiri atas beberapa
lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung
sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam
intestinum melalui ductus cystecus dahulu kemudian
melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan
saluran yang dari pangkreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat
lemak. Bahan makanan yang merupakan sisa didalam intestuinum
major menjadi feces dan selanjutnya dikeluarkan melalui anus
(Jasin,1984).
2.3.7

Sistem ekskresi kodok

Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak


berguna dilakukan oleh kulit, paru-paru dan beberapa zat yang tidak
berguna dilepaskan oleh hati berupa empedu dan yang terpenting
dilakukan oleh ren. Ren yang berbentuk bulat panjang, berwarna coklat
terpisah dari coelom dibawah vertebrae. Pemisah ini
disebut retroperitoneal. Ren merupakan alat filter selektif untuk
membuang sisa-sisa zat organis dan garam-garam mineral dari
pembuluh darah (Jasin,1984).
Proses filtrasi terjadi pada capsula renalis. Sebuah kapsula
renalis terdiri atas: pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang
disebut glomerulus, Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang
yang disebut capsul bowman, Tubulus uriniferus yang merupakan
pembuluh lanjutan darah arteri, Tubukus itu akan menyalurkan isinya
pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau urether,
yang merupakan yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju
ke vesica urinaria sebagai penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai
bahan sampah dibuang ke kloaka dan selanjutkan dikeluarkan dari
tubuh (Jasin,1984).
2.3.9
Sistem sirkulasi kodok
Ampibi mempunyai problem untuk mengisi jantung yang menerina
darah oksigen dari paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung
oksigen dari tubuh (tapi hanya sebagian). Untuk mencegah banyaknya
percampuran dua jenis darah tersebut, bahwa ampibi tidak
mengembangkan kearah sistem sirkulasi transisional. Jantung
mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikuler, dan pembagian konus
arteriosusdalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari. Darah dari
tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus vensus kemudian masuk ke
sisi kanan ventrikel, kemudian dipompa ke paru-paru (Sukiya, 2005).
Kebanyakan pada Amphibi pasangan arkus aorta pertama, kedua
dan kelima hilang. Arkus aorta ketiga pada sisi dasar carotid internal,
dan arkus aorta ke empat merupakan system arkus yang menuju ke
posterior berupa dorsal aorta. Bagian proksimal dari pasangan keenam
arkus aorta cabang dari arteripulmokutaneus, membawa darah ke paruparu dan kulit di mana aersi terjadi (Sukiya, 2005).
Darah yang mengandung oksigen dari paru-paru masuk
ke atrium kiri, lewat vena pulmonalis kemudian menuju sisi
kiri ventrikel kemudian dipompa keseluruh tubuh. Peristiwa ini tidak
terjadi pada Salamander yang tidak mempunyai paru-paru sebab
celah interatrial tidak lengkap dan vena pulmonalis tidak ada (Sukiya,
2005).
2.3.9 Sitem sirkulasi ikan
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut
dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan,

juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti


bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang,
dan sebagainya, keluar tubuh. Organ-organ : jantung, pembuluh nadi
(aorta, arteri) dan pembuluh balik (vena), dan kapiler-kapiler darah.
Bahan yang diedarkan : darah (plasma darah dan butir-butir darah).
Fungsi jantung ikan untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh.
Beda jantung ikan dengan jantung hewan ada alat pacu jantung yg
memungkinkan jantung terus berdenyutlain walaupun otak sudah
rusak. Bagian-bagian jantung : Atrium, berdinding tipis, Ventrikal,
berdinding tebal, sebagai pemompa darah, Bulbus arteriosus. Sebelum
atrium, terdapat sinus venosus (SV) yang mengumpulkan darah
berkadar CO2 tinggi, berasal dari organ-organ tertentu. Darah dari SV
masuk ke dalam atrium melalui katup sinuautrial, dari atrium darah
masuk ke dalam ventricle melalui katup atrioventricular. Dari ventrikel
darah ditekan dengan daya pompa padanya, menuju ke arah aorta
ventralis, menuju ke insang. Di insang terjadi pertukaran O2 dengan
CO2 (pada sistem pernafasan) dan seterusnya darah dengan
kandungan O2 tinggi diedarkan ke daerah kepala, ke bagian dorsal,
ke ventral, dan ekor kembali ke jantung dan seterusnya setelah
mengedarkan nutrisi.
2.3.10 Sistem respirasi kodok
Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis atauperubahan
bentuk. Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit,
dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang
karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai
alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara
di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang
hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga
mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula
dengan kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya selalu dalam keadaan
basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan
mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena
kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke
jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit
pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen
dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan
selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu
walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak
mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat
bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh
adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat

berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus


yang pendek. Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan
ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi
adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga
mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru.
Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali
pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air.
Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena
tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat
terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka
dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi
masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan
selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini
dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan
mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi
(Godknecht, 2004).
Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena
kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari
jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit paru-paru (arteri
pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga
mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paru-paru walaupun paruparunya belum sebaik paru-paru mamalia (Godknecht, 2004).
Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus
berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen
masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang
bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke
paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas,
oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru
dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan,
sedangkan Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut
dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru
tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak
menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot
rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya
geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya
rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.

Gambr 4 sistem mekanisme respirasi pada kodok


2.3.12 Reproduksi kodok
Reproduksi pada katak yaitu dengan cara fertilisasi eksternal,
katak jantan menjepit katak betina ketika perkawinan (yaitu ketika telur
dilepaskan dan sperma disemprotkan) (Brotowijdoyo.1989: 201).
Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan
yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara
eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan
mencarinutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian
berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang
memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal
dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak
tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak
hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga
telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau
berair.
a.
Sistem Reproduksi Jantan
Berupa sepasang testis berbentuk oval berwaran keputihputihan, terletak disebelah anterior. Disebelah cranial testis
melekatlah corpus adiposum, sedang disebelah testis terdapat
saluran-saluran halus yang disebut : vasa defferensia yang
bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju
kecloaca, dan vesicula seminalis, sebagai tempat
penampungan spermatozoa sementara (Jasin,1984).

Gambar 5: sistem reproduksi kodok jantan dan


betina (Boolootian, 1979)
kencing dan berakhir divesikula seminalis yang merupakan
tempat penyimpanan sperma (Boolootian, 1979).
b.
Sistem Reproduksi Betina
Terdiri atas sepasang ovarium di bagian dorsal coelom terdapat
corpus adiposum yang berwarna kekuning-kuningan. Suatu saluran
yang berkelok-kelok dengan ujung terbuka sehingga tidak
berhubungan dengan ovarium. Pada sebelah posterior saluran ini
melebar dengan dinding yang tipis atau uterus. Selanjutnya ovum
menuju ke cloaca pada suatu papillae (Jasin Maskoeri.1984).

Perkawinan, Kodok kawi

n pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat menjelang hujan.


Kodok jantan akan berbunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian
atau tengah perairan. Di mana beberapa hewan jantan berkumpul
berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Pembuahan pada kodok
dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung
betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil
berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut
kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang
bersamaan kodok jantan akan melepaskanspermanya ke air,
sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si
betina (Gravenhorst, 1829).

Gambar 08: Organ reproduksi pada kodok


betina (Boolootian,1979: 261)

Embrio, Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang


diletakkan induknya di air, atausarang busa. Sekali bertelur katak bisa
menghasilkan 5000-20000 telur. Telur-telur kodok menetas
menjadiberudu atau kecebong, bernafas dengan insang dan hidup di air.
Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti
dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya
insang denganparu-paru. Kemudian berudu ini akan melompat ke darat
sebagai kodok (Gravenhorst, 1829).
2.3.14 Sistem saraf kodok
Sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf sentral dan sistem
saraf periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari : encephalon (otak)
dan medulla spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak otak (cranium).
Pada sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorium menuju saccus
nasalis, dua haemisperium cerebri ataucerebrum kanan kiri yang
berbentuk ooid yang dihubungkan dengan comisure anterior, sedangkan
bagian anteriornya dergabung dengan dienchepalon medialis. Dibagian
belakang ini terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpuk otak
tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya
merupakan cerebreum (otak kecil). Dibelakang terdapat bagian terbuka
sebelah atas yakni medulla oblongata yang berhubungan
denganmedulla spinalis dan berakhir disebelah felium terminale (Jasin,
1984).
Diencephalon mempunyai badan sebuah dorsal yang
disebut glandula pinealis dan dibawahnya terdapat opticus dan
selanjutnya infundubulum tumbuh keluar sebagai hypophysise pada
posteriornya. Didalam otak terdapat rongga yang disebut ventriculus.
Rongga tersebut diisi oleh cairan cerebropinalis. Pertukaran zat
metabilosme dilakukan oleh pembuluh darah arteri dan venulae yang
meliputi jaringan permukaan otot. Otak medula spinalis dibungkus 2
membran tebal yaitu duramater dan piamater (Jasin, 1984).
Sistem nervous periferum terdiri atas nervi cranialis dan nervi
spinalis. Nervi spinalis berpusat diotak pada lobus. Jumlah 10 pasang
akan menberikan persarafan pada alat sensori, otot daging dan otot
lainnya. Fungsi otak dapat diketahui dari lobus-lobusnya yaitu lubus
olfactorium menanggapi rangsangan kimiawi yang larut dalan air dan
udara. Heames pharium cerebri merupakan daerah menyimpan
ingatan., intelejensi, dan mengontrol
kebebasan. Dienchephalon berhubungan dengan mata dan
keseimbangan. Sedangkanmedulla oblongata mengendalikan sebagian
besar aktivitas tubuh. (Jasin, 1984).
Sistem saraf vertebrata lebih komplek daripada hewan yang lain.
Otak kodok terdiri dari 2 bagian besar yaitu lobus olfactory, 2

a.
b.
c.
d.
e.

a.
b.

hemispheres cerebral, sebuad dienchephalon, 2 lobus optic, sebuah


cerebellum, dan medula oblongata ( Bolootian, 1979).
2.3.14 Sitem saraf dan hormon ikan
Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk
mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status
kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan
ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar
endokrin hormon dikirim keuntuk mengeluarkan hormon-hormon yang
dibutuhkan akan merangsang organ target dan aktivitas metabolisme
jaringan-jaringan a.l untuk bergerak. Sistem saraf terdiri
dari Radiopetro (1996) :
sistem cerebro spinal
sistem saraf pusat : otak dan tulang punggung
sistem saraf tepi
sistem otonomi : simpati dan parasimpati
organ-organ khusus : hidung, telinga, mata, LL
Keistimewaan mendeteksi kondisi sistem saraf pada ikan : sistem saraf
pada LL lingkungan (pH, suhu, dsb) karena mengandung ujung-ujung
sel saraf dan sel darah.
Sistem Hormon : Hormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon
a.l hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, hormon ekskresi &
osmoregulasi. Menurut hasil kelenjar hormon :
endo hormon : yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon
di atas
ekto hormon : yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen :
merangsang jenis kelamin lain mendekat untuk berpijah.
2.3.15 Organ sensoris kodok
Perubahan yang terjadi pada lingkungan hewan merupakan
rangsangan bagi organon acsesori atau reseptor tubuh. Organ ini
mempunyai hubungan dengan nervous sensoris yang menbawa
rangsangan ke pusat otak ( lobus pada otak). Tiap-tiap rangsangan akan
merangsang organon sensoria tertentu. Organon visus akan menerima
rangsangan yang berupa gelombang sinar. Sedangkan reseptor kulit
menerima rangsangan yang berupa sentuhan. Pada lingua terdapat
papil-papil yang berupa tonjolan yang berisi reseptor perasa yang peka
terhadap zat-zat kimia yang larut dalam air. Saccus nasalis yang
mengandung 2 reseptor yang peka terhadap rangsangan berupa gas.
Telinga pada Amphibi terdapat aorganon auditoriusdan alat
keseimbangan tubuh (Jasin, 1984).
2.3.16 Organ sensoris ikan
Organ sensori atau indera pada ikan bandeng meliputi mata yang
mana mata pada ikan ini besar dan tidak memiliki kelopak mata, mata
pada ikan bandeng hanya dapat melihat benda-benda yang jaraknya

sangat dekat. Didalam rongga olfactory yang mana rongga ini terletak
disebelah dorsal moncong yang mana seel ini mengandung sel-sel yang
sangat peka terhadap zat kimia yang larut dalam air. Indra perasa pada
ikan terdapat didalam dan disekitar mulut. Linea lateralis berisi sel-sel
yang peka terhadap getaran tekanan air yang berupa gelombang, yang
terakhir yaitu telingga yang mana dalam telingga ini terdapat saluran
setengan lingkaran dan terdapat sebuah otolith yang juga berfungsi
sebagai alat keseimbangan (Sukiya, 2005).
2.3.17 Kelenjar endokrin
Kodok memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan
hormon. Fungsi hormon adalah mengatur tugas-tugas tubuh,
mengontrol pertumbuhan, dan mengaktifkan beberapa macam jaringan
yang berpengaruh terhadap tingkah laku. Pada dasar otak terdapat
kelenjar hipophysa yang menghasilkan hormon pertumbuhan. Fungsi
hormon ini adalah mengontrol pertumbuhan. Bila
kelenjar hipophysa seekor berudu diambil maka berudu tersebut tidak
akan tumbuh menjadi kodok (Jasin, 1984).
Kelenjar berikutnya adalah kelenjar pituataria yang menghasilkan
hormon yang berfungsi untukn merangsang gonad untuk menghasilkan
sel kelamin. Glandulae thyroida terdapat dibelakang tulang rawan yang
menghasilkan hormon thryroid yang berfungsi mengatuir metabolisme
secara umum. Pada pancreas terdapat kelenjar yang menghasilkan
hormon insulin yang berfungsi mengatur metabolisme zat
gula.Glandulae supra renalis menghasilkan hormon adrenalin yang
berfungsi utntuk mengubah glikogen menjadi glukosa. (Jasin, 1984).
2.4 Metamorfosis Katak
Katak melakukan persenyawaan luar yaitu di dalam air. Telur yang
disenyawakan (zigot) kemudian mengalami pebelahan menjadi
satu blastula kemudian pembentukan gastrula dan usus primitive mulai
terbentuk. Gastrula berubah menjadi neurula yang menempatkan sistem
saraf primitive. Perkembangan selanjutnya membentukan larva atau
berudu. Berudu mempunyai insang luar untuk bernafas dalam air, mulut
dan kloaka serta ekor. Berudu mendapat makanan dari tumbuhan
akuatik. Kemudian insang luar digantikan oleh insang dalam dan
anggota-anggota depan serta belakang mula berkembang (Bolkay,
1915).

Gambar 11: Metamorfosis kodok (Boolootian,1979: 262)


Selepas kira-kira 3 bulan , berudu melakukan proses metamorfosis
untuk menjadi katak dewasa yang diawali oleh
hormon tiroksina. Selama proses metamorfosis, anggota belakang
berkembang diikuti oleh anggota depan, insang dan ekor menjadi
pendek. Mulut bertambah lebar, lidah terbentuk,
membrantimpanum serta kelopak mata muncul dan bentuk kanta mata
berubah,dan perubahan biokimia juga terbentuk dalam badan (Bolkay,
1915).
2.5 Sirip Ikan
Pada permukaan tubuh dari ikan ini berlendir yang menghasilkan
mucus, dan pada permukaan dari badan ikan ini tertutupi oleh sisik yang
mana pada sisik bagian ekor mempunyai tipe ganoid yang artinya sisik
ini berbentuk belah ketupat, dengan sisik yang tertanam dalam saku
dermis. Permukaan sebelah luar dilapisi oleh zat ganoine dan
mengandung duri-duri yang halus. Pada bagian pina dorsalis, terdapat 6
tulang keras dan 7 tulang lunak. Dari cirri-ciri morfologi ikan yang kami
amati ini menunjukkan cirri-ciri ikan tulang keras (Osteichtyes). Ikan
yang kami amati adalah ikan bandeng yang ternasuk ikan tulang keras
yang hidup di air tawar. Kami mengatakan ikan bandeng ini ikan tulang
keras dikarenakan dari cirri-ciri morfologi ikan ini yang mana pada pisa
dorsalis dari ikan ini kami temukan adanya sejumlah tulang keras.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas tentangmorfologi dan anatomi
pada kedua spesies pada class amphibi dan pisces, maka dapat kami
simpulkan bahwa:
a. Amphibi merupakan hewan yang hidup didua alam yaitu ketika
masih belum dewasa hidup d iari dan setelah dewasa berpindah
kedarat.
b. Ciri umum dari kodok sawah adalah kulitnya basah dan
berkelenjar, skeleton berupa tulang keras, dan memiliki 2 pasang
kaki.
c. Anatomi kodok sawah meliputi;
d. Sistem rangka pada kodok tersusun atas endoskelaton yang
disokong oleh bagian-bagian yang lunak.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Otot dibagi menjadi otot lateral, dorsal, dan ventral.


Sistem pencerbnaan meliputi mulut, faring, oesophagyus,
ventrikulus, intenstium, dan berakhit dianus.
Organ sirkulasi terdiri dari cor, arteri, kapilar, vena, duktus
limpatis, darah, dan cairan limpa.
Sistem reproduksi pada jantan terdiri dari sepasang
testis, vas deferent, urether, vesicular semionalis, dan
kloaka.
Kelenjar endokrin terdiri dari kelenjar hipophysa, kelenjar
pituitaria, kelenjar thriroidae, kelenjar pancreas, dan
glandulae adrenalis.
Sistem saraf terdiri dari saraf pusat dan saraf periforium
Alat-alat indra meliuti organon visus, papil-papil pada
lingua, saccus nasalis, dan organon auditoria.

e. Proses metamorfosis meliputi telur larva berudu - kodok


berekor - katak dewasa.
f. Sistem rangka pada ikan di bagi menjadi 2 macam yaitu rangka
tulang rawan, pada ikan-ikan Elasmobranchii (cucut dll), rangka
tulang benar, pada ikan-ikan Teleostei (pada umumnya ikan-ikan).
Sedangkan berdasarkan letaknya sistem rangka ikan adalh tulang
tengkorak, tulang punggung, tulang rusuk.
g.

seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik yang bertipe


lingkaran yang berwarna keperakan, pada bagian tengah tubuh terdapat
garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor.
h.
Sistem otot pada ikan jenisnya bergaris, polos dan jantung. Adapun
sistem kerjanya di bawah rangsang saraf dan tidak di bawah rangsang
saraf. Sistem otot ikan berfungsi untuk pergerakan tubuh, sirip-sirip,
rongga mulut, dan organ-organ dalam.
i.
Jenis makanan ikan dan cara makannya dapat dibagi menurut
bentuk mulut, posisi mulut, tipe gigi dari ikan adalah canin, incisor, dan
tulang-tulang tapis insang : rapat, panjang, halus, perbandingan antara
panjang usus dengan panjang tubuhnya.
j.
Sistem ekskresi yaitu sistem pembuangan proses metabolisme tubuh
(berupa gas, cairan, dan padatan) melalui kulit, ginjal, dan saluran
pencernaan).
k.
Organ-organ system sirkulasi pada ikan meliputi : jantung, pembuluh
nadi (aorta, arteri) dan pembuluh balik (vena), dan kapiler-kapiler darah.
Bahan yang diedarkan : darah (plasma darah dan butir-butir darah)
l.
Organ-organ pernafasan pada pisces : mengambil O2 dari perairan,
terutama insang, organ tambahan mengambil O2 dari udara paru-paru,
labirin. pada embrio dan larva kulit dan kantung kuning telur Insang.
m. Organ-organ reproduksi pada ikan : Organ kelamin (gonad) :
menghasilkan sel-sel kelamin (gamet) menghasilkan spermatozoa
Gonad jantan : testes, biasanya sepasang, kiri dan kanan menghasilkan
telur. Gonad betina : ovary atau ovarium

DAFTAR PUSTAKA

Bolkay. 1915. Kodok Sawah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kodok_Sawah


#Pranala_luar. Diakses pada tanggal 12 Maret 2010 pukul 10.00
Wib.
Boolootian, R.A,1979. Zoologi an introduction to the study of animals.
London: Collier Macmillian Publishers.
Brotowijoyo. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Godknecht. 2004. Charcarinus. www.animaldiversity.com. Diakses pada
tanggal 12 maret 2010 pukul 10.00 Wib.
Jasin,Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Avertebrata Dan Vertebrata.
Surabaya: Sinar Wijaya
Merrem. 1982. katak dan
Kodok. http://id.wikipedia.org/wiki/Kodok_dan_katak#Pranala_luar.
Diakses pada tanggal 12 maret 2010 pukul 10 wib
Radiopoetro. 1988. Zoologi. Jakarta: Erlangga
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press
s

Anda mungkin juga menyukai