Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ANATOMI KATAK

(FEJERVARYA CANCRIVORA)
SEPTEMBER 14, 2014 AZHAR FATUROHMAN A 2 KOMENTAR

ANATOMI KATAK (Fejervarya cancrivora)

Oleh :
Nama

: Azhar Faturohman

Abidin
NIM
: B1J013167
Rombongan : V
Kelompok : 5
Asisten
: Iik Nurfagy

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Amphibia merupakan hewan yang hidup dengan bentuk kehidupan yang
mula-mula di air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di
dalam air berlangsung sebelum alat reproduksi masak, keadaan ini

merupakan fase larva yang disebut berudu. Fase berudu ini menunjukkan
sifat antara pisces dan reptilia. Sifat ini menunjukkan bahwa Amphibia
adalah kelompok chordata yang pertama kali hidup di daratan. Beberapa
pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat,
misalnya: kaki, paru-paru, nares (hidung) yang mempunyai hubungan
dengan cavum oris dan alat penghidupan yang berfungsi dengan baik di
dalam air maupun di darat (Jasin, 1989).
Amphibia merupakan Tetrapoda atau vertebrata darat yang paling rendah.
Menurut garis evolusinya, Amphibia diyakini berasal dari nenek moyang
yang sama dengan ikan. Amphibia misalnya Salamander dapat
mempertahankan insang selama hidupnya. (Kimball, 1988).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) termasuk dalam ordo
Anura dan memiliki ciri khas diantaranya adalah tubuh berukuran besar
dengan lipatan-lipatan kulit atau bintil-bintil kulit yang memanjang dan
pararel dengan sumbu tubuh. Katak sawah bertubuh kecil sampai agak
gempal, dengan kaki yang kuat dan paha yang berotot besar (Duellman
and Trueb, 1986).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) digunakan sebagai
preparat dalam praktikum kali ini untuk mewakili kelompok Amphibia.
Katak sawah dipilih karena kulitnya tidak beracun. Selain itu, hewan ini
memiliki struktur dan morfologinya mudah diamati.
Tujuan
Untuk mengetahui morfologi dan anatomi Katak (Fejervarya cancrivora)

TINJAUAN PUSTAKA
Amphibia merupakan hewan yang hidup dengan bentuk kehidupan yang
mula-mula di air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di
dalam air berlangsung sebelum alat reproduksi masak, keadaan ini
merupakan fase larva yang disebut berudu. Fase berudu ini menunjukkan
sifat antara pisces dan reptilia. Sifat ini menunjukkan bahwa Amphibia

adalah kelompok chordata yang pertama kali hidup di daratan. Beberapa


pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat,
misalnya: kaki, paru-paru, nares (hidung) yang mempunyai hubungan
dengan cavum oris dan alat penghidupan yang berfungsi dengan baik di
dalam air maupun di darat (Jasin, 1989).
Katak adalah hewan Amphibia yang paling dikenal orang di Indonesia.
Katak memiliki kulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul.
Beberapa jenis katak, pada sisi tubuhnya memiliki lipatan kulit
berkelenjar, mulai dari belakang mata hingga di atas pangkal paha yang
disebut lipatan dorsolateral. Katak mempunyai mata berukuran besar,
dengan pupil mata horisontal dan vertikal. Beberapa jenis katak memiliki
pupil mata berbentuk berlian atau segi empat yang khas bagi masingmasing kelompok. Tubuh katak betina biasanya lebih besar daripada yang
jantan. Ukuran katak dan kodok di Indonesia bervariasi dari yang terkecil
hanya 10 mm, dengan berat hanya satu atau dua gram sampai jenis yang
mencapai 280 mm dengan berat lebih dari 1500 gram (Iskandar, 1998).
Katak sawah dimasukkan ke dalam ordo Anura. Nama anura
mempunyai arti tidak memiliki ekor (anura: a tidak, ura ekor). Ordo ini
mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan
badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai
belakang lebih besar daripada tungkai depan, hal ini mendukung
pergerakannya yaitu dengan melompat (Duellman and Trueb, 1986).
Cara hidup Katak sangat berbeda dengan Ikan. Hewan ini tidak
hidup di perairan yang dalam dan menggunakan sebagian besar
waktunya di darat. Katak juga memiliki bermacam-macam warna kulit
dengan pola yang berlainan. Warna-warna itu ditimbukan oleh pigmenpigmen yang terdapat di dalam sel-sel pigmen di dalam dermis. Sel
pigmen ini biasa dinamakan menurut jenis pigmen yang dikandung.
Melanofora mengandung pigmen coklat dan hitam dan lipofora
mengandung pigmen merah, kuning dan orange. Amphibi juga
mempunyai pigmen yang disebut guanofora, mengandung kristal guanin
yang dapat memproduksi efek putih terang. Perubahan warna pada kulit
Katak dapat terjadi karena stimulus lingkungan, misalnya gelap, panas,
dan dingin. Perubahan itu diatur melalui neuro-endokrin. (Duellman and
Trueb, 1986).

Tubuh amphibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher
yang belum tampak jelas. Kulit katak terlepas dari otot yang ada di
dalamnya, sehingga bagian dalam tubuh katak berupa rongga-rongga
yang berisi cairan limfa subkutan. Kulit ini hampir selalu basah karena
adanya sekresi kelenjar-kelenjar mucus yang banyak terdapat
didalamnya. Selain itu, kulit katak juga banyak mengandung kapilerkapiler darah dari cabang-cabang vena kutanea magna dan arteri kutanea
(Djuhanda, 1982). Amphibi dewasa memiliki mulut lebar dan lidah yang
lunak yang melekat pada bagian depan rahang bawah (Djuhanda, 1982).
Katak mengalami metamorfosis sempurna. Metamorfosis dari katak
menyangkut tiga proses perubahan, dua diantaranya merupakan
perubahan yang drastis, yaitu berupa penciutan ekor dan terbentuknya
organ yang baru yang tidak tampak dari luar. Metamorfosis merupakan
suatu masa kritis yang di alami selama terjadinya perubahan dari hewan
berhabitat akuatis menjadi terestrial (Duellman, 1986).
Klasifikasi Katak Sawah, adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Amphibia

Ordo

: Anura

Familia

: Ranidae

Genus

: fejervarya

Species

: Fejervarya cancrivora
III. MATERI DAN METODE

Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting bedah,


sarung tangan, dan meja preparat.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah katak


sawah(Fejervarya cancrivora) dan kloroform.

Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagi berikut:
1.

Katak dimasukkan ke dalam kloroform dan dibiarkan sampai mati


lemas.
2.
Katak yang telah mati diletakkan dengan bagian dorsalnya yang
menempel pada meja preparasi.
3.
Katak digunting kulitnya dari bagian medio-posterior ke arah
anterior hingga seluruh kulit ventral itu dilepaskan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pembahasan
Tubuh katak terdirir dari caput atau kepala, truncus atau badan, extriitas
anterior (kaki depan), dan extrimitas posterior (kaki belakang). Kulit yang
membungkus katak selalu basah karena adanya sekresi dari kelenjarkelenjar kulit. Kulit katak mempunyai peranan dalam pernafasan karena
dibawah kulitnya terdapat kapiler-kapiler dari vena dan arteri cutanea
magna (Radiopoertro, 1996).
Katak memiliki caput (kepala) yang terdiri dari mulut, hidung, mata, dan
telinga. Mata katak berpasangan dan bentuknya menonjol keluar, yang
terletak di sebelah postero dorsal dari nares atau hidung. Mata tersebut
terlindung oleh dua buah palpebra atau kelopak mata, yaitu palpebra
inferior (berupa kulit yang tidak dapat digeser-geserkan). Mata juga
dilindungi oleh selaput yang disebut membran nictitans yang dapat
digerakkan ke arah superior-inferior. Selaput ini melindungi mata saat
katak berada di dalam air. Mulut katak berfunsi dalam pernafasan dan
pengambilan makanan. Mulut terletak pada ujung anterior dari caput,
lebar dan dibatasi oleh os mandibula (tulang rahang bawah) yang tidak
bergigi dan os premaksilla dan maksilla (tulang rahang atas) dengan gigi
kecil berbentuk kerucut tajam. Hidung (nares) berhubungan dengan mulut
melalui struktur yang disebut choane. Membran tympani atau selaput
gendang pendengaran terletak poste-lateral dari mata. Membran ini
dikelilingi oleh annulus tympanicus (cincin rawan) yang ditengahnya
membayang columella (tulang telinga) sebesar sebuah titik (Radiopoertro,
1996).

Alat pencernaan pada katak terdiri dari mulut, pharink (lanjutan dari
cavum oris dengan bentuk yang pendek sekali dan menyempit),
oesophagus, gastrum (berdinding tebal dengan bagian anterior dan
melebar dibandingkan dengan bagian posteriornya), pylorus (letaknya
diantara gastrum dan duodenum dengan bentuk menyempit), intestine
dan colon. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan
pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang
terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu
yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
Pankreas berwarna Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua
belas jari (duadenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan
hormon yang bermuara pada duodenum (Jasin, 1992),
Alat pernapasan pada katak berupa insang, kulit, dan paruparu.Larvakatak bernafas menggunakan insang luar. Katak dewasa
bernafas dengan paru-paru. Paru-paru katak merupakan dua buah
kantung yang sifatnya elastis terletak di sebelah dorsal dari gastrum dan
hepar. Permukaan sebelah dalam dari paru-paru memiliki lipatan-lipatan
yang berguna untuk memperluas bidang pencernaan. Paru-paru
berhubungan dengan udara luar melalui 2 bronkus, larynk yang
mengandung tali-tali volea, lalu pharynk dan lorong-lorong nasal. Paruparu berhubungan langsung dengan larynk. Larynk berhubngan dengan
rongga mulut melalui suatu celah yang disebut auditivus laryngis atau
glotis (kimball, 1991).
Menurut Kimball (1991), sistem peredaran darah pada katak
adalah peredaran darah tertutup dan ganda. Pada peredaran darah
ganda, darah melalui jantung sebanyak dua kali dalam sekali
peredarannya. Pertama darah dari jantung menuju ke paru-paru dan
kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju jantung dan
diedarkan kembali ke seluruh tubuh. Jantung katak terdiri dari tiga ruang
yaitu atrium kiri, kanan, dan ventrikel. Diantara atrium dan ventrikel
terdapat klep yang mencegah agar darah dari ventrikel mengalir kembali
ke atrium. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di paru-paru. CO2 dilepaskan dan
diikat O2. Tetapi di ventrikel terjadi perncampuran CO2dan O2 yang terjadi
di dalam darah.
Pembuahan pada katak dilakukan di luar tubuh. Katak jantan akan
melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betinanya dari
belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang katak jantan akan

memijat perut katak betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat
bersamaan katak jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga
bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina. Telur tersebut
berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari
lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk
tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal
metamorfosis (Radiopoertro, 1996).
Sistem urogenitalia :
1.
2.

Katak jantan
Testis, sepasang berbentuk bulat telur, berwarna putih kekuningan.
Terletak di atas ginjal dan berisi cadangan makanan yang digunakan
pada musim kawin. Jaringan ini menghasilkan spermatozoid yang
dilindungi oleh selaput nesopehium. Spermatozoa dikeluarkan melalui
vena efferensia melalui bagian lateral dan ren.
3.
Vena efferensia. Berupa saluran halus dari testis serta melalui
nesorchium. Selanjutnya sperma dikeluarkan melalui ren dan bermuara
di ductus urospemachitus.
4.
Ductus spermachitus, sepasang terletak pada bagian lateral dan ren
bermuara di
kloaka. Saluran ini menyalurkan spermatozoa dan urine ke kloaka.
1.

Vesicula seminalis, merupakan bagian


urospermachitus serta
tempat penyimpanan terakhir dari spermatozoa.

2.
3.

caudal

dari

ductus

Katak betina
Ovarium merupakan sepasang kantong yang terdiri dari sel-sel telur
dan bila banyak akan menutupi seluruh bagian abdomen serta
dilindungi oleh selaput tipis nesovarium yang dengan bantuan gerakan
silia serta otot abdomen telur, telur tersebut didorong ke depan menuju
osteum tube yang terletak di kiri dan kanan dan merupakan pangkal
dari saluran telur.
4.
Saluran telur, sepasang berliku-liku dan berwarna putih telur yang
masak dan masuk ke oviduk, dan sebelum bermuara di kloaka akan
masuk ke ovisoe (uterus).

5.

Uterus merupakan tempat penyimpanan sementara sel telur


sebelum keluar dari tubuh karena fertilisasi.
6.
Badan-badan lemak (corpus adiposum) menyerupai daun berwarna
kekuningan yang terletak di atas ginjal dan berisi cadangan makanan
yang digunakan musim kawin (Radiopoertro, 1996).

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Katak (Fejervarya cancrivora) merupakan amphibia yang secara
tipikal dapat hidup di air tawar dan di darat. Sebagian besar mengalami
metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernafas dengan insang) ke
dewasa (bernafas dengan paru-paru).
Morfologi Katak terbagi menjadi lima bagian yaitu kepala (caput)
yang terdiri dari mata, lubang hidung, mulut dan telinga. Badan
(truncus) yang terdiri dari telinga hingga kloaka dan yang terakhir yaitu
bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat meruncing ke ujung.
Katak mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas anterior), dan
sepasang anggota belakang (extrimitas posterior).
Saluran
pencernaan
pada
katak
meliputi: rongga
mulut,
oesophagus, gatrum (lambung), pylorus, duodenum, intestine,
mesenterium, rectum, cloaca, hepar, ductus hepaticus, vesica felea,
ductus cysticus, pankreas, dustus pancreaticus, dan ductus
choleodocus.
Alat pernapasan pada katak berupa insang, kulit, dan paru-paru.
Berudu bernafas dengan insang luar. Katak dewasa bernafas
menggunakan paru-paru.
Sistem peredaran darah pada katak adalah peredaran darah
tertutup dan ganda. Peredaran darah ganda yaitu, darah melalui
jantung sebanyak dua kali dalam sekali peredarannya. Darah dari
jantung menuju ke paru-paru dan kembali ke jantung, kemudian darah
dari seluruh tubuh menuju jantung dan diedarkan kembali ke seluruh
tubuh.
Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal yang
terdapat di kanan kiri tulang belakang, berwarna kecoklat-coklatan
yang memanjang ke belakang.
Pembuahan pada katak dlakukan di luar tubuh.
Saran

Saran untuk praktikum anatomi katak yaitu, sebaiknya digunakan katak


yang masih segar agar organ dalamnya tidak kaku.

DAFTAR REFERENSI
Djuhanda, T. 1974. Analisa Struktur Vertebrata. Armico, Bandung.
Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari empat Hewan Vertebrata. Armico,
Bandung.
Duellman, W.E. and L.Trueb. 1986.Biology of Amphibians. McGraw Hill
Book Company, New York.
Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan.
Puslitbang Biologi-LIPI.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Vertebrata dan Invertebrata). Sinar
Wijaya, Surabaya.
Jasin. Maskoen. 1992. Zoologi Vertebrata untuk Perguruan Tinggi. Sinar
Wijaya, Surabaya.
Kimball, J. W. 1988. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoertro. 1996. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai